• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri

N/A
N/A
Siti Nurlailiyah

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Defisit Perawatan Diri"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Departemen Keperawatan Jiwa di Puskesmas Bantur

Oleh:

Nama : Siti Nurlailiyah NIM : P17212235065

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG

TAHUN AKADEMIK 2023/2024

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. KASUS (MASALAH UTAMA) DEFISIT PERAWATAN DIRI II. TUJUAN TEORI

1. Teori (sesuai kasus yang di pilih) a. Pengertian

Herdman (2012) mengatakan bahwa defisit perawatan diri sebagai suatu gangguan didalam melakukan perawatan diri (kebersihan diri, berhias, makan, toileting).cSedangkan perawatan diri adalah kemampuan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhannya untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (Nurhalimah, 2016).

Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk, Messakh, & Sukardi, 2018).

b. Penyebab

Penyebab defisit perawatan diri sesuai standar diagnosis keperawatan Indonesia sebagai berikut.

1) Gangguan musculoskeletal 2) Gangguan neuromuscular 3) Kelemahan

4) Gangguan psikolos atau psikotik 5) Penurunan motivasi/minat c. Rentang Respon

Menurut Keliat (2014), rentang respon perawatan diri pada klien adalah sebagai berikut :

(3)

Keterangan :

1) Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.

2) Kadang perawatan kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor kadang- kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.

3) Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor

2. Faktor Predisposisi

Menurut Depkes (2000: 20) penyebab faktor presdiposisi defisit perawatan diri adalah :

a) Perkembangan. Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

b) Biologis. Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

c) Kemampuan realitas turun. Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

d) Sosial. Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

3. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurangpenurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

(4)

perawatan diri. Menurut Depkes (2000), Faktor–faktor yang mempengaruhi personalhygiene adalah:

a) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b) Status Sosial

Ekonomi personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

c) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

d) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya..

4. Sumber Koping

Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien dan keluarga.

Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua tentang penyakit, ketersediaan keuangan, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan, memengaruhi jalan nya penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi. Proses penyesuaian setelah gangguan jiwa terjadi terdiri dari 4 tahap dan dapat berlangsung mungkin selama 3 sampai 6 tahun:

a) Disonansi kognitif

Disonansi kognitif melibatkan pencapaian keberhasilan farmakologi untuk menurunkan gejala dan menstabilkan gangguan jiwa aktif dengan memilih kenyataan dari ketidaknyataan setelah episode pertama.

b) Pencapaian wawasan

Permulaan wawasan terjadi dengan kemampuan melakukan pemeriksaan terhadap kenyataan yang dapat dipercaya.

c) Kognitif yang konstan

(5)

Kogniktif konstan termasuk melanjutkan hubungan interpersonal yang normal dan kembali terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja

d) Bergerak menuju prestasi kerja atau tujuan pendidikan

Tahap ini termasuk kemampuan untuk secara konsisten terlibat dalam kegiatan harian yang sesuai dengan usia hidup yang merefleksikan tujuan sebelum gangguan jiwa.

5. Mekanisme Koping

Menurut (Sutria, 2020), mekanisme koping berdasarkan penggolongan di bagi menjadi 2 yaitu:

a) Mekanisme koping adaptif

Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi pertumbuhan belajar dan mencapi tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.

b) Mekanisme koping maladaptif

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Kategorinya adalah tidak ingin merawat diri.

6. Perilaku

Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diriadalah:

a) Fisik

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi.

b) Psikologis

Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c) Sosial

Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat.

7. Masalah Keperawatan

Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah apa yang akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat berdasarkan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien. Pada kasus ini kebutuhan dasar

(6)

yang dibahas adalah kebutuhan dasar perawatan diri. Pada masalah kebutuhan dasar perawatan diri diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Potter dan Perry (2006) adalah sebagai berikut

a) Defisit perawatan diri b) Defisiensi pengetahuan c) Gangguan citra tubuh d) Isolasi social

III. Pohon masalah

IV. Diagnosa Keperawatan 1. Isolasi social

2. Difisit perawatan diri 3. Gangguan citra tubuh V. Rencana Keperawatan Diagnosis

keperawatan

Tujuan

(TUM/TUK) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional Defisit

perawatan diri :

TUM:

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

TUK : Klien dapat

membina hubungan saling percaya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan perawatan diri meningkat.

a) Kemampuan mandi meningkat

b) Kemampuan

mengenakan pakaian meningkat

c) Kemampuan makan menigkat

d) Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat e) Verbalisasi keinginan

Dukungan Perawatan Diri Observasi:

▪ Identifikasi

kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia

▪ Monitor tingkat kemandirian

▪ Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan

Membina hubungan saling percaya dengan Klien.

kontak yang jujur, singkat, dan konsisten dengan perawat dapat

(7)

melakukan perawatan diri meningkat f) Mempertahankan

kebersihan mulut meningkat

Terapeutik:

▪ Sediakan

lingkungan yang teraupetik

▪ Siapkan keperluan pribadi

▪ Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

▪ Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan

▪ Jadwalkan rutinitas perawatan diri Edukasi

▪ Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

membantu Klien membina kembali interaksi penuh percaya dengan orang lain.

Gangun citra tubuh

TUM:

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

TUK : Klien dapat

membina hubungan saling percaya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan citra tubuh meningkat

a) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun

b) Verbalisasi

kekhawatiran pada reaksi orang lain menurun

c) Melihat bagian tubuh membaik

d) Menyentuh bagian tubuh membaik

Promosi Citra Tubuh

Observasi:

▪ Identifikasi harapan citra tubuh

berdasarkan tahap perkembangan

▪ Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial

▪ Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri Edukasi

▪ Jelaskan pada keluarga tentang perawatan perubahan citra

Membina hubungan saling percaya dengan Klien.

kontak yang jujur, singkat, dan konsisten dengan perawat dapat membantu Klien membina kembali interaksi penuh percaya

(8)

tubuh

▪ Anjurkan

menggunakan alat bantu

(mis.wig,kosmetik)

▪ Anjurkan mengikuti kelompok pendukung

▪ Latih fungsi tubuh yang dimiliki Terapeutik:

▪ Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya

▪ Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri

▪ Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis

dengan orang lain.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Depkes, R. (2000). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa. Jakarta:

Depkes RI.

Erlando, R. P. A. (2019). Terapi Kognitif Perilaku dan Defisit Perawatan Diri: Studi Literatur. ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 94-100.

https://doi.org/10.37148/arteri.v1i1.9

Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian Perawatan Diri Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Gaster, 16(2),177-190. http://jurnal.aiska- university.ac.id/index.php/gaster/article/view/294

Herdman, T. H. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.

Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha medika.

Jalil, A. (2015). Faktor Yang Mempengaruh Penurunan Kemampuan Pasien Skizofrenia Dalam Melakukan Perawatan Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal KeperawatanJiwa,3(2),70- 77. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/view/3933

Referensi

Dokumen terkait

keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri :. kebersihan diri

J dengan Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri dan Pakaian/Berhias yang telah penulis lakukan, dapat disumpulkan bahwa klien dapat membina hubungan saling

defisit perawatan diri. Keluarga mampu membuat perencanaan perawatan dan aktivitas berkelanjutan pada anggota keluarga yang mengalami masalah defisit perawatan

Dimana biasanya bapak buang air besar dan buang air kecil? Benar bapak buang air besar atau kecilyang bail itu di WC, kamar mandi atau tempat lain yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S DENGAN GANGGUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI BANGSAL SRIKANDI RUMAHi. SAKIT JIWA

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien defisit perawatan diri pada hari ke 6 kasus ini adalah SP1 – SP4 dilanjutkan dengan tindakan personal hygine dengan tujuan khusus

Pengaruh Penerapan Standar Komunikasi Defisit Perawatan Diri terhadap Kemandirian Merawat Diri pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Delta Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi..

Dokumen tersebut membahas tentang analisis data dari pasien yang menunjukkan perubahan proses berpikir yang terkait dengan masalah komunikasi verbal, harga diri rendah, dan defisit perawatan