ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI ( DPD) Disusun Guna Memenuhi Tugas Blok Jiwa
Disusun oleh : 1. Ade Purnomo 2. Khalimatun sa’diyah 3. Amesya Eka Pradana 4. Stevan Perika Bella 5. Eko Sudiarto
6. Andes Wahya Priambodo 7. Andra Prayenda Saputro 8. Rachmat Tri Widodo 9. Suryandaru Prasetyo 10. Ardian Indra Permana
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah membuat dan mempresentasikan makalah ini diharapkan mahasiswa mengerti dan mengetahui tentang gangguan halusinasi. 2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui dan memahami defisit perawatan diri.
b. Mahasiswa mengetahui dan memahami etiologi defisit perawatan diri.
d. Mahasiswa mengetahui mekanisme koping defisit perawatan diri.
BAB II
Kurang perawatan diri adalah kondisi di mana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah, 2000).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi ( hygiene ) , berpakaian / berhias, makan dan BAB atau BAK ( toileting ). ( Sumber: NITA FITRIA, 2009 )
Defisit perawatan diri adalah Salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya,dan kesejaterannya, sesuaia dengan kondisi kesehtannya. Klien dinyatakan terganggu perawtaan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
( Sumber: Dr.Amino Gondohutomo, 2008 )
B. JENIS-JENIS
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut : kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor. b. Rambut dan kulit kotor. c. Kuku panjang dan kotor d. Gigi kotor disertai mulut bau e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif. b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina. 3. Sosial
a. Interaksi kurang b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma. d. Cara makan tidak teratur
D. PENYEBAB
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik 2. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan dir
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
h. Dampak fisik
gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku. i. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
E. PSIKOPATOLOGI
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA
1. Defisit perawatan diri
2. Menurunnya motivasi perawatan diri 3. Isolasi sosial: menarik diri
G. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Tujuan umum
klien mampu melakukan perawatan diri: higiene. 2. Tujuan khusus:
Defisit perawatan diri
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
a. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda-tanda kebersihan diri
Tindakan :
1) Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda-tanda bersih
c. Klien dapat menyebutkan manfaat hygiene Tindakan:
1) Diskusikan bersama klien tentang manfaat hygiene 2) Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk
menjaga kebersihan diri
d. Klien dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri Tindakan:
1) Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan. 2) Beri reinforcement positif bila klien berhasil
f. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal
1) Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri
2) Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal
g. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri
Tindakan:
1) Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap
2) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri
3) Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri
4) Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur
h. Klien mendapat dukungan keluarga Tindakan:
1) Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga 2) Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.