Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Defisit Perawatan
Diri Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Prov. Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Syawaluddin Siregar
122500045
Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahamat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “ Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan prioritas masalah Defisit Perawatan Diri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. “ Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang akan penulis gunakan untuk perbaikan dimasa akan datang.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis banyak menerima bantuan secara moril maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya khususnya pada.
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara.
2. Ibu Erniyati, S. Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I, Ibu Evi Karota Bukit,
S. Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II dan Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S. Kp, M. Kep, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan dan
Bapak Mula Tarigan, S. Kp, M. Kep, selaku sekretaris Prodi DIII Keperawatan Sumatra Utara.
4. Ibu Sri Eka Wahyuni, S. Kp, Ns, M. Kep, selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
5. Direktur Rumah Sakit Jiwa Medan yang memberi penulis izin untuk praktek
di Rumah Sakit Jiwa Medan.
6. Seluruh Staf pengajar serta Staf Pegawai Keperawatan Universitas Sumatra
7. Teristimewa kepada kedua Orang Tua Tercinta dan ketiga saudara tersayang saya yang tidak pernah menyerah dalam memotivasi saya dalam bentuk nasehat, material, dorongan dan doa.
8. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2012 yang mana saling
memotivasi dan membantu dengan memberikan semangat dan dorongan penuh untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semua Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis.
Medan,13 juli 2015
Syawaluddin siregar
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahaan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 3
C. Manfaat ... 3
Bab II Pengelolahan Kasus A. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar Personal Hygiene 1. Pengkajian ... 11
2. Analisa Data ... 15
3. Rumusan Masalah ... 17
4. Perencanaan... 18
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian ... .... 22
2. Analisa Data ... .... 34
3. Rumusan Masalah ... .... 36
4. Diagnosa Keperawatan... .... 36
5. Perencanaan... .... 37
6. Implementasi ... .... 40
7. Evaluasi ... .... 40
Bab III Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... .... 42
2. Saran ... .... 43
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangSkizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama
pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek,
emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham
dan halusinasi (Direja, 2011). Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi
otak dan memyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan prilaku yang
anehdan terganggu. Skizofrenia ditunjukan dengan gejala klien suka berbicara sendiri,
termenung, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir sering tersenyum
sendiri, tidak mau beraktifitas bahkan mengabaikan hygiene atau perawatan diri
(defisit perawatan diri) ( Fitria, 2009).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses
informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak yang menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck,
2008).
Menurut Prabandari (2003). Menyebutkan bahwa prevalensi skizofrenia di
Indonesia diperkirakan 1 permil, meski angka yang pasti belum diketahui karena
penelitian prevalensi skizofrenia secara khusus belum dilakukan di indonesia.
Berdasarkan data rekam medik Rumah Sakit Jiwa Prof Ildrem Medan tahun 2009,
berjumlah 9.532 (96,51%) dengan berbagai tipe dan diketahui dari 1.929 penderita
yang dirawat inap yang menderita skizofrenia paranoid berjumlah 1.581 (81,96%).
Menurut Sulistyowati (2008). Prevalensi skizofrenia di Indonesia tiga sampai
lima perseribu penduduk. Bila diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang
akan terdapat gangguan jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu
juta orang. Hal ini merupakan angka yang cukup serta perlu penanganan yang serius.
Menurut World Health Organisation (2010), tanda dan gejala skizofrenia
yaitu: Berkhayal, halusinasi, gangguan pikiran, sulit mengekspresikan emosi, menarik
diri dari lingkungan sosial, kehilangan motivasi, tidak minat melakukan kegiatan
sehari-hari, dan mengabaikan kebersihan pribadi (kurangnya defisit perawatan diri).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Kurang perawatan diri (mandi)
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai
pakaian dan aktifitas berdandan sendiri. Kurang perawatan diri (makan) adalah
gangguan kemampuan untuk menunjukan aktivitas makan. Kurang perawatan diri
(toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas toileting sendiri (Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000). Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria,
2009).
Berdasarkan laporan periode Rumah Sakit Jiwa Pemprovsu Medan, didapatkan
data dari bulan mei 2015 tercatat jumlah pasien rawat diruang Dolok Martimbang
Rumah Sakit Jiwa Prof Ildrem Medan di dapatkan dengan gangguan defisit perawatan
diri dengan jumlah pasien 10 (50%) dari 20 pasien yang masuk di Ruang Dolok
martimbang. Situasi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri sehingga muncul masalah baru yaitu Defisit Perawatan Diri.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih rinci
tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan Defisit Perawatan Diri di ruang
Dolok Martimbang, RSJ Prof, Ildrem Medan.
B.
Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan secarakomprehensif pada Tn.A
dengan gangguan defisit perawatan diri Di Ruang Dolok Martimbang Rumah
Sakit Jiwa Medan.
2. Tujuan Khusus
a. mampu melaksanakan pengkajian dan Asuhan Keperawatan gangguan
jiwa, dengan Defisit Perawatan Diri.
b. mampu menganalisa data dan menegakkan dignosa keperawatan pada
pasien gangguan jiwa dengan Defisit Perawatan Diri.
c. mampu menentukan rencana tindakan keperawatan dan melaksanakan
d. mampu mengimplementasi Asuhan Keperawatan pada gangguan jiwa
dengan Defisit Perawatan Diri.
e. Mampu mangevaluasi dan mendokumentasikan Asuhan Keperawatan
dengan masalah Defisit Perawatan Diri.
C.
Manfaat Penulisana. Bagi Pasien
Agar pasien mengetahui pentingnya perawatan diri dan bagaimana cara
merawat diri dengan baik seperti mandi (hygiene), Berdandan/Berhias, Dan
Minum/Makan.
b. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukan dan informasi bagi perawat pelaksana di unit pelayanan
keperawatan jiwa dalam rangka mengambil kebijakan untuk meningktakan
mutu pelayanan kesehatan khususnya pada klien yang mengalami
gangguan Defisit Perawatan Diri.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan bahan acuan dalam kegiatan proses belajar
mengajar tentang Asuhan Keperawatan Jiwa khususnya Defisit Perawatan
Diri dalam meningkatkan mutu pendidikan yang akan datang di bidang
keperawatan.
BAB II
A. Konsep Dasar 1. Definisi
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal
yang artinya perorangan dan hygieneberarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah,
2010).
Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan diri (Depkes,
2000).
2. Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor persipitasi yang
dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor
tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
b. Praktik sosial
Pada anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yqang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya .
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting, karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita Diabetes Millitus ia harus selalu menjaga kebersihan
kakinya.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2010). tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah:
a. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran
air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh,
serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, menguyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut,
melengkapi makanan, mengambil gelas atau cangkir, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendaptkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Keterbatasan perawatan diri di atas biasanya diakibatkan karena
stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bias
mengalami harga diri rendah), sehingga dirinya tidak mau mengurus
atau merawat dirinya sendiri baik dal hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh
perawat, maka kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko
tinggi isolasi sosial.
Personal Hygiene merupakan salah satu tindakan keperawatan dasar yang
rutin dilakukan oleh perawat setiap dirumah sakit (Depkes RI< 1987).
Tindakan tersebut meliputi :
a) Perawatan kulit kepala dan rambut serta seluruh tubuh.
b) Perawatan mata.
c) Perawatan hidung.
d) Perawatan telinga.
e) Perawatan gigi dan mulut.
f) Perawatan kuku tangan dan kaki.
g) Perawatan genetalia.
h) Perawatan tubuh (mandi).
5. Macam-macam personal hygiene
a. Perawatan kulit kepala dan rambut.
b. Perawatan mata.
c. Perawatan hidung
d. Perawatan telinga.
e. Perawatan tubuh secara keseluruhan.
6. Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang di derita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik
yang sering terjadi adalah: gangguan integrasi kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada dan telinga, dan gangguan
fisik pada kuku.
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah 2010).
7. Manifestasi klinik
Menurut Depkes (2000), menifestasi klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berprilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAB/BAK disembarangan tempat
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), tujuan perawatan personal
hygiene adalah:
a. Meningkatkan derajat kesehtan seseorang.
b. Memelihara kebersihan diri seseorang.
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang.
d. Pencegahan penyakit.
e. Meningkatkan percaya diri seseorang.
f. Menciptakan keindahan.
9.Asuhan Keperawatan Pada Masalah Personal Hygiene
9.1 Pengkajian
Tahap pengkajian dalam proses keperawatan merupakan proses
dinamis yang terorganisasi dan, meliputi tiga aktivitas dasar yaitu,
mengumpulkan data secara sistematis, memilah dan mengatur kembali data
dan mendokumentasikan data (Tarwoto & Wartonah, 2006).
9.2 Faktor yang Berhubungan
a. Citra tubuh (Body Image)
Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya Personal
hygienepada orang tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif
seseorang tentang penampilan fisiknya. Personal hygiene yang baik
akan mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu (Stuart
& Sudeen, 1999 dalam Setiadi, 2005). Body image seseorang
berpengaruhi dalam pemenuhan personal hygiene karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya
(Departemen kesehatan RI/Depkes RI, 2000)
Kelompok-kelompok sosial wadah seorang pasien berhubungan dapat
mempengaruhi bagaimana pasien dalam pelaksanaan praktik personal
hygiene. Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene (Depkes RI,
2000).
c. Status sosial ekonomi
Menurut Friedman (1998) dalam Pratiwi (2008), pendapatan keluarga
akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk menyediakan fasilitas
dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk menunjang hidup dan
kelangsungan hidup keluarga. Sumber daya ekonomi seseorang
mempengaruhi jenis dan tingkatan praktik personal hygiene. Untuk
melakukan Personal hygiene yang baik dibutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai, seperti kamar mandi, peralatan mandi, serta
perlengkapan mandi yang cukup (misalnya: sabun, sikat gigi, sampo,
dan lain-lain) (Depkes RI, 2000).
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting, karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan dan pengetahuan
tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan akan
mempengaruhi praktik hygiene (Depkes RI, 2000). Kendati demikian,
pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup, pasien juga harus termotivasi
untuk memelihara personal hygiene sebab individu dengan pengetahuan
menjaga kebersihan dirinya untuk mencegah diri dari keadaan sakit
(Notoatmodjo, 1998 dalam Pratiwi, 2008).
e. Kebiasaan dan kondisi fisik seseorang
Menurut Potter & Perry (2005), setiap pasien memiliki keinginan akan
pilihan untuk mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut.
Orang yang menderita penyakit tertentu atau yang menjalani operasi
seringkali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
personal hygiene. Seorang pasien yang menggunakan gips pada
tangannya atau menggunakan traksi membutuhkan bantuan untuk
mandi yang lengkap. Kondisi jantung, neurologis, paru-paru, dan
metabolik yang serius dapat melemahkan atau menjadikan pasien tidak
mampu dan memerlukan perawatan personal hygiene total.
9.3 Pemeriksaan Fisik
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), pemeriksaan fisik yang
perlu dilakukan pada masalahpersonal hygiene adalah:
1. Rambut
a. Keadaan kesuburan rambut
b. Keadaan rambut yang mudah rontok
c. Keadaan rambut yang kusam
2. Kepala
a. Botak atau alopesia
b. Ketombe
c. Berkutu
e. Kebersihan
3. Mata
a. Apakah sclera ikterika
b. Apakah konjugtiva pucat
c. Kebersihan mata
d. Apakah gatal atau mata merah
4. Hidung
a. Adakah pilek
b. Adakah alergi
c. Adakah perdarahan
d. Adakah perubahan penciuman
e. Kebersihan hidung
f. Bagaimana membrane mukosa
g. Adakah septum deviasi
5. Mulut
a. Keadaan mukosa mulut
b. Kelembapannya
c. Adakah lesi
d. Kebersihannya
6. Gigi
a. Adakah karang gigi
a. Kelengkapan gigi
b. Pertumbuhan gigi
7. Kuku tangan dan kaki
a. Bentuknya bagaimana
b. Warnanya
c. Adakah lesi
8. Tubuh secara umum
a. Kebersihan
b. Normal
c. Postur tubuh
9.4 Analisa Data
Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta
kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan data
merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul didapatkan data dasar dan data fokus. Data dasar adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien,
kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan
hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus adalah tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatanya serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Data dasar akan
digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah-masalah pasien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk
menerus (Ongoing assasment) serta pengkajian ulang untuk menambah/
melengkapi data (re-assesment) (Sigit, 2010).
9.5Tipe Data
1. Data Subjektif
Menurut Sigit (2010), data subjektif adalah yang didapatkan dari
klien sebagai suatu pendapat terhadap suatusituasi dan kejadian.
Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya.
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang didapat diobservasi dan diukur,
dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium,
sentuh/raba) selama pemeriksaan fisik, kemudian mengkaji batasan
karakteristik dan faktor yang berhubungan (Wilkinson, 2013).
9.6 Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah
apa yang akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat
berdasarakan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien.
Pada kasus teori kebutuhan dasar yang dibahas adalah kebutuhan dasar
personal hygiene. Masalah keperawatan yang sering muncul pada
kebutuhan dasar tersebut dijelaskan dengan menggunakan skema yakni
9.7 Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Kebutuhan Dasar
Menurut Fortinash dan Holoday-Worret (2000), diagnosa
keperawatan berdasarkan NANDA (2012), yang mungkin muncul,
yakni:
a. Hambatan komunikasi verbal
b. Keputusasaan
c. Konstipasi
d. Koping defensif
e. Ketidakefektifan koping individu
f. Ketidakberdayaan
g. Defisiensi pengetahuan
h. Ketidakseimbangan nutrisi
i. Defisit perawatan diri : mandi
j. Defisit perawatan diri : berpakaian
k. Defisit perawatan diri : makan
Pada masalah kebutuhan dasar personal hygiene diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul menurut Potter dan Perry
(2005), adalah sebagai berikut:
a. Resiko kerusakan integritas kulit
b. Kerusakan integritas kulit
c. Perubahan perfusi jaringan perifer
d. Defisit perawatan diri : mandi
e. Kerusakan integritas jaringan
f. Nyeri
g. Resiko infeksi
h. Defisiensi pengetahuan perawatan kaki dan kuku
i. Perubahan membrane mukosa mulut
j. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
k. Defesiensi pengetahuan tentang hygiene oral
l. Gangguan citra tubuh
m. Defesit perawatan diri : eliminasi
n. Defisit perawatan diri : makan
9.8 Perencanaan
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Hasil (NOC) yang mungkin diharapkan dengan indikator 5
pada setiap hasil berdasarkan prioritas masalah keperawatan yang
telah dipilih melalui analisa data yaitu:
Perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)
kemampuan untuk melakukan tugas
fisik paling dasar dan aktivitas
perawatan pribadi secara mandiri
dengan atau tanpa alat bantu
Perawatan diri: mandi kemampuan untuk membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
Perawatan diri:hygiene kemampuan untuk mempertahankan
kebersihan pribadi dan penampilan yang rapi secara mandiri atau dengan alat bantu.
Perawatan diri:hygiene oral kemampuan untuk merawat mulut dan
gigi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Perawatan diri:berpakaian kemampuan untuk mengenakan pakaian
sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Perawatan diri:Makan kemampuan untuk menyiapkan dan
memakan makanan dan cairan secara mandiri dengn atau tanpa alat bantu.
Perawatan diri:eliminasi kemampuan untuk melakukan aktivitas
eliminasi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Sumber: Maas (2004).
9.10 Intervensi
Rencana tindakan (NIC) yang mungkin akan dilakukan berdasarkan
Mandi Membersihkan tubuh yang berguna
untuk relaksasi, kebersihan, dan
penyembuhan
Perawatan kesehatan mulut Pemeliharaan dan promosi hygiene oral
dan kesehatan gigi untuk pasien berisiko mengalami lesi mulut atau gigi.
Bantuan perawatan diri, mandi/hygiene Membantu pasien untuk melakukan
hygiene pribadi
Berpakaian Memilihkan, mengenakan pakaian
untuk orang yang tidak dapat
melakukannya sendiri
Perawatan rambut Adanya peningkatan penampilan
rambut yang rapi, bersih dan menarik Bantuan perawatan diri:
berpakaian/berhias
Membantu pasien dalam berpakaian dan berhias
Makan Member asupan nutrisi untuk pasien
yang tidak mampu makan sendiri.
Bantuan perawatan diri : makan Membantu individu untuk makan
Konseling nutrisi Penggunaan proses bantuan interaktif
yang berfokus kepada kebutuhan
modifikasi diet.
Pemantauan nutrisi Pengumpulan dan analisis data pasien
untuk mencegah dan meminimalkan masalah gizi
Manajemen defekasi Penetapan dan pemeliharaan pola
eliminasi fekal yang teratur
Manajemen lingkungan Modifikasi lingkungan sekitar pasien
untuk keperluan terapeutik, stimulasi sensorik, dan kesejahteraan psikologis
Bantuan perawatan diri: eliminasi Membantu individu untuk eliminasi
Sumber : Dochterman(2008).
9.11 Rencana tindakan keperawatan
1. Tujuan
Klien mampu melakukan aktivitas perawtan diri secara
mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias,
2. Tindakan keperawatan untuk klien
a. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan
diri, berpakaian/berhias, makan dan BAB/BAK secara
mandiri.
b. Mengkaji kemampuan melakuakan perawatan diri diri
yang meliputi mandi dan membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK seacara
mandiri.
3. Tindakan Keperawatan untuk keluarga klien
Keluarga dapat meneruskan melatih klien dan mendukung
agar kemampuan klien dalam perawatan dirinya meningkat
serangkaian intervensi ini dapat saudara lakukan dengan cara
sebagai berikut.
a. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan
diri yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga
kebersihan diri.
b. Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan
membantu klien dalam merawat diri (sesuai jadwal yang
telah disepakati).
A.Tinjaun Kasus
1. Pengkajian
I. Biodata
Identitas pasien
Jenis kelamin
Tanggal Masuk RS
No. Register
03 November 2014
02-17-41
II. Keluhan Utama
Klien mengatakan mendengar suara-suara yang tidak jelas dan
klien mengatakan sering pusing ketika malam hari yang, klien
mengatakan malas melakukan perawatan diri karena tidak ada
peralatan mandi.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Apa penyebab:
klien mengatakan semenjak menjadi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) di Malaysia klien sering dipukuli dengan
majikannya dibagian punggung klien sehingga klien
merasa tubuhnya tidak tampan lagi karena banyak bekas
luka dibagian punggung klien.
b. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan:
Kien merasa tidak berguna lagi kepada keluarga terutama
tidak bertanggung jawab dengan anak istri.
2. Bagaimana dilihat:
Klien terlihat lebih banyak diam, sering melamun, jarang
berkomunikasi dan bergabung dengan temannya.
c. Region
1. Dimana lokasi
Klien mengatakan mendengar suara-suara dari jendela
kamarnya.
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan suara yang di dengarnya tidak
menyebar dan klien mengatakan suara yang didengarnya
d. Severety ( mengganggu aktivitas)
Klien mengatakan dengan kondisinya seperti ini
mengganggu aktivitasnya.
e. Time
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara saat sendiri
dan pada malam hari.
IV. Riwayat kesehtan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami:
Klien mengatakan sering pusing terutama pada siang dan
malam hari
b. Alergi:
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi makanan maupun
obat-obatan.
V. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Orang tua:
Klien mengatakan kedua orang tuanya masih hidup
b. Saudara kandung:
Klien mengatakan, klien anak ke empat dari tujuh bersaudara
c. Penyakit keturunan yang ada:
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan
d. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
Tidak ada
Klien mengatakan abangnya yang pertama sudah meninggal
sewaktu dewasa
f. Penyebab meninggal:
Klien mengatakan kecelakaan
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
a. Persepsi klien tentang penyakitnya:
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang
dan berkumpul dengan keluarga
b. Konsep Diri:
Gambaran diri :Klien menyukai anggota tubuhnya
terutama hidungnya.
Ideal diri :Klien berharap agar ia cepat sembuh
dan dapat segera pulang agar dapat
kembali bekerja dan berkumpul
dengan keluarga.
Harga diri :Klien mengatakan biasa saja.
Peran diri : Klien berperan sebagai anak dan
sebagai kakak dan adik-adiknya.
Identitas diri : Klien merupakan anak ke empat dari
tujuh bersaudara. Klien juga adalah
seorang laki-laki yang sudah bekerja
di Tenaga Kerja Indonesia selama 3
Keadaan emosi : klien mengatakan kadang-kadang
tidak bisa menahan emosinya ketika
teman-temannya memaksa dia untuk
memijatnya.
c. Hubungan sosial:
1. Orang yang berarti:
Klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti bagi
dirinya ialah kedua orang tuanya terutama ibunya, karena
klien sering bercerita jika klien mempunyai masalah,
klien tidak memiliki teman dekat (sahabat).
2. Hubungan dengan keluarga:
klien mengatakan hubungan dengan keluarganya
baik-baik saja dan kakak yang nomor dua sering menjenguk
kerumah sakit.
3. Hubungan dengan orang lain:
Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain
karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain.
Klien juga tidak mengikuti kegiatan/organisasi apapun
dilingkunganya.
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien merupakan orang yang pendiam dan mengatakan
lebih enak sendiri dari pada bergabung dengan orang
lain.
1. Nilai dan Keyakinan:
Klien mengatakan yakin dan percaya dengan adanya
tuhan.
2. Kegiatan ibadah:
Klien tidak mengikuti ibadah dengan cara rutin.
VII. Status mental:
a. Penampilan : Tidak rapi, dan penggunaan
pakaian tidak sesuai rambut
acak-acakan.
b. Tingkat kesadaran : Bingung/orientasi.
c. Pembicaraan : Gagap/ lambat dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
d. Alam perasaan : Lesu dan putus asa.
e. Afek : datar .
f. Interaksi selama
wawancara
: Tidak kooperative dan kontak
mata kurang.
g. Proses pikir
h. Memori
i. Isi piker
: Pengulangan pembicaraan dan
persepsi.
: Gangguan daya saat ini.
: Ide yang terkait.
VIII. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kondisi klien lesu, klien tampak lebih suka menyendiri.
kotor, gigi kotor dan kuning, bibir kering, lidah kering,
rambut terlihat acak-acakan dan rambut berbau. Dan badan
tampak berdaki, kotor dan berbau.
b. Tanda-tanda Vital
1. Suhu tubuh : 37o C
2. Tekanan darah : 120/90 Mmhg
3. Nadi : 80x/Menit
4. Pernafasan : 20x/Menit
5. Skala nyeri : -
6. TB : 160 Cm
7. BB : 55 Kg
c. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk : Normal dan simetris
b. Ubun-ubun : Normal, tertutup dan keras
c. Kulit kepala : Kotor dan berbau
2. Rambut
a. Penyebaran dan
keadaan rambut
: Merata, kotor dan berbau
b. Bau : Rambut berbau
c. warna kulit : Normal sawo matang
3. Wajah
a. Warna kulit : Sawo matang
4. Mata
a. Kelengkapan dan
kesimetrisan
: Simetris kanan dan kiri
b. Palpebra : Normal
c. Konjungtiva dan
sclera
b. Ukuran telinga : Simetris kanan dan diri
c. Lubang telinga : Normal
d. Ketajaman telinga : Pendengaran baik
6. Hidung
a. Tulang hidung dan
posisi septum nasi
: Normal
b. Lubang hidung : Simetris kanan dan kiri
c. Cuping hidung : Normal
7. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : Bibir kering
b. Keadaan gusi dan
gigi
: Gigi kotor dan kuning
c. Keadaan lidah : Lidah kering
d. Orofaring : Baik dan mampu menelan
a. Posisi trachea : Media normal
b. Thyroid : Pembesaran kelenjar
thyroid(-)
c. Suara : Pelan, lambat, dan kurang
jelas
d. Kelenjar limfe : Pembesaran getah bening -
9. Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : Kulit kotor dan berbau
b. Kehangatan : Suhu normal (370C)
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : Kembali < 2 detik
e. kelembapan : Kulit kering
f. kelainan pada kulit : Terdapat bekas luka di
kulit
IX. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan : 3 kali
b. Nafsu/selera makan : Klien selera makan
c. Nyeri ulu hati : Tidak ada
d. Alergi : Tidak ada
e. Mual dan muntah : Tidak ada
f. Tampak makan
memisahkan diri
ketika makan
: Iya, klien memisahkan
g. Waktu pemberian
: Tidak ada masalah.
b. Perawatan diri/personal hygiene
a. Kebersihan tubuh : Badan tampak berdaki,
kotor dan berbau
b. Kebersihan gigi dan
mulut
: Gigi kuning, mulut kering
dan berbau
c. Kebersihantangan dan
kaki
: Kuku panjang dan kotor
c. Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraian aktivitas klien untuk mandi, makan, eliminasi,
ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau
total:
Klien tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari, klien
lebih sering menyendiri, susah diajak berbicara dan
eliminasi dapat dilakukan mandiri.
2. Uraian aktivitas ibadah klien selama dirawat:
Semenjak klien dirawat dirumah sakit, klien malas untuk
melakukan ibadah.
d. Pola eliminasi
1. BAB
b. Karakter feses : Lembek dan berbentuk
c. Riwayat
pendarahan
: Tidak ada
d. BAB terakhir
e. Diare
: Tadi pagi
: Tidak ada
2. BAK
a. Pola BAK : 3 Kali dalam sehari
b. Nyeri/ kesulitan
BAK
c. Karakter urine
d. Riwayat penyakit
ginjal/kandung
kemih
: Tidak ada
: Bewarna kuning pekat
: Tidak ada
e. Mekanisme koping
Klien melakukan mekanisme koping dengan aktivitas
konstruktif dan dengan berbincang dengan orang lain sesuai
2.ANALISA DATA
No .
Data Penyebab Masalah
Keperawat
mengatakan badannya masih bersih.
DO:
- Pasien tampak kurang
bersih,
- Kuku pasien tampak
kotor dan panjang,
- Rambut acak-acakan
dan berbau,
Gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktifitas mandi sendiri.
- Klien mengatakan malas
mandi karena airnya
dingin.
- klien mengatakan tidak
ada alat mandi.
- klien mengatakan
badannya masih bersih.
Ketidak mampuan mengakses kamar mandi dan mengatur air
mandi
2. DS: klien mengatakan tidak
ada pakaian yang cocok
dengannya, sehingga pasien bertahan dengan pakaiannya,
dan klien mengatakan
pakaiannya masih bersih. DO:
- penampilan klien
tampak tidak rapi
- Baju berbau
- Pasien tidak ingin
memakai celana dalam yang tidak miliknya
- Pakaian klien tampak
koyak sedikit dibagian
dadanya dan tidak
memakai kancing baju
- Klien tampak
penurunan motivasi
Gangguan kemampuan untuk melakukan/menyelesaikan berpakaian dan merapikan diri.
- Klien mengatakan tidak
ada pakaian yang cocok dengannya, sehingga klien
bertahan dengan
pakaiannya.
- klien mengatakan
pakaiannya masih bersih.
3. RUMUSAN MASALAH
3.1 MASALAH KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri mandi
2. Defisit perawatan diri berpakaian
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri: mandi b/d gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktifitas sendiri d/d klien mengatakan malas mandi
karena airnya dingin, klien mengatakan tidak ada alat mandi dan klien
mengatakan badannya masih bersih.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian b/d gangguan kemampuan untuk
melakukan/menyelesaikan berpakaian dan merapikan diri d/d klien
mengatakan tidak ada pakaian yang cocok dengannya, sehingga pasien
bertahan dengan pakaiannya, dan klien mengatakan pakaiannya masih
4.Intervensi Dan Rasional
Tujuan dan Kriteria Hasil: NOC
Dalam 1x6 jam klien akan mampu menunjukan perawatan diri mandi dengan indikator 5 pada kriteria hasil:
- Klien mampu mengatur suhu air kamar mandi
- Klien mampu mempertahankan mobilitas yang
diperlukan untuk kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
- Klien mampu melakukan mencuci wajah, tubuh
bagian atas, dan tubuh bagian bawah
- Klien mampu mengeringkan tubuh
Tujuan dan Kriteria Hasil: NOC
Dalam 1x6 jam klien mampu menunjukan perawatan diri berpakaian dengan indikator 5 pada kriteria hasil:
- Klien mampu untuk mengambil atau memilih
pakaian
Hari dan tanggal
No Dx
Rencana tindakan Rasional
19 Mei
2015
1. NIC: Bantuan perawatan
mandi/self assistance
bathing
Dengan aktifitas:
- Pertimbangkan
budaya pasien
ketika
pembersihan kuku
sesuai dengan
kemampuan perawatan diri.
- Fasilitasi sikat gigi
yang sesuai.
- Pantau integritas
kulit.
- Pertahankan ritual
kebersihann diri.
- Kebudayaan dan nilai pribadi
mempengaruhi kemampuan
perawatan personal hygiene
sebab seseorang dari latar
belakang yang berbeda akan mengikuti praktik perawatan personal hygiene yang berbeda.
- Perubahan fisik karena faktor
usia membuat seseorang tidak
perduli akan kebersihan
tubuhnya.
- Perawatan diri tidak berarti klien
harus melakukan segala sesuatu untuk dirinya sesuai dengan rencana perawat.
- Kebersihan kuku sangat penting
dalam mencegah resiko
terjadinya penykit.
- Kebersihan gigi penting untuk
meningkatkan kenyamanan,
selera makan klien.
- Kerusakan kulit mungkin terjadi
karena imobilisasi tubuh yang terlalu lama.
- Mempertahankan rutinitas
2.
NIC: Bantuan perawatan
diri berpakaian/Self
assistance dressing Dengan aktifitas:
- Pertimbangkan
budaya pasien
ketika
mempromosikan aktivitas
perawatan diri.
- Sediakan pakaian
pasien ditempat
yang mudah untuk dijangkau.
- Beri bantuan
dalam berpakaian jika diperlukan.
- Pertahankan
privasi klien
ketika klien
berpakaian
- Kebudayaan dan nilai pribadi
mempengaruhi kemampuan
perawatan personal hygiene
sebab seseorang dari latar
belakang yang berbeda akan mengikuti praktik perawatan personal hygiene yang berbeda.
- Mengurangi resiko cidera karena
kelemahan fisik saat melakukan perawatan diri.
- Meningkatkan kemandirian
pasien dalam melakukan
keperawatan diri.
- Klien harus mendapatkan privasi
5.Implementasi dan Evaluasi
Implementasi keperawatan Evaluasi dan (SOAP)
1.
2.
Kamis 21 Mei 2015
Bantuan perawatan diri mandi :
- Mempertimbangkan budaya
pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.
- Mempertimbangkan usia klien
ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.
- Mempertimbangkan privacy
klien ketika melakukan aktivitas perawatan diri
- Menentukan jumlah dan jenis
bantuan yang dibutuhkan
- Memantau integritas kulit.
- Meletakkan handuk,sabun dan
peralatan lain yang diperlukan di didekat kamar mandi
- Memantau pembersihan kuku
sesuai dengan kemampuan
perawatan diri.
- Memfasilitasi sikat gigi yang
sesuai
- Memfasilitasi klien untuk mandi
sendiri
- Mempertahankan ritual
kebersihan
- Pertimbangkan budaya pasien
ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.
S: Klien mengatakan
merasa segar dan nyaman setelah mandi
O:
- Klien tampak
berpakaian dengan rapi dan bersih.
Ketombe pada
perawatan mulut
secara mandiri
Klien masih sangat
membutuhkan
bantuan pemberi
asuhan.
perawatan diri: mandi dengan indikator 5.
Rencana tindakan
selanjutnya:
1. Bantuan perawatan
diri mandi
S : klien mengatakan
senang karena lebih rapi
O :
- Sediakan pakaian pasien ditempat yang mudah untuk dijangkau.
- Beri bantuan dalam berpakaian
jika diperlukan.
- Pertahankan privasi klien ketika
klien berpakaian
setelah dibantu mengenakan pakaian
Rambut tertata
dengan baik
Klien masih belum
berpakaian secara
perawatan diri:
berpakaian dengan
indikator 5.
Rencana tindakan
selanjutnya:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan diri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap
individu, karena dengan melakukan perawatan diri pada tubuh kita
dapat menciptakan suatu pola hidup yang sehat dan memberikan
kepedulian pada diri suatu individu. Perawatan diri merupakan suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan
diri,umumnya dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa.
Defisit perawatan diri yang sering dialami yaitu, mandi, makan, berhias,
dan eliminasi. Oleh sebab itu peran asuhan keperawatan sangat penting
bagi klien yang mengalami defisit perawatan diri, agar dapat
memberikan motivasi dan mengajarkan klien melakukan perawatan diri
secara mandiri. Asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan diri
yaitu mencakup pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saya mengambil saran dalam
rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran
adalah sebagai berikut:
1. Untuk keluarga
Keluarga atau orang terdekat harus memberikan motivasi dan
nasehat agar klien dapat melakukan perawatan diri secara
mandiri.
2. Untuk perawat
Perawat jiwa wajib memahami dan mengerti secara teoritis dan
praktek tentang asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan
diri.
3. Untuk rumah sakit
Rumah sakit harus memfasilitasi klien dalam melakukan
perawatan dirinya dengan menyediakan sarana dan prasarana
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, (2012). Personal Hygiene, Konsep, Proses, Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nita, (2009). Prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).
Jakarta: Salemba Medika.
Potter, Perry, (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan,
Edisi keEmpat. Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan,
Edisi keTiga. Jakarta : Salemba Medika.
Wilkinson & Dkk (2011). Buku saku Diagnosa keperawatan: Diagnosis NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9. Jakarta : EGC
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
NO. DX
Implementasi
Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari/Tanggal Pukul
1 Kamis
21 Mei 2015
09.00 WIB
Bantuan perawatan diri
mandi:
- Mempertimbangkan
budaya pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
- Memperertimbangkan
usia klien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
- Menentukan jumlah dan
jenis bantuan yang
dibutuhkan
- Memantau pembersihan
kuku sesuai dengan
kemampuan perawatan
diri.
- Memfasilitasi sikat gigi
yang sesuai.
- Memantau integritas
kulit. setelah mandi O: perawatan diri: mandi dengan indikator 5. Rencana tindakan selanjutnya:
1. Bantuan
2
1. Bantuan perawatan diri
berpakaian:
- Mempertimbangkan
budaya pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
- Menyediakan pakaian
pasien ditempat yang
mudah untuk dijangkau.
- Membeeri bantuan dalam
berpakaian jika
diperlukan.
- Mempertahankan privasi
klien ketika klien
berpakaian
- Memonitor/memantau
aktivitas klien.
- Memperrtimbangkan
usia klien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
- Menentukan jumlah dan
jenis bantuan yang
dibutuhkan
- Memantau pembersihan
kuku sesuai dengan
kemampuan perawatan
diri.
- Memfasilitasi sikat gigi
yang sesuai.
- Memantau integritas
kulit.
- Mempertahankan ritual
kebersihann diri.
S: Klien
mengatakan senang krena tampak lebih
Perawatan diri:
berpakaian dengan
indikator 5.
S: Klien
perawatan mulut secara mandiri
Klien masih
sangat membutuhka
n bantuan
pemberi asuhan.
A: masalah teratasi
sebagian
P: Dalam 1x8 jam
klien akan
mampu menunjukkan perawatan diri: mandi dengan indikator 5. Rencana tindakan selanjutnya:
2 Jum’at 22 Mei 2015
09.00 WIB
2. Bantuan perawatan diri
berpakaian:
1. Memfasilitasi klien
untuk memilih
pakaian yang
tersedia.
2. Menyediakan
pakaian pasien
ditempat yang
mudah untuk
dijangkau
3. Memberi bantuan
dalam berpakaian
jika diperlukan
4. Memfasilitasi klien
untuk menyisir
rambutnya sendiri
5. Mempertahankan
privasi klien ketika klien berpakaian
S: pasien mengatakan
lebih tampak rapi. O:
Klien terlihat rapi
setelah dibantu mengenakan pakaian
Rambut tertata
dengan baik
Rencana tindakan selanjutnya:
1. Bantuan perawatan