• Tidak ada hasil yang ditemukan

292-File Submission-978-1-10-20240205

N/A
N/A
Anisa Nuraini

Academic year: 2024

Membagikan "292-File Submission-978-1-10-20240205"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023)

25

Pola Konsumsi Makanan Sumber Gula, Garam, Lemak dan Hubungannya dengan Penyakit

Obesitas di Desa Babakan

Farah Nabiila Jamaludin1*, Resa Ana Dina2, Elsa Fajriah3, Alifa Zahra4 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB University

*Corresponding author: Farah Nabiila Jamaludin, [email protected] Article history:

Received: 27 November 2023

Accepted for publication: 5 Desember 2023 Published: 19 Desember 2023

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan

Volume 4, Nomor 2, Desember 2023, pp. 25-31 e-ISSN: 2808-1382 p-ISSN: 2809-8668

Abstract. Infectious diseases related to daily food consumption in Indonesia are increasing.

Snack is type of food which contains lot of sugar, salt, an fat, can potentially cause many health problems, one of which is obesity. The prevalence of obesity in Babakan Village, Dramaga Bogor, West Java is 34.4%, with an age range of 18–85 years. This study aims to determine the relationship between consumption patterns of food sources of sugar, salt, and fat and obesity in adults in Babakan Village. This research uses quantitative descriptive methods and cross sectional study. This research was conducted through interviews with questionnaires, 24h recall, and FFQ. This research was conducted in August in Babakan Village, Dramaga District, Bogor, West Java. The results of this study show that there is no significant relationship between consumption patterns of food sources of sugar, salt, and fat and obesity in Babakan Village (p>0.05). The absence of a relationship between consumption of sugar, salt, and fat and the incidence of obesity is thought to be due to the predominance of respondents with normal nutritional status and malnutrition who consume more food sources of sugar, salt, and fat compared to those with obese nutritional status.

Keywords: Obesity, Sugar, Natrium, Fat, BMI and Nutrition Status

(2)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023) 26 INTRODUCTION

Penyakit menular terkait dengan konsumsi makanan sehari-hari di Indonesia semakin meningkat. Salah satu jenis makanan yang mengandung banyak gula, garam, dan lemak adalah snack atau camilan. Dengan cita rasa yang menggugah, jenis makanan ini dapat berpotensi menimbulkan banyak masalah kesehatan, salah satunya adalah obesitas (Maziyah et al. 2023). Penyebab dasar dari obesitas adalah ketidakseimbangan energi antara energi yang masuk dan yang dikeluarkan dalam jangka waktu yang lama. Kelebihan asupan energi didapatkan dari kurangnya aktivitas fisik, konsumsi makanan dan camilan tinggi energi seperti makanan cepat saji (fast food) dan pengaruh psikososial (Kartolo dan Santoso 2022).

Berdasarkan hasil survei konsumsi makanan individu yang dilakukan oleh Masri et al. (2023), menunjukkan 3 dari 10 orang di Indonesia atau sebesar 29.7% mengonsumsi gula, garam, dan lemak lebih dari yang direkomendasikan. Anjuran konsumsi jajanan adalah 2-3 kali per hari dengan sumbangan energi sebesar 50-100 kkal pada setiap konsumsi (Whitney et al. (2013) dalam Maziyah et al.

2023)). Makanan-makanan yang dapat memicu terjadinya obesitas atau kegemukan adalah jenis olahan fast food yang saat ini lebih diminati oleh berbagai kalangan usia, seperti burger, hot dog, ayam goreng tepung, dan pizza. Beberapa contoh makanan tersebut mengandung kadar garam dan lemak yang tinggi, tetapi rendah serat (Nugroho et.al 2021). Konsumsi makanan yang mengandung garam tinggi cenderung membuat orang mengonsumsi makanan yang lebih banyak, begitu juga dengan konsumsi gula yang dapat meningkatkan kalori tanpa zat gizi lain sehingga dengan konsumsi yang berlebihan dapat memicu terjadinya obesitas (Idealistiana et al. 2021).

Terjadinya obesitas juga dapat menyebabkan penyakit tidak menular lainnya, seperti hipertensi. Hipertensi menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit-penyakit tidak menular lainnya yang dapat membahayakan Kesehatan tubuh seperti kardiovaskular, stroke,

dan diabetes mellitus (Adwinda dan Srimiati 2019).

OBJECTIVE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak terhadap penyakit obesitas pada orang dewasa dengan rentang usia 18 tahun di Desa Babakan, Dramaga Bogor, Jawa Barat.

MATERIALS AND METHODS

Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectonal study. Pengumpulan data pola konsumsi untuk konsumsi garam, gula, dan lemak (minyak) diperoleh dari kuesioner Food Frequency (FFQ) dan Food Recall 24 hours selama 1x24 jam. Data diri responden diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner, data IMT dan status gizi diperoleh melalui Perhitungan berat badan dibagi dengna tinggi badan responden dalam (m)2. Penelitian dilakukan pada tanggal 16-20 bulan Agustus – November (2023). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling dan jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Lemeshow (1997) dengan rumus dalam Setiawan et al. (2022) sebagai berikut:

n = z2p(1-p)/d2 Keterangan:

n = Jumlah sampel z = Nilai standard (1.96)

p = Nilai IMT >25 kg/m2 (34.4%)

d = alpha (0.10) atau sampling error (10%) Kemudian diperoleh jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 86 responden.

Data pola konsumsi sumber gula, garam, dan lemak diolah dengan program NutriSurvey dan data TKPI untuk mengetahui besar asupan gula, garam, dan lemak, kemudian dilanjutkan pengolahan data menggunakan Ms. Excel untuk mengetahui hubungan asupan gula, garam, dan lemak dengan status gizi. Acuan takaran konsumsi gula, garam, dan lemak yang digunakan adalah Kemenkes (2019), yaitu konsumsi gula 10% dari total energi (200 kkal)

(3)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023) 27 atau 4 sendok makan (50 gram), garam 2000 mg

atau 1 sendok the (5 gram), dan lemak 20-25%

dari total energi (702 kkal) atau 5 sendok makan (67 gram).

RESULTS

Terdapat 215 subjek usia ≥18 tahun yang terdiri dari 103 pria dewasa dan 112 wanita dewasa. Berikut ini disajikan tabel 1 sebaran subjek berdasarkan variabel penelitian.

Tabel 1 Sebaran subjek berdasarkan variabel penelitian

Variabel n %

Status gizi:

Normal 116 54.0%

Underweight 25 11.6%

Overweight/Obese 74 34.4%

FFQ:

Sering 215 100%

Jarang 0 0.0%

Konsumsi Gula:

> 50 gr/hr 16 7.5

Tabel 1 Sebaran subjek berdasarkan variabel penelitian (lanjutan)

Variabel n %

≤ 50 gr/hr 199 92.6 Konsumsi Garam:

> 2000 gr/hr 16 7.5

≤ 2000 gr/hr 199 92.6 Konsumsi Lemak:

> 67 gr/hr 63 29.3

≤ 67 gr/hr 152 70.7 Tabel 1 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas tingkat ringan dan tingkat berat pada orang dewasa ≥18 tahun di Desa Babakan, Bogor sebesar 34.4% atau sebanyak 74 responden.

Rata-rata indeks massa tubuh responden yang tergolong berisiko obesitas adalah 28.6 kg/m2. Rata-rata frekuensi pola konsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak responden dengan status gizi obesitas dalam seminggu adalah 75 kali. Hasil recall juga menunjukkan rata-rata konsumsi gula sebanyak 17.1 gr, garam 818.5 mg, dan lemak sebanyak 52,2 gr dalam sehari pada responden dengan status gizi obesitas. Berikut ini disajikan grafik rata-rata frekuensi konsumsi dan rata-rata konsumsi per

hari makanan sumber gula, garam, dan lemak pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1 Rata-rata frekuensi konsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak

Gambar 2 Rata-rata konsumsi gula, garam, dan lemak

Berdasarkan Gambar 1, ditunjukkan bahwa frekuensi konsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak lebih dominan pada status gizi kurang. Sedangkan, Gambar 2 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak lebih dominan pada status gizi obesitas. Hasil ini menunjukkan bahwa pola konsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak berlebih tidak berdampak langsung pada kejadian penyakit obesitas. Berikut ini disajikan Tabel 2 hasil analisis bivariat yang menjelaskan tentang hubungan status gizi dengan gula, garam, dan lemak dari 215 responden warga Desa Babakan yang berusia ≥18 tahun.

77

78

75

73 74 75 76 77 78 79

Normal Kurang Obesitas

17,1 17,0 17,1

807,8 807,3 818,5

52,0 52,0 52,0

0 200 400 600 800 1000

Normal Kurang Obesitas

Gula Garam Lemak

(4)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023) 28 Tabel 2 Hubungan konsumsi makanan

sumber gula dengan status gizi obesitas

Gula Status Gizi P-

Value Normal Kurang Obesitas

n % n % n %

>50

gr/hr 10 4.7 1 0.5 5 2.3

0.706 gr/hr ≤50 106 49.3 24 11.2 69 32.1

Tabel 2 menunjukkan hasil analisis hubungan antara konsumsi gula dengan status gizi, diketahui bahwa terdapat sebanyak 5 (2.3%) mengonsumsi gula lebih dari 50 gr/hr dengan status gizi obesitas, tetapi ada sebanyak 10 (4.7%) mengonsumsi gula lebih dari 50 gr/h dengan status gizi normal, dan sebanyak 1 (0.5%) mengonsumsi gula lebih dari 50 gr/hr dengan status gizi kurang. Responden dengan status gizi normal lebih dominan mengonsumsi gula yang lebih dari 50 gr/hr dibandingkan dengan responden dengan status gizi obesitas.

Tabel 3 Hubungan konsumsi makanan sumber garam dengan status gizi obesitas

Garam Status Gizi P-

Value Normal Kurang Obesitas

n % n % n %

>2000

mg/hr 7 3.3 4 1.9 5 2.3

0.093

≤2000

mg/hr 109 50.7 21 9.8 69 32.1

Berdasarkan Tabel 3 hasil analisis hubungan konsumsi makanan sumber garam dengan status gizi obesitas, diketahui bahwa sebanyak 5 (2.3%) mengonsumsi garam >2000 mg/hr dengan status gizi obesitas, tetapi ada sebanyak 7 (3.3%) mengonsumsi garam >2000 mg/hr dengan status gizi normal dam sebanyak 4 (1.9%) dengan status gizi kurang. Responden dengan status gizi normal lebih dominan dalam mengonsumsi garam dibandingkan responden dengan status gizi kurang dan obesitas. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi garam dengan kejadian obesitas (p>0,05).

Tabel 4 Hubungan konsumsi makanan sumber lemak dengan status gizi obesitas

Lemak Status Gizi P-

Value Normal Kurang Obesitas

n % n % n %

>67

gr/hr 28 13.0 19 8.8 16 7.4

0.321

≤67

gr/hr 88 40.9 6 2.8 58 27.0

Berdasarkan Tabel 4 hasil analisis hubungan konsumsi makanan sumber lemak dengan status gizi obesitas, diketahui sebanyak 16 (7.4%) mengonsumsi lemak >67 gr/hr dengan status gizi obesitas, tetapi ada sebanyak 28 (13.0%) mengonsumsi lemak >67 gr/hr dengan status gizi normal dan sebanyak 19 (8.8%) dengan status gizi kurang. Responden degan status gizi normal lebih dominan mengonsumsi makanan sumber lemak dibandingkan responden dengan status gizi kurang dan obesitas. Hasil uji bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara konsumsi lemak dengan kejadian obesitas (p>0,05).

DISCUSSION

Berdasarkan Tabel 2 hasil analisis hubungan antara konsumsi gula dengan status gizi, diketahui bahwa hasil ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Suha dan Rosyada (2022) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja di Indonesia yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi gula dengan kejadian obesitas (p>0.05). Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi gula yang berlebihan tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas karena hasil uji korelasi yang menunjukkan (p>0.05). Hal ini dapat dikaitkan dengan jumlah konsumsi makanan sumber gula dari subjek dengan status gizi normal, kurang, dan obesitas yang memiliki rata-rata jumlah konsumsi yang sama sehingga hasil uji tidak menunjukkan adanya hubungan.

Namun, hasil uji ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Sitorus et al. (2020) tentang Hubungan Konsumsi Fast Food, Makanan/Minuman Manis, dan aktivitas fisik

(5)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023) 29 dengan kadar Gula Darah dan Status Gizi

Mahasiswa Universitas Sam Ratulangi yang menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi makanan/minuman manis dengan kejadian obesitas (p<0.05). Menurut Sitorus et al. (2020), ada bukti epidemiologi yang menyatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan dan minuman manis dengan peningkatan risiko kelebihan berat badan. Gula adalah bentuk karbohidrat sederhana yang dibedakan menjadi dua yaitu monosakarida dan disakarida. Gula merupakan senyawa organik penting sebagai sumber kalori yang mudah dicerna di dalam tubuh dan mempunyai rasa manis. Dampak kekurangan gula akan menyebabkan hipoglikemia yang mengganggu fungsi otak karena otak sangat tergantung dengan persediaan glukosa (Nadhiroh et al. 2022), tetapi jika dikonsumsi berlebihan atau tidak sesuai dengan yang dianjurkan akan menyebabkan terjadinya obesitas (Adwinda dan Srimiati 2019).

Berdasarkan Tabel 3 hasil analisis hubungan konsumsi makanan sumber garam dengan status gizi obesitas, diketahui bahwa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi garam yang berlebih tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Kartolo dan Santoso (2022) tentang Hubungan frekuensi konsumsi asupan energi, lemak, gula, dan garam dalam fast food dengan kejadian obesitas yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara asupan garam dengan kejadian obesitas (p<0.05). Asupan garam yang berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah. Jika ginjal dapat bekerja dengan optimal maka, ginjal akan mengeluarkan kelebihan tersebut melalui urin tetapi jika ginjal tidak optimal, kelebihan natrium tidak dapat dibuang dan akan menumpuk di dalam darah. Maka dari itu, volume cairan tubuh akan meningkat dan membuat jantung serta pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh (Rosdiana dan Elizar 2022).

Selain itu, kelebihan garam juga dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥ 140 mmHg (sistolik) dan atau

≥ 90 mmHg (diastolik). Dampak yang disebabakan oleh hipertensi antara lain stroke, gagal ginjal, penyakit jantung koroner, dan dapat menyebabkan kematian (Ariyani 2020). Pada penderita hipertensi, kegemukan merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kegemukan dapat mempengaruhi jumlah oksigen dan aliran darah yang akan membawa oksigen ke seluruh tubuh, sehingga menyebabkan terjadinya pembesaran pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah. Berat badan yang berlebih juga dapat mengakibatkan peningkatan kadar insulin berkaitan dengan retensi garam dan air yang meningkatkan volume darah, laju jantung, kapasitas pembuluh darah berkurang, dan penambahan jaringan lemak sehingga dapat meningkatkan aliran darah (Katika et al. 2021).

Berdasarkan Tabel 4 hasil analisis hubungan konsumsi makanan sumber lemak dengan status gizi obesitas, diketahui bahwa Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Praditasari dan Sumarmi (2018) tentang asupan lemak, aktivitas fisik dan kegemukan pada remaja putri di SMP Bina Insani Surabaya yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan status kegemukan (p>0.05) dan juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Rahmadiyati et al. (2022) tentang hubungan asupan tinggi lemak dan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan lemak dengan status gizi. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi lemak yang berlebih tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian obesitas karena hasil uji korelasi yang menunjukkan (p>0.05). Hal ini dapat dikaitkan dengan jumlah konsumsi makanan sumber lemak dari subjek dengan status gizi normal, kurang, dan obesitas yang memiliki rata-rata jumlah konsumsi lemak yang sama sehingga hasil uji tidak menunjukkan adanya hubungan.

Namun, hasil uji ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Pakaya et al. (2020)

(6)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023) 30 tentang Hubungan Aktivitas Fisik dan Pola

Konsumsi Terhadap Insiden Obesitas Sentral Pada Supir Angkot yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsumsi lemak dengan kejadian obesitas sentral pada supir angkot di Kota Gorontalo (p<0.05).

Konsumsi lemak yang berlebih dapat meningkatkan profil lipid atau lemak dalam darah sehingga berisiko mengalami penumpukkan atau pengendapan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri (Sahara dan Adelina 2021). Lemak adalah sumber energi yang dihasilkan dan simpan di dalam tubuh sebagai cadangan energi. Terjadinya penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketimpangan antara asupan energi dengan pengeluaran energi dalam selang waktu yang lama menyebabkan terjadinya salah satu faktor gizi lebih (Yanti et al. 2021).

Obesitas menjadi masalah di berbagai belahan dunia karena prevalensinya yang meningkat dengan cepat, baik di negara maju maupun negara berkembang. Obesitas dapat menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius, sebab merupakan faktor risiko terjadinya penyakit degenerative (Septiyanti dan Seniwati 2020). Tidak adanya korelasi antara konsumsi gula, garam, lemak dengan kejadian obesitas ini diduga karena dominannya responden dengan status gizi normal dan gizi kurang yang mengkonsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak lebih banyak dibandingkan dengan yang status gizi obesitas. Selain itu, obesitas tidak hanya dapat di sebabkan dari pola konsumsi saja tetapi juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan (sosial dan budaya), perilaku, dan genetik (Septiyanti dan Seniwati 2020).

CONCLUSION

Seringnya mengonsumsi makanan sumber gula, garam, dan lemak menjadi salah satu faktor tingginya prevalensi obsitas di Desa Babakan.

Konsumsi sumber makanan gula, garam, dan lemak yang berlebihan tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan terjadinya penyakit obesitas di Desa Babakan. Tingginya konsumsi makanan sumber gula, garam, lemak pada status gizi normal menjadikan salah satu penyebab hasil uji hubungan konsumsi ggl dengan status

gizi obesitas tidak signifikan.

REFERENCES

Adwinda MD, Srimiati M. 2019. Hubungan lingkar perut, konsumsi gula dan lemak dengan kadar glukosa darah pegawai direktorat poltekkes kemenkes Jakarta II.

Nutrire Diaita. 11(1):7-17.

Ariyani AR. 2020. Kejadian Hipertensi pada usia 45-65 tahun. HIGEIA. 4(3):506-518. doi:

10.15294/higeia.v4iSpecial%203/40392.

Kartika M, Subakir, Mirsiyanto E. 2021. Faktor- faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi di wilayah kerja puskesmas Rawang kota Sungai penuh tahun 2020.

Jurnal Kesmas Jambi. 5(1):1-9.

Kartolo MS, Santoso AH. 2022. Hubungan frekuensi konsumsi, asupan energi, lemak, gula, dan garam dalam fast food dengan kejadian obesitas pada siswa/I SMP X Yogyakarta. Ebers Papyrus. 28(1):38-50.

Masri E, Nasution NS, Ahriyasna. 2022. Literasi gizi dan konsumsi gula, garam, lemak pada remaja di Kota Padang. Jurnal Kesehatan.

10(1):23-30. doi: 10.25047/j-kes.vl0il.

Maziyah DS, Nugroho TW, Tsani AFA, Dieny FF. 2023. Konsumsi jajanan kaitannya dengan asupan gula, garam, lemak pada remaja jepara selama pandemic covid-19.

Journal of Nutrition College. 12(2):113- 120.

Nadhiroh S, Siswati T, Rialihanto MP. 2022.

Hubungan pengetahuan ibu dengan konsumsi gula, garam, dan lemak di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(5):539- 543. DOI: 10.14710/jkm.v10i5.34512.

Nugroho KPA, Mangalik G, Rembet TG. 2021.

Gambaran konsumsi gula, garam, dan lemak (minyak) pada anak sekolah. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 10(4):230- 237. doi: 10.33221/jikm.v10i04.877 Pakaya R, Badu FD, Maliki LI. 2020. Hubungan

aktivitas fisik dan pola konsumsi terhadap insiden obesitas sentral pada supir angkot.

(7)

Jurnal Sains dan Teknologi Kesehatan, Volume 4, Issue 2, Desember (2023) 31 Jurnal Olahraga & Kesehatan Indonesia.

1(1): 68-74.

Praditasari JA. Sumarmi S. 2018. Asupan lemak, aktivitas fisik dan kegemukan pada remaja putri di SMP Bina Insani Surabaya. Media Gizi Indonesia. 13(2):117-122. DOI:

10.20473/mgi.v13i2.117–122.

Rahmadiyati AF, Anugraheni FES, Saputri AA, Afifah LA, Lestari CR. 2022. Hubungan asupan tinggi lemak dan aktivitas fisik dengan gizi pada mahasiswa. Indonesian Journal of Biomedical Science and Health.

2(2):1-7. doi:

10.31331/IJBSH.v21ii1.2349

Rosdiana E, Elizar. 2022. Hubungan obesitas, asupan makanan sumber natrium dan aktivitas fizik dengan kejadian hipertensi pada remaja di Uptd Puskesmas Muara Batu Kabupaten Aceh Utara tahun 2022.

Journal of Healthcare Technology and Medicine. 8(2):684-693.

Sahara LI, Adelina R. 2021. Analisis asupan lemak terhadap profil lemak darah berkaitan dengan kejadian penyakit jantung coroner (PJK) di Indonesia: Studi Literature. JAKAGI. 1(2):48-60.

Septiyanti, Seniwati. 2020. Obesitas dan obesitas sentral pada Masyarakat usia dewasa di daerah perkotaan Indonesia. JIKA.

2(3):118-127. doi: 10.36590/jika.v2i3.74.

Setiawan MH, Komarudin R, Kholifah DN.

2022. Pengaruh kepercayaan, tampilan dan promosi erhadap keputusan pemilihan aplikasi marketplace. Jurnal Infortech.

4(2):139-147.

Sitorus CE, Mayulu N, Wantania J. 2020.

Hubungan konsumsi fast food, makanan/minuman manis dengan aktifitas fisik dengan kadar gula darah dan status gizi mahasiswa fakultas kedokteran universitas sam ratulangi. Journal of Public Health and Community Medicine.

1(4):10-17.

Suha GR, Rosyada A. 2022. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian obesitas pada remaja umur 13-15 tahun di

Indonesia (analisis lanjut data Riskesdas 2018. Ilmu Gizi Indonesia. 6(1):43-56.

Yanti R, Nova M, Rahmi A. 2021. Asupan energi, asupan lemak, aktivitas fisik, dan pengetahuan, berhubungan dengan gizi lebih pada remaja SMA. Jurnal Kesehatan Perintis. 8(1):45-53.

Referensi

Dokumen terkait

gambaran status gizi siswa SMP Muhammadiyah 10 Surakarta, pengetahuan gizi dan konsumsi western fast food (frekuensi dan. sumbangan energi), sehingga dapat

Tidak ada hubungan tingkat stres dengan konsumsi makan, konsumsi makan yang dilihat dari asupan energi (p = 0,669), asupan protein (p = 0,445), asupan lemak (p = 0,691)

Data yang dikumpulkan terdiri atas karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga, status gizi, konsumsi pangan sumber lemak, asupan energi dan zat gizi, persen

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Barre (2009), yang menyebutkan Frekuensi konsumsi fast food pada kelompok kasus didominasi

Sebatas pengetahuan peneliti, penelitian dengan judul “ pengaruh frekuensi edukasi, tingkat pendidikan, asupan energi, asupan natrium terhadap kadar gula darah dan

Analisis gabungan konsumsi gula, garam, dan lemak dilakukan juga untuk mengetahui proporsi penduduk yang mengonsumsi ketiga item makanan ini, terutama yang sudah

Tidak ada hubungan tingkat stres dengan konsumsi makan, konsumsi makan yang dilihat dari asupan energi (p = 0,669), asupan protein (p = 0,445), asupan lemak (p = 0,691)

Simpulan Remaja yang memiliki asupan zat gizi makro berlebih energi, protein, lemak dan karbohidrat, konsumsi fast food yang sering, aktivitas fisik ringan, uang saku yang tinggi dan