MENGAPLIKASIKANNYA
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an Hadist Dosen Pengampu:
Dr.Faizin, M. Ag
OLEH : PEFRIADI NIM : 211022012
PROGRA PASCA SARJANAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KERINCI 2022
ii
KATA PENGANTAR
Segala pujian dan rasa syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
Kerinci, 6 September 2022
PEFRIADI, S. PdI
iii DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penulisan ... 2
BAB II ... 3
PEMBAHASAN ... 3
A. Kronologi dan perkembagan ulum qur’an ... 3
B. Asbabun Nuzul ... 9
BAB III ... 14
PENUTUP ... 14
A. Kesimpulan ... 14
B. Kritik dan saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 15
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Terminologi Ulumul Qur’an telah menjadi nama bagi suatu disiplin ilmu dalam kajian Islam. Secara bahasa, ungkapan ini berarti ilmu-ilmu al- Quran. Kata “Ulum” yang disandarkan kepada kata “al-Quran” telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sebuah ilmu yang berhubungan dengan al-Qur’an, baik dari segi pemahamannya terhadap petunjuk yang terkandung didalamnya. Dengan demikian, Ilmu Tafsir, Ilmu Qiraat, Ilmu Rasmil Qur’an, Ilmu Ijazil Qur’an, Ilmu Asbabun Nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitannya dengan al-Qur’an menjadi bagian dari Ulumul Qur’an1. Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia yang menghendaki kebahagiaan, baik di dunia lebih-lebih di akhirat. Seluruh ajaran Islam pada prinsipnya telah tertuang dalam kitab suci ini. Isinya sangat universal, sesuai untuk segala masa dan tempat.
Sebagai kitab suci yang diagungkan oleh umat Islam, tentulah dalam memahami al-Qur’an tidak semudah memahami kitab-kitab yang lain.
Munculnya ilmu tentang al-Qur’an merupakan sarana untuk memahami al- Qur’an merupakan bukti bahwa kajian tentang al-Qur’an bukanlah hal sepele yang dapat dipahami dengan metode yang asal.Meskipun istilah Ulumul Qur’an baru muncul pada abad V Hijriyah, namun benih-benih itu telah muncul sejak masa Nabi SAW. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan gairah para sahabat untuk mengkaji al-Qur’an dengan bersungguh-sungguh.
Ulumul Qur’an sebagai metode untuk memahami al-Qur’an pada perkembangan selanjutnya ternyata menjadi disiplin ilmu yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain yang digunakan untuk memahami al- Qur’an. Kemudian muncullah istilah-istilah baru di dalam pembahasannya,
1Lihat Muhamad Bakar Ismail dalam Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta, Teras, 2009, hlm. 2.
seperti Ilmu Asbab an-Nuzul, Muhkam Mutasyabih, Ilmu Qira’at, Nasikh- Mansukh, dan lain sebagainya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimans Kronologi dan perkembagan ulum qur’an 2. Apa pengertian asbabul nuzul
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Kronologi dan perkembagan ulum qur’an 2. Untuk mengetahui pengertian asbabul nuzul
3 BAB II PEMBAHASAN A. Kronologi dan perkembagan ulum qur’an
1. Pengertian Ulumul Qur’an
Secara etimologis Ulumul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata bahasa Arab “Ulum” dan “al-Qur’an”. Kata ulum bentuk jamak dari
‘ilm yang merupakan bentuk masdhar dari kata “‘alima”, “ya’lamu” yang berarti mengetahui2. Dalam kamus al-Muht kata ‘alima disinonimkan dengan kata ‘arafa (mengetahui, mengenal).3 Kata ‘ilm semakna dengan ma’rifat yang berarti “pengetahuan.” Sedangkan ulum berarti sejumlah pengetahuan.
Ungkapan Ulumul Qur’an berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata Ulumul dan al-Qur’an. Kata ulum merupakan bentuk jamak dari kata ilmu.
Ilmu yang dimaksud disini, sebagaimana didefinisikan Abu Syahbah, adalah sejumlah materi pembahasan yang dibatasi kesatuan tema atau tujuan. Adapun al-Qur’an, sebagaimana didefinisikan ulama Fiqih, dan ulama bahasa adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad SAW. yang lafal-lafalnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat al-Fatihah (1) sampai An-Nās Dengan demikian, secara bahasa, Ulumul Qur’an adalah ilmu (pembahasan) yang berkaitan dengan al-Qur’an.
Menurut istilah pengertian Ulumul Qur’an didefinisikan oleh para ulama, antara lain sebagai berikut :
a. Menurut Manna Al-Qaththan,Ulumul Qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an dari sisi
2 Said Agil Husin al-Munawar, AL-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, hlm. 4., dari Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. VIII, hlm. 277
3 Ibid,hlm.4., LihatjugaMujd al-Din Muhammad bin Ya’qub al-Farizi, al-Qamus alMuhith, (Mesir: Mustafa al- Baby al-Halaby, 1952/1371 H), Juz. IV, Cet. II hlm. 155
informasi tentang Asbab an-Nuzul (sebab-sebab turunnya), kodifikasi dan tertib penulisan al-Qur’an, ayat-ayat yang diturunkan di Makah (Makkiyah) dan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah (Madaniyyah), dan hal-hal lain yang berkaitan dengan al-Qur’an.
b. Menurut Muhammad Abd Azhim Az-Zarqani,Ulumul Qur’an adalah beberapa pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur’an dari sisi turunnya, urutan-urutan, pengumpulannya, kodifikasi, cara membaca, penafsirannya (kemukjizatan, nasikh mansukh, penolakan hal-hal yang dapat menimbulkan keraguan terhadapnya, serta hal yang lainnya.4
c. Menurut Abu Syahbah, Ulumul Qur’an adalah sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al- Qur’an, mulai dari proses penurunan, urutan penulisan, penulisannya, kodifikasi, cara membaca, penafsiran, kemukjizatan, Nasakh-Mansukh, Muhkam-Mutasyabih, serta pembahasan lainya.5 Berdasarkan pengertian ulum dan al-Qur’an yang telah dikemukakan di atas, maka ulum yang disandarkan kepada alQur’an memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kum pulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan alQur’an. Sedangkan secara terminologis ulum al-Qur’an didefenisikan “Ilmu yang mencangkup pembahasan- pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an dari segi sebab turunnya, pengumpulan dan urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat- ayat Makiyah dan Madaniyah Nasikh dan Muhkam dan Mutasyabih, dan hal-hal lain yang terkait dengan al-Qur’an.6
2. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan ‘Ulumul Qur’an
Sebagai ilmu yang terdiri dari berbagai cabang dan macamnya,
‘Ulumul Qur’an tidak lahir sekaligus. Ulumul Qur’an menjelma menjadi suatu cabang disiplin ilmu setelah melalui proses pertumbuhan dan
4Lihat Usman, Ulumul Quran, Yogyakarta, Teras, 2009 hlm. 3
5 Rosihan Anwar, Ulumul Quran,CV Pustaka Setia , Bandung , 2010. hlm. 12-13
6 Said Agil al-Munawar, Al-Qur’an …hlm.,. 6-7., dari Manna’ al-Qattan, Mabahits fi
5
perkembangannya. Dalam hal ini tentu banyak Pribadi dan kondisi yang membuatnya sebagai cabang ilmu yang penting untuk memahami kitab suci Al Qur’an. Berikut ini kita lihat bagaimana alur lahirnya cabang ilmu ini.
1. Masa Sebelum Penulisan
Di masa Rasulullah dan para sahabat, Ulumul Qur’an belum dikenal sebagai suatu ilmu yang berdiri sendiri dan tertulis. Para sahabat adalah orang Arab asli yang dapat merasakan struktur bahasa Arab yang tinggi dan memahami apa yang diturunkan kepada Rasul SAW. Bila mereka menemukan ksulitan dalam memahami ayat-ayat tertentu, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasul SAW. Sebagai contoh, ketika turun ayat:
ࣖ ن ْو ُدَت ْه ُ م ْم ُه َو ُن ْمَ َ اْ
لا ُم ُهَ ل َك ِ ىٰۤلوُ
ا ٍمْ ل ُظِب ْم ُهَ
ناَمْي ِا آْ ْو ُسِبْ لَي ْمَ
ل َو ا ْوُن َمٰ ا َنْي ِذَ
لَ ا ٢٨
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mendapat petunjuk (Q.S Al-An’am :82).7
Para sahabat bertannya: “ siapa dari kami yang tidak menganiaya (menzalimi) dirinya?”. Nabi menafsirkan kata zulm di sini dengan syirik berdasarkan ayat:
ٌم ْي ِظَع ٌمْل ُظَل َك ْر ِ شلا َ نِاۗ ِهٰ
للاِب ْك ِر ْشُت اَ
ل َ يَن ُبٰي ٗه ُظ ِعَي َوُهَو ٖهِنْباِل ُنٰمْقُ ل َ
لاق ْذ ِا َوَ ٣١
(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar( Q.S Luqman:13)8
7 Terjemahan kemenang 2019
8 Ibid,.
Ada tiga faktor yang menyebabkan Ulumul Qur’an tidak dibukukan di masa Rasul dan Sahabat.
1. kondisinya tidak membutuhkan karena kemampuan mereka yang besar untuk memahami Al-Qur'an dan rasul dapat menjelaskan maksudnya.
2. Para sahabat sedikit sekali yang pandai menulis
3. Adanya larangan Rasul untuk menuliskan selain Al-Qur’an.
Semuanya ini merupakan faktor yang menyebabkan tidak tertulisnya ilmu ini baik di masa Nabi maupun di zaman sahabat.9 2. Masa Penulisan Ulumul Qur’an
Di zaman khalifah usman Bin Affan wilayah Islam bertambah luas sehingga terjadi pembauran antara penakluk Arab dan bangsa-bangsa yang tidak mengetahui bahasa Arab. Keadaan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat akan terjadinya perpecahan di kalangan muslimin tentang bacaan Al-Qur’an, selama mereka tidak memiliki sebuah AlQur’an yang menjadi standar bagi bacaan mereka. Sehingga disalinlah dari tulisan aslinya sebuah al-Qur’an yang disebut Mushaf Imam. Dengan terlaksananya penyalinan ini, maka berarti Usman telah meletakkan suatu dasar Ulumul Qur’an yang disebut Rasm Al-Qur’an atau Ilmu al- Rasm al- Utsmani.10
Di masa Ali terjadi perkembangan baru dalam ilmu Qur’an. Karena melihat banyaknya umat Islam yang berasal dari bangsa non Arab, kemerosotan dalam bahasa Arab, dan kesalahan pembacaan Al-Qur’an.
Ali menyuruh Abu al-Aswad al-Duali untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Hal ini dilakukan untuk memelihara bahasa Arab dari pencemaran dan menjaga Al-Qur’an dari keteledoran pembacanya.
9Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an,( Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin, 1977), h.120 18 Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., h. 30
10 Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., h. 30
7
Tindakan khalifah Ali ini dianggap perintis bagi lahirnya ilmu nahwu dan I’rab al-Qur’an. 11
Pada zaman Bani Umayyah, kegiatan para sahabat dan tabi’in terkenal dengan usahausaha mereka yang tertumpu pada penyebaran ilmu- ilmu Al-Qur’an melalui jalan periwayatan dan pengajaran secara lisan, bukan melalui tulisan atau catatan. Kegiatan kegiatan ini dipandang sebagai persiapan bagi masa pembukuannya. Orang yang paling berjasa dalam usaha periwayatan ini adalah khalifah yang empat, Ibn Abbas, Ibn Mas’ud, Zaid Ibn Tsabit, Abu Musa al-Asy’ari, Abdullah Ibn al-Zubair dari kalangan sahabat. Sedangkan dari kalangan tabi’in ialah Mujahid, Atha’, Ikrimah, Qatadah, Al-Hasan al-Bashri, Sa’id Ibn Jubair, dan Zaid Ibn Aslam di Madinah. Kemudian Malik bin Anas dari generasi tabi’tabi’in. mereka semuanya dianggap sebagai peletak batu pertama bagi apa yang disebut ilmu tafsir, ilmu asban al-nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu gharib al- Qur’an dan lainnya.
Pada abad ke 2 H ulumul Qu’an memasuki masa pembukuan. Para ulama memberikan prioritas perhatian mereka kepada ilmu tafsir karena fungsinya sebagai Umm al- ‘ulum al-Qur’aniah ( induk ilmu-ilmu Al- Qur’an). Penulis pertama dalam tafsir adalah Syu’bah Ibn al-Hajjaj, Sufyan Ibn ‘Uyaynah, dan Wali’ Ibn al-Jarrah. Pada abad ke-3 terkenal seorang tokoh tafsir, yaitu Ibn Jarir al-Thabari. Dia orang pertama membentangkan berbagai pendapat dan mentarjih sebagiannya atas lainnya. Ia juga mengemukakan I’rab dan istinbath ( penggalian hukum dari al-Qur’an). Di abad ini juga lahir ilmu asbab al-Nuzul, ilmu nasikh dan mansukh, ilmu tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah.
Adapun mengenai kapan lahirnya istilah Ulum Al-Qur’an, terdapat tiga pendapat, yaitu:
11Kahar Mansyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.32
1. Pendapat umum di kalangan para penulis sejarah ‘Ulum Al-Qur’an mengatakan bahwa lahirnya istilah ‘Ulum Al-Qur’an pertama kali ialah pada abad ke-7
2. Ibn Sa’id yang terkenal dengan sebutan Al-Hufi, dengan demikian menurutnya, istilah ini lahir pada permulaan abad ke-15.
3. Shubhi Al-Shalih berpendapat lain. Menurutnya, orang yang pertama kali menggunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an ialah Ibn Al-Mirzaban.
Dia berpendapat seperti ini berlandasan pada penemuannya tentang beberapa kitab yang berbicara tentang kajian Al-Qur’an yang telah mempergunakan istilah ‘Ulum Al-Qur’an. Yang paling awal menurutnya ialah kitab Ibn Al-Mirzaban yang berjudul Al-Hawi Fi
‘Ulum Al-Qur’an yang ditulis pada abad ke-3 H. Hal ini juga disepakti oleh Hasbi As-shiddieqi. 12
3. Fungsi ‘Ulumul Qur’an sebagai Standar atau Ukuran Tafsir
Apabila dilihat dari segi ilmu, ‘Ulumul Qur’an sebagai standar atau ukuran tafsir AlQur’an artinya semakin tinggi dan mendalam ‘Ulumul Qur’an dikuasai oleh seseorang mufassir maka tafsir yang diberikan akan semakin mendekati kebenaran, maka dengan ‘Ulumul Qur’an akan dapat dibedakan tafsir yang shahih dan tafsir yang tidak shahih. Ada beberapa syarat dari ahli tafsir ( mufassir) yaitu:
1. Akidahnya bersih
2. Tidak mengikuti hawa nafsu 3. Mufassir mengerti Ushul at-Tafsir
4. Pandai dalam ilmu riwayah dan dirayah hadits 5. Mufassir mengetahui dasar-dasar agama 6. Mufassir mengerti ushul fiqh
7. Mufassir menguasai bahasa Arab
12 T.M. Hasbi As-Shiddiqie, op.cit., h.16
9
B. Asbabun Nuzul
1. Pengertian Asbabun Nuzul
Sebab an-Nuzul secara bahasa berarti sebab turunnya surat atau ayat-ayat al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW secara berangsur-angsur dalam masa lebih kurang 23 tahun. Al-Qur’an di turunkan untuk memperbaiki akhidah, ibadah, akhlak, dan pergaulan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Karena itu, dapat di katakan bahwa terjadinya penyimpangan dan kerusakan dalam tata susila kehidupan manusia merupkan sebab turunnya al-Qur’an. Ini adalah sebab umum bagi turunnya Al-Qur’an. Shubhi Al-Shalih memberikan defenisi sebab an-Nuzul yang artinya:
Sesuatu yang dengan sebabnya turun suatu ayat atau beberapa ayat yang mengandung sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab tersebut.13
Defenisi ini memberikan pengertian bahwa sebab turunnya suatu ayat adakalanya berbentuk peristiwa dan adakalanya berbentuk pertanyaan. Suatu ayat atau beberapa ayat turun untuk menerangkan hal yang berhubungan dengan peristiwa tertentu atau memberi jawaban terhadap pernyataan tertentu.14
Ahli Tafsir mengemukakan pendapat tentang Asbab an-Nuzul dalam tiga definisi :
a. Suatu peristiwa yang terjadi menjadi menjelang turunnya ayat.
b. Peristiwa-peristiwa pada masa ayat Al-Qur’an itu di turunkan (yaitu dalam waktu 23 tahun), baik peristiwa itu terjadi sebelum atau sesudah ayat itu diturunkan.
c. Peristiwa yang dicakup oleh suatu ayat, baik pada waktu 23 tahun itu maupun yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya. Ini sesuai dengan
13Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Bandung: CV Pustaka Setia,
14 Ibid.,
defenisi yang di kemukakan oleh Subhi alSholeh sebagaimana disebutkan di atas.
2. Macam – Macam Asbab An-Nuzul
a. Dilihat dari sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan dalam riwayat Asbab An-Nuzul.
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat Asbab An-Nuzul, yaitu Sharih (jelas) dan Muhtamilah (kemungkinan). Contoh riwayat Asbab An-Nuzul yang menggunakan redaksi sharih adalah sebuah riwayat yang di bawakan oleh Jabir bahwa orang-orang Yahudi berkata “Apabila seorang suami mendatangi”qubul” istrinya dari belakang, anak yang lahir akan juling”.
Turunlah ayat Al-Baqarah: 223.
َل ْعا َو َهٰ
للا اوقُتا َو ۗ ْمَ ُ ك ِسفْنُ َ
ا ِل ا ْو ُم ِ دق َو ۖ ْمُتَ ْ ئ ِش ىٰ نَ
ا ْمُ
كث ْر َح ا ْوُتَ ْ أف ۖ ْمَ ُ
كَ
ل ٌث ْر َح ْمُ كُؤۤا َسِن ُم
ْمكَ ََّا آْْوُ
َنْيِن ِم ْؤ ُمْ
لا ِر ِ شَبَو ۗ ُهْوُقٰلُ م ٨٨١
Istrimu adalah ladang bagimu Maka, datangilah ladangmu itu (bercampurlah dengan benar dan wajar) kapan dan bagaimana yang kamu sukai. Utamakanlah (hal yang terbaik) untuk dirimu.
Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menghadap kepada-Nya. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang- orang mukmin. Istri diumpamakan sebagai ladang, tempat menanam benih. Maka, tanamlah benih itu sesuai waktu yang disukai.(QS. Al- Baqarah:23)
Mengenai riwayat Asbab an-Nuzul yang menggunakan redaksi muhtamilah Az-Zarkasi menuturkan dalam kitabnya Al-Burhan fi’ulum Al-Qur’an :
Artinya: Sebagaimana di ketahui, telah terjadi kebiasaan para sahabat Nabi dan tabi’in, jika seorang di antara mereka berkata,’Ayat ini diturunkan berkenaan dengan..’.Maka yang
11
dimaksud adalah ayat itu mancakup ketentuan hukum tentang ini atau itu, dan bukan bermaksud menguraikan sebab turunnya ayat.15
b. Dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk suatu ayat atau berbilangnya ayat untuk Asbab an-Nuzul.
1) Terbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu ayat (Ta’addud As- Sabab Wa Nazil Al- Wahid).
Adakalanya satu ayat memiliki beberapa versi riwayat Asbab An-Nuzul. Bentuk variasi itu terkadang dalam redaksinya dan terkadang pula dalam kualitasnya. Untuk mengatasi variasi riwayat Asbab an-Nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi, para ulama mengemukakan cara-cara berikut.
a) Tidak mempermasalahkannya
b) Mengambil versi riwayat Asbab an-Nuzul yang menggunakan redaksi syarih.
c) Mengambil versi riwayat yang sahih (valid) d) Melakukan studi selektif (tarjih)
e) Melakukan studi kompromi (jama’) 3. Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul
Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya al-qur’an tidak selamanya sama. Ungkapan- ungkapan itu secara garis besar di kelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
a. Sarih (jelas)
Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan asbab annuzul dengan indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan). “sebab turun ayat ini adalah...” “telah terjadi... maka turunlah ayat…..”
“rasulullah saw pernah di tanya tentang ... maka turunlah ayat…..”
15 Rosihon Anwar, UlumAl-Qur’an, Bandung: CV Pustaka setia, 2010, hlm. 67-69
b. Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)
Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum dipastikan asbab an-nuzul karena masih terdapat keraguan. Hal tersebut dapat berupa ungkapan sebagai berikut: ...“ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...” “saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...” “saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan...”
4. Urgensi Ilmu Asbab an-Nuzul
Az-Zarqani dan As-Suyuthi menjelaskan adanya halangan yang berpendapat bahwa mengetahui Asbab an-Nuzul merupakan hal yang sia- sia dalam memahami al-Qur’an. Mereka beranggapan bahwa mencoba memahami al-Qur’an dengan meletakan ke dalam konteks historis adalah sama dengan membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu.
Namun, keberatan seperti ini tidak berdasar, karena tidak mungkin menguniversalkan pesan al-Qur’an diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui yang semestinya terhadap makna al-Qur’an dalam konteks kesejarahannya16
Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbab Al-Nuzul dalam memahami al-Qur’an, sebagai berikut:
a. Menbantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat al-Qur’an.
b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum c. bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah
sebab yang bersifat khusus (khusus as-sabab) dan bukan lafazh yang bersifat umum (umum al-lafazh). Dengan demikian, ayat “zihar” dalam permulaan surat al-Mujadalah [58], yang turun berkenaan dengan Aus Ibn Samit yang menzihar istrinya (Khaulah binti Hakim ibn Tsa’labah), hanya berlaku bagi kedua orang tersebut. Hukum Zihar yang berlaku bagi selain kedua orang itu, ditentukan dengan jalan analogi (qiyas).
16Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm. 90-91.
13
d. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat al-Qur’an turun.
Umpamanya,’Aisyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang menunjuk Abd Ar-Rahman ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebabkan turunya ayat: ”dan orang yang mengatakan kepada orang tuanya perkataan “cis" ...”(QS.al-Ahqab:17). Untuk meluruskan persoalan, ’A’isyah berkata kepada Marwan ,’”demi Allah bukan dia 59 Ulumul Qur’an : (Ilmu-Ilmu Al Qur’an) yang menyebabkan ayat ini turun dan aku sanggup untuk menyebutkan siapa orang yang sebenarnya.”
e. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya. Sebab, hubungan sebab akibat (musabbab), hukum, peristiwa, pelaku, masa, dan tempat merupakan satu jalinan yang bisa mengikat hati
14 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dari pembahasan-pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Asbab an-Nuzul adalah sebab dan akibat dari turunnya ayat al-Qur’an yang menerangkan tentang sejarah-sejarah dan peristiwa-peristiwa pada masa itu, dan tentunya ada faktorfaktor pendorong kenapa ayat itu diturunkan.
2. Adapun macam-macam Asbab an- Nuzul, yaitu: dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang di Pergunakan dalam Riwayat Asbab An-Nuzul, Ada yang bersifat sharih (jelas), Sedangkan ada redaksi yang meriwayatkan secara tidak pasti, dilihat dari sudut pandang berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk satu ayat atau berbilangnya ayat untuk satu sebab.
3. Sedangkan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam Asbab An- Nuzul di sini telah dikatakan oleh para ahli tafsir yang menyebutkan sebab-sebab yang beraneka ragam atas turunnya suatu ayat, jika seperti ini keadaannya, maka yang dijadikan patokan adalah ibarat atau ungkapan yang dikatakan para mufassir tadi. Maka dari itu wajib bagi kita untuk memahami sebab-sebab ayat itu turun, agar tidak salah dalam menafsirkan.
4. Adapun manfaat dari Asbab an-Nuzul dan menentukan hukum (takhsis) dengan sebab menurut orang yang berpendapat bahwa suatu ibarat dinyatakan berdasarkan khususnya sebab
B. Kritik dan saran
Dalam makalah ini, penulis menyadari sangat banyak terdapat kesalahan dan kekuranga, oleh olkarean itu. Penulis sangat terbuka unutuk meneriama krit dan saran untuk kebaikan dan kesempurnaan
15
DAFTAR PUSTAKA
Muhamad Bakar Ismail dalam Usman, Ulumul Qur’an, Yogyakarta, Teras, 2009, hlm. 2.
Said Agil Husin al-Munawar, AL-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, hlm. 4., dari Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), Cet. VIII, hlm. 277
Mujd al-Din Muhammad bin Ya’qub al-Farizi, al-Qamus alMuhith, (Mesir:
Mustafa al-Baby al-Halaby, 1952/1371 H), Juz. IV, Cet. II hlm. 155 Usman, Ulumul Quran, Yogyakarta, Teras, 2009 hlm. 3
Rosihan Anwar, Ulumul Quran,CV Pustaka Setia , Bandung , 2010. hlm. 12-13 Said Agil al-Munawar, Al-Qur’an …hlm.,. 6-7., dari Manna’ al-Qattan, Mabahits Shubhi Al-Shalih, Mabaahits fi Ulumul Qur’an,( Beirut: Dar al-‘ilm al-Malayin,
1977), h.120 18 Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., h. 30
1 Muhammad Abdul ‘Azim Al-Zarqani, op.cit., h. 30
Kahar Mansyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h.32 T.M. Hasbi As-Shiddiqie, op.cit., h.16
Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an I, Bandung: CV Pustaka Setia, Rosihon Anwar, UlumAl-Qur’an, Bandung: CV Pustaka setia, 2010, hlm. 67-69 Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hlm. 90-91