• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Penulis menyusun skripsi ini dengan sistematika yang tersusun dalam tiga bagian, yakni: bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Masing-masing bagian akan dirincikan dalam pemaparan di bawah ini:

Bagian awal terdiri dari beberapa bagian, yakni: lembar sampul, lembar judul, lembar pernyataan keaslian karya, lembar persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman pedoman transliterasi, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.

Bagian tengah terdiri dari 5 bab yang dirincikan sebagai berikut:

Bab I berisi mengenai gambaran umum dari penelitian, dengan sub bab sebagai berikut: latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berisi penjelasan lebih dalam mengenai teori-teori yang menjadi kata kunci dalam penelitian ini. Lebih rincinya, bab ini akan membahas mengenai qalb dalam berbagai tinjauan, yang meliputi pengertiannya, qalb dalam al-Qur’an, macam-macamnya, tingkatan-tingkatanya, fungsi-fungsinya, qalb menurut para pakar dan kecerdasan qalbiah.

19

Bab III berisi gambaran umum mengenai profil mufasir dan kitab tafsir.

Terdiri dari biografi Buya Hamka dan seputar Tafsir al-Azhar.

Bab IV berisi mengenai paparan hasil temuan yang berupa kajian ayat-ayat qalb dalam Tafsir al-Azhar yang terdiri dari qalb positif, qalb negatif dan cara meningkatkan kecerdasan qalbiah.

Bab V berisi kesimpulan, saran-saran dan masukan yang positif untuk penelitian selanjutnya mengenai qalb dalam perspektif al-Qur’an. Sehingga ke depannya akan lebih banyak yang meneliti mengenai tema ini dengan ditinjau dari berbagai aspek ataupun dengan pendekatan lain.

Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka.

21 BAB II

QALB DALAM BERBAGAI TINJAUAN

A. Pengertian Qalb

Kata qalb dari segi bahasa adalah bentuk masdar (kata benda dasar) dari akar kata qalaba yang dapat diartikan berubah, berpindah atau berbalik.

Kata qalb atau dalam bahasa Indonesia menjadi kalbu, terambil dari akar kata qalaba yang bermakna membalik, karena kalbu seringkali berbolak balik, ada kalanya senang dan ada kalanya susah, satu waktu setuju dan satu waktu bisa jadi menolak. Oleh karena itu, qalb sangat berpotensi tidak konsisten.1

Jika dimaknai dalam bahasa Inggris menurut buku Oxford Learner’s Pocket Dictionary, qalb yang disebut heart2 yakni:

1. Organ pumps blood around the body (Organ yang memompa darah ke seluruh tubuh)

2. Centre of person’s feelings especially love (pusat perasaan seseorang terutama cinta)

3. Centre or most important part of something (pusat atau bagian yang terpenting dari sesuatu)

4. Something shaped like a heart (sesuatu yang berbentuk seperti hati) 5. One of the four sets of playing cards (suits), with red heart symbols on them (salah satu dari empat setel kartu bermain, dengan simbol hati berwarna merah di dalamnya)

Sedangkan dalam Mu‘jam Maqāyīs al-Lugāh, kata qalb yang terdiri dari huruf qof, lam dan ba memiliki dua arti yakni yang pertama,

1 Ahmad Dibul Amda, ”Makna Semantik Qalbu dalam al-Qur’an”. Syaikhuna, vol.11, no.2 (Oktober 2020): 195.

2 Oxford University, Oxford Learner’s Pocket Dictionary (New York: Oxford University Press, 2008), 205-206.

menunjukkan pada sesuatu yang murni serta mulia. Sedangkan yang keduanya yakni memalingkan dari satu arah ke arah yang lain.3 Kata qalb atau yang tertulis qalaba dalam Lisān al-‘Arab karya Ibn al-Manẓūr diartikan dengan mengubah sesuatu dari bagian mukanya.4

Dalam kamus yang cukup populer yakni Kamus al-Munawwir karya Ahmad Warson, qalb memiliki beberapa arti yakni dalam bentuk kata asli yakni qalaba dapat diartikan ḥawlahu (merubah bentuk, rupa, dsb).

Kemudian dalam bentuk taqalluba (berubah bentuk, rupa, dsb) di antaranya al-si’ru (turun naik), al-mutawajji’ (berguling-guling). Sedangkan dalam bentuk al-qalb: maṣdar qalaba dapat diartikan lubb (hati, jantung, inti, lubuk hati). Selain itu, qalb juga sering diartikan ‘aql (akal) di antaranya:

quwwah atau syajā‘ah (semangat, keberanian atau kekuatan), bāṭīn (bagian dalam) dan wasaṭ (pusat atau bagian tengah).5

Dalam Kamus Arab-Indonesia Kontemporer karya Ahmad Zuhdi, qalb dapat memiliki beberapa arti yakni dimaknai bagi kata tahwīl (pemutaran, perubahan atau pembalikkan), ‘aks (kebalikan, pembalikan), iṭāhat (perobohan) dan isqāṭ (penumbangan), tabdīl (penggantian) dan tagyīr (pengubahan), fu’ād (hati, jantung atau lubuk hati), jauhar (inti), lubb (esensi) dan ṣamīm (bagian dalam) dan kata wasaṭ (pusat, tengah-tengah, bagian tengah).6

Meninjau dari kamus-kamus di atas, bahwa arti qalb dalam bentuk non materi dan bersifat psikis di antaranya yakni: lubuk hati, semangat,

3 Aḥmad bin Fāris, Mu’jam Maqāyīs al-Lugāh, juz 5 (Beirut: Dār al-Fikr, 1979), 17.

4 Ibn Al-Manẓūr, Lisān al-‘Arab, juz 1 (Beirut: Dār al-Ṣadir, t.th.), 685.

5 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progresif, 1984), 1145.

6 Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemahan al-Qur’an, 1973), 1467.

23

keberanian dan kekuatan. Kemudian di sisi lain kata qalb secara fisik dapat diartikan jantung atau heart.

B. Qalb dalam al-Qur’an

Jumlah kata qalb yang terdapat di dalam al-Qur’an ada sekitar 168 kata. Kata qalb ini dalam berbagai bentuk yang variatif yakni maf‘ūl, fā‘il (dalam bentuk jama‘ ataupun mufrad) dan maṣdar. Sedangkan kata qalb dalam bentuk fi‘il diungkapkan dalam fi‘il muḍāri dan fi‘il māḍi baik mabni ma‘lūm ataupun mabni majhul. Letak kata qalb dalam al-Qur’an terletak pada beberapa ayat berikut:

1. Tuqlabūn 1 kali terdapat dalam Qs. 29: 21.

2. Yanqalibū/ yanqalibūn 2 kali terdapat dalam Qs. 3: 127 dan Qs. 26:

227.

3. Yanqalib 5 kali terdapat dalam Qs. 2: 143, Qs. 3: 144, Qs. 48: 12, Qs.

67: 4 dan Qs. 84: 9.

4. Qallabū 1 kali terdapat dalam Qs. 9: 48.

5. Qalbain 1 kali terdapat dalam Qs. 33: 4.

6. Yuqallibu 2 kali terdapat dalam Qs. 18: 42 dan 24: 44.

7. Nuqallibu 2 kali terdapat dalam Qs. 6: 110 dan Qs. 18: 18.

8. Tanqalibū 2 kali terdapat dalam Qs. 3: 149 dan Qs. 5: 21.

9. Tataqallabu 1 kali terdapat dalam Qs. 24: 37.

10. Tuqallabu 1 kali terdapat dalam Qs. 33: 66.

11. Mutaqallab 1 kali terdapat dalam Qs. 47: 19.

12. Inqalabū 5 kali terdapat dalam Qs. 3: 174, Qs. 7: 119, Qs. 12: 62 dan 2 kali dalam Qs. 83: 31.

13. Inqalabtum 2 kali terdapat dalam Qs. 3: 144 dan Qs. 9: 95.

14. Inqalaba 1 kali terdapat dalam Qs. 22: 11.

15. Munqalab 2 kali terdapat dalam Qs. 18: 36 dan Qs. 26: 227.

16. Munqalibūn 3 kali terdapat dalam Qs. 7: 125, Qs. 26: 50 dan Qs. 43:

14.

17. Taqallub 5 kali terdapat dalam Qs. 2: 144, Qs. 3: 196, Qs. 26: 219, Qs.

16: 46 dan Qs. 40: 4.

18. Qalb 19 kali, beberapa di antaranya terdapat dalam: Qs. 3: 159, Qs. 26:

89, Qs. 37: 84, Qs. 40: 35, Qs. 50: 33, Qs. 50: 37, Qs. 2: 97, Qs. 26:

194, Qs. 42: 24, Qs. 2: 204, Qs. 2: 283, Qs. 8: 24, Qs. 16: 106, Qs. 18:

28, Qs. 33: 32, Qs. 45: 23, Qs. 64: 11, Qs. 28: 10 dan Qs. 2: 260.

19. Qulūb 112 kali, beberapa di antaranya terdapat dalam: Qs. 3: 151, Qs.

7: 101, Qs. 7 179, Qs. 8:12, Qs. 9: 117, Qs. 10: 74, Qs. 13: 28, Qs. 15:

12, Qs. 22: 32, Qs. 22: 46, Qs. 22: 46, Qs. 24: 37, Qs. 26: 200, Qs. 30:

59, Qs. 33: 10, Qs. 39: 45, Qs. 40: 18, Qs. 47: 24, Qs. 48: 4, Qs. 57: 27, Qs. 79: 8, Qs. 66: 4, Qs. 2: 74, Qs. 2: 225, Qs. 3: 103, Qs. 3: 126, Qs.

3: 154, Qs. 6: 46, Qs. 8: 10, Qs. 8: 11, Qs. 8: 70, Qs. 33: 5, Qs. 33: 51, Qs. 33: 53, Qs. 48: 12, Qs. 49: 7, Qs. 49: 14, Qs. 2: 88, Qs. 3: 8, Qs 4:

155, Qs. 5: 113, Qs: 41: 5, Qs. 59: 10, Qs. 2: 7, Qs. 2: 10, Qs 2: 93, Qs.

2: 118, Qs. 3: 7, Qs. 3: 156, Qs. 3. 167, Qs. 4: 63, Qs. 5: 13, Qs. 5: 41, Qs. 5: 41.

Kata qalb dan derivasinya yang telah disebutkan di atas berada pada 48 surah dan 155 ayat. Selanjutnya khusus mengenai redaksi qalb yang diartikan hati, terdapat dalam 45 surah dan 112 ayat dalam berbagai ayat berdasarkan konteks masing-masing.7

C. Macam-Macam Qalb

Sifat-sifat qalb yang terdapat dalam al-Qur’an, ada yang ditunjukkan bagi suatu kelompok secara umum dan ada juga yang dikhususkan untuk

7 Malek Faizal, “Makna Qalb dalam Qur’an (Studi Komparatif antara Tafsir al-Azhar dan Tafsir al-Jami li Ahkam al-Qur’an)” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2015), 38.

25

perseorangan. Selanjutnya telah diketahui bahwasanya sifat qalb yang digambarkan di dalam al-Qur’an ialah bermacam-macam yakni qalb yang sakit, tertutup, keras dan tenang.8

Pembagian qalb menurut Hużaifah ibn al-Yamān yang terdapat dalam buku yang ditulis oleh Syamsul Rizal Hamid, dibagi menjadi empat macam, yakni: 1) Qalb Ajrad (hati yang bersih tak bernoda, atau biasa disebut qalb salim), 2) Qalb Aglaf (hati yang tertutup), 3) Qalb Mankūs (hati yang terbalik) dan 4) Hati yang memiliki unsur kemunafikan dan keimanan.9

Berdasarkan skripsi yang ditulis Winda dijelaskan bahwa menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah10, qalb terbagi 5 yaitu:

1. Qalb Salīm

Maksud dari qalb salīm di sini yakni yang terlindungi dari berbagai penyakit hati dan terjaga ketauhidannya dan senantiasa condong pada kebenaran serta kebaikan.

2. Qalb Mariḍ

Mariḍ biasa diartikan penyakit, sedangkan qalb mariḍ diartikan segala hal yang membuat manusia melampaui batas kewajaran serta mengantarkan pada terganggunya mental serta fisik seseorang, bahkan membuat amal seseorang tidak sempurna. Melampaui batas di sini bisa terlalu berlebihan dan bisa juga kekurangan. Oleh sebab itu, dalam al-Qur’an dibahas mengenai penyakit hati dan akal.

8 Ida Ilmiah, “Fungsi Qalb Menurut Hadis Nabi” (Skripsi S1., Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2014), 15.

9 Syamsul Rijal Hamid, 500 Rahasia Islami Pencerah Jiwa (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2013), 114-145.

10 Winda Srihandayani, “Qalb dalam al-Qur’an Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, 2018), 29-30.

3. Qalb Mutaraddid

Qalb mutaraddid di sini diartikan qalb yang dimiliki oleh orang-orang munafik yang ragu tentang ajaran Allah Swt. dan mereka lebih mementingkan urusan dunia dan mereka melupakan urusan akhirat.

4. Qalb Qaswah

Qalb qaswah memiliki arti hati yang keras dan kekerasan itu menyebabkan seseorang sulit menerima kebenaran dari Allah Swt.

5. Qalb Tempat Hidayah atau Petunjuk

Qalb merupakan tempat hidayah dan juga petunjuk dari Allah Swt., sehingga sebanyak apapun musibah yang datang kepada mereka, mereka akan selalu rela serta sabar menghadapinya. Mereka melihat tujuan dari setiap musibah dan karena itu hati mereka menjadi tenang.11

Kesimpulannya yakni hati ada yang membawa kepada kebaikan dan ada juga yang membawa kepada keburukan.

D. Tingkatan-Tingkatan Qalb

Tingkatan-tingkatan qalb terbagi empat, yakni ṣadr, qalb, fu’ād dan lubb. Keempatnya biasa diartikan hati, namun jika ditinjau lebih lanjut akan ada makna yang berbeda-beda.

1. Ṣadr

Kata ṣadr artinya dada, yaitu rongga tubuh yang di dalamnya terdapat paru-paru dan jantung. Ṣadr dalam Lisān al-‘Arab dijelaskan merupakan bentuk jamak ṣudūr yang diambil dari akar kata ṣad, dal dan ra yang artinya bagian atas atau depan sesuatu atau bisa juga diterjemahkan menjadi permulaan sesuatu. Posisi pertama ada ṣadr (dada) yakni bagian luar dari “hati”. Posisinya sama halnya seperti bagian putih pada mata. Selanjutnya banyak ungkapan ṣadr al-nahār

11 Winda Srihandayani, “Qalb dalam al-Qur’an,” 29-30.

27

wa al-lail (permulaan siang dan malam) dan sesuatu yang terdapat di bagian depan manusia juga disebut ṣadr atau dada.12

Kelapangan dada yang terdapat dalam Qs. Ṭāhā/20: 25 pada kalimat rabbi isyraḥlī ṣadrī (wahai tuhanku, lapangkanlah dadaku) adalah isyarat sebuah kekuatan untuk menerima serta menemukan kebenaran, hikmah dan kebijaksanaan untuk menahan diri dari belenggu hawa nafsu, emosi negatif dan sebagainya. Oleh sebab itu, yang diartikan dada bukanlah yang bersifat fisik, tapi sesuatu yang bersifat non fisik yang tersembunyi di balik dada.13 Hal ini selaras dengan yang terdapat dalam Qs. al-Ḥajj/22: 46:

َ بْو ل قَْم لََ نْو ك ت فَ ضْر ْلْاَ فَِاْو رْ ي س يَْم ل ف ا

َْسَّيَ نا ذٰاَْو آَا بَِ نْو ل قْعَّ ي

َ لَْا هَّ ن ا فَ ۚا بَِ نْو ع م

َْ تَِّلاَ بْو ل قْلاَى مْع تَْن كٰل وَ را صْب ْلْاَى مْع ت

َ رْو د صلاَ فِ َ

Artinya: “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar?

Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”

Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Quraish Shihab, ṣadr pada Qs. Ṭāhā/20: 25 yang diterjemahkan kalbu sehingga yang dimaksud bukanlah dada sebagai ‘tempat’ kalbu, melainkan ‘isi’ dari tempat tersebut.14

Menurut al-Rāzi dalam buku yang ditulis oleh Quraish Shihab, memahami kata ṣudūr dalam Qs. Hūd/11: 5 pada kalimat “yaṡnūna ṣudūrahum (mereka memalingkan dada mereka) yakni sesuatu diartikan dada yakni berdasarkan riwayat bahwa terdapat sebagian orang-orang kafir kala itu yang memalingkan dada dan punggungnya saat bertemu Nabi Saw., agar mereka tidak mendengar lantunan ayat

12 Ibn al-Manẓur, Lisān al-‘Arab, juz 4, 685.

13 Ida Ilmiah, “Fungsi Qalb Menurut, 25.

14 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 907.

suci al-Qur’an yang dilantunkannya. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kata ṣudūr pada ayat ini merupakan kinayah mengenai sifat munafik yang menyembunyikan rasa permusuhan mereka dengan Nabi Saw. Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan ṣudūr di sini diartikan kalbu orang yang munafik dan ini bertempat di dalam dada.15

Jika ditinjau dari sisi tafsirnya, menurut Hamka ayat ini menerangkan anjuran untuk mengembara dan melihat jejak-jejak hukuman dari Allah Swt kepada orang-orang yang mendurhakai-Nya.

Hendaknya manusia mendengar cerita orang mengenai apa yang ia lihat, selanjutnya memikirkannya di dalam hati dan ingatlah kekuasaan Tuhan. Namun sayangnya yang buta di sini bukanlah mata akan tetapi hati, sehingga mereka tidak bisa melihat kekuasaan Allah Swt.16

Mata dan telinga sesungguhnya hanya menjadi alat yang digunakan untuk mengontak hati sanubari dengan fakta di sekeliling seperti alam, insan, hidup dan pencipta. Manusia bisa disebut manusia sejati ketika selalu terikat kontak dengan keempat hal tersebut. Hati buta disebabkan ilmu tidak ada. Selanjutnya jika hati ingin bisa melihat maka harus dibaca dengan ilmu.17 Oleh sebab itu, hati yang berfikir di sini maksudnya adalah ketika apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga direnungkan dalam hati sanubari.

Selanjutnya ulama berbeda pendapat mengenai arti ṣadr di dalam Qs. al-Syarḥ/94: 1:

َ ك رْد صَ ك لَْح رْش نَْ لَ ا

Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?”

15 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 908.

16 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 6 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD Singapore, 2003), 4710.

17 Hamka, Tafsir al-Azhar, 4710.

29

Ada yang berpendapat bahwa ayat tersebut membicarakan mengenai ‘pembedahan’ dada Nabi Saw. Hal ini didasarkan pada argumentasi arti kata syaraha dari kata nasyrah memiliki makna

‘melapangkan’ yang mengarah pada fisik serta didukung dengan hadis-hadis Nabi Saw mengenai pembedahan dada Nabi Saw kala masih remaja dan ketika belum melaksanakan Isra’ Mi’raj. Oleh sebab itu, kata ṣadr menurut pendapat ini diartikan dada dalam arti fisik.

Sedangkan pendapat yang lain, mengatakan kata ṣadr artinya yakni qalb dengan argumen seperti yang telah disebutkan di atas.18

Kemudian jika ditinjau dari fungsi, ilmu serta argumentasi mengenai ṣadr yakni idrāk ‘aqli kasabi (persepsi akal yang diusahakan). Hal ini serupa dengan beberapa wilayah pengetahuan.

Perihal Ṣadr, setiap ilmu tidak akan dapat didapat kecuali dengan cara bersungguh-sungguh belajar, merekam, ijtihad, dll. Ṣadr sama halnya dengan kerang mutiara yang terkadang air atau benda-benda laut bisa masuk dan keluar di dalamnya. Jadi, seseorang bisa lupa terhadap ilmu, walaupun sudah menghafalnya dan bekerja keras menjaganya.19

2. Qalb

Qalb merupakan tingkatan kedua dan di dalam skripsi yang ditulis Qori dijelaskan bahwa berdasarkan Tafsir Jalalain qalb dapat diartikan hati yang menjadi tempat bersemayamnya keimanan. Selain itu berdasarkan Tafsir al-Misbah, qalb juga menjadi pusat atau tempat segala hal yang benar mengenai akhlak, iman serta aqidah. Qalb juga

18 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 907.

19 Al-Ḥākim al-Tirmiżi, Bayān al-Farq bain al-Ṣadr wa al-Qulūb wa al-Fu’ād wa al-Lubb, 46.

lebih mudah untuk berbolak-balik, sedangkan fu’ād lebih tidak mudah goyah atau sudah terikat kuat.20

3. Fu’ād

Kata fu’ād berasal dari kata fa, hamzah dan dal yang memiliki arti mengenai atau menimpa karena panas membakar. Pengertian ini menunjukkan bahwa kata ini digunakan untuk hati dari makhluk hidup, baik manusia ataupun hewan. Pengertian ini dapat dihubungkan dengan tafā’ud yang memiliki arti bergelora atau menyala. Panas ini dapat menjadi sumber energi dan dapat memberikan rasa hangat serta semangat dan dapat pula menghanguskan barang-barang di sekelilingnya. Hal ini serupa dengan hati manusia yang bergelora akan dapat membangkitkan semangat dan dapat pula melemahkannya.21

Kata fu’ād di dalam al-Qur’an disebut lima kali, yaitu terdapat dalam Qs. al-Isrā’/17: 36, Qs. al-Najm/53: 11, Qs. al-Furqān/25: 32, Qs. al-Qaṣaṣ/28: 10 dan Qs. Hud/11: 120. Sedangkan kata af’idah disebut sebelas kali, beberapa di antaranya: terdapat dalam Qs. al-An‘ām/6: 110 dan 113, Qs. al-Sajdah/32: 9, Qs. al-Ahqāf/46: 26, Qs.

al-Naḥl/16: 78, serta berulang dua kali di dalam Qs. al-Humazah/104:

7 dan Qs. al-Mulk/67: 23.22

Fu’ād berada di atas satu tingkat dari qalb. Karena ketika mengambil manfaat dari sesuatu, maka fu’ādnya yang melakukannya untuk pertama kali barulah qalbnya. Fu’ād ialah tempat makrifat, ru’yah serta ide. Fu’ād berada di tengah qalb, serupa dengan qalb yang

20 Qori Istighfarah, “Kata Shadr, Qalb, Fu’ād dan Lubb dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Misbah)” (Skripsi S1., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2016), 79-80.

21 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 232.

22 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 233.

31

berada di tengah ṣadr, layaknya mutiara yang tersimpan di dalam kerang mutiara.23

Kata fu’ād diambil dari kata fā’idah (bermanfaat), hal ini dikarenakan mereka melihat bermacam-macam cintanya Allah Swt, sehingga memperoleh manfaat dari-Nya. Fu’ād merupakan barang tambang atau sumber cahaya yang bersifat makrifat dan berada dalam wilayah jiwa pemberi ilham.24

4. Lubb

Kata lubb terdiri dari huruf lam dan dua huruf ba yang menjelaskan bahwasanya keharusan serta keteguhan/ketetapan dan kemurnian hati/kebersihan serta kebaikan.25

Lubb berada lebih dalam dari fu’ād. Lubb diumpamakan layaknya cahaya penglihatan yang terdapat di dalam mata dan seperti serat yang terdapat di dalam buah badam (almond). Lubb sebagai tempat cahaya tauhid serta cahaya personalitas (tafrīd) yang merupakan paling sempurnanya cahaya serta memiliki kekuatan yang paling besar.

Cahaya yang dimaksud di sini ada empat, di antaranya: cahaya Islam, cahaya iman, cahaya makrifat dan cahaya tauhid.26 Lubb jauh lebih murni dibandingkan tiga tingkatan hati yang lain. Berdasarkan pada skripsi yang ditulis Qori dijelaskan bahwa dalam Tafsir al-Misbah, lubb diartikan orang yang memiliki akal yang murni. Sedangkan menurut Tafsir Jalalain diartikan orang yang berakal sehat.27

23 Makhrus, “Berpikir dengan Jantung (Studi terhadap Relasi ‘Aql dan Qalb dalam al-Qur’an” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019), 60.

24 Makhrus, “Berpikir dengan Jantung,” 61.

25 Aḥmad bin Fāris, Mu’jam Maqāyiz al-Lugāh, juz 5, 160.

26 Al-Ḥākim al-Tirmiżi, Bayān al-Farq bain al-Ṣadr wa al-Qulūb wa al-Fu’ād wa al-Lubb, 38.

27 Qori Istighfarah, “Kata Shadr, Qalb,” 79-80.

E. Fungsi-Fungsi Qalb

Qalb merupakan suatu anugerah terindah dari Allah Swt. yang diberikan kepada manusia. Qalb juga memiliki peran yang penting dan utama karena berfungsi sebagai penggerak anggota tubuh yang lain. Pada hakikatnya, setiap aktivitas yang dilakukan itu berasal dari niat. Niat ini dilakukan oleh qalb atau hati. Kemudian baru bisa terlaksana jika qalb atau hati yang berniat menggerakkan anggota tubuh yang lainnya.28

Qalb yang membuat manusia dapat berprestasi. Kemudian jika qalb bening dan jernih, maka secara keseluruhan dalam diri seseorang akan terlihat kebeningan, kejernihan dan kebersihannya.29 Fungsi qalb tidak selamanya dapat diaplikasikan menjadi sikap atau aktivitas yang baik.

Karena baik atau buruknya sangat tergantung dengan pilihan manusia itu sendiri, hal ini sejalan dengan sabda Nabi Saw:

ا ذ إ وَ ه ل كَ د س ْلْاَ ح ل صَْت ح ل صَا ذ إَاة غْض مَ د س ْلْاَ فََِّن إ و...

َ هْي ل عَ ق ف ت مَ ها و رَ(َ ُّ ْل قْلاَ ى ه وَ لْ أَ ه ل كَ د س ْلْاَ د س فَْت د س ف َ )

Artinya: “Sesungguhnya, dalam jasad terdapat segumpal daging, jika baik.

Maka baik pula seluruhnya. Jika jelek, maka jeleklah seluruh tubuhnya.

Ingatlah bahwa ia adalah qalb (jantung).” (Riwayat al-Bukhari dari Nu’man bin Basyir)

Kata qalb dalam hadis di atas pada hakikatnya dapat diartikan dengan jantung (qalb bersifat materi serta berbentuk fisik) dan dapat juga diartikan dengan hati (qalb yang bersifat immateri serta berbentuk psikis). Qalb sering diartikan kekuatan ruhaniah dalam melakukan idrak yakni memahami, memberikan persepsi, dll. Contohnya yakni dalam mengekspresikan perasaan seseorang baik gembira atau sedih. Sesuatu yang

28 Mansyur, “Al-Qalb dalam Perspektif al-Qur’an”, 47.

29 Hernowo dan M. Deden Ridwan, Aa Gym dan Fenomena Daarut Tauhid:

Memperbaiki Diri Lewat Manajemen Qalbu (Bandung: Hikmah-Mizan, 2002), 226-227.

33

berpikir serta merenungkan ekspresi itu ialah qalb atau dalam bahasa Indonesia, ini dikatakan hati. Ketika ada seseorang mengatakan “hatinya hancur”. Maka, sesungguhnya yang hancur bukanlah jantungnya. Tetapi sesuatu yang hancur ialah yang berasal dari jiwa orang tersebut.30

Berikut ayat-ayat yang berkaitan dengan fungsi dari qalb, di antaranya: Qs. al-An‘ām/6: 25, Qs. al-A‘rāf/7: 179, Qs. al-Isrā’/17: 46, Qs.

Qāf/50: 37, Qs. al-Munāfiqūn/63: 3, Qs. al-Taubah/9: 87, 93 dan 127 dan Qs. Muhammad/47: 24. Sebagai contohnya mengenai fungsi qalb yakni

(Muhammad), dan Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan telinganya tersumbat. Dan walaupun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, “Ini (al-Qur'an) tidak lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.”

Jika ditinjau lebih jauh, ayat ini memiliki munasabah dengan ayat sebelumnya. Pada ayat sebelumnya berbicara mengenai kebohongan kaum musyrik ketika mereka ditanya di akhirat. Kemudian dalam ayat ini pun diterangkan, bahwasanya mereka juga telah mendustakan kebenaran yang mereka dengar di dunia. Mereka sungguh-sungguh mendengarkan yang disampaikan Nabi Saw. Namun Allah Swt. yang menutup hati mereka.

Jika ditinjau lebih jauh, ayat ini memiliki munasabah dengan ayat sebelumnya. Pada ayat sebelumnya berbicara mengenai kebohongan kaum musyrik ketika mereka ditanya di akhirat. Kemudian dalam ayat ini pun diterangkan, bahwasanya mereka juga telah mendustakan kebenaran yang mereka dengar di dunia. Mereka sungguh-sungguh mendengarkan yang disampaikan Nabi Saw. Namun Allah Swt. yang menutup hati mereka.

Dokumen terkait