• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Tinjauan Kajian Terdahulu

Penulis telah menelusuri dan menelaah beberapa kajian terdahulu yang relevan dengan tema yang penulis angkat dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa skripsi ini belum pernah ada yang menulis sebelumnya atau tulisan ini sudah dibahas namun terdapat perbedaan dari segi pendekatan atau fokus penelitiannya.

Di bawah ini merupakan uraian kajian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini:

Nurotun Mumtahanah, “Tafsir al-Qur’an Tentang Qalb (Kajian Tafsir Maudhu’i)” dalam artikel ini membahas tentang pengertian qalb, unsur-unsur qalb, ayat-ayat tentang manajemen qalb dan kaitannya dengan pendidikan akhlak. Bahwasanya dengan mengontrol qalb bisa menciptakan akhlak yang baik bagi setiap individu. Banyak sistem pendidikan akhlak, etika dan moral dari barat, namun masih ada kekurangannya. Sedangkan jika mencari teladan untuk pendidikan akhlak lebih baik merujuk langsung kepada al-Qur’an, yang tidak ada sedikit keraguan dan kekeliruan di dalamnya.15

Malek Faizal bin Manaf, “Makna Qalb dalam al-Qur’an (Studi Komparatif antara Tafsir Azhar dan Tafsir Jāmi‘ li Ahkam al-Qur’an)” dalam skripsi ini membahas tentang perbedaan dan persamaan penafsiran kata qalb dalam dua kitab tafsir tersebut. Persamaan penafsiran dari keduanya perihal sepuluh macam sifat hati dalam al-Qur’an yakni sama-sama menghimbau dan mempertegas bahwa Allah Swt.

15 Nurotun Mumtahanah, “Tafsir Ayat al-Qur’an Tentang Qalb (Kajian Tafsir Maudhu’i)”. Akademika, vol.13, no.1 (Juni 2019): 13-29.

11

memerintahkan untuk berbuat baik kepada manusia, keseriusan taat, tunduk dan patuh kepada Allah Swt. dan rasul-Nya. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknis dan bahasa pemaparannya. Tafsir al-Azhar menggunakan bahasa Indonesia yang simpel, praktis kemudian menguraikannya menggunakan munasabah ayat dengan ayat sebelumnya serta asbab al-nuzūl (jika ada). Sedangkan Tafsir al-Qurṭūbi menggunakan bahasa arab yang indah, serta lebih kompleks karena menyertakan ayat lain, hadis lain, riwayat sahabat dan tabi’in.

Mansyur, “Al-Qalb dalam Perspektif al-Qur’an” dalam artikel ini membahas tentang hakikat qalb dalam al-Qur’an dan urgensinya. Hakikat qalb dalam al-Qur’an adalah senantiasa berbolak-balik (tidak konsisten) dalam menentukan keputusan. Urgensi qalb dalam al-Qur’an terwakili dengan adanya pedoman dan anjurannya agar terhindar dari qalb mariḍ dan qalb akinnah dan berusaha untuk meraih qalb salīm.16

Winda Sri Handayani, “Qalb dalam al-Qur’an Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” dalam skripsi ini qalb diklasifikasikan menjadi empat, yakni: pertama, qalb salīm yakni hati yang bersih dan patuh. Kedua, qalb yang menerima hidayah. Ketiga, qalb qaswah yakni yang keras dan tidak bisa menerima kebenaran. Keempat, qalb mutaraddid (ragu). Kelima, qalb mariḍ yakni hati yang mengatakan beriman, padahal mereka menjadi musuh orang yang beriman. Selain itu, dibahas juga mengenai fungsi qalb yakni untuk berzikir kepada Allah Swt, merasakan takut kepada Allah Swt, berpikir dan bertadabur yakni dengan memahami ayat-ayat al-Qur’an.17

16 Mansyur, “Al-Qalbu dalam Perspektif al-Qur’an”. Tafsere, vol.5, no.1 (2017):

45-63.

17 Winda Srihandayani, “Qalb dalam al-Qur’an Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2018), 1-73.

Saogi Al-Habsyi, “Medan Makna dan Terjemahan Kata Qolbu dalam Tafsir al-Azhar” dalam skripsi ini membahas tentang medan makna kata qolbu dan komponen makna kata qolbu dalam Tafsir al-Azhar. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwasanya terjemahan kata qolbu yang terdapat dalam Tafsir al-Azhar mempunyai lima sumber kata, yakni: qalb, fu‘ād, nafs, ṣadr dan ‘ain. Kata qolbu sering digunakan untuk menunjukkan jantung/hati yang tidak tetap (dapat berbolak-balik). ‘Ain untuk kebahagiaan dan kegembiraan. Ṣadr adalah hati yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tersembunyi dan tertutup. Fu’ād digunakan dalam konteks menggambarkan hati yang sedang terbakar perasaannya.

Nafs banyak digunakan dalam konteks hamba yang meminta kepada Allah swt dengan belas kasih, ketidakberdayaan dan kelemahan.18

Alif Jatmiko, “Kecerdasan Emosional dalam Perspektif al-Qur’an”

dalam tesis ini beliau hanya fokus kepada ayat-ayat tentang kecerdasan emosi jiwa yang memiliki redaksi nafs dan segala derivasinya. Menurutnya, manusia memiliki tiga potensi yang didasarkan pada tigal hal, yakni al-qalb, al-nafs dan al-‘aql.19

Lia Widyawati, “Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosional pada Kisah-kisah al-Qur’an dan Upaya Pengembangannya pada Anak Usia 6 Sampai 9 Tahun” dalam skripsi ini, ia berfokus pada kecerdasan emosional teori Daniel Goleman dan kaitannya dengan perkembangan anak usia 6 sampai 9 tahun yang terkandung dalam kisah Kedua Putra Nabi Adam As.

dalam surah al-Mā’idah ayat 27-32, Nabi Nuh As. dalam surah al-‘Ankabūt

18 Saogi Alhabsyi, “Medan Makna dan Terjemahan Kata Qolbu dalam Tafsir al-Azhar” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), 1-72.

19 Alif Jatmiko, “Kecerdasan Emosi dalam Perspektif al-Qur’an” (Tesis S2., Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2014), 1-159.

13

ayat 14, dan Nabi Musa As. dalam surah Ṭāhā ayat 37-40 dan surah al-Qaṣaṣ ayat 1-13.20

Nurmayani, “Kecerdasan Qalbiah dalam Psikologi Islam” dalam artikel ini membahas tentang kecerdasan qalbiah dalam psikologi Islam yang meliputi kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, kecerdasan beragama dan kecerdasan beragama. Selain itu juga terdapat metode untuk menumbuhkan kecerdasan qalbiah.21

Samsu Nahar, “Kecerdasan Qalbiyah dalam Perspektif Psikologi Islam” dalam artikel ini membahas mengenai pengertian kecerdasan qalbiyah, macam-macam kecerdasan qalbiyah dalam psikologi Islam, bentuk-bentuk kecerdasan qalbiyah dan metode menumbuhkembangkan kecerdasan qalbiyah.22

Avif Alfiyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar” dalam artikel ini membahas tentang biografi Buya Hamka dan metode yang digunakannya dalam menafsirkan al-Qur’an.23

Dari berbagai ulasan literatur di atas, penulis menemukan persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yakni tema pembahasannya tentang qalb dalam al-Qur’an, Tafsir al-Azhar, kecerdasan emosional dalam al-Qur’an dan kecerdasan qalbiah. Penulis menemukan beberapa kajian mengenai qalb dalam al-Qur’an seperti pengertian, unsur-unsur, klasifikasinya, perbandingan penafsiran, dan lain-lain. Kemudian dalam literatur mengenai kecerdasan emosional dalam Al-Qur’an dijelaskan

20 Lia Widyawati, “Analisis Deskriptif Kecerdasan Emosional pada Kisah-kisah al-Qur’an dan Upaya Pengembangannya pada Anak Usia 6 Sampai 9 Tahun” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), 1-78.

21 Nurmayani, “Kecerdasan Qalbiah dalam Psikologi Islam”. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, vol.19, no.72 (Juni 2013): 1-11.

22 Samsu Nahar, “Kecerdasan Qalbiyah dalam Perspektif Psikologi Islam”. Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol.6, no.2 (Juli 2016): 1-19.

23 Avif Alviyah, “Metode Penafsiran Buya Hamka dalam Tafsir al-Azhar”. Ilmu Ushuluddin, vol.15, no.1 (Januari 2016): 25-35.

mengenai pengertian, ayat-ayat yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dan penerapan pengamalan kisah dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan kecerdasan emosional. Selanjutnya dalam literatur Tafsir al-Azhar dijelaskan mengenai biografi penulis tafsir dan metode penafsiran yang digunakan dalam Tafsir al-Azhar. Terakhir dalam literatur mengenai kecerdasan qalbiah membahas macam-macam kecerdasan qalbiah dan cara meningkatkannya.

Setelah meninjau literatur di atas, penulis menemukan celah yakni belum ada yang mengkaji secara rinci mengenai kajian qalb dalam Tafsir al-Azhar dan kaitannya dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan qalbiah lainnya. Oleh karena itu, penulis ingin menulisnya secara komprehensif. Sehingga dengan ini jelas letak perbedaan antara kajian penelitian ini dengan penelitian terdahulu.

Dokumen terkait