• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. HUKUM KELUARGA

N/A
N/A
lisandra sriwijayanty

Academic year: 2024

Membagikan "2. HUKUM KELUARGA"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

Seseorang yang mempunyai hubungan perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), Pasal 4, dan Pasal 5. Pasal 100 BW menyatakan bahwa perkawinan tidak dapat dibuktikan selain dengan akta perkawinan yang diterbitkan oleh pihak perdata. kantor catatan sipil yang meresmikan perkawinan tersebut. Akta nikah dianggap sah kecuali terbukti palsu, dan akta nikah menjadi alat bukti.

Sebagai bukti yang lengkap, artinya selain akta nikah tidak dapat dimintakan bukti lain; Dan. Sebagai alat bukti yang meyakinkan, sehingga alat bukti yang bertentangan tidak dapat melemahkan akta perkawinan. Namun bila ternyata catatan-catatan itu tidak pernah ada atau hilang, atau tidak terdapat akta perkawinan di dalamnya, maka penilaian cukup atau tidaknya bukti perkawinan itu diserahkan kepada hakim, asal jelas bahwa ada hubungan yang suami-istri (pasal 101 BW).

Dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta perkawinan, maka pencatatan perkawinan dilakukan setelah adanya putusan pengadilan (Pasal 36 UU Adminduk). Terkait dengan akta nikah ini ditegaskan pada Pasal 2 ayat 2, bahwa setiap perkawinan dicatatkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan di Indonesia ditetapkan bahwa segera setelah perkawinan, kedua mempelai menandatangani akta perkawinan yang disiapkan oleh Pejabat Panitera. Akta nikah yang ditandatangani oleh kedua mempelai kemudian juga ditandatangani oleh kedua orang saksi dan panitera yang hadir dalam perkawinan tersebut, dan bagi yang melangsungkan perkawinan menurut agama Islam ditandatangani pula oleh walinya. perkawinan atau wakilnya.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 7 ayat (2) disebutkan bahwa “dalam hal perkawinan tidak dapat dibuktikan dengan akta perkawinan, maka akta perkawinan tersebut dapat diajukan ke Pengadilan Agama.

AKTA PERKAWINAN

Akta nikah atau buku nikah dibuat dalam rangkap dua, rangkap pertama disimpan oleh panitera, rangkap kedua disimpan oleh panitera pengadilan di wilayah tempat kantor pencatatan perkawinan berada dan masing-masing suami istri. diberikan Ekstrak dari akta nikah.

PENCEGAHAN PERKAWINAN

PENCEGAHAN PERKAWINAN

Pihak-pihak yang dapat menggagalkan perkawinan itu juga mempunyai hak untuk mencegah perkawinan itu apabila salah satu calon pengantin berada di bawah perwalian, sehingga perkawinan itu jelas-jelas menimbulkan kesengsaraan bagi calon pengantin yang lain yang mengadakan persetubuhan dengan orang-orang tersebut. di atas. Pencegahan perkawinan diajukan ke pengadilan di wilayah hukum tempat perkawinan itu akan dilangsungkan, dengan juga memberitahukan kepada panitera. Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan penetapan pengadilan atau dengan dicabutnya permohonan pencegahan di pengadilan oleh orang yang menghalanginya, dan bila ada pencegahan terhadap perkawinan, maka perkawinan itu tidak dapat dilangsungkan atau dilangsungkan.

Pegawai yang berstatus sipil perkawinan tidak diperkenankan melangsungkan atau membantu perkawinan apabila mengetahui adanya pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 12, padahal tidak ada upaya pencegahan. pernikahan. Pegawai yang berstatus sipil perkawinan tidak diperkenankan melangsungkan atau membantu perkawinan apabila mengetahui adanya pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 7 ayat (1), Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 12, padahal tidak ada upaya pencegahan. pernikahan.

PEMBATALAN PERKAWINAN

AKIBAT HUKUM PERKAWINAN

Terhadap harta kekayaan;

Terhadap kedudukan anak

Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat;

Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum;

Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah Ibu Rumah Tangga;

Suami harus mempunyai tempat kediaman yang tetap;

Rumah tempat kediaman dimaksud ditentukan oleh suami Istri Bersama;

Suami Istri wajib cinta mencintai , hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain

Harta Benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama;

Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah

Mengenai harta Bersama, suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak;

Mengenai harta bawaan masing-masing, suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta

Bila perkawinan putus karena perceraian, harta Bersama diatur menurut hukumnya masing-masing

Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah

Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya

Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh istrinya, bilamana ia dapat membuktikan bahwa istrinya

Pengadilan memberikan keputusan tentang sah/tidaknya anak atas permintaan pihak yang berkepentingan

KEKUASAAN ORANG TUA

Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya

Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah

Salah seorang atau kedua orang tua dapat dicabut kekuasaannya terhadap seorang anak atau lebih dengan

Perwalian adalah penguasaan terhadap pribadi dan pengurusan harta kekayaan anak yang belum dewasa, padahal anak tersebut tidak berada dalam hak asuh orang tuanya. Anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah kawin dan tidak berada dalam kekuasaan orang tuanya berada dalam kekuasaan wali. Wali dapat diangkat oleh salah satu orang tua yang menjalankan kekuasaan orang tua, sebelum ia meninggal dunia, melalui wasiat atau lisan di hadapan 2 (dua) orang saksi.

Sedapat mungkin, wali harus diambil dari keluarga anak tersebut atau dari orang dewasa lainnya yang berakal sehat, jujur, adil dan berkelakuan baik. Wali wajib memberikan pengasuhan yang sebaik-baiknya terhadap anak yang diasuhnya dan harta bendanya, dengan menjunjung tinggi agama dan kepercayaan anak. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang diasuhnya pada saat mulai menjalankan tugasnya dan mencatat setiap perubahan harta benda anak atau anak-anaknya.

Wali bertanggung jawab atas harta benda anak yang berada di bawah perwaliannya serta kerugian yang diderita akibat kesalahan atau kelalaiannya. Wali tidak diperkenankan mengalihkan hak atau menjaminkan harta tetap milik wali yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah kawin, kecuali kepentingan anak menghendakinya. Seorang wali dapat dicabut kekuasaannya jika dia secara serius mengabaikan kewajibannya terhadap anak dan berperilaku sangat buruk.

Seorang wali yang mengakibatkan kerugian terhadap harta benda anak yang berada di bawah kekuasaannya, atas permintaan anak atau keluarga anak itu berdasarkan penetapan pengadilan, dapat wajib mengganti kerugian itu.

PENGAMPUAN ( CURATELE )

Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, gila, atau mata agelap, harus ditempatkan di bawah pengampuan, sekalipun ia

Bila seorang suami atau istri berada di bawah pengampuan. Hakim harus mengangkat istrinya atau suaminya sebagai pengampu, kecuali ada alas

Seorang anak belum dewasa berada dalam keadaan dungu, gila, atau gelap mata tidak boleh ditempatkan di bawah pengampuan, tetapi tetap

ADOPSI

Menurut hukum Islam, pengangkatan anak dibolehkan untuk pengangkatan anak asalkan tidak diangkat menjadi anak kandung. Pasal 171 huruf h Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa anak angkat adalah anak yang pemeliharaan hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya, tanggung jawabnya beralih dari orang tua asal kepada orang tua angkat berdasarkan penetapan pengadilan. 54 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pengangkatan Anak, pada pasal 1 angka 2 dijelaskan bahwa “pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengeluarkan seorang anak dari lingkup kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan, pendidikan dan pengasuhan anak. membesarkan anak, dalam lingkungan keluarga orang tua angkat.

Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan keluarga orang tuanya, walinya yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas pengasuhan, pendidikan, dan pengasuhan anak tersebut, berdasarkan penetapan atau penetapan pengadilan, kepada lingkungan keluarga. dari orang tua angkatnya. tekad. Anak berumur 6 (enam) sampai dengan dibawah 12 (dua belas) tahun, apabila ada alasan yang mendesak; Dan. Anak berumur 12 (dua belas) tahun sampai dengan umur dibawah 18 (delapan belas) tahun, apabila anak tersebut memerlukan perawatan khusus.

membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan, kesejahteraan, dan perlindungan terbaik bagi anak;

PUTUSNYA PERKAWINAN DAN AKIBATNYA

Salah satu pihak bebrbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 (dua) tahun berturu- turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alas an yang sah atau karena hal

Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman lebih berat yang membahakan terhadap pihak yang lain;

Salah satu pihak mendapat cacat badanatau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri; dan

Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga

Bagi yang Beragama Islam ditambahkan 2 alas an menurut Pasal 116 KHI yaitu apabila suami melanggar taklik talak dan pealihan agama atau murtat

Talak talak (cerai yang diajukan oleh suami), yaitu laki-laki yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam, yang ingin menceraikan isterinya, mengajukan surat kepada pengadilan tempat ia tinggal, mengumumkan niatnya untuk menceraikan. istri disertai alasannya dan meminta agar pengadilan mengadakan sidang untuk maksud tersebut (Pasal 14 PP No. 9 Tahun 1975). Talak yang diajukan (cerai yang diajukan oleh istri), yaitu gugatan yang dapat diajukan oleh seorang perempuan yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama Islam dan oleh laki-laki atau perempuan yang telah melangsungkan perkawinan menurut agama dan kepercayaan selain Islam. agama (Penjelasan Pasal 20 PP Nomor 9 Tahun 1975).

IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PNS

PERKAWINAN CAMPURAN

PERKAWINAN DI LUAR NEGERI

KEKELUARGAAN SEMENDA DAN SEDARAH

KEWAJIBAN ALIMENTASI

PERKAWINAN BEDA AGAMA

PERKAWINAN BEDA AGAMA

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Undang-Undang Dan Pemotongan Hibah-Hibah Yang Mengurangi Legitime Portie Itu bagian ini mengatur: (Pasal 913 KUH Perdata) Legitime portie atau bagian warisan

Rahman dan Ahmad Suardja, Hukum Perkawinan Menurut Hukum Islam, Undang-Undang perkawinan dan Hukum Perdata (BW), Jakarta : PT Hidia Karya Agung,

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, mengenai perjanjian perkawinan diatur di dalam Pasal 119 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa mulai saat perkawinan

Berbeda dengan ketentuan yang ter- dapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, ketentuan yang terdapat dalam Un- dang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu pada

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pengaturan mengenai pisah meja dan ranjang dalam KUH Perdata (BW) khususnya dalam bidang perkawinan, akibat hukum

Terjadinya perikatan dalam jual beli barang menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata sesuai dengan Pasal 1458 KUH Perdata, apabila kedua belah pihak telah

Definisi perjanjian telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) Pasal 1313, yaitu bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan

Khusus mengenai batasan usia diatur dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan, “perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19