• Tidak ada hasil yang ditemukan

QALB DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN (KAJIAN TAFSIR AL-AZHAR) Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Agama (S.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "QALB DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN (KAJIAN TAFSIR AL-AZHAR) Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh. Gelar Sarjana Agama (S."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

QALB DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR AL-AZHAR)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Sa’adatul Lailah 11170340000041

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/ 2021 M

(2)
(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

QALB DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR AL-AZHAR)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Sa’adatul Lailah 11170340000041

Pembimbing

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A.

NIP. 19690822 199703 1 002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1442 H/ 2021 M

(4)
(5)
(6)
(7)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Sa’adatul Lailah

NIM : 11170380000009 Fakultas : Ushuluddin

Jurusan : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Judul Skripsi: Qalb dalam Perspektif al-Qur’an (Kajian Tafsir al-Azhar) Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya kutip dalam penulisan skripsi ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukanlah hasil karya saya atau merupakan hasil dari plagiasi karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Agustus 2021

Sa’adatul Lailah

(8)
(9)

vii ABSTRAK Sa’adatul Lailah, 11170340000041

“Qalb dalam Perspektif al-Qur’an (Kajian Tafsir al-Azhar)”

Salah satu potensi manusia ditunjukkan dengan redaksi qalb dalam al- Qur’an. Qalb merupakan pusat pengenalan, perasaan dan emosi. Pada dasarnya sifat qalb itu tidak konsisten. Qalb erat kaitannya dengan daya emosi. Supaya qalb itu selalu positif dibutuhkan kecerdasan emosional.

Namun sayangnya mengenai kecerdasan emosional lebih banyak dikaji Barat. Pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa qalb tidak hanya berkaitan dengan kecerdasan emosional, tetapi juga kecerdasan intelektual, spiritual, moral dan beragama. Semuanya merupakan bagian dari kecerdasan qalbiah.

Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penafsiran ayat-ayat tentang qalb dalam Tafsir al-Azhar yang ada kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya, khususnya dalam redaksi qalb positif dan qalb negatif. Sumber primer penelitian ini menggunakan Tafsir al-Azhar dan didukung dengan sumber sekunder seperti kamus-kamus Arab dan literatur lainnya. Penelitian ini penting dilakukan untuk menambah khazanah keilmuan al-Qur’an dan Tafsir dalam hal integrasi ilmu. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Adapun metode pengumpulan data yang digunakannya yakni dengan mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Kemudian data tersebut dianalisis melalui uraian deskriptif dengan pendekatan semantik al-Qur’an dengan cara mencari makna dasar, makna relasional, meninjau sejarah makna dan mencari konsep kecerdasan qalbiah yang diajarkan al-Qur’an.

Beberapa temuan dalam penelitian ini, di antaranya: (1) Qalb bersifat tidak konsisten. Qalb suci menghasilkan perbuatan positif. Sedangkan qalb yang sakit atau mendapat gangguan lainnya menghasilkan perbuatan negatif. (2) Ilustrasi al-Qur’an mengenai qalb positif yakni hati yang selamat dari kekufuran, selalu memperbaiki diri dan selalu tenang dengan keimanannya. Sedangkan qalb negatif yakni hati yang sakit karena mengikuti hawa nafsu, dicap/materai karena kufur dan terpecah-belah karena menolak kebenaran. (3) Kecerdasan qalbiah terdiri dari kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan moral dan kecerdasan beragama.(4) Cara untuk meningkatkan kecerdasan qalbiah yakni dengan cara berzikir, empati pada orang lain, syukur, sabar dan doa.

Kata Kunci: Qalb, al-Qur’an, Tafsir al-Azhar, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Qalbiah.

(10)
(11)

ix

KATA PENGANTAR

Pertama dan yang paling utama, penulis panjatkan puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan banyak nikmat dalam hidup penulis, terutama nikmat iman, Islam dan kesehatan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang kuliah Strata 1 ini. Selanjutnya, tak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. Sang pembawa risalah, yang telah berjuang membawa cahaya keselamatan bagi seluruh umat. Semoga kita senantiasa menjadi pengikutnya yang setia dan mampu meneladani akhlaknya dan kelak mendapat syafaatnya di hari akhir.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag.) pada Program Studi Ilmu al- Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Judul skripsi penulis adalah “Qalb dalam Perspektif al-Qur’an (Kajian Tafsir al-Azhar)”.

Penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin sekaligus dosen pembimbing akademik penulis yang telah memberi motivasi, saran dan kritiknya mengenai hal-hal akademik dan skripsi.

Sehingga dengan semua itu, penulis bisa menyelesaikannya dengan baik.

3. Dr. Eva Nugraha, M.A., Ketua Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH., Sekretaris Prodi

(12)

Ilmu al-Qur’an dan Tafsir yang telah mendidik, memberikan motivasi serta kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dalam hal administrasi ataupun yang lainnya.

4. Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., dosen pembimbing yang selalu memberi arahan dan masukan dalam penelitian skripsi ini.

Beliau orang yang sangat sabar, perhatian dan juga selalu memberikan motivasi kepada penulis. Semoga beliau selalu diberikan nikmat kesehatan, keberkahan dan juga pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt.

5. Dr. Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A., ketua sidang skripsi, Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH, sekretaris sidang, Muslih, M.A., penguji 1, Hasanuddin Sinaga M.A., penguji 2. Penulis berterima kasih kepada para tim penguji yang menyempatkan waktu untuk hadir di sidang skripsi penulis dan memberikan masukan untuk skripsi penulis.

6. Seluruh dosen dan pengajar Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan waktunya untuk memberikan ilmu-ilmu baru dan masukan kepada penulis selama menuntut ilmu di kampus.

7. Keluarga Besar Pesantren Tahfidz Alif yang telah menampung dan memberi perlindungan dan memberi keluarga baru kepada penulis di tanah perantauan ini. Terkhusus kepada Ustazah Malih Laila Najihah yang telah sabar membimbing penulis dan memotivasi penulis selama ini, teman-teman kamar A5 (Afa, Munfa dan Nisa) dan teman-teman kamar kedua (Nisa, Elin dan Romlah) yang semuanya telah menemani serta selalu bersedia mendengarkan suka duka dalam proses penulisan skripsi dan seringkali memberikan motivasi dan saran mengenai skripsi ini.

(13)

xi

8. Keluarga Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (IAT) 2017 yang telah bersedia menemani penulis dalam menjalani studi di kampus sampai menyelesaikan skripsi ini. Terkhusus kepada teman-teman dekat (Nani, Zahro, Elok, Vayumi, Erna, Ipeh, Isra, Elviya, Dhea, Raisa, Wardah, Bilqis, Sihab, Shivi, Neneng, Ridho dan lain-lain ) yang seringkali memberikan motivasi, masukan, ilmu dan juga membuat kehidupan kampus lebih berwarna.

9. Keluarga besar Bidikmisi UIN Jakarta yang telah bersedia menemani penulis dalam mengarungi studi di kampus dan kegiatan di luar kampus. Terutama kepada teman-teman dekat (Ni’mah, A’zizah, Rani, Adi, Mega, Dwi, Khosiin, Rais, Dina dan lain-lain) yang telah bersedia menjadi penyemangat untuk selalu produktif dan berprestasi baik akademik maupun non akademik.

Terakhir dan yang paling utama terima kasih kepada orang tua yakni ayahanda Purnomo dan ibunda Siti Sulha yang sangat penulis hormati dan cintai. Terima kasih atas segala dukungan yang selalu diberikan selama ini, baik dari segi materi maupun semua doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis. Selain itu, selalu bersedia mendengarkan suka duka penulis selama menempuh studi di kampus dan memberikan nasihat dan saran yang menenangkan bagi penulis. Penulis menyadari bahwa tanpa mereka berdua, penulis tidak akan sampai pada titik ini. Serta untuk adik-adik penulis yang tercinta yakni Aisyah, Hasan dan Hafidzah yang selalu memberikan semangat dan kebahagiaan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Semoga mereka selalu diberikan kesehatan, keberkahan dan selalu mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa keilmuan dan wawasan penulis masih sedikit. Jika tulisan ini masih terdapat kekeliruan mohon dimaafkan. Akan tetapi penulis sudah berusaha maksimal dengan kemampuan yang ada untuk

(14)

menyelesaikan skripsi ini. Semoga tulisan ini bisa memberikan banyak manfaat, baik dari segi ilmu pengetahuan dan juga menjadi sebuah sumbangsih dalam perkembangan ilmu pengetahuan khususnya kajian Ilmu al-Qur’an dan Tafsir.

Akhir kata, Penulis hanya berharap dan bermunajat kepada Allah Swt.

semoga semua pihak yang selalu membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.

Ciputat, 12 Agustus 2021

Sa’adatul Lailah

(15)

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi ini berfungsi untuk memudahkan penerapan alih aksara dalam penulisan skripsi ini. Dengan demikian, pedoman transliterasi ini dikutip berdasarkan keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

ا

Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan

ب

Ba b be

ت

Ta t te

ث

Ṡa es (dengan titik diatas)

ج

Jim j je

ح

Ḥa ha (dengan titik di bawah)

خ

Kha’ kh ka dan ha

د

Dal d de

ذ

Żal ż zet (dengan titik diatas)

ر

Ra r er

ز

Zai z zet

س

Sin s es

ش

Syin sy es dan ye

ص

Ṣad es (dengan titik di bawah)

ض

Ḍad de (dengan titik di bawah)

ط

Ṭa te (dengan titik di bawah)

ظ

Ẓa zet (dengan titik di bawah)

ع

‘Ain ‘__ apostrof terbalik

غ

Gain g ge

ف

Fa f ef

ق

Qof q qi

ك

Kaf k ka

ل

Lam l el

م

Mim m em

ن

Nun n en

(16)

و

Wau w we

ه

Ha h ha

ء

Hamzah __’ apostrof

ي

Ya y ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf latin Nama

َ ا

Fatḥah a a

َ ا

Kasrah i i

َ ا

Ḍammah u u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf latin Nama

َ

ي ﹷ

Fatḥah dan ya ai a dan i

َوﹷ

Fatḥah dan wau au a dan u

Contoh:

َ فْي ك

: kaifa

َ لْو ه

: haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan Huruf Nama Huruf dan Tanda

Nama

َ ى... / َ ا...

Fatḥah danalif atau ya

ā a dan garis di atas

(17)

xv

ى ِ

Kasrah dan

ya

ī i dan garis atas

و ى

Ḍammah dan

wau

ū u dan garis atas 4. Ta marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t].

Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

لا فْط ْلْاَ ة ضْو ر :

rauḍah al-aṭfāl

َ ة لْ ي ض فْلاَ ة نْ ي د مْل ا

: al-madīnah al-fāḍilah

َ ْلا

َ ة مْك :

al-hikmah

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd ( َ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh:

ا نَّ ب ر

: rabbanā

ا نْ ييَّ نَ

: najjainā

َ ق ْلا

: al-ḥaqq

َ ج ْلا

: al-ḥajj

َ م ع ن

: nu‘‘ima

َ و د ع

: ‘aduwwun

Jika huruf ىber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ىِى), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (ī). Contoh:

(18)

َ ى ل ع

: ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

َ ب ر ع

: ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf لا(alif lam ma‘rifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contohnya:

َ سْمَّشل ا

: al-syams (bukan asy-syams)

َ ة ل زْل زْل ا

: al-zalzalah (az-zalzalah)

ة ف سْلفْل ا

: al-falsafah

َ د لَ بْل ا

: al-bilādu 7. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contohnya:

َ نْو ر مْ تَ

: ta’murūna

َ ءْو نْل ا

: al-nau’

َ ءْي ش

: syai’un

َ تْر م

ا : umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

(19)

xvii

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al- Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fī Ẓilāl al-Qur’ān

Al-Sunnah qabl al-tadwīn

Al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab

9. Lafẓ al-Jalālah ( الله )

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:

ّللا نْيِد dīnullāh ِ ّللااِب billāh

Adapun ta marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al- jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh:

ِالل ِة مْح ر ْيِف ْم ه hum fī raḥmatillāh 10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan

(20)

huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

Wa mā Muḥammadun illā rasūl

Inna awwala baitin wuḍi’a linnāsi lallażī bi Bakkata Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī

Abū Naṣr al-Farābī Al-Gazālī

Al-Munqiż min al-Ḍalāl

(21)

xix DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

DAFTAR ISI ...xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Batasan Masalah ... 8

3. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 10

E. Metode Penelitian ... 14

1. Jenis Penelitian ... 14

2. Sifat Penelitian ... 15

3. Sumber Data ... 15

4. Teknik Pengumpulan Data ... 16

5. Teknik Pengolahan Data ... 17

6. Teknik Penulisan ... 18

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II QALB DALAM BERBAGAI TINJAUAN ... 21

A. Pengertian Qalb ... 21

B. Qalb dalam al-Qur’an ... 23

C. Macam-Macam Qalb... 24

D. Tingkatan-Tingkatan Qalb ... 26

E. Fungsi-Fungsi Qalb ... 32

F. Qalb Menurut Para Pakar ... 36

G. Kecerdasan Qalbiah ... 42

(22)

BAB III BIOGRAFI HAMKA DAN TAFSIR AL-AZHAR ... 47 A. Biografi Hamka ... 47 B. Pemikiran dan Karya-Karya Hamka ... 54 1. Pemikiran Hamka ... 54 2. Karya Hamka ... 57 C. Profil Tafsir Al-Azhar ... 59 1. Latar Belakang Penulisan ... 59 2. Metode dan Corak Penafsiran ... 61 3. Sumber Penafsiran ... 62 4. Sistematika Penulisan ... 63 5. Pengaruh Tafsir Al-Manar dalam Tafsir Al-Azhar ... 63 6. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Al-Azhar ... 65 BAB IV TAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG QALB ... 69 A. Qalb Positif ... 69 1. Qalb Salīm (Qs. Al-Syu’arā’/26: 89)... 69 2. Qalb Munīb (Qs. Qāf/50: 33) ... 71 3. Qalb Muṭmainnah (Qs. Al-Naḥl/16: 106) ... 74 B. Qalb Negatif ... 77 1. Qalb Mariḍ (Qs. Al-Aḥzāb/33: 32) ... 77 2. Qalb Makhtūm (Qs. Al-Baqarah/2: 7) ... 79 3. Qalb Syatta (Qs. Al-Ḥasyr/59: 14) ... 82 C. Cara Meningkatkan Kecerdasan Qalbiah ... 84 BAB V PENUTUP ... 91 A. Kesimpulan ... 91 B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA ... 93

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab yang membawa kebenaran, sehingga semua permasalahan sesungguhnya telah ada penyelesaiannya di dalam al- Qur’an. Perihal ini Hasbi ash-Shiddieqy mengatakan bahwa al-Qur’an merupakan pengumpul segala makna dan hakikat, pengumpul hikmah dan hukum. Sehingga bisa dikatakan bahwa al-Qur’an adalah kalamullāh yang menghimpun segala ilmu.1 Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya Qs. al-Naḥl/16 89:

َ ي م لْس مْل لَٰى رْش ب وَاة ْحْ ر وَىاد ه وٍَءْي شَ ل ك لَانًا يْ ب تَ با ت كْلاَ كْي ل عَا نْلَّز ن و

Artinya: “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

Al-Quran menyimpan banyak ilmu di antaranya ilmu tentang kemanusiaan. Salah satunya terdapat dimensi-dimensi yang membedakan antara manusia dan seluruh makhluk hidup lain di antaranya mengenai:

potensi, kemampuan belajar dan menuntut ilmu sebanyak-banyaknya.2 Allah Swt. telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik ciptaan. Manusia diciptakan mempunyai qalb oleh Allah Swt. dan setiap anggota tubuh ditugaskan untuk menjalankan fungsi tertentu. Setiap anggota tubuh dikatakan sakit jika tidak mampu lagi menjalankan fungsinya atau cacat.

Dan begitu juga dengan qalb, qalb yang sakit adalah qalb yang tidak mampu lagi menjalankan tugasnya dengan baik yang sesuai dengan tujuan adanya yakni untuk ilmu, mencintai Allah Swt., hikmah, makrifat, menyembah-

1 Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), 6-7.

2 M. Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan al-Quran (Surabaya: Bina Ilmu, 1991), 14.

(24)

Nya, merasakan kebahagiaan saat mengingat-Nya serta lebih memilih Allah Swt. dari pada hasrat lainnya.3

Berdasarkan penjelasan dari al-Tirmiẓī dalam buku yang ditulis Amir al-Najjar, qalb merupakan satu-satunya tempat yang mampu menampung pengetahuan dari Allah dan mampu menyaring hasil keputusan perasaan dan akal. Selain itu, qalb menjadi pusat perasaan, pengenalan, dan emosi.4

Salah satu pembahasan dalam al-Qur’an tentang qalb adalah mengenai fungsi serta potensinya untuk manusia. Fungsi utamanya yakni sebagai alat untuk memahami realitas serta nilai-nilai. Nilai-nilai yang baik atau buruk. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah Swt Qs. al- Ḥajj/22 46:

َٓا بَِ نْو ل قْعَّ يَ بْو ل قَْم لََ نْو ك ت فَ ضْر ْلْاَ فَِاْو رْ ي س يَْم ل ف ا

َ ا فَۚا بَِ نْو ع مْسَّيَ نا ذٰاَْو ا ى مْع تَ لَْا هَّ ن

َ رْو د صلاَ فَِْ تَِّلاَ بْو ل قْلاَى مْع تَْن كٰل وَ را صْب ْلْا َ

Artinya: “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar?

Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”

Dalam ayat di atas, qalb memiliki potensi yang serupa dengan akal, sehingga qalb secara sadar dapat memutuskan melakukan sesuatu. Hati yang dimaksud dalam ayat ini adalah akal sehat dan hati yang bersih, serta telinga karena yang ditekankan adalah kebebasan berfikir dengan jernih untuk memperoleh kebenaran. Orang yang tidak menggunakan akal sehat dan telinganya, maka dianggap buta hati sebagaimana ayat tersebut.

Sehingga hati memiliki peranan penting dalam menentukan tindakan

3 Muḥammad al-Gazali, Metode Menaklukan Jiwa (Mizan: Bandung, 2001), 114.

4 Amir al-Najjar, Ilmu Jiwa dalam Tasawuf, terj. Hasan Abrori (Jakarta Selatan:

Pusat Azzam, 2000), 63.

(25)

3

seseorang. Hati yang bersih atau suci hanya dimiliki oleh orang-orang yang bisa mengatur emosionalnya.

Daya emosi qalb yang paling dominan akan menimbulkan daya rasa.

Daya emosi merupakan suatu reaksi yang menghubungkan satu tingkat kegiatan dan terdapat perubahan-perubahan secara mendalam serta perasaan yang kuat. Perasaan merupakan pengalaman disadari yang dihasilkan oleh faktor eksternal maupun berbagai macam keadaan jasmani.5

Jika ditinjau dari segi bahasa, kata qalb diambil dari akar kata yang memiliki makna membalik, karena ia seringkali berbolak-balik.6 Kadang kala senang dan kadang kala susah, kadang kala menerima dan kadang kala menolak. Qalb sangat berpotensi tidak konsisten. Al-Qur’an pun menggambarkan seperti itu, ada yang baik dan ada pula sebaliknya. Hal ini didukung oleh pendapat Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati:

Kisah dan Hikmah Kehidupan bahwa qalb memiliki dua bisikan yakni lammah malākiyyah (bisikan malaikat) dan lammah syaiṭāniyyah (bisikan setan). Bisikan malaikat adalah yang mendorong manusia untuk melakukan hal yang sesuai dengan al-Qur’an dan hadis, sedangkan bisikan setan adalah yang mendorong manusia untuk selalu mengikuti syahwatnya untuk melakukan hal yang buruk.7 Oleh sebab itu, qalb dibagi dua menjadi qalb positif yang berdasarkan pada lammah malākiyyah dan qalb negatif yang berdasarkan pada lammah syaiṭāniyyah.

Qalb sangat erat kaitannya dengan daya emosi. Emosi ada yang positif dan negatif. Al-Qur’an secara tersirat telah menerangkan mengenai ini, yakni terkandung dalam qalb positif dan qalb negatif. Oleh sebab itu,

5 Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 89-90.

6 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), 288.

7 M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (Bandung: PT.

Mizan Pustaka, 2004), 28.

(26)

agar kita bisa mengontrol qalb negatif atau emosi negatif dibutuhkannya kecerdasan emosional. Menurut Ary Ginanjar, penemu ESQ Model, kecerdasan emosi adalah kecerdasan merasa.8 Kecerdasan merasa ini erat kaitannya dengan qalb (hati). Menurutnya orang akan mampu mendengarkan suara hatinya sebagai bagian dari fitrahnya sebagai manusia, jika ia memiliki kecerdasan emosional.

Kemudian perihal teori kecerdasan emosional pertama kali dipopulerkan oleh Daniel Goleman. Melalui bukunya yang terkenal yakni Emotional Intelligence (kecerdasan emosional), ia menjelaskan bahwasanya kecerdasan emosional merupakan kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.9

Kemudian dalam buku Keajaiban dan Kekuatan Emosi karya Martin Wijongko diterangkan bahwa Tuhan memberikan kita emosi untuk suatu tujuan yang suci yakni agar bahagia, ketika setiap individu mampu mengendalikan emosinya secara baik, maka akan mendapat hasil yang baik pula.10 Selain itu, jika ia mendapatkan hasil yang baik, maka ia akan bahagia.

Ironisnya, di dunia ini yang terkenal sebagai pencetus dan memiliki banyak teori tentang kecerdasan emosional adalah Barat. Karena ilmu itu hadir dari manusia, tentu memiliki kekurangan. Sedangkan jika kita mempelajari dari al-Qur’an, maka akan lebih baik karena tidak ada kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Faktanya sejak awal, Islam telah

8 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Emotional Spiritual Quotient Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, cet. Ke-26 (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), 42.

9 Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terj. Alex Tri Kantjono (Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1999), 512.

10 Martin Wijongko, Keajaiban dan Kekuatan Emosi, cet. 14 (Yogyakarta:

Kanisius, 2011), 16.

(27)

5

membicarakan mengenai kecerdasan emosional baik dalam al-Qur’an, hadis, maupun kitab-kitab para ulama. Seperti ajaran untuk sabar, ikhlas, tawakal, istiqāmah, memaafkan dan lainnya. Sehingga manusia bisa hidup dengan aman, damai dan tenang, tanpa saling menghina, menjatuhkan ataupun melakukan hal lainnya yang buruk.

Kecerdasan emosi dalam Islam termasuk ke dalam kecerdasan qalbiah. Karena kecerdasan qalbiah atau kecerdasan kalbu di sini mampu mengontrol nafsu-nafsu agresif serta impulsif, sehingga seseorang mampu bersikap hati-hati, tenang, waspada dan sabar ketika menerima musibah dan bersyukur ketika memperoleh kenikmatan.11 Selain kecerdasan emosional, terdapat kecerdasan intelektual, spiritual, agama dan moral juga dalam kecerdasan qalbiah.12

Perihal perintah untuk memiliki kecerdasan emosional dalam al- Qur’an ada banyak, di antaranya ayat tentang perintah pengendalian diri yang terdapat dalam Qs. ’Āli ‘Imrān/3 : 134:

َْلاَ ْي م ظٰكْلا وَ ءا َّۤ

َّرَّضلا وَ ءا َّۤ

َّرَّسلاَ فَِ نْو ق فْن يَ نْي ذَّلا

َ عَ ْي فا عْلا وَ ظْي غ

َ ُّ َُ ٰ لّا وَ ساَّنلاَ ن

َۚ ْي ن سْح مْلا

Artinya: “(yaitu) orang yang berinfak, baik pada waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan,”

Ayat di atas menjelaskan bahwasanya orang yang bertakwa salah satunya adalah yang mampu menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Melalui ini jelas bahwa pendidikan mengenai kecerdasan emosional pada faktanya telah diajarkan dalam al-Qur’an.

Bahwasanya ketika ada hal yang membuat kesal atau marah, selaku umat muslim hendaknya bisa meredam amarah dan memaafkan orang lain,

11 Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), 96.

12 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2002), 325.

(28)

karena hal tersebut akan menimbulkan efek positif kepada orang yang memaafkannya, yakni akan lebih tenang hatinya.

Oleh karena itu, karena pentingnya mengontrol emosi dalam kehidupan ini dan hati erat kaitannya dengan manajemen emosi. Maka pada penelitian ini, penulis akan fokus membahas tentang qalb yang ada kaitannya dengan qalb positif dan negatif. Qalb di sini lebih dikhususkan pada makna psikis bukan jasmani. Selain itu, akan diuraikan juga mengenai kecerdasan qalbiah lain yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan moral dan kecerdasan beragama.

Penelitian ini menggunakan Tafsir al-Azhar karena tafsir ini merupakan salah satu tafsir di Indonesia yang cukup populer. Selain itu, di dalamnya juga terdapat berbagai keunikan dalam penafsirannya, contohnya dalam pemaknaan khatamallāhu ‘alā qulūbihim dalam surah al-Baqarah ayat 7 bukan diartikan “Allah Swt. telah mengunci hati mereka”, tapi Hamka menggunakan kalimat:

“Allah Swt. telah cap (materai) hati mereka.”13

Artinya, ketika hati itu sudah dimaterai atau dicap oleh Allah Swt., maka cap atau materai itu akan selalu membekas dan tidak bisa hilang.

Sehingga orang-orang ini tidak bisa lagi mendapatkan petunjuk kebenaran.

Contoh lain, dalam Tafsir al-Azhar seringkali menggunakan contoh kisah yang berkaitan dengan ayat yang sedang dibahas, contohnya mengenai hati yang bertobat ia menceritakan tentang ayahnya yang selalu membaca al- Qur’an setiap waktu untuk menjadi bekal di akhirat ketika kembali pada Allah Swt. Selanjutnya dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an lain pun, Buya Hamka tidak terlalu mendalaminya secara kebahasaan. Namun seringkali dikontekstualisasikan dengan keadaan di masyarakat. Sehingga

13 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 1, 122.

(29)

7

tafsir ini lebih mudah dipahami oleh pembacanya dan dianggap sesuai dengan kebutuhan zaman.

Setelah meninjau dari latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitian mengenai qalb dengan judul “Qalb dalam Perspektif al-Qur’an (Kajian Tafsir al-Azhar)”. Penelitian ini berusaha untuk mengkaji qalb dalam Tafsir al-Azhar serta relevansinya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya, dengan harapan dapat menemukan konsep kecerdasan qalbiah berbasis al-Qur’an.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Kajian mengenai manusia senantiasa mengalami perkembangan dari masa ke masa. Sehingga menghasilkan berbagai disiplin ilmu. Di antara kajian tersebut adalah mengenai potensi qalb manusia. Qalb erat kaitannya dengan kecerdasan emosional.

Teori kecerdasan emosional telah banyak dikenal dan dipelajari di Barat. Namun masih sedikit yang membahas kecerdasan emosional dalam perspektif Islam secara masif, terutama dalam al-Qur’an.

2. Selain kecerdasan emosional, ternyata dalam kecerdasan qalbiah juga terdapat kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, kecerdasan moral dan kecerdasan beragama. Semuanya tergantung dari kondisi qalb seseorang. Sayangnya belum terlalu banyak yang meneliti mengenai hal ini secara masif.

3. Perihal potensi manusia terdapat banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menjelaskannya, salah satunya dengan redaksi qalb. Selain

(30)

qalb, terdapat ragam redaksi lain yang digunakan dalam menggambarkan potensi jiwa manusia yakni:

a. al-Aql b. al-Nafs

Kembali pada kata qalb, qalb dalam al-Qur’an memiliki banyak penafsiran. Namun sejauh ini, analisis penafsiran qalb dalam al-Qur’an secara mendalam yang fokus pada potensi jiwa dalam hal kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya dalam perspektif al-Qur’an belum ditemukan.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, serta untuk menghindari pembahasan yang terlalu melebar nantinya. Maka, penulis memberi batasan masalah dalam penelitian ini yakni fokus kepada analisis penafsiran ayat-ayat tentang qalb dalam Tafsir al-Azhar yang ada kaitannya dengan potensi jiwa yakni kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya. Ayat-ayat al-Qur’an yang akan dikaji yakni tentang qalb positif dan qalb negatif. Qalb yang positif seperti qalb yang damai (qalb salīm) (Qs. al-Syu’arā/26: 89), qalb yang bertobat (qalb munīb) (Qs.Qāf/50: 33) dan qalb yang tenang (qalb muṭmainnah) (Qs. al-Naḥl/16: 106). Adapun qalb yang negatif seperti:

qalb yang sakit (qalb mariḍ) (Qs. al-Aḥzab/33: 32), qalb yang terkunci (qalb makhtūm) (Qs. al-Baqarah/2: 7) dan qalb yang terpecah-belah (qalb syatta) (Qs. al-Ḥasyr/59: 14).

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemaparan latar belakang dan batas masalah di atas. Maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: bagaimana kajian qalb dalam Tafsir al-Azhar?

(31)

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah berisi tentang tujuan dan hasil-hasil yang akan dicapai melalui penelitian, sedangkan manfaat penelitian adalah penjelasan tentang manfaat dan dampak dari hasil penelitian.14 Dari beberapa permasalahan di atas penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui penafsiran ayat-ayat tentang qalb dalam Tafsir al-Azhar yang ada kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya. Khususnya yang memiliki redaksi qalb positif dan qalb negatif.

2. Menggali konsep-konsep al-Qur’an terkait teori-teori kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya.

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan terkait studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, terutama dalam kajian tafsir tematik.

2. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai sumber acuan bagi yang mau meneliti secara mendalam mengenai potensi qalb dalam al-Qur’an.

3. Penelitian ini diharapkan juga dapat berguna bagi keilmuan akademis maupun masyarakat luas terutama kaum Muslim. Terlebih karena penelitian ini menggunakan tafsir berbahasa Indonesia yakni Tafsir al-Azhar, sehingga bisa lebih mudah dipahami jika ingin meninjaunya langsung ke sumber primer dari penelitian ini.

4. Diharapkan akan terbentuk masyarakat yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur di kehidupan sehari-hari sesuai

14 Sidi Ritaudin, Muhammad Ikbal dan Sudarman, Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah Mahasiswa (Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2013/2014), 14.

(32)

dengan yang terdapat dalam al-Qur’an Terutama yang berkaitan dengan potensi qalb mengenai kecerdasan qalbiah.

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis telah menelusuri dan menelaah beberapa kajian terdahulu yang relevan dengan tema yang penulis angkat dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa skripsi ini belum pernah ada yang menulis sebelumnya atau tulisan ini sudah dibahas namun terdapat perbedaan dari segi pendekatan atau fokus penelitiannya.

Di bawah ini merupakan uraian kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

Nurotun Mumtahanah, “Tafsir al-Qur’an Tentang Qalb (Kajian Tafsir Maudhu’i)” dalam artikel ini membahas tentang pengertian qalb, unsur- unsur qalb, ayat-ayat tentang manajemen qalb dan kaitannya dengan pendidikan akhlak. Bahwasanya dengan mengontrol qalb bisa menciptakan akhlak yang baik bagi setiap individu. Banyak sistem pendidikan akhlak, etika dan moral dari barat, namun masih ada kekurangannya. Sedangkan jika mencari teladan untuk pendidikan akhlak lebih baik merujuk langsung kepada al-Qur’an, yang tidak ada sedikit keraguan dan kekeliruan di dalamnya.15

Malek Faizal bin Manaf, “Makna Qalb dalam al-Qur’an (Studi Komparatif antara Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Jāmi‘ li Ahkam al- Qur’an)” dalam skripsi ini membahas tentang perbedaan dan persamaan penafsiran kata qalb dalam dua kitab tafsir tersebut. Persamaan penafsiran dari keduanya perihal sepuluh macam sifat hati dalam al-Qur’an yakni sama-sama menghimbau dan mempertegas bahwa Allah Swt.

15 Nurotun Mumtahanah, “Tafsir Ayat al-Qur’an Tentang Qalb (Kajian Tafsir Maudhu’i)”. Akademika, vol.13, no.1 (Juni 2019): 13-29.

(33)

11

memerintahkan untuk berbuat baik kepada manusia, keseriusan taat, tunduk dan patuh kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknis dan bahasa pemaparannya. Tafsir al-Azhar menggunakan bahasa Indonesia yang simpel, praktis kemudian menguraikannya menggunakan munasabah ayat dengan ayat sebelumnya serta asbab al-nuzūl (jika ada). Sedangkan Tafsir al-Qurṭūbi menggunakan bahasa arab yang indah, serta lebih kompleks karena menyertakan ayat lain, hadis lain, riwayat sahabat dan tabi’in.

Mansyur, “Al-Qalb dalam Perspektif al-Qur’an” dalam artikel ini membahas tentang hakikat qalb dalam al-Qur’an dan urgensinya. Hakikat qalb dalam al-Qur’an adalah senantiasa berbolak-balik (tidak konsisten) dalam menentukan keputusan. Urgensi qalb dalam al-Qur’an terwakili dengan adanya pedoman dan anjurannya agar terhindar dari qalb mariḍ dan qalb akinnah dan berusaha untuk meraih qalb salīm.16

Winda Sri Handayani, “Qalb dalam al-Qur’an Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” dalam skripsi ini qalb diklasifikasikan menjadi empat, yakni: pertama, qalb salīm yakni hati yang bersih dan patuh. Kedua, qalb yang menerima hidayah. Ketiga, qalb qaswah yakni yang keras dan tidak bisa menerima kebenaran. Keempat, qalb mutaraddid (ragu). Kelima, qalb mariḍ yakni hati yang mengatakan beriman, padahal mereka menjadi musuh orang yang beriman. Selain itu, dibahas juga mengenai fungsi qalb yakni untuk berzikir kepada Allah Swt, merasakan takut kepada Allah Swt, berpikir dan bertadabur yakni dengan memahami ayat-ayat al-Qur’an.17

16 Mansyur, “Al-Qalbu dalam Perspektif al-Qur’an”. Tafsere, vol.5, no.1 (2017):

45-63.

17 Winda Srihandayani, “Qalb dalam al-Qur’an Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2018), 1-73.

(34)

Saogi Al-Habsyi, “Medan Makna dan Terjemahan Kata Qolbu dalam Tafsir al-Azhar” dalam skripsi ini membahas tentang medan makna kata qolbu dan komponen makna kata qolbu dalam Tafsir al-Azhar. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwasanya terjemahan kata qolbu yang terdapat dalam Tafsir al-Azhar mempunyai lima sumber kata, yakni: qalb, fu‘ād, nafs, ṣadr dan ‘ain. Kata qolbu sering digunakan untuk menunjukkan jantung/hati yang tidak tetap (dapat berbolak-balik). ‘Ain untuk kebahagiaan dan kegembiraan. Ṣadr adalah hati yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tersembunyi dan tertutup. Fu’ād digunakan dalam konteks menggambarkan hati yang sedang terbakar perasaannya.

Nafs banyak digunakan dalam konteks hamba yang meminta kepada Allah swt dengan belas kasih, ketidakberdayaan dan kelemahan.18

Alif Jatmiko, “Kecerdasan Emosional dalam Perspektif al-Qur’an”

dalam tesis ini beliau hanya fokus kepada ayat-ayat tentang kecerdasan emosi jiwa yang memiliki redaksi nafs dan segala derivasinya. Menurutnya, manusia memiliki tiga potensi yang didasarkan pada tigal hal, yakni al-qalb, al-nafs dan al-‘aql.19

Lia Widyawati, “Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosional pada Kisah-kisah al-Qur’an dan Upaya Pengembangannya pada Anak Usia 6 Sampai 9 Tahun” dalam skripsi ini, ia berfokus pada kecerdasan emosional teori Daniel Goleman dan kaitannya dengan perkembangan anak usia 6 sampai 9 tahun yang terkandung dalam kisah Kedua Putra Nabi Adam As.

dalam surah al-Mā’idah ayat 27-32, Nabi Nuh As. dalam surah al-‘Ankabūt

18 Saogi Alhabsyi, “Medan Makna dan Terjemahan Kata Qolbu dalam Tafsir al- Azhar” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), 1-72.

19 Alif Jatmiko, “Kecerdasan Emosi dalam Perspektif al-Qur’an” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014), 1-159.

(35)

13

ayat 14, dan Nabi Musa As. dalam surah Ṭāhā ayat 37-40 dan surah al-Qaṣaṣ ayat 1-13.20

Nurmayani, “Kecerdasan Qalbiah dalam Psikologi Islam” dalam artikel ini membahas tentang kecerdasan qalbiah dalam psikologi Islam yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan beragama dan kecerdasan beragama. Selain itu juga terdapat metode untuk menumbuhkan kecerdasan qalbiah.21

Samsu Nahar, “Kecerdasan Qalbiyah dalam Perspektif Psikologi Islam” dalam artikel ini membahas mengenai pengertian kecerdasan qalbiyah, macam-macam kecerdasan qalbiyah dalam psikologi Islam, bentuk-bentuk kecerdasan qalbiyah dan metode menumbuhkembangkan kecerdasan qalbiyah.22

Avif Alfiyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir al- Azhar” dalam artikel ini membahas tentang biografi Buya Hamka dan metode yang digunakannya dalam menafsirkan al-Qur’an.23

Dari berbagai ulasan literatur di atas, penulis menemukan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni tema pembahasannya tentang qalb dalam al-Qur’an, Tafsir al-Azhar, kecerdasan emosional dalam al-Qur’an dan kecerdasan qalbiah. Penulis menemukan beberapa kajian mengenai qalb dalam al-Qur’an seperti pengertian, unsur-unsur, klasifikasinya, perbandingan penafsiran, dan lain-lain. Kemudian dalam literatur mengenai kecerdasan emosional dalam Al-Qur’an dijelaskan

20 Lia Widyawati, “Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosional pada Kisah-kisah al-Qur’an dan Upaya Pengembangannya pada Anak Usia 6 Sampai 9 Tahun” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), 1-78.

21 Nurmayani, “Kecerdasan Qalbiah dalam Psikologi Islam”. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, vol.19, no.72 (Juni 2013): 1-11.

22 Samsu Nahar, “Kecerdasan Qalbiyah dalam Perspektif Psikologi Islam”. Al- Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol.6, no.2 (Juli 2016): 1-19.

23 Avif Alviyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar”. Ilmu Ushuluddin, vol.15, no.1 (Januari 2016): 25-35.

(36)

mengenai pengertian, ayat-ayat yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan penerapan pengamalan kisah dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. Selanjutnya dalam literatur Tafsir al-Azhar dijelaskan mengenai biografi penulis tafsir dan metode penafsiran yang digunakan dalam Tafsir al-Azhar. Terakhir dalam literatur mengenai kecerdasan qalbiah membahas macam-macam kecerdasan qalbiah dan cara meningkatkannya.

Setelah meninjau literatur di atas, penulis menemukan celah yakni belum ada yang mengkaji secara rinci mengenai kajian qalb dalam Tafsir al-Azhar dan kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya. Oleh karena itu, penulis ingin menulisnya secara komprehensif. Sehingga dengan ini jelas letak perbedaan antara kajian penelitian ini dengan penelitian terdahulu.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah aspek yang paling penting dalam melakukan penelitian ilmiah. Penelitian diartikan sebagai pemeriksaan, penyelidikan, atau penyajian data. Penyajian data ini dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum atau juga dapat diartikan sebagai pemeriksaan dengan teliti serta cermat atau menelaah dengan sungguh-sungguh.24 Peneliti akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yakni:

1. Jenis Penelitian

Mengenai penulisan karya tulis ilmiah (skripsi) agar mendapatkan hasil yang komprehensif terkait tentang qalb dalam al-

24 Irawan Soehartono, Metodologi Penelitian Sosial (Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 1.

(37)

15 Qur’an, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Karena menggunakan data kualitatif, maka penelitian difokuskan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dalam bentuk deskripsi kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Adapun fokus pada penelitian ini berkenaan dengan penafsiran terhadap ayat-ayat tentang qalb dalam Tafsir al-Azhar dan relevansinya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yakni menuturkan, menggambarkan dan mengklasifikasikan data secara objektif yang dikaji sekaligus menginterpretasikan dan menganalisis data.25 Dalam hal ini, penulis berusaha menggambarkan objek penelitian yaitu kajian atas analisis qalb dalam Tafsir al-Azhar serta relevansinya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan dua sumber penelitian:

a. Sumber Data Primer

Data primer yang disajikan adalah literatur yang berkaitan langsung dengan pokok kajian. Dalam penelitian ini data primer yang penulis gunakan adalah Tafsir al-Azhar karya Hamka.

Karena dalam penelitian ini yang menjadi fokus pembahasannya adalah penafsiran qalb dalam Tafsir al-Azhar.

b. Sumber Data Sekunder

25 Kholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, cet. 3 (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 44.

(38)

Data sekunder adalah berupa referensi-referensi yang secara tidak langsung berkaitan dengan tema qalb dalam Tafsir al-Azhar serta relevansinya dengan kecerdasan emosional. Data sekunder yang penulis gunakan adalah buku, kamus bahasa Arab, skripsi, tesis, disertasi, artikel dan alat informasi lainnya yang bisa dipertanggung jawabkan kebenaran datanya serta berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan aktivitas yang dilakukan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan demi mencapai tujuan suatu penelitian.26 Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian yang bersifat pustaka. Maka penulis menggunakan teknik dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian ini yakni seputar qalb, kecerdasan emosional, psikologi Islam dan lainnya. Teknik ini menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.

Selanjutnya data kebahasaan dibatasi hanya untuk kepentingan dan tujuan penelitian.

Penulis menggunakan metode pengolahan dan analisis data yang bersifat kualitatif dengan cara berpikir deduktif, yaitu suatu metode yang digunakan dengan jalan meninjau beberapa hal yang bersifat umum. Kemudian diterapkan atau dialihkan kepada sesuatu yang bersifat khusus agar mendapat data yang akurat.

26 W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, 2005), 110.

(39)

17

5. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data-data yang telah didapat dan dikumpulkan akan diolah dengan cara-cara berikut:

a. Memilih dan menetapkan masalah al-Qur’an yang akan dikaji. Kata qalb dalam Tafsir Al-Azhar adalah topik yang akan dibahas.

b. Mencari makna qalb dalam al-Qur’an dan dalam kamus bahasa arab.

c. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan qalb positif dan qalb negatif bukan subjeknya tapi qalbnya.

d. Mencari makna qalb positif dan qalb negatif di dalam Tafsir al-Azhar.

e. Mencari relevansi makna qalb dalam Tafsir al-Azhar dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya.

Selain itu, pada penelitian skripsi ini akan menggunakan pendekatan semantik al-Qur’an. Karena pendekatan semantik dianggap ideal dalam mengungkapkan makna dan mencari perubahan makna yang ada pada suatu kata sehingga dapat diperoleh makna yang dimaksud oleh author. Selanjutnya pendekatan semantik al-Qur’an juga bertujuan untuk mengetahui visi Qur’ani tentang alam semesta dengan menganalisis kata kunci yang terdapat dalam al-Qur’an.

Sehingga dapat menghasilkan pemahaman baru tentang hal yang diajarkan dalam al-Qur’an untuk manusia dan selanjutnya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mencari makna dasar, makna relasional, meninjau sejarah makna dan mencari konsep yang diajarkan al-Qur’an.

(40)

6. Teknik Penulisan

Penulisan dan penyusunan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Akademik 2017 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan transliterasinya menggunakan hasil dari Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor:

158 Tahun 1987, Nomor: 0543b/U/1987. Adapun dalam penulisan terjemah al-Qur’an, penulis menggunakan al-Qur’an in Word dari Lajnah Pentashihan Qur’an Departemen Agama Republik Indonesia.

H. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika yang tersusun dalam tiga bagian, yakni: bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Masing- masing bagian akan dirincikan dalam pemaparan di bawah ini:

Bagian awal terdiri dari beberapa bagian, yakni: lembar sampul, lembar judul, lembar pernyataan keaslian karya, lembar persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pedoman transliterasi, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian tengah terdiri dari 5 bab yang dirincikan sebagai berikut:

Bab I berisi mengenai gambaran umum dari penelitian, dengan sub bab sebagai berikut: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berisi penjelasan lebih dalam mengenai teori-teori yang menjadi kata kunci dalam penelitian ini. Lebih rincinya, bab ini akan membahas mengenai qalb dalam berbagai tinjauan, yang meliputi pengertiannya, qalb dalam al-Qur’an, macam-macamnya, tingkatan-tingkatanya, fungsi- fungsinya, qalb menurut para pakar dan kecerdasan qalbiah.

(41)

19

Bab III berisi gambaran umum mengenai profil mufasir dan kitab tafsir.

Terdiri dari biografi Buya Hamka dan seputar Tafsir al-Azhar.

Bab IV berisi mengenai paparan hasil temuan yang berupa kajian ayat-ayat qalb dalam Tafsir al-Azhar yang terdiri dari qalb positif, qalb negatif dan cara meningkatkan kecerdasan qalbiah.

Bab V berisi kesimpulan, saran-saran dan masukan yang positif untuk penelitian selanjutnya mengenai qalb dalam perspektif al-Qur’an. Sehingga ke depannya akan lebih banyak yang meneliti mengenai tema ini dengan ditinjau dari berbagai aspek ataupun dengan pendekatan lain.

Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka.

(42)
(43)

21 BAB II

QALB DALAM BERBAGAI TINJAUAN

A. Pengertian Qalb

Kata qalb dari segi bahasa adalah bentuk masdar (kata benda dasar) dari akar kata qalaba yang dapat diartikan berubah, berpindah atau berbalik.

Kata qalb atau dalam bahasa Indonesia menjadi kalbu, terambil dari akar kata qalaba yang bermakna membalik, karena kalbu seringkali berbolak balik, ada kalanya senang dan ada kalanya susah, satu waktu setuju dan satu waktu bisa jadi menolak. Oleh karena itu, qalb sangat berpotensi tidak konsisten.1

Jika dimaknai dalam bahasa Inggris menurut buku Oxford Learner’s Pocket Dictionary, qalb yang disebut heart2 yakni:

1. Organ pumps blood around the body (Organ yang memompa darah ke seluruh tubuh)

2. Centre of person’s feelings especially love (pusat perasaan seseorang terutama cinta)

3. Centre or most important part of something (pusat atau bagian yang terpenting dari sesuatu)

4. Something shaped like a heart (sesuatu yang berbentuk seperti hati) 5. One of the four sets of playing cards (suits), with red heart symbols on them (salah satu dari empat setel kartu bermain, dengan simbol hati berwarna merah di dalamnya)

Sedangkan dalam Mu‘jam Maqāyīs al-Lugāh, kata qalb yang terdiri dari huruf qof, lam dan ba memiliki dua arti yakni yang pertama,

1 Ahmad Dibul Amda, ”Makna Semantik Qalbu dalam al-Qur’an”. Syaikhuna, vol.11, no.2 (Oktober 2020): 195.

2 Oxford University, Oxford Learner’s Pocket Dictionary (New York: Oxford University Press, 2008), 205-206.

(44)

menunjukkan pada sesuatu yang murni serta mulia. Sedangkan yang keduanya yakni memalingkan dari satu arah ke arah yang lain.3 Kata qalb atau yang tertulis qalaba dalam Lisān al-‘Arab karya Ibn al-Manẓūr diartikan dengan mengubah sesuatu dari bagian mukanya.4

Dalam kamus yang cukup populer yakni Kamus al-Munawwir karya Ahmad Warson, qalb memiliki beberapa arti yakni dalam bentuk kata asli yakni qalaba dapat diartikan ḥawlahu (merubah bentuk, rupa, dsb).

Kemudian dalam bentuk taqalluba (berubah bentuk, rupa, dsb) di antaranya al-si’ru (turun naik), al-mutawajji’ (berguling-guling). Sedangkan dalam bentuk al-qalb: maṣdar qalaba dapat diartikan lubb (hati, jantung, inti, lubuk hati). Selain itu, qalb juga sering diartikan ‘aql (akal) di antaranya:

quwwah atau syajā‘ah (semangat, keberanian atau kekuatan), bāṭīn (bagian dalam) dan wasaṭ (pusat atau bagian tengah).5

Dalam Kamus Arab-Indonesia Kontemporer karya Ahmad Zuhdi, qalb dapat memiliki beberapa arti yakni dimaknai bagi kata tahwīl (pemutaran, perubahan atau pembalikkan), ‘aks (kebalikan, pembalikan), iṭāhat (perobohan) dan isqāṭ (penumbangan), tabdīl (penggantian) dan tagyīr (pengubahan), fu’ād (hati, jantung atau lubuk hati), jauhar (inti), lubb (esensi) dan ṣamīm (bagian dalam) dan kata wasaṭ (pusat, tengah-tengah, bagian tengah).6

Meninjau dari kamus-kamus di atas, bahwa arti qalb dalam bentuk non materi dan bersifat psikis di antaranya yakni: lubuk hati, semangat,

3 Aḥmad bin Fāris, Mu’jam Maqāyīs al-Lugāh, juz 5 (Beirut: Dār al-Fikr, 1979), 17.

4 Ibn Al-Manẓūr, Lisān al-‘Arab, juz 1 (Beirut: Dār al-Ṣadir, t.th.), 685.

5 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1984), 1145.

6 Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan al-Qur’an, 1973), 1467.

(45)

23

keberanian dan kekuatan. Kemudian di sisi lain kata qalb secara fisik dapat diartikan jantung atau heart.

B. Qalb dalam al-Qur’an

Jumlah kata qalb yang terdapat di dalam al-Qur’an ada sekitar 168 kata. Kata qalb ini dalam berbagai bentuk yang variatif yakni maf‘ūl, fā‘il (dalam bentuk jama‘ ataupun mufrad) dan maṣdar. Sedangkan kata qalb dalam bentuk fi‘il diungkapkan dalam fi‘il muḍāri dan fi‘il māḍi baik mabni ma‘lūm ataupun mabni majhul. Letak kata qalb dalam al-Qur’an terletak pada beberapa ayat berikut:

1. Tuqlabūn 1 kali terdapat dalam Qs. 29: 21.

2. Yanqalibū/ yanqalibūn 2 kali terdapat dalam Qs. 3: 127 dan Qs. 26:

227.

3. Yanqalib 5 kali terdapat dalam Qs. 2: 143, Qs. 3: 144, Qs. 48: 12, Qs.

67: 4 dan Qs. 84: 9.

4. Qallabū 1 kali terdapat dalam Qs. 9: 48.

5. Qalbain 1 kali terdapat dalam Qs. 33: 4.

6. Yuqallibu 2 kali terdapat dalam Qs. 18: 42 dan 24: 44.

7. Nuqallibu 2 kali terdapat dalam Qs. 6: 110 dan Qs. 18: 18.

8. Tanqalibū 2 kali terdapat dalam Qs. 3: 149 dan Qs. 5: 21.

9. Tataqallabu 1 kali terdapat dalam Qs. 24: 37.

10. Tuqallabu 1 kali terdapat dalam Qs. 33: 66.

11. Mutaqallab 1 kali terdapat dalam Qs. 47: 19.

12. Inqalabū 5 kali terdapat dalam Qs. 3: 174, Qs. 7: 119, Qs. 12: 62 dan 2 kali dalam Qs. 83: 31.

13. Inqalabtum 2 kali terdapat dalam Qs. 3: 144 dan Qs. 9: 95.

14. Inqalaba 1 kali terdapat dalam Qs. 22: 11.

15. Munqalab 2 kali terdapat dalam Qs. 18: 36 dan Qs. 26: 227.

(46)

16. Munqalibūn 3 kali terdapat dalam Qs. 7: 125, Qs. 26: 50 dan Qs. 43:

14.

17. Taqallub 5 kali terdapat dalam Qs. 2: 144, Qs. 3: 196, Qs. 26: 219, Qs.

16: 46 dan Qs. 40: 4.

18. Qalb 19 kali, beberapa di antaranya terdapat dalam: Qs. 3: 159, Qs. 26:

89, Qs. 37: 84, Qs. 40: 35, Qs. 50: 33, Qs. 50: 37, Qs. 2: 97, Qs. 26:

194, Qs. 42: 24, Qs. 2: 204, Qs. 2: 283, Qs. 8: 24, Qs. 16: 106, Qs. 18:

28, Qs. 33: 32, Qs. 45: 23, Qs. 64: 11, Qs. 28: 10 dan Qs. 2: 260.

19. Qulūb 112 kali, beberapa di antaranya terdapat dalam: Qs. 3: 151, Qs.

7: 101, Qs. 7 179, Qs. 8:12, Qs. 9: 117, Qs. 10: 74, Qs. 13: 28, Qs. 15:

12, Qs. 22: 32, Qs. 22: 46, Qs. 22: 46, Qs. 24: 37, Qs. 26: 200, Qs. 30:

59, Qs. 33: 10, Qs. 39: 45, Qs. 40: 18, Qs. 47: 24, Qs. 48: 4, Qs. 57: 27, Qs. 79: 8, Qs. 66: 4, Qs. 2: 74, Qs. 2: 225, Qs. 3: 103, Qs. 3: 126, Qs.

3: 154, Qs. 6: 46, Qs. 8: 10, Qs. 8: 11, Qs. 8: 70, Qs. 33: 5, Qs. 33: 51, Qs. 33: 53, Qs. 48: 12, Qs. 49: 7, Qs. 49: 14, Qs. 2: 88, Qs. 3: 8, Qs 4:

155, Qs. 5: 113, Qs: 41: 5, Qs. 59: 10, Qs. 2: 7, Qs. 2: 10, Qs 2: 93, Qs.

2: 118, Qs. 3: 7, Qs. 3: 156, Qs. 3. 167, Qs. 4: 63, Qs. 5: 13, Qs. 5: 41, Qs. 5: 41.

Kata qalb dan derivasinya yang telah disebutkan di atas berada pada 48 surah dan 155 ayat. Selanjutnya khusus mengenai redaksi qalb yang diartikan hati, terdapat dalam 45 surah dan 112 ayat dalam berbagai ayat berdasarkan konteks masing-masing.7

C. Macam-Macam Qalb

Sifat-sifat qalb yang terdapat dalam al-Qur’an, ada yang ditunjukkan bagi suatu kelompok secara umum dan ada juga yang dikhususkan untuk

7 Malek Faizal, “Makna Qalb dalam al-Qur’an (Studi Komparatif antara Tafsir al- Azhar dan Tafsir al-Jami li Ahkam al-Qur’an)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2015), 38.

(47)

25

perseorangan. Selanjutnya telah diketahui bahwasanya sifat qalb yang digambarkan di dalam al-Qur’an ialah bermacam-macam yakni qalb yang sakit, tertutup, keras dan tenang.8

Pembagian qalb menurut Hużaifah ibn al-Yamān yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh Syamsul Rizal Hamid, dibagi menjadi empat macam, yakni: 1) Qalb Ajrad (hati yang bersih tak bernoda, atau biasa disebut qalb salim), 2) Qalb Aglaf (hati yang tertutup), 3) Qalb Mankūs (hati yang terbalik) dan 4) Hati yang memiliki unsur kemunafikan dan keimanan.9

Berdasarkan skripsi yang ditulis Winda dijelaskan bahwa menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah10, qalb terbagi 5 yaitu:

1. Qalb Salīm

Maksud dari qalb salīm di sini yakni yang terlindungi dari berbagai penyakit hati dan terjaga ketauhidannya dan senantiasa condong pada kebenaran serta kebaikan.

2. Qalb Mariḍ

Mariḍ biasa diartikan penyakit, sedangkan qalb mariḍ diartikan segala hal yang membuat manusia melampaui batas kewajaran serta mengantarkan pada terganggunya mental serta fisik seseorang, bahkan membuat amal seseorang tidak sempurna. Melampaui batas di sini bisa terlalu berlebihan dan bisa juga kekurangan. Oleh sebab itu, dalam al- Qur’an dibahas mengenai penyakit hati dan akal.

8 Ida Ilmiah, “Fungsi Qalb Menurut Hadis Nabi” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2014), 15.

9 Syamsul Rijal Hamid, 500 Rahasia Islami Pencerah Jiwa (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2013), 114-145.

10 Winda Srihandayani, “Qalb dalam al-Qur’an Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2018), 29-30.

Referensi

Dokumen terkait

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian FR Retno Anggraini (2006) dan eddy (2005) yang menyebutkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh pada tingkat pengungkapan

Keenam, skripsi yang ditulis oleh Aghis Nikmatul Qomariyah dengan judul Penafsiran Bakri Syahid Terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an dan Kewajiban Istri dalam Tafsir al-Huda

Apakah Saudara telah memiliki buku Panduan Penyusunan KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda dari Disdik Jawa

WORKFORCENEW IDDOC long varchar AGEN long varchar PEMBORDER long varchar JENISLAYANAN long varchar NOTELP long varchar CUSTNAME long varchar ALAMAT long varchar TOTALTAGIHAN

Pola segregasi populasi F2 untuk karakter keparahan penyakit pada persilangan Wilis x Mlg 2521 mengikuti nisbah 13 (rentan) : 3 (tahan) yang bereaksi epistasis

Pada Instagram juga terdapat penanda kepada akun Instagram lainnya. Hal ini dimanfaatkan oleh Busana Muslim Siva, dengan dilakukannya membuat postingan Instagram yang

Tingkat kesesuaian lahan potensial bagi pertanaman jagung di Desa Srigading Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, DIY termasuk kedalam kelas S3 dan upaya mengatasi faktor pembatas

Aplikasi ini merupakan aplikasi dari analisa yang terjadi di lapangan bagaimana prosedur penyewaan fasilitas yang ada digambarkan ke dalam rancangan sistem