• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II QALB DALAM BERBAGAI TINJAUAN

D. Tingkatan-Tingkatan Qalb

Tingkatan-tingkatan qalb terbagi empat, yakni ṣadr, qalb, fu’ād dan lubb. Keempatnya biasa diartikan hati, namun jika ditinjau lebih lanjut akan ada makna yang berbeda-beda.

1. Ṣadr

Kata ṣadr artinya dada, yaitu rongga tubuh yang di dalamnya terdapat paru-paru dan jantung. Ṣadr dalam Lisān al-‘Arab dijelaskan merupakan bentuk jamak ṣudūr yang diambil dari akar kata ṣad, dal dan ra yang artinya bagian atas atau depan sesuatu atau bisa juga diterjemahkan menjadi permulaan sesuatu. Posisi pertama ada ṣadr (dada) yakni bagian luar dari “hati”. Posisinya sama halnya seperti bagian putih pada mata. Selanjutnya banyak ungkapan ṣadr al-nahār

11 Winda Srihandayani, “Qalb dalam al-Qur’an,” 29-30.

27

wa al-lail (permulaan siang dan malam) dan sesuatu yang terdapat di bagian depan manusia juga disebut ṣadr atau dada.12

Kelapangan dada yang terdapat dalam Qs. Ṭāhā/20: 25 pada kalimat rabbi isyraḥlī ṣadrī (wahai tuhanku, lapangkanlah dadaku) adalah isyarat sebuah kekuatan untuk menerima serta menemukan kebenaran, hikmah dan kebijaksanaan untuk menahan diri dari belenggu hawa nafsu, emosi negatif dan sebagainya. Oleh sebab itu, yang diartikan dada bukanlah yang bersifat fisik, tapi sesuatu yang bersifat non fisik yang tersembunyi di balik dada.13 Hal ini selaras dengan yang terdapat dalam Qs. al-Ḥajj/22: 46:

َ بْو ل قَْم لََ نْو ك ت فَ ضْر ْلْاَ فَِاْو رْ ي س يَْم ل ف ا

َْسَّيَ نا ذٰاَْو آَا بَِ نْو ل قْعَّ ي

َ لَْا هَّ ن ا فَ ۚا بَِ نْو ع م

َْ تَِّلاَ بْو ل قْلاَى مْع تَْن كٰل وَ را صْب ْلْاَى مْع ت

َ رْو د صلاَ فِ َ

Artinya: “Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar?

Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.”

Hal ini selaras dengan yang disampaikan oleh Quraish Shihab, ṣadr pada Qs. Ṭāhā/20: 25 yang diterjemahkan kalbu sehingga yang dimaksud bukanlah dada sebagai ‘tempat’ kalbu, melainkan ‘isi’ dari tempat tersebut.14

Menurut al-Rāzi dalam buku yang ditulis oleh Quraish Shihab, memahami kata ṣudūr dalam Qs. Hūd/11: 5 pada kalimat “yaṡnūna ṣudūrahum (mereka memalingkan dada mereka) yakni sesuatu diartikan dada yakni berdasarkan riwayat bahwa terdapat sebagian orang-orang kafir kala itu yang memalingkan dada dan punggungnya saat bertemu Nabi Saw., agar mereka tidak mendengar lantunan ayat

12 Ibn al-Manẓur, Lisān al-‘Arab, juz 4, 685.

13 Ida Ilmiah, “Fungsi Qalb Menurut, 25.

14 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 907.

suci al-Qur’an yang dilantunkannya. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kata ṣudūr pada ayat ini merupakan kinayah mengenai sifat munafik yang menyembunyikan rasa permusuhan mereka dengan Nabi Saw. Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan ṣudūr di sini diartikan kalbu orang yang munafik dan ini bertempat di dalam dada.15

Jika ditinjau dari sisi tafsirnya, menurut Hamka ayat ini menerangkan anjuran untuk mengembara dan melihat jejak-jejak hukuman dari Allah Swt kepada orang-orang yang mendurhakai-Nya.

Hendaknya manusia mendengar cerita orang mengenai apa yang ia lihat, selanjutnya memikirkannya di dalam hati dan ingatlah kekuasaan Tuhan. Namun sayangnya yang buta di sini bukanlah mata akan tetapi hati, sehingga mereka tidak bisa melihat kekuasaan Allah Swt.16

Mata dan telinga sesungguhnya hanya menjadi alat yang digunakan untuk mengontak hati sanubari dengan fakta di sekeliling seperti alam, insan, hidup dan pencipta. Manusia bisa disebut manusia sejati ketika selalu terikat kontak dengan keempat hal tersebut. Hati buta disebabkan ilmu tidak ada. Selanjutnya jika hati ingin bisa melihat maka harus dibaca dengan ilmu.17 Oleh sebab itu, hati yang berfikir di sini maksudnya adalah ketika apa yang dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga direnungkan dalam hati sanubari.

Selanjutnya ulama berbeda pendapat mengenai arti ṣadr di dalam Qs. al-Syarḥ/94: 1:

َ ك رْد صَ ك لَْح رْش نَْ لَ ا

Artinya: “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?”

15 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 908.

16 Hamka, Tafsir al-Azhar, jilid 6 (Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD Singapore, 2003), 4710.

17 Hamka, Tafsir al-Azhar, 4710.

29

Ada yang berpendapat bahwa ayat tersebut membicarakan mengenai ‘pembedahan’ dada Nabi Saw. Hal ini didasarkan pada argumentasi arti kata syaraha dari kata nasyrah memiliki makna

‘melapangkan’ yang mengarah pada fisik serta didukung dengan hadis-hadis Nabi Saw mengenai pembedahan dada Nabi Saw kala masih remaja dan ketika belum melaksanakan Isra’ Mi’raj. Oleh sebab itu, kata ṣadr menurut pendapat ini diartikan dada dalam arti fisik.

Sedangkan pendapat yang lain, mengatakan kata ṣadr artinya yakni qalb dengan argumen seperti yang telah disebutkan di atas.18

Kemudian jika ditinjau dari fungsi, ilmu serta argumentasi mengenai ṣadr yakni idrāk ‘aqli kasabi (persepsi akal yang diusahakan). Hal ini serupa dengan beberapa wilayah pengetahuan.

Perihal Ṣadr, setiap ilmu tidak akan dapat didapat kecuali dengan cara bersungguh-sungguh belajar, merekam, ijtihad, dll. Ṣadr sama halnya dengan kerang mutiara yang terkadang air atau benda-benda laut bisa masuk dan keluar di dalamnya. Jadi, seseorang bisa lupa terhadap ilmu, walaupun sudah menghafalnya dan bekerja keras menjaganya.19

2. Qalb

Qalb merupakan tingkatan kedua dan di dalam skripsi yang ditulis Qori dijelaskan bahwa berdasarkan Tafsir Jalalain qalb dapat diartikan hati yang menjadi tempat bersemayamnya keimanan. Selain itu berdasarkan Tafsir al-Misbah, qalb juga menjadi pusat atau tempat segala hal yang benar mengenai akhlak, iman serta aqidah. Qalb juga

18 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 907.

19 Al-Ḥākim al-Tirmiżi, Bayān al-Farq bain al-Ṣadr wa al-Qulūb wa al-Fu’ād wa al-Lubb, 46.

lebih mudah untuk berbolak-balik, sedangkan fu’ād lebih tidak mudah goyah atau sudah terikat kuat.20

3. Fu’ād

Kata fu’ād berasal dari kata fa, hamzah dan dal yang memiliki arti mengenai atau menimpa karena panas membakar. Pengertian ini menunjukkan bahwa kata ini digunakan untuk hati dari makhluk hidup, baik manusia ataupun hewan. Pengertian ini dapat dihubungkan dengan tafā’ud yang memiliki arti bergelora atau menyala. Panas ini dapat menjadi sumber energi dan dapat memberikan rasa hangat serta semangat dan dapat pula menghanguskan barang-barang di sekelilingnya. Hal ini serupa dengan hati manusia yang bergelora akan dapat membangkitkan semangat dan dapat pula melemahkannya.21

Kata fu’ād di dalam al-Qur’an disebut lima kali, yaitu terdapat dalam Qs. al-Isrā’/17: 36, Qs. al-Najm/53: 11, Qs. al-Furqān/25: 32, Qs. al-Qaṣaṣ/28: 10 dan Qs. Hud/11: 120. Sedangkan kata af’idah disebut sebelas kali, beberapa di antaranya: terdapat dalam Qs. al-An‘ām/6: 110 dan 113, Qs. al-Sajdah/32: 9, Qs. al-Ahqāf/46: 26, Qs.

al-Naḥl/16: 78, serta berulang dua kali di dalam Qs. al-Humazah/104:

7 dan Qs. al-Mulk/67: 23.22

Fu’ād berada di atas satu tingkat dari qalb. Karena ketika mengambil manfaat dari sesuatu, maka fu’ādnya yang melakukannya untuk pertama kali barulah qalbnya. Fu’ād ialah tempat makrifat, ru’yah serta ide. Fu’ād berada di tengah qalb, serupa dengan qalb yang

20 Qori Istighfarah, “Kata Shadr, Qalb, Fu’ād dan Lubb dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsir Jalalain dan Tafsir al-Misbah)” (Skripsi S1., Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2016), 79-80.

21 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 232.

22 M. Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosakata, 233.

31

berada di tengah ṣadr, layaknya mutiara yang tersimpan di dalam kerang mutiara.23

Kata fu’ād diambil dari kata fā’idah (bermanfaat), hal ini dikarenakan mereka melihat bermacam-macam cintanya Allah Swt, sehingga memperoleh manfaat dari-Nya. Fu’ād merupakan barang tambang atau sumber cahaya yang bersifat makrifat dan berada dalam wilayah jiwa pemberi ilham.24

4. Lubb

Kata lubb terdiri dari huruf lam dan dua huruf ba yang menjelaskan bahwasanya keharusan serta keteguhan/ketetapan dan kemurnian hati/kebersihan serta kebaikan.25

Lubb berada lebih dalam dari fu’ād. Lubb diumpamakan layaknya cahaya penglihatan yang terdapat di dalam mata dan seperti serat yang terdapat di dalam buah badam (almond). Lubb sebagai tempat cahaya tauhid serta cahaya personalitas (tafrīd) yang merupakan paling sempurnanya cahaya serta memiliki kekuatan yang paling besar.

Cahaya yang dimaksud di sini ada empat, di antaranya: cahaya Islam, cahaya iman, cahaya makrifat dan cahaya tauhid.26 Lubb jauh lebih murni dibandingkan tiga tingkatan hati yang lain. Berdasarkan pada skripsi yang ditulis Qori dijelaskan bahwa dalam Tafsir al-Misbah, lubb diartikan orang yang memiliki akal yang murni. Sedangkan menurut Tafsir Jalalain diartikan orang yang berakal sehat.27

23 Makhrus, “Berpikir dengan Jantung (Studi terhadap Relasi ‘Aql dan Qalb dalam al-Qur’an” (Skripsi S1., Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2019), 60.

24 Makhrus, “Berpikir dengan Jantung,” 61.

25 Aḥmad bin Fāris, Mu’jam Maqāyiz al-Lugāh, juz 5, 160.

26 Al-Ḥākim al-Tirmiżi, Bayān al-Farq bain al-Ṣadr wa al-Qulūb wa al-Fu’ād wa al-Lubb, 38.

27 Qori Istighfarah, “Kata Shadr, Qalb,” 79-80.

Dokumen terkait