• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Sejarah Perkembangan dan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

N/A
N/A
Maha Nadia

Academic year: 2024

Membagikan "2. Sejarah Perkembangan dan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

2. Sejarah Perkembangan dan

Konsep Utama Pendidikan Inklusif

Hanrezi Dhania, S.Pd, M.Si

(2)

KONVENSI DAN DEKLARASI PENSIF DI DUNIA

1. Konvensi hak-hal anak (1989)

2. Deklarasi dunia untuk ‘Pendidikan Untuk Semua’ (1990)

3. Deklarasi dunia pada UNICEF World Summit for Children (1990) 4. Deklarasi Dunia Jomtien di Thailand (1990)

5. Pertemuan Asia Pasifik 1 decade Penyandang cacat (1993-2002)

6. Konferensi Dunia pada Pendidikan Berkebutuhan Khusus dan Pernyataan dan Kerangka Kerja Pendidikan Berkebutuhan Khusus, di Salamanca,

Spanyol(1994). Konfrensi ini adalah simbol dimulainya program pendidikan inklusif dengan menghasilkan kerangka kerja mengenai penyediaan akses dan standardisasi kualitas pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus

(3)

7. Forum Pendidikan Dunia yang disebut The Dakar Framework for Action (2015) di Dakar, Senegal . Menguatkan kembali Konferensi Jomtien yang diantaranya berisi:

a. Perencanaan pendidikan untuk semua di tingkat nasional sebagai bagian dari perencanaan pendidikan nasional.

b. Memastikan semua anak, khususnya perempuan, anak berkebutuhan khusus, maupun dari etnis minoritas agar memiliki akses terhadap pendidikan yang memadai dan berkualitas

8. Konvensi Hak Penyandang Cacat, disepakati 13 Desember 2006, Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa dengan Resolusi 61/106, ditandatangani oleh negara anggota PBB 30 Maret 2007.

Negara-Negara mengakui hak orang-orang penyandang cacat atas pendidikan. Dengan tujuan untuk mewujudkan hak ini tanpa diskriminasi dan atas dasar kesetaraan kesempatan, Negara-negara harus menjamin suatu sistem pendidikan yang inklusif di semua tingkatan dan pembelajaran jangka panjang.

(4)

PERUBAHAN KEBIJAKAN DAN HUKUM DI AMERIKA SERIKAT

• Kongres Amerika Serikat (1975) mengeluarkan hukum dan amandemen terkait dengan pendidikan umun, yang dikenal dengan Education for All Handicapped Children Act yang lebih popular dengan nama Individuals with Disabilities Education ACT (IDEA)

• Penandatanganan hukum yang dikenal dengan The Americans with Disabilities ACT (ADA)

• Tahun 2001, kebijakan tentang No Child Left Behind yang memberikan implikasi kepada pendidikan khusus khususnya di Amerika Serikat

(5)

Sejarah Layanan Pendidikan bagi ABK di Dunia

Eropa

a. Zaman primitive, Purbakala, Abad Pertengahan

mereka dianggap “hewan” dilenyapkan dari muka bumi melalui hukum “the survival of the fittest” (karena tidak sanggup mengatasi kekerasan alam dan musnah)

Zaman Plato (427-347 SM) orang- orang Athena senang sekali memperlakukan orang cacat sebagai bahan tontonan, bahkan sering dibunuh

Hukum Yunani mendorong orang-orang membantu para janda, buta, tuli, jompo. Mereka mendapat batasan kesempatan sosial, orang cacat dianggap berdosa dan dijauhkan dari tempat ibadah.

Pada abad pertengahan sekte-sekte agama banyak yang memberi pertolongan kepada warga lemah tetapi para bangsawan membuat orang cacat menjadi bahan tontonan

(6)

b. Zaman Modern

Tahun 1811 Napoleon memerintahkan melakukan sensus bagi penderita cacat mental (tunagrahita)

Tahun 1816 Gotthard Guggenmos membuka sekolah pertama untuk anak tunagrahita di Wildberg, tahun 1835 sekolah ditutup tanpa mencapai hasil yang banyak

Negara swiss adalah negara pertama yang memberikan pendidikan dan pengajaran anak tunagrahita

Tahun 1841 didirikan institut Guggenbuhl yang menciptakan prototype yang merawat tunagrahita

Abad 19 berdirilah berbagai institut untuk anak-anak tunagrahita di negara Eropa barat dan Amerika

Dokter J.M.G Itard mendapat penghargaan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Prancis dan mendapat gelar Bapak Pendidikan anak-anak tunagrahita

Akhir abad ke 19 munculnya layanan pendidikan bagi anak ABK dari sistem segregasi ke kelas- kelas khusus di sekolah biasa.

Tahun 1981, PBB memasyarakatkan konsep baru dengan mencanangkan tahun itu sebagai tahun penyandang cacat internasional

(7)

Sejarah Layanan Pendidikan ABK di Indonesia

a. Masa sebelum abad 20

orang-orang zaman dahulu percaya pada hal yang bersifat supernatural (roh, gaib, dewa)

Zaman pemerintah Hindia-Belanda Indonesia mengenal 2 jenis Pendidikan yang merupakan dasar bagi pendidikan Anak Luar Biasa yaitu : diselenggarakan pemerintah (sekolah negeri) dan yang diselenggarakan masyarakat (sekolah swasta)

b. Masa sebelum Perang Dunia ke-2

Permulaan abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda membangun sekolah untuk anak-anak bumi putera

Berkembangnya sekolah swasta seperti Muhammadiyah, NU

31 Mei 1927 atas inisiatif dr. A. Kits Van Heiningen dan W. Akkersdijk di Bandung mendirikan Pendidikan Luar Biasa untuk anak tunagrahita (Perkumpulan Pengajaran Luar Biasa “Vereniging Voor Buitengewoon Lager Onderwijs”)

(8)

Keberadaan ABK di Indonesia

c. Sesudah Indonesia Merdeka

UUD 1945 pasal 31 ayat 1dan ayat 2

UU nomor 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah (UU Pokok Pendidikan dan Pengajaran no.12 tahun 1954) pada bab V pasal 6 ayat 2 dinyatakan “Pendidikan dan pengajaran luar biasa diberikan dengan khusus untuk mereka yang membutuhkan”

Tahun 1952 dengan surat keputusan no. 24952 tertanggal 26 Juli 1952, Pemerintah RI membuka Sekolah Guru Pengajaran Luar Biasa (SGPLB) yang pertama di Bandung

Tamatan SGPLB mengajar di Sekolah Rakyat Latihan Luar Biasa di Bandung (SRLB) selanjutnya SRLB diubah menjadi SLB (Sekolah Luar Biasa)

Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai konferensi, antara lain : Deklarasi Jomtien di Thailand (1981) dan Konvensi Pendidikan di Salamanca

(9)

Keberadaan ABK di Indonesia

• SGLB membuka 3 jurusan yaitu:

jurusan A untuk tunanetra ; SLB A untuk tunanetra jurusan B untuk tunarungu ; SLB B untuk tunarungu

jurusan C untuk tunagrahita; SLB C dan C1 untuk tunagrahita ringan dan sedang

• Penjurusan SGPLB berkembang menjadi A,B,C,D, E. Jurusan D untuk anak tunadaksa dan E untuk anak tunalaras.

• Demikian juga dengan SLB A,B,C kemudian menjadi SLB-A, SLB-B, SLB- C, SLB-D, SLB-E dan SLB-G untuk tunaganda

(10)

Pendidikan Inklusi di Indonesia

1. Deklarasi Jomtien di Thailand (1991) komitmen untuk memberikan

pelayanan pendidikan pada semua anak tanpa terkecuali secara memadai dan layak

2. Konvensi pendidikan di Salamanca, Spanyol (1994) simbol dimulainya program pendidikan inklusif dan menjadi dasar bagi Indonesia

menyelenggarakan konvensi nasional pada tahun 2004 di Bandung

3. Konvensi nasional tahun 2004 di Bandung  Deklarasi Bandung dengan meletakkan komitmen menuju pendidikan inklusif

4. Simposium internasional di Bukittinggi tahun 2005  Rekomendasi

Bukittinggi. Menekankan pada upaya pengembangan pendidikan inklusif secara terus menerus agar anak-anak memperoleh pendidikan yang layak

(11)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional

- Pasal 41 tentang setiap satuan pendidikan yang melaksanakan pendidikan inklusi harus memiliki tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus

Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi siswa yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa

Selanjutnya Permendiknas tersebut oleh Pemerintah Daerah dipergunakan sebagai rujukan dalam penetapan kebijakan implementasi pendidikan inklusif di wilayah masing-masing

(12)

Filosofi Pendidikan Inklusi

Education for all yaitu setiap anak yang memiliki karakteristik, hambatan, maupun kelemahan berhak untuk memperoleh layanan pendidikan yang sama dengan anak lainnya dalam lingkungan yang sama. Setiap anak

berhak mendapatkan layanan pendidikan bermutu tanpa diskriminasi dan pengecualian untuntuk mendapatkan layanan pendidikan.

(13)

KONSEP-KONSEP UTAMA PENSIF

• Keberhasilan pensif harus memandang beberapa aspek utama yang dapat menunjang pencapaiannya.

• Menurut Stubbs (2002), konsep utama pensif mencakup : 1. konsep-konsep tentang anak, mencakup :

a) semua anak berhak mendapatkan pendidikan dalam komunitasnya sendiri b) Semua anak dapat belajar dan/atau siapa pun dapat mengalami kesulitan belajar

c) Semua anak membutuhkan dukungan untuk belajar

d)Pengajaran yang terfokus pada anak sangat bermanfaat bagi semua anak

(14)

2. Konsep-konsep tentang system pendidikan dan persekolahan a) Pendidikan lebih luas daripada persekolahan formal

b) Sistem pendidikan yang fleksibel dan responsive

c) Lingkungan pendidikan yang memupuk kemampuan dan ramah d) Peningkatan mutu sekolah yang efektif

e) Pendekatan sekolah yang menyeluruh dan kolaborasi antarmitra

(15)

3. Konsep-konsep tentang keberagaman dan diskriminasi

a) Memberantas diskriminasi dan tekanan untuk mempraktikkan eksklusi

b) Merespon/merangkul keberagaman sebagai sumber kekuatan, bukan masalah c) Pendidikan inklusif mempersiapkan siswa untuk masyarakat yang menghargai

dan menghormati perbedaan

4. Konsep-konsep tentang proses untuk mempromosikan inklusif d) Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan inklusif

e) Meningkatkan partisipasi nyata bagi semua orang f) Kolaborasi dan kemitraan

g) Metodologi partisipatori, penelitian tindakan dan penelitian kolaboratif

(16)

5. Konsep-konsep tentang sumber daya

a) Membuka jalan ke sumber daya setempat b) Redistribusi sumber daya yang ada

c) Memandang orang (anak, orang tua, guru, anggota kelompok termarginalisasi dll) sebagai sumber daya utama

d) Sumber daya yang tepat yang terdapat di dalam sekolah dan pada tingkat local dibutuhkan untuk berbagai anak, misalnya Braille, alat asistif

(17)

NILAI POSITIF PENDIDIKAN INKLUSIF

• Peluang pemenuhan hak pendidikan bagi semua orang (education for all).

• Peluang pemenuhan wajib belajar bagi ABK

• Pembelajaran emosi-sosial bagi ABK

• Pembelajaran (emosi-sosial-spiritual) bagi orang “normal”

• Pendidikan ABK yang lebih efisien.

(18)

ALASAN MENGIMPLEMENTASIKAN PENDIDIKAN INKLUSIF

Hambatan utama anak berkelainan untuk maju termasuk dalam mengakses pendidikan setinggi mungkin bukan pada kecacatannya, tetapi pada penerimaan sosial masyarakat

Pendidikan inklusif dalam beberapa tahun terakhir ini telah menjadi isu yang sangat menarik dalam sistem pendidikan nasional

Melalui pendidikan inklusif, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya

Jumlah ABK yang telah bersekolah untuk jenjang SD hanya 0,00018% dan SMP hanya 0,00012% dari total seluruh anak usia sekolah.

Sedangkan prosentase sekolah penyelenggara pendidikan inklusif untuk jenjang SD adalah 0,39% dan jenjang SMP adalah 0,25%.

(19)

ISU-ISU YANG BERKEMBANG

 Identifikasi dan asesmen ABK untuk pemetaan kompetensi dan potensi peserta didik

Pengembangan kurikulum akomodatif bagi ABK

Pengembangan perangkat pembelajaran bagi ABK dalam seting inklusif (RPP/PPI, bahan aja &

media)

Peningkatan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran akademik dan layanan kompensatoris bagi ABK

Pengadaan/pengangkatan guru pembimbing khusus

Optimalisasi peran resource center/ sekolah khusus

Rekayasa kondisi bangunan sekolah yang asesibel bagi ABK dan pengadaan ruang sumber

Referensi

Dokumen terkait