1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I
1.1 Latar Belakang
Indonesia bahkan dunia sedang mengalami pandemi virus covid- 19. Pandemi ini disebabkan oleh corona virus ditandai oleh sindrom pernapasan akut berat 2 (SARS-CoV-2). Kasus ini bermula di Wuhan pada akhir 2019 dan menyebar ke seluruh dunia pada awal tahun 2020. Adanya Pandemi ini telah mengubah tatanan hidup dan pola perilaku masyarakat Indonesia. Hampir seluruh sektor terdampak covid-19, tak hanya kesehatan. ekonomi, bisnis. ketenagakerjaan, pendidikan pun ikut terdampak dengan adanya pandemi ini.
Pendidikan memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, hal ini telah mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia, pada intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta merubah perilaku, serta meningkatkan kualitas menjadi lebih baik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu. upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan.
Namun, sejak tahun 2019 Pendidikan harus berjalan dalam keadaan apapun. Untuk mengurangi angka penyebaran Covid-19 dan kegiatan pendidikan dapat berjalan seperti biasanya maka pemerintah melakukan beberapa upaya untuk mengurangi angka penyebaran covid yang salah satunya diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia (www.Pustakabergerak.com, 2020). Upaya tersebut adalah dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara sistem online atau sistem dalam jaringan (daring) sejak bulan Maret 2020 (Setianingrum & Prasetyo, 2021). Sistem pembelajaran tersebut dilakukan
tanpa tatap muka secara langsung, melainkan dilakukan dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Dengan sistem pembelajaran jarak jauh, peserta didik tidak diharuskan atau diwajibkan untuk datang ke sekolah maupun kampus untuk melaksanakan pembelajaran. Sarana prasarana diterapkan oleh tenaga pendidik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh. Sarana pembelajaran jarak jauh tersebut tidak dapat dihindari dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sarana pembelajaran tersebut di antaranya aplikasi google meet, aplikasi zoom, google classroom, youtube, televisi, maupun media sosial whatsapp.
Sistem pembelajaran jarak jauh tidak terlepas dari kemungkinan akan timbulnya beberapa masalah-masalah dalam berlangsungnya proses pembelajaran (Setianingrum & Prasetyo, 2021). Peserta didik maupun tenaga pendidik dari semua kalangan diharuskan memiliki akses jaringan internet yang baik. Namun, banyak daerah-daerah yang memiliki akses internet kurang baik atau tidak lancar sehingga menjadi salah satu kendala berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan baik. Selain itu, tidak sedikit peserta didik yang tidak mendapatkan hasil pembelajaran secara maksimal. Baik dari materi pelajaran maupun penugasan-penugasan yang diberikan oleh tenaga pendidik selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.
Sistem pembelajaran secara daring ini berdampak pada kinerja guru karena guru tidak leluasa memantau perkembangan anak secara keseluruhan, mengontrol anak dari jarak jauh adalah sebuah keterbatasan, ditambah dengan adanya anak yang jarang dibimbing oleh orang tua dan juga kurangnya pemahaman orang tua terhadap perkembangan anak, sehingga proses pembelajaran sebagian besar tidak terlaksana secara maksimal (Setianingrum & Prasetyo, 2021).
Penyampaian materi pembelajaran yang disampaikan kepada murid tidak maksimal dan kurang bermakna. Dalam penyampaian materi, guru juga terbatas metode ajar. Pelaksanaan pembelajaran online adalah guru
merasa bingung dan merasa respon yang diharapkan tidak pasti, sehingga apakah guru melakukan pembatasan peran atau harus melakukan perluasan peran secara online (Forkosh & Hershkovitz, 2014).
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pembelajaran secara daring ini lebih efisien dalam biaya dan tenaga. Perlu adanya kreativitas dari guru dalam merencanakan instruksi daring secara efektif.
Gaya pengajaran dalam pembelajaran daring pun perlu diperluas, karena cukup berbeda dengan pembelajaran yang berada dalam ruangan (Purwanto, Pramono, Asbari, Santoso, Wijayanti, & Hyun, 2020).
Dalam pembelajaran secara langsung, bahasa tubuh guru, ekspresi wajah dan suara adalah hal yang utama. Namun, ketika beralih ke platform, mereka menyediakan terdapat berbagai menu yang dapat dibagikan, seperti teks, video, gambar, suara dan lainnya. Sehingga dalam pembelajaran daring guru harus memilih strategi yang tepat dalam menyampaikan materi (Bao, 2020).
Dampak pandemi juga dirasakan oleh guru-guru di SMPIT Bina Ilmi Palembang. SMPIT Bina Ilmi adalah sekolah Islam Terpadu yang berada di tengah Kota Palembang dan memiliki visi “Mewujudkan Generasi yang Islami Berprestasi, Berwawasan Lingkungan dan Cinta Tanah Air”. Semenjak pandemi SMPIT Bina Ilmi menerapkan sekolah daring dengan moto “Terdepan dalam Pembelajaran Online dan Offline”.
Sekolah beradaptasi menyesuaikan diri dengan pola pembelajaran baru yakni pembelajaran daring. Namun dalam prosesnya mengalami berbagai kendala berdasarkan wawancara awal yang penulis lakukan.
Penulis melakukan wawancara awal pada bulan Desember 2020.
Berdasarkan wawancara awal ditemui kendala dalam proses pembelajaran online seperti perlu beradaptasi, mengupgrade mental digital dalam membuat perangkat dan proses pembelajaran, tidak bisa memantau dan mengawasi siswa secara penuh dan menyeluruh, meluangkan waktu untuk
mempelajari berbagai media bahan ajar agar lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam belajar. Begitupun yang dirasakan oleh Guru berinisial TA kendala yang dirasakan antara lain kurangnya pemahaman siswa ketika melakukan proses pembelajaran daring (online) ini. Siswa sudah diberikan media pembelajaran berupa materi video di youtube tapi ada beberapa sebagian saja yang menonton dan memahami materi pada youtube tersebut. Sehingga ketika kegiatan belajar mengajar dilakukan lewat zoom atau google meet maka perlu dilakukan CFU kepada siswa untuk mengecek pemahaman mereka. Sulit memantau perkembangan belajar siswa selama daring ini, Upaya lebih untuk menerapkan metode yang menarik dan kreatif agar siswa paham akan materi yang disampaikan. Namun fasilitas yang diberikan oleh SMPIT Bina Ilmi dirasa sudah baik.
Namun dari banyaknya kendala tersebut tidak mematahkan semangat guru SMPIT Bina Ilmi dalam mewujudkan motto sekolah
“Terdepan dalam Pembelajaran Online dan Offline”. Hal ini berdasarkan wawancara awal yang dilakukan kepada Guru TA dan NM menunjukkan bahwa kedua guru memiliki semangat dalam bekerja yakni mengajar murid-murid SMPIT Bina Ilmi di tengah Pandemi. Menurut hasil wawancara awal walaupun terdapat kendala dalam proses belajar mengajar tidak mematahkan semangat guru untuk mengajarkan anak muridnya.
Semangat atau dorongan untuk kerja disebut juga motivasi kerja.
Motivasi kerja adalah bagaimana mengarahkan daya dan semua potensi yang dimiliki para pekerja agar mau bekerja sama dan bekerja dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan organisasi (Ajabar, 2020). Motivasi menurut Widodo (2015) adalah kekuatan yang ada di dalam seseorang, yang mendorong perilakunya untuk melakukan tindakan. Motivasi dapat memiliki dua sumber. Dalam tulisannya, Hamzah B. Uno mengungkapkan motivasi adalah dalam diri dan eksternal seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku (Uno, 2014).
Motivasi kerja sangat penting karena berpengaruh pada kinerja seseorang. Seperti yang dikemukakan Melayu (2001) motivasi adalah daya gerak yang menciptakan gairah kerja, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai tujuan. Penelitian yang dilakukan oleh Rumpak (2016) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada Bank Indonesia Institute.
Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Motivasi Kerja Guru SMPIT Bina Ilmi dalam Proses Belajar- Mengajar Sebelum dan Selama Masa Pandemi Covid-19”, dikarenakan berdasarkan wawancara awal SMPIT Bina Ilmi ketika menjalankan pembelajaran jarak jauh mengalami kendala namun guru SMPIT tetap bersemangat dalam melaksanakan tugasnya yakni sesuai motto sekolah terdepan dalam menjalankan pembelajaran online maupun offline.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penulisan ini, adalah:
a. Bagaimanakah motivasi kerja guru SMPIT Bina Ilmi dalam proses belajar-mengajar sebelum Masa Pandemi.
b. Bagaimanakah motivasi kerja guru SMPIT Bina Ilmi dalam proses belajar-mengajar sesudah Masa Pandemi.
c. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi guru mengajar daring di masa pandemi covid-19.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Agar laporan ini lebih terarah serta tidak terjadi penyimpangan dari permasalahan yang ada, maka penulis membatasi ruang lingkup hanya pada motivasi kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru SMPIT Bina sebelum dan selama masa pandemi.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan 1.4.1 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimanakah motivasi kerja guru SMPIT Bina Ilmi dalam proses belajar-mengajar sebelum dan selama Masa Pandemi.
2. Untuk Mengetahui faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi guru mengajar sebelum dan selama masa pandemi.
1.4.2 Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya agar dapat dikembangkan kembali oleh peneliti lain . Memberikan sumbangsih pada kemajuan sumber daya manusia.
b. Manfaat Praktis Memberikan Informasi kepada guru dan pihak sekolah mengenai motivasi kerja guru di SMPIT Bina Ilmi dan menjadi referensi untuk pengembangan motivasi kerja.
1.5. Metode Penelitian 1.5.1 Ruang Lingkup
Metode atau pendekatan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori. Jangan sampai sesuatu yang berharga tersebut berlalu bersama waktu tanpa meninggalkan manfaat. (Satori & Komariah, 2014)
Metode penelitian kualitatif menggunakan jenis pendekatan secara deskriptif karena peneliti ingin mengetahui gambaran dan klarifikasi fenomena yang ada di lapangan secara mendalam. Hal tersebut didukung oleh pendapat Hancock dan Algozzine dalam buku berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi menyatakan bahwa dalam riset deskriptif, informasi dan data yang
diperoleh digunakan untuk mendeskripsikan kelompok / fenomena / subjek tertentu tanpa adanya tujuan lain dan batasannya adalah kelompok / fenomena / subjek. Pendekatan deskriptif tidak meluas, tetapi mendalam. (Herdiansyah, 2014).
1.5.2 Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Menurut Yusi dan Idris (2016), data menurut cara memperolehnya dibagi ke dalam:
a) Data primer dalam penelitian adalah guru itu sendiri. Mengajar di sekolah SMPIT Bina Ilmi Palembang sebelum dan selama masa pandemi.
b) Data sekunder. Menurut Johnson dan Christensen (2004) pengertian metode atau alat pengumpul data data sekunder adalah data yang sudah ada dalam setting penelitian dan sudah dikumpulkan oleh pihak-pihak lain (orang atau institusi lain) pada waktu sebelumnya. Jenis-jenis data sekunder antara lain adalah sebagai berikut : dokumen pribadi (bentuk tulisan, foto, rekaman dll), dokumen resmi (jurnal ilmiah, dan lain-lain), data fisik (rumah, gedung kampus, dan lain-lain), data arsip (data yang awalnya digunakan untuk tujuan penelitian dan kemudian disimpan untuk digunakan lagi) misalnya guide wawancara (Hanurawan, 2016).
2. Sumber Data
Subjek dalam penelitian ini dipilih melalui teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Menurut Lincoln dan Guba dalam penelitian naturalistik (kualitatif) spesifikasi sampel purposive, yaitu bersifat sementara, terus berkembang atau snowball, disesuaikan dengan kebutuhan, dan dipilih hingga
jenuh. (Sugiyono, 2013). Berdasarkan penjelasan acuan di atas maka kriteria subjek dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Guru SMPIT Bina Ilmi 2. Terdampak Covid 19
3. Aktif menjalankan proses belajar-mengajar 4. Bersedia menjadi subjek penelitian
1.5.3 Metode Pengumpulan Data 1. Wawancara
Metode wawancara dalam penelitian kualitatif ini menggunakan wawancara semi-terstruktur, peneliti merancang serangkaian pertanyaan yang disusun dalam suatu daftar wawancara, akan tetapi daftar tersebut digunakan untuk menuntun dan bukan untuk mendikte wawancara tersebut. Dengan demikian, ada upaya membangun hubungan dengan responden, urutan pertanyaan tidak terlalu penting sifatnya, pewawancara lebih bebas untuk meneliti wilayah-wilayah menarik yang muncul, pewawancara bisa mengikuti minat atau perhatian responden (Smith, 2013).
2. Observasi
Observasi menggunakan teknik observasi non-partisipan oleh peneliti.Suatu cara untuk mengumpulkan data yang diinginkan dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Jenis observasi ini merupakan kebaikan dari jenis yang pertama. Observer tidak mengambil bagian secara langsung dalam situasi kehidupan orang yang diobservasi (Salahudin, 2016)
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. (Sugiyono, 2013). Dokumen penelitian ini yaitu berupa hasil foto dan rekaman kegiatan baik ketika wawancara terjadi maupun observasi.
1.5.4 Analisis Data
Menurut Miles and Huberman (2014) ada 3 kegiatan yang dilakukan dalam melakukan analisis data diantaranya dengan:
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Display Data
Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Verifikasi atau kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2013).