• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak, Aktivitas Fisik Dan Tekanan Darah Pada Siswa Sman 10 Kota Bogor Dan Sma Kornita Kabupaten Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak, Aktivitas Fisik Dan Tekanan Darah Pada Siswa Sman 10 Kota Bogor Dan Sma Kornita Kabupaten Bogor"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK, AKTIVITAS

FISIK DAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SMAN 10

KOTA BOGOR DAN SMA KORNITA KABUPATEN BOGOR

NANDA HARDIAN

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak, Aktivitas Fisik, dan Tekanan Darah pada Siswa SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

NANDA HARDIAN. Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak, Aktivitas Fisik dan Tekanan Darah pada Siswa SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LEILY AMALIA F.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan lemak dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada siswa SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Subjek adalah siswa SMA kelas X dan XI dengan jumlah subjek 100 orang. Data yang dikumpulkan terdiri atas karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga, status gizi, konsumsi pangan sumber lemak, asupan energi dan zat gizi, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, serta tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tekanan darah contoh di kabupaten tergolong pre-hipertensi (63.3%). Berdasarkan uji Spearman, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak dan aktivitas fisik dengan tekanan darah (p>0.05). Terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tekanan darah serta antara persen lemak tubuh dengan tekanan darah sistolik maupun diastolik (p<0.05).

Kata kunci: tingkat kecukupan lemak, status gizi, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, tekanan darah, remaja

ABSTRACT

NANDA HARDIAN. Lipid Sources Consumption patterns, Physical Activity and Blood Pressure of Senior High School 10 state student in Bogor City and Senior High School Kornita student in Bogor District. Supervised byLEILY AMALIA F. This study was aimed to analyze the relationship between fat intake and physical activity with blood pressure of senior high school 10 state student in Bogor City and Senior High School Kornita student in Bogor District. The design of this study was cross sectional. Subjects were student class X and XI of senior high school with 100 people number of subjects. The data collected were characteristic of subject and sosio-economic families, nutritional status, fatty food consumption, energy and nutrients intake, percent body fat, physical activity and blood preasure. The result showed that most of the blood pressure of subjects in the district classified as pre-hypertension (63.3%). The result of Spearman test showed not significant correlation between the level adequacy of fat and physical activity with blood preasure (p>0.05). There was a significant correlation between nutritional status and systolic blood pressure as well as between body fat percentage with systolic and diastolic blood pressure (p<0.05).

(6)
(7)

POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK, AKTIVITAS

FISIK DAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SMAN 10

KOTA BOGOR DAN SMA KORNITA KABUPATEN BOGOR

NANDA HARDIAN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat -Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak, Aktivitas Fisik dan Tekanan Darah pada Siswa SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor” dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan bekerja sama dalam menyusun skripsi ini, diantaranya:

1. Leily Amalia Furkon, STP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi 2. Yayat Heryatno, SP, MPS selaku dosen pembimbing akademik 3. Dr. Tiurma Sinaga, MFSA selaku dosen penguji skripsi

4. Dr. Rimbawan selaku ketua Derpartemen Gizi Masyarakat

5. Keluarga tercinta; Gunawan Pinto Raharjo (Papa), Susi Rindrasari (Mama), Nindi Sulistia Ningsih, dan Melati Sukma Putri atas do’a, dukungan, nasehat dan semangat yang telah diberikan selama ini.

6. Teman-teman Alih Jenis Gizi Masyarakat angkatan 6 dan Gizi Masyarakat angkatan 48

7. Sahabat seperjuangan yang selalu memberikan semangat; Nadia Kholila, Annisa putri Gazali, Bryan Dwitantika, Bayu Samudra, Rahdian Padma Kusuma dan Hendri Pansito Panjaitan, terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini.

8. Staf pengajar dan staf kependidikan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Siswa dan pihak sekolah SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Bogor, Juni 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iX

DAFTAR GAMBAR iX

DAFTAR LAMPIRAN iX

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE PENELITIAN 4

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 4

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5

Pengolahan dan Analisis Data 6

Definisi Operasional 11

HASIL DAN PEMBAHASAN 12

Karakteristik Contoh 12

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga 13

Status Gizi 14

Persen Lemak Tubuh 16

Tekanan Darah 17

Aktivitas Fisik 18

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Lemak 19

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 20

Asupan berbagai Jenis Lipid 22

Hubungan antara Tingkat Kecukupan Lemak, Status Gizi, Persen Lemak

Tubuh, dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah. 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

LAMPIRAN 30

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Cara Pengumpulan Data Primer Penelitian 5

2 Pengelompokan Karakteristik Contoh dan Sosial Ekonomi Keluarga 6 3 Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh pada Laki-laki dan Perempuan 9 4 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) Setiap Kegiatan 10

5 Kalsifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7 10

6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh 12 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga 13 8 Sebaran status gizi contoh berdasarkan jenis kelamin 15

9 Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah 15

10 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin 16 11 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan wilayah 16

12 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah 17

13 Jenis aktivitas fisik contoh dan durasinya 18

14 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik 19

15 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber lemak contoh 20 16 Rata-rata konsumsi contoh perhari berdasarkan golongan pangan 21 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro 22 18 Sebaran contoh berdasarkan asupan berbagai jenis lipid 23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Uji Korelasi Spearman 30

2 Hasil Uji Beda Mann-Whitney berdasarkan wilayah 30 3 Hasil Uji Beda Independent Sample T-test berdasarkan wilayah 30

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun berkembang. Menurut World Health Organization (WHO) (2011), hipertensi diperkirakan menjadi penyebab dari 7.5 juta kematian atau sekitar 12.8% dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, hipertensi juga merupakan penyebab kematian utama ketiga untuk semua umur (6.8%), setelah stroke (15.4%) dan tuberculosis (7.5%) (Depkes 2007). WHO (2011) juga memperkirakan lebih dari 1 (satu) milyar manusia di dunia hidup dengan tekanan darah tinggi dan diprediksi akan meningkat sebanyak 60% pada tahun 2025.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi pada kelompok umur ≥18 tahun di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran adalah sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Menurut hasil Riskesdas (2013), berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) dan minum obat hipertensi), terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Hipertensi tidak hanya menyerang di usia dewasa, tetapi juga pada kelompok remaja. Hasil Riskesdas (2013) pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun berdasarkan kriteria Joint National Comite (JNC) 7 (2003) didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%). Berdasarkan wilayah, prevalensi di perdesaan (5,6%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (5,1%).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Penyebabnya diduga akibat gaya hidup dan pola konsumsi makanan tidak sehat, faktor lingkungan, kurangnya aktivitas fisik dan faktor stress (Depkes 2007). Menurut Cahyono (2008) dalam Sarasaty (2011), faktor risiko yang berpengaruh terhadap kenaikan tekanan darah pada seseorang antara lain faktor yang tidak dapat diubah (umur, riwayat keluarga) dan faktor yang dapat diubah (perokok, obesitas, konsumsi makanan yang berlemak atau garam dan konsumsi alkohol). Konsumsi lemak berlebih merupakan faktor penyebab utama terjadinya hipertensi (Saraswati 2009). Lemak dalam makanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Menurut Yulianti (2006), lemak jenuh berperan besar dalam meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar kolesterol darah yang tinggi akan meningkatkan pembentukan plak arteri, sehingga menyebabkan arteri menjadi menyempit dan sulit mengembang. Perubahan tersebut dapat berdampak pada peningkatan tekanan darah. Aktivitas fisik mempengaruhi obesitas dan hipertensi dengan cara mengontrol berat badan dan tekanan darah. Aktivitas fisik yang kurang berhubungan dengan meningkatnya resiko obesitas dan hipertensi (Michael 2012).

(18)

Goldberg et al. (1992) menunjukkan bahwa intervensi diet asam lemak jenuh meningkatkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik pada siswa asrama di Filipina. Penelitian di Amerika oleh Pardee et al (2007), pada anak obesitas usia 4-17 tahun di Amerika dengan aktivitas fisik yang kurang menyebutkan bahwa anak yang menonton TV ≥ 2 jam memiliki risiko hipertensi lebih tinggi dibandingkan anak yang menonton < 2 jam. Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut di atas dianggap perlu untuk menganalisis pola asupan lemak dan aktivitas fisik sebagai faktor resiko kejadian hipertensi pada kelompok usia remaja khususnya di kota dan kabupaten Bogor.

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan lemak dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada siswa SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang meliputi umur, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi keluarga.

2. Menganalisis pola konsumsi sumber lemak serta tingkat kecukupan lemak contoh.

3. Menganalisis status gizi dan persen lemak tubuh contoh. 4. Menganalisis aktivitas fisik contoh.

5. Menganalisis tekanan darah contoh.

6. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan lemak, status gizi, persen lemak tubuh, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Remaja masa kini khususnya siswa SMA sebagai contoh dalam penelitian ini sudah banyak yang kurang memperhatikan pola makan yang sehat. Kebiasaan konsumsi pangan sumber lemak dan jarang mengkonsumsi sayur dan buah sudah menjadi trend pada siswa SMA. Kebiasaan konsumsi pangan sumber lemak dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya karakteristik contoh dan keluarga, gaya hidup dan pengetahuan. Karakteristik contoh dan keluarga yang dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi pangan sumber lemak dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi keluarga.

(19)

individu tidak tercukupi kebutuhan energi dan zat gizinya maka akan menghasilkan status gizi kurang. Demikian juga apabila konsumsi pangan individu melebihi kebutuhannya maka akan menghasilkan status gizi lebih bahkan obes (masalah gizi lebih). Seseorang dengan status gizi lebih atau obes erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah (hipertensi).

Komposisi tubuh seseorang terdiri dari simpanan lemak adipose (komposisi lemak tubuh) dan lean body mass. Simpanan lemak adipose atau komposisi lemak tubuh seseorang mewakili persen lemak dalam tubuh yang dapat dipengaruhi juga oleh asupan lemak. Lemak dalam tubuh berlebih dalam jangka panjang dapat berdampak buruk terhadap tubuh terkait dengan penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah tinggi juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.

Aktivitas fisik pada setiap orang berbeda-beda tergantung dari umur seseorang dan jenis kegiatannya. Aktivitas remaja SMA di sekolah dapat dikategorikan dalam aktivitas fisik ringan karena setiap harinya hanya duduk di kelas dalam kegiatan belajar mengajar. Aktivitas fisik ringan dapat beresiko terhadap peningkatan tekanan darah, sebaliknya aktivitas fisik berat dapat beresiko terhadap penurunan tekanan darah.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Karakteristik Contoh dan Keluarga:

 Usia

 Jenis Kelamin

 Status Sosial Ekonomi Keluarga

Gaya Hidup Pengetahuan

Kebiasaan Makan (pangan sumber lemak)

Status Gizi

Persen Lemak Tubuh Tingkat

Kecukupan Energi, Protein dan Karbohidrat

Tingkat Kecukupan

Lemak

Tekanan Darah

Genetik Aktivitas

(20)

Keterangan:

= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti = Hubungan variabel yang diteliti = Hubungan variabel yang tidak diteliti

METODE PENELITIAN

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian dilaksanakan mulai November 2014 hingga Januari 2015 di SMA Negeri 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan tempat dilakukan secara purpossive karena pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA 10 di Kota Bogor sebanyak 987 dan SMA Kornita di Kabupaten Bogor sebanyak 264 siswa. Contoh dari penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI. Pertimbangan memilih siswa/i kelas X dan XI adalah bahwa siswa/i kelas yang bersangkutan telah mengikuti pendidikan dalam kondisi stabil dan telah beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Siswa/i kelas XII tidak dipilih dengan alasan akan mempersiapkan untuk kegiatan Ujian Nasional (UN). Adapun kriteria inklusi yang harus dipenuhi yaitu contoh dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) atau turunannya. Penarikan contoh dilakukan dengan perhitungan jumlah contoh minimal menggunakan rumus Lemeshow (1997) sebagai berikut :

Keterangan :

n = Jumlah contoh minimal yang diperlukan

N = Populasi (SMAN 10 = 987 ; SMA Kornita = 264) z2α/2 = Derajat kepercayaan (0.05 pada tabel z = 1.96)

p = Proporsi (0.053 berdasarkan prevalensi hipertensi 5.3%) d = Presisi (limit error 10% atau 0,1)

(21)

kemungkinan data bias maka ditambah 10% dari ukuran minimal contoh sehingga menjadi 16 orang. Setelah dikonfirmasikan dengan pihak sekolah, disediakan total sampel sebanyak 52 orang yang terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 26 siswa perempuan.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer. Data primer diperoleh melalui wawancara, penyebaran kuesioner dengan contoh dan pengukuran langsung (antropometri). Data primer ini meliputi data karakteristik contoh, antropometri (tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh), konsumsi pangan sumber lemak, aktivitas fisik, dan tekanan darah. Cara pengumpulan data primer penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Cara Pengumpulan Data Primer Penelitian

No Data primer Variabel Skala data Cara pengumpulan data 1 Karakteristik

Metode food record 3 hari dan wawancara dengan semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire

Tekanan darah diukur menggunakan

(22)

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi entry, coding, cleaning, pengelompokan data, dan analisis. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows.

Karakteristik contoh dan keluarga

Pengolahan data karakteristik contoh dan keluarga yang meliputi usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi keluarga, dan riwayat kesehatan contoh akan dikelompokkan. Jenis kelamin contoh dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Ahmadi dan Sholeh (2005) usia remaja terbagi dalam beberapa fase, yaitu fase remaja awal (usia 12-14 tahun), remaja pertengahan (usia14-18 tahun), fase remaja akhir (usia 18-21 tahun). Status sosial ekonomi keluarga terbagi menjadi pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua dan jumlah keluarga.

Pekerjaan dikelompokkan menjadi petani, pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, PNS dan Polisi (TNI). Berdasarkan BPS (2000), pendapatan perkapita keluarga contoh dikelompokkan menjadi empat, yaitu rendah jika pendapatan/kapita/bulan keluarga <Rp 1 000 000, cukup pendapatan/kapita/bulan keluarga Rp 1 000 000 - Rp 2 499 000, tinggi pendapatan/kapita/bulan keluarga Rp 2 500 000 - Rp 4 000 000, dan sangat tinggi pendapatan/kapita/bulan keluarga >Rp 4 000 000. Berdasarkan BKKBN (1998), besar keluarga dikelompokkan menjadi keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥8 orang). Secara keseluruhan pengelompokan karakteristik sosial ekonomi contoh disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengelompokan Karakteristik Contoh dan Sosial Ekonomi Keluarga

No Variabel Kelompok Sumber acuan

1 Usia 1. Remaja awal (13-15 tahun)

2. Remaja pertengahan (15-17 tahun) 3. Remaja akhir (18-21 tahun)

Ahmadi dan 2. Keluarga sedang (5-7 orang) 3. Keluarga besar (≥ 8 orang)

(23)

Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

Kebutuhan energi contoh didapatkan hasil perkalian dari AMB (Angka Metabolisme Basal (AMB) berdasarkan formula dari Harris Benedict (1919) dengan faktor aktivitas siswa. Formula yang digunakan yaitu:

AMB Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) AMB Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U) AMB = Angka Metabolisme Basal (Kal)

U = Usia (tahun) BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (meter)

AKE = AMB x FA AKE = Angka Kecukupan Energi (Kal) AMB = Angka Metabolisme Basal (Kal)

FA = Angka Faktor Aktifitas berdasarkan PAL

Kebutuhan zat gizi (protein, lemak, dan karbohidrat) dihitung berdasarkan persentase dari kebutuhan energi sehari. Kebutuhan protein sebesar 15% dari kebutuhan energi sehari. Kebutuhan lemak sebesar 30% dari kebutuhan energi sehari. Kebutuhan karbohidrat sebesar 55% dari kebutuhan energi sehari (Kemenkes 2014).

Asupan Energi dan Zat Gizi

Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, kolesterol, SFA (saturated fatty acid), MUFA (mono unsaturated fatty acid) dan PUFA (poli unsaturated fatty acid) contoh diperoleh dari pengolahan data konsumsi makanan dan minuman contoh. Data konsumsi makanan dan minuman contoh dalam satuan URT diolah dengan cara mengelompokkan makanan dan minuman yang dikonsumsi contoh dalam golongan bahan makanan, kemudian dikonversikan ke dalam bentuk lemak total dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM 2010) dan dihitung dengan menggunakan rumus berikut (Hardinsyah & Briawan 2004):

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDD/100) Keterangan:

KGij : Kandungan zat gizi i dari pangan j dengan berat B gram Bj : Berat pangan j (g)

Gij : Kandungan zat gizi i dalam 100 g BDD pangan j BDD : Persen pangan j yang dapat dimakan (%BDD)

Tingkat Kecukupan Energi

(24)

TKE = (K/Keb.E) x 100% Keterangan :

TKE = Tingkat kecukupan energi Keb.E = Kebutuhan energi

K = Konsumsi energi Kategori (Depkes 2003): Defisit berat (<70%) Defisit sedang (70-79%) Defisit ringan (80-89%) Cukup (90-119%) Lebih (≥120%)

Tingkat Kecukupan Energi dari Protein, Lemak dan Karbohidrat

Tingkat kecukupan protein, lemak total dan karbohidrat difokuskan pada kontribusi energi yang berasal dari asupan protein, lemak total, dan karbohidrat contoh. Kecukupan protein, lemak total, dan karbohidrat menggunakan perhitungan asupan protein berkisar antara 10-15%, lemak total berkisar antara 15-30%, dan karbohidrat berkisar antara 55-75% dari konsumsi energi contoh sesuai dengan anjuran WHO (2003) sebagai pencegahan penyakit degeneratif. Tingkat kecukupan protein diklasifikasikan menjadi kurang (<10%), cukup (10-15%), dan lebih (>15%). Tingkat kecukupan lemak total diklasifikasikan menjadi kurang (<15%), normal (15-30%), dan lebih (>30%). Tingkat kecukupan karbohidrat diklasifikasikan menjadi kurang (<55%), cukup (55-75%), dan lebih (>75%) (WHO 2003).

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Lemak

Frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dilakukan dengan menggunakan metode semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data food frequency terdiri dari frekuensi (kali/minggu) dan berat (gram/minggu). Jenis pangan sumber lemak pada penelitian ini dibagi menjadi pangan lemak jenuh dan lemak tak jenuh.

Status Gizi

Data status gizi contoh ditentukan berdasarkan data yang sudah diperoleh yaitu usia contoh, berat badan, dan tinggi badan dengan parameter Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) dengan software Anthroplus 2007. Nilai Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) berdasarkan Z-score yaitu (WHO 2007) : Kurus = -3 SD sampai dengan -2 SD

(25)

Persen Lemak Tubuh

Persen lemak tubuh yang diukur dapat menggambarkan jumlah simpanan lemak dalam jaringan adiposa. Data persen lemak tubuh diolah dengan mengelompokkan berdasarkan jenis kelamin yang diukur dengan menggunakan timbangan digital merk camry. Klasifikasi tingkatan persentase lemak tubuh laki-laki dan perempuan adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh pada Laki-laki dan Perempuan

Tingkat Laki-laki Perempuan

Underfat Sumber : William & Don (2002)

Aktivitas Fisik

Pengukuran aktivitas fisik dilakukan terhadap jenis aktivitas yang dilakukan subyek dan lama waktu melakukan aktivitas dalam sehari. WHO/FAO (2001) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan WHO/FAO (2001), besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO (2001) dapat dilihat pada tabel 4. PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

PAL = Σ (PARi x Wi) 24 jam Keterangan:

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical activity rate dari masing-masing aktivitas (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam)

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

(26)

Tabel 4 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) Setiap Kegiatan

Jenis aktivitas fisik PAR

Laki-laki Perempuan

Tidur 1 1

Mandi/berpakaian/berdandan 2.3 2.3

Makan 1.4 1.5

Memasak 2.1 2.1

Ibadah/sholat 1.4 1.5

Mengerjakan tugas/belajar 1.3 1.5

Pekerjaan RT umum 2.8 2.8

Menyetrika 1.7 1.7

Mencuci baju 2.8 2.8

Mencuci piring 1.7 1.7

Menyapu 2.3 2.3

Naik mobil/bus/angkot 1.2 1.2

Mengendarai motor 2.7 2.7

Berjalan tanpa beban 3.5 3.2

Aktivitas di waktu luang 1.4 1.4

Nonton tv/film 1.64 1.72

Membaca 2.5 2.5

Olahraga (Aerobik intensitas rendah) 3.5 4.2

Olahraga (Sepak bola/futsal) 8.0 8.0

Olahraga (Berenang) 1.3 1.4

Olahraga (Tenis/badminton) 5.8 5.92

Olahraga (Bersepeda) 5.6 3.6

Dengerin radio/musik 1.57 1.43

Bermain game 1.75 1.75

Sumber: FAO/WHO/UNU 2001

Keterangan: PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktifitas)

Tekanan Darah

Tekanan darah diperiksa dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa dan dilakukan oleh petugas kesehatan. Tekanan darah diukur 2x kemudian hasilnya dirata-ratakan. Berikut klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (Yugiantoro 2006).

Tabel 5 Kalsifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Kategori Tekanan darah sistolik

(mmHg)

(27)

variabel pendapatan per kapita, uang saku, status gizi, tekanan darah sitolik dan diastolik, serta aktivitas fisik antara contoh di kota dan kabupaten. Uji beda Independent Sample T-test dilakukan untuk menganalisis perbedaan persen lemak tubuh antara contoh di kota dan kabupaten. Uji korelasi Spearman dilakukan untuk menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan lemak, status gizi, persen lemak tubuh, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah.

Definisi Operasional

Remaja adalah siswa/i usia 14-18 tahun berstatus pelajar di SMA Kota dan Kabupaten Bogor.

Contoh adalah siswa usia 14-18 tahun yang berada di SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor.

Umur adalah usia contoh pada saat pengambilan data ketika penelitian dilakukan (dalam tahun).

Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh adalah identitas keluarga contoh yang terdiri dari pekerjaan, pendapatan, dan besar keluarga.

Lemak total adalah kandungan lemak secara keseluruhan dari makanan yang dikonsumsi, baik lemak jenuh maupun tak jenuh.

Konsumsi pangan sumber lemak jumlah dan jenis pangan sumber lemak yang dikonsumsi oleh contoh yang akan menentukan tingkat kecukupan lemak.

Tingkat Kecukupan Lemak adalah perbandingan konsumsi dari rata-rata lemak terhadap angka kecukupan yang dianjurkan menurut umur berdasarkan WKNPG (2004) dan dinyatakan dalam persen.

Antropometri adalah metode yang digunakan dalam melakukan penilaian status gizi secara langsung berdasarkan tinggi badan, berat badan, lemak tubuh.

Status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh contoh yang diakibatkan oleh konsumsi, absorpsi, dan penggunaan zat gizi yang ditentukan melalui Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U).

Persen lemak tubuh adalah komposisi lemak dalam tubuh yang tersimpan dalam jaringan adiposa dan dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan alat timbangan injak digital merk camry.

Aktivitas fisik adalah kegiatan fisik yang dilakukan oleh contoh dalam kurun waktu 24 jam.

Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah contoh terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh yang terdiri dari tekanan sistol dan diastol.

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Contoh

Contoh pada penelitian ini merupakan anak usia remaja yang masih duduk di sekolah menengah atas (SMA). Penelitian ini dilakukan di dua sekolah yang berada di Kota dan Kabupaten Bogor, yaitu SMA 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor. Usia contoh berkisar antara 14-18 tahun.

Usia remaja adalah suatu periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Total contoh yang berhasil terkumpul dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, masing-masing 51 contoh dari SMAN 10 Kota Bogor dan 49 contoh dari SMA Kornita Kabupaten Bogor. Karakteristik contoh meliputi jenis kelamin, usia dan uang saku selama satu bulan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh

Karakteristik Kota Kabupaten

n % n %

Laki-laki 26 51.0 24 49.0

Perempuan 25 49.0 25 51.0

Usia (tahun) rata-rata±SD 16±1 16±1

14 3 5.9 6 12.2

15 15 29.4 7 14.3

16 29 56.9 24 49.0

17 4 7.8 10 20.4

18 0 0.0 2 4.1

Uang saku/bln (Rp) rata-rata±SD 663 627±326 633 650 714±310 604

<600 000 30 58.8 19 38.8

600 000 - 900 000 11 21.6 26 53.1

>900 000 10 19.6 4 8.1

Total 51 100 49 100

(29)

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi merupakan suatu keadaan yang diatur secara sosial dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Sosial ekonomi keluarga meliputi pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, pendapatan perkapita dan besar keluarga. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga

Karakteristik Kota Kabupaten

Pendapatan/kap (Rp) rata-rata±SD 1 561 901±1 389 728 1 072 813±464 609

(30)

Sebagian besar ayah contoh di kota menempuh pendidikan hingga sarjana (59,2%), sedangkan di kabupaten sebagian besar berpendidikan SMA (51,0%). Ibu contoh baik di kota maupun di kabupaten mayoritas berpendidikan hingga tingkat SMA dengan persentase berturut-turut sebesar 41.2% dan 53.1%. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010, pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar dimulai dari tingkat SD atau sederajatnya hingga SMP atau sederajatnya. Pendidikan menengah setara dengan tingkat SMA atau sederajatnya, sedangkan pendidikan tinggi terdiri atas diploma, sarjana, dan doktor. Berdasarkan peraturan tersebut, tingkat pendidikan ayah contoh di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten.

Pendidikan sangat menentukan pekerjaan. Pendidikan yang tinggi mempunyai peluang untuk memperoleh pekerjaan yang baik sehingga pendapatan yang diperoleh juga semakin baik. Pekerjaan ayah contoh di kota sebagian besar sebanyak 45.1% adalah pegawai swasta, sedangkan di kabupaten sebagian besar adalah wiraswasta dan buruh yaitu sebanyak 36.7%. Sebagian besar ibu contoh dari kota maupun kabupaten tidak bekerja yaitu berturut-turut sebanyak 58.8% dan 53.1%.

Rata-rata pendapatan perkapita di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten yaitu Rp 1 561 901 ± Rp1 389 728. Meskipun demikian sebagian besar pendapatan per kapita tergolong dalam kategori cukup baik di kota (56,9%) maupun kabupaten (51,0%). Hasil uji beda menggunakan Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan perkapita di kota dan kabupaten (p>0.05). Braithwaite et al. (2009) menyatakan bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi status gizi, hal ini terkait dengan daya beli terhadap bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Besar keluarga contoh di kota sebagian besar sebanyak 49.0% tergolong dalam kategori kecil, sedangkan di kabupaten sebagian besar sebanyak 57.1% tergolong dalam kategori sedang. Arisman (2004) menyatakan pemenuhan pangan dan gizi dipengaruhi oleh besar kecilnya keluarga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kebutuhan pangan yang harus tercukupi akan semakin meningkat sehingga biaya yang diperlukan untuk pengeluaran pangan keluarga akan semakin tinggi.

Status Gizi

(31)

Tabel 8 Sebaran status gizi contoh berdasarkan jenis kelamin

Status gizi Laki-laki Perempuan

n % n %

Kurus 0 0.0 0 0.0

Normal 33 66.0 42 84.0

Gemuk 7 14.0 5 10.0

Obesitas 10 20.0 3 6.0

Z-score (IMT/U) rata-rata±SD 0.07±0.95 0.29±1.58

Total 50 100 50 100

Penelitian Proper et al. (2006), menyatakan bahwa remaja laki-laki secara signifikan memiliki kemungkinan untuk menjadi gemuk dan obesitas dibandingkan dengan perempuan. Hal ini karena remaja laki-laki cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk santai di akhir minggu atau waktu senggang. Selain itu pada remaja perempuan, body image atau citra tubuh diduga mempengaruhi status gizinya. Perempuan cenderung untuk menurunkan berat badan dengan cara mengatur pola makan sehingga memiliki berat badan ideal. Obesitas erat kaitannya dengan penyakit degeneratif. Penelitian Chorin et al. (2015) menunjukkan, setiap kenaikan 1 unit IMT berhubungan dengan risiko peningkatan 13 mmHg tekanan darah sistolik pada remaja laki-laki dan perempuan. Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05). Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran status gizi contoh berdasarkan wilayah

Status Gizi Kota Kabupaten

n % n %

Kurus 0 0.0 0 0

Normal 37 72.5 38 77.6

Gemuk 5 9.8 7 14.3

Obes 9 17.6 4 8.1

Total 51 100 49 100

Z-score (IMT/U) rata-rata±SD 0.36±1.34 0.0±1.2

(32)

Persen Lemak Tubuh

Komposisi tubuh manusia terdiri atas dua bagian utama, yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Komposisi tubuh dapat ditentukan melalui persen lemak tubuh. Pengukuran persen lemak tubuh dilakukan dengan menggunakan timbangan injak merk camry yang dapat mengukur berat badan sekaligus persen lemak tubuh. Sebaran contoh berdasarkan persen lemak tubuh dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan jenis kelamin

Persen lemak tubuh Laki-laki Perempuan

N % n %

Underfat 14 28.0 4 8.0

Healthy 17 34.0 37 74.0

Overfat 8 16.0 3 6.0

Obese 11 22.0 6 12.0

Persen lemak tubuh rata-rata±SD 18.3±9.6 24.4±8.1

Total 50 100 50 100

Hasil uji beda menggunakan Independent Sample T-Test menunjukan terdapat perbedaan yang nyata antara persen lemak tubuh laki-laki dan perempuan (p<0.05). Rata-rata persen lemak tubuh pada contoh perempuan (24.4±8.1%) lebih tinggi daripada laki-laki (18.3±9.6%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahey et al. (2010), yang menyatakan persen lemak tubuh pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Persentase lemak tubuh pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki karena diperlukan untuk keperluan dalam melahirkan dan fungsi hormon lain.

Persen lemak tubuh underfat cenderung tinggi pada laki-laki (28.0%). Hasil penelitian Madan et al. (2014), menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki rata-rata persen lemak tubuh lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan saat pubertas. Persen lemak tubuh overfat dan obese juga cenderung tinggi pada laki-laki berturut-turut 16.0% dan 22.0%. Body image atau citra tubuh diduga mempengaruhi status gizi pada remaja perempuan. Sebaran persen lemak tubuh berdasarkan wilayah menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata. Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan wilayah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Sebaran persen lemak tubuh contoh berdasarkan wilayah

Persen lemak tubuh Kota Kabupaten

n % n %

Persen lemak tubuh rata rata±SD 22.7±9.8 20.0±8.7

(33)

kota maupun kabupaten (p>0.05). Persen lemak tubuh contoh di kota lebih tinggi dibandingkan di kabupaten dengan rata-rata 22.7±9.8%. Rata-rata tersebut untuk laki-laki termasuk dalam kategori overfat, sedangkan perempuan termasuk dalam kategori healthy.

Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah contoh dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa. Pengukuran dilakukan sebanyak minimal 2 kali dengan interval waktu ± 5 menit. Dua data pengukuran dihitung reratanya sebagai hasil ukur tekanan darah (Depkes 2007). Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah

Tekanan darah Kota Kabupaten

n % n %

Sistolik Normal 43 84.3 32 65.3

Pre-hipertensi 7 13.7 15 30.6 Hipertensi derajat 1 1 2.0 2 4.1

Sistolik rata-rata±SD (mmHg) 105±13 111±11

Diastolik Normal 42 82.4 11 22.4

Pre-hipertensi 7 13.7 32 65.3 Hipertensi derajat 1 2 3.9 6 12.2

Diastolik rata-rata±SD (mmHg) 67±10 79±6

Sistolik/Diastolik Normal 41 80.4 11 22.4

Pre-hipertensi 8 15.7 31 63.3 Hipertensi derajat 1 2 3.9 7 14.3

Total 51 100 49 100

Tekanan darah sistolik dan diastolik contoh di kabupaten lebih tinggi daripada di kota dengan rata-rata berturut-turut 111±11 mmHg dan 79±6 mmHg. Hal ini dibuktikan dengan uji beda menggunakan Mann Whitney yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tekanan darah sistolik contoh di kota dan kabupaten (p<0.05). Meskipun demikian, sebagian besar tekanan darah sistolik contoh baik di kota maupun kabupaten tergolong dalam kategori normal berturut-turut 84.3% dan 65.3%. Tekanan darah diastolik contoh di kabupaten sebagian besar tergolong dalam kategori pre-hipertensi (65.3%), sedangkan di kota tergolong dalam kategori normal (82.4%).

(34)

contoh merasa tegang atau grogi karna akan menghadapi ujian akhir sekolah (UAS), dan atau karena alat ukur yang belum terkalibrasi dengan baik.

Penelitian Podojoyo & masnawiyah (2013), dengan studi cross-sectional menunjukan bahwa konsumsi lemak yang tinggi dan rendah serat dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada siswa SMA Xaverius 1 Palembang. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa asupan rata-rata natrium contoh baik di kota dan kabupaten melebihi AKG berturut-turut 1966 mg dan 2495 mg, sedangkan asupan rata-rata kalium contoh baik di kota dan kabupaten masih kurang dari AKG berturut-turut 878 mg dan 923 mg. Anjuran asupan natrium berdasarkan AKG sebesar 1500 mg/hari sedangkan asupan kalium berdasarkan AKG sebesar 4500 mg/hari.

Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam (FAO 2001). PAL diperoleh dari akumulasi berbagai jenis aktivitas contoh pada hari sekolah dan hari libur. Jenis aktivitas contoh dan durasinya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Jenis aktivitas fisik contoh dan durasinya

Jenis aktivitas fisik Kota (menit) Kabupaten (menit) Sekolah Libur Sekolah Libur

Tidur 423 544 470 577

Mandi/berpakaian/berdandan 41 48 63 70

Makan 54 40 73 74

Ibadah/sholat 65 91 73 65

Mengerjakan tugas/belajar 532 106 395 58

Pekerjaan RT umum 16 79 16 23

Naik mobil/bus/angkot 62 19 52 23

Berjalan tanpa beban 6 10 3 25

Aktivitas di waktu luang 39 65 11 12

Bermain laptop/internet 19 76 25 40

Ngobrol/diskusi/rapat 64 36 5 3

Nonton tv/film 76 258 114 250

Ke pasar/warung/shoping 7 24 0 18

Berdiri/bw beban 0 0 55 0

Duduk 27 33 45 54

Bermain game 0 11 26 88

(35)

umum (angkot). Contoh lebih banyak menghabiskan waktu untuk duduk diam dan belajar ketika di sekolah, sedangkan pada hari libur contoh lebih memilih menghabiskan waktu dengan menonton televisi, main HP dan belajar. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara aktivitas fisik contoh pada hari sekolah dan hari libur (p>0.05). Hal ini dikarenakan, baik hari sekolah maupun hari libur aktivitas fisik contoh cenderung ringan atau tidak aktif (sedentary). Sebaran aktivitas fisik contoh berdasarkan wilayah juga menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata.

Tabel 14 menunjukkan, Rata-rata tingkat aktivitas fisik atau PAL contoh di Kota dan Kabupaten berturut-turut 1.42±0.11 dan 1.40±0.10 tergolong dalam kategori ringan. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara aktivitas fisik contoh di Kota dan Kabupaten. Sebagian besar aktivitas fisik contoh di kota termasuk dalam kategori sangat ringan (47.1%) dan ringan (47.1%), tidak jauh berbeda dengan contoh di kabupaten yang sebagian besar termasuk dalam kategori ringan (65.3%). Aktivitas fisik contoh laki-laki dan perempuan baik di kota maupun kabupaten sebagian besar tergolong dalam aktivitas ringan (sedentary). Penelitian Moraes et al. (2013), dengan studi cross-sectional menunjukkan bahwa aktivitas prilaku sedentary 2-4 jam/hari berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sistolik pada remaja laki-laki usia 12-17 tahun di Brazil. Penelitian Costas et al. (2010) dengan studi cross-sectional juga menunjukan aktivitas fisik yang ringan dapat meningkatkan tekanan darah pada siswa berusia 12-17 tahun di Yunani.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas fisik

Kategori Aktivitas fisik Kota Kabupaten

n % n %

Sangat ringan 24 47.1 17 34.7

Ringan 24 47.1 32 65.3

Sedang 3 5.9 0.0 0.0

Berat 0 0.0 0.0 0.0

Total 51 100 49 100

PAL rata-rata±SD 1.42±0.11 1.40±0.10

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Lemak

Frekuensi konsumsi dilakukan dengan menggunakan metode semi kuantitatif Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data food frequency terdiri dari frekuensi dan berat konsumsi pangan sumber lemak. Jenis pangan sumber lemak pada penelitian ini dibagi menjadi pangan lemak jenuh dan lemak tak jenuh.

(36)

Tabel 15 Rata-rata frekuensi konsumsi pangan sumber lemak contoh

Telur ayam 3.9±3.1 240.3±189.0 4.8±3.6 270.0±200.2 Telur bebek 0.1±0.2 4.5±13.8 0.5±1.5 29.8±84.5 Telur puyuh 0.3±0.5 23.2±64.3 0.2±0.5 12.0±41.8 Daging sapi 1.3±1.4 73.8±83.7 1.3±1.7 84.6±148.6 Daging Ayam 3.3±2.7 209.1±207.5 3.0±2.0 164.5±110.3 Susu 8.8±7.7 1653.5±1462.2* 4.5±3.3 833.3±607.0* Keju 1.9±2.7 62.3±142.0 0.5±1.1 9.9±20.6 Hati ayam 0.3±0.5 13.1±32.3 0.3±0.5 9.1±16.4 Santan 1.0±1.3 14.0±23.6 1.1±1.3 8.1±11.1 Gorengan 1.9±5.2 225.9±358.7 3.2±2.3 338.5±322.4 Lemak tak jenuh

Pangan yang paling sering di konsumsi oleh contoh baik di kota maupun kabupaten yaitu telur ayam, daging ayam, dan susu. Hal ini diduga pangan tersebut sering dikonsumsi karena mudah didapatkan atau bahkan menjadi menu favorit dari contoh. Hal ini sejalan dengan penelitian Nufus (2014), pada siswa SMPN 8 Kotamadya Bogor dan SMPN 3 Cibinong Kabupaten Bogor, bahwa pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ayam dan telur.

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Konsumsi pangan contoh diperoleh dengan menggunakan metode Food record tiga hari, yaitu pada saat dua hari sekolah dan satu hari libur. Rata-rata konsumsi pangan contoh di kabupaten lebih tinggi dibandingkan di kota. Hal ini dapat dilihat pada tabel aktivitas fisik (Tabel 13) bahwa waktu makan yang dipergunakan contoh di kabupaten lebih banyak dibandingkan di kota.

(37)

Tabel 16 Rata-rata konsumsi contoh perhari berdasarkan golongan pangan

Golongan pangan Gram/hari

Kota Kabupaten

Serealia dan umbi-umbian 494.1 407.9

Lauk hewani 160.9 136.7

Makanan serealia yang paling sering dikonsumsi adalah nasi, mie instan dan mie goreng. Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ayam dan telur. Hal ini sejalan dengan penelitian Nufus (2014), pada siswa SMPN 8 Kotamadya Bogor dan SMPN 3 Cibinong Kabupaten Bogor yang menunjukan bahwa makanan serealia dan olahannya yang paling sering dikonsumsi adalah nasi, mie instan dan mie goreng. Pangan hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ayam, telur, dan bakso. Konsumsi sayur dan olahannya baik di kota (34.9 g/hari) maupun di kabupaten (38.2 g/hari) masih lebih rendah dari anjuran. Menurut Depkes (2014), anjuran mengkonsumsi sayur yaitu 3-4 porsi sehari (300 g) dan konsumsi buah 2-3 porsi sehari.

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi individu dapat diketahui dengan cara membandingkan kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi oleh individu dengan kebutuhannya. Kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh faktor, seperti umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan aktivitas fisik. Rata-rata kebutuhan energi dan zat gizi contoh baik di kota maupun kabupaten tidak jauh berbeda. Hal ini dikarenakan rata-rata umur, berat badan, tinggi badan dan aktivitas fisik contoh di kota dan kabupaten tidak jauh berbeda. Hasil uji beda Mann Whitney baik kebutuhan energi, protein, lemak dan karbohidrat antara contoh di kota dan kabupaten menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat contohdapat dilihat pada Tabel 17.

(38)

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro

Tingkat konsumsi Zat Gizi Kota Kabupaten

n % n %

TK energi (kkal) rata-rata±SD 151±78 132±63

Defisit berat (<70%) TK energi dari protein (g) rata-rata±SD 16±7 14±7

Kurang (<10%) TK energi dari lemak (g) rata-rata±SD 47±22 37±16

Kurang (<15%) TK energi dari karbohidrat (g) rata-rata±SD 117±77 81±77

Kurang (<55%%)

Konsumsi lemak secara berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan, salah satu efek dari konsumsi lemak berlebihan adalah terjadi sindroma metabolik. Sindroma metabolik merupakan sekumpulan gejala yang ditemukan pada seseorang yang mengarah kepada timbulnya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, arterosklerosis, dan penyakit jantung koroner. Permasalah sindroma metabolik terus berkembang yang erat kaitannya dengan perubahan gaya hidup di masyarakat (Wiardani et al. 2011). Hasil penelitian Wiardani et al (2011), menunjukkan konsumsi lemak yang melebihi anjuran dalam sehari memiliki resiko 2.58 kali lebih besar terhadap kejadian sindroma metabolik, dibandingkan dengan konsumsi lemak yang sesuai anjuran.

Asupan berbagai Jenis Lipid

(39)

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan asupan berbagai jenis lipid

Asupan Kota Kabupaten Uji

beda

n % n %

Kolesterol (mg) rata-rata±SD 265.3±166.5 271.3±154.0

p>0.05

Asupan kolesterol contoh di kabupaten lebih tinggi dibandingkan kota dengan rata-rata 265.3±166.5 mg dan 229.5±147.4 mg. Menurut WHO (2003), anjuran asupan kolesterol sebagai pencegahan penyakit degeneratif adalah sebesar <300 mg per hari. Rata-rata asupan kolesterol contoh baik di kota maupun kabupaten masih dalam batas normal. Hasil uji beda Mann Whitney juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara asupan kolesterol di kota dan kabupaten.

Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata baik asupan SFA, MUFA, dan PUFA antara kota dan kabupaten. Sebagian besar asupan SFA contoh di kota (90.2%) lebih tinggi dibandingkan kabupaten (71.4%) berada dalam kategori lebih. Sebagai pencegahan penyakit degeneratif, anjuran total asupan lemak berdasarkan kebutuhan energi sehari sebesar 15-30% per hari dan dikelompokkan menjadi asupan SFA <10%, PUFA sebanyak 6-10%, dan asupan MUFA sisanya (WHO 2003). Asupan SFA pada contoh di kota dan kabupaten tergolong lebih berdasarkan anjuran WHO. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif pada contoh di usia dewasa atau tua nanti jika pola konsumsinya tidak diseimbangkan.

Menurut Hardinsyah (2011), proporsi lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan risiko penyakit kronik degeneratif. Fakta ini bisa menjadi salah satu penjelas bahwa di beberapa negara asia yang konsumsi total lemaknya jauh di bawah 30 persen energi, tetapi karna proporsi asam lemak jenuhnya tinggi maka kejadian penyakit jantung koroner cenderung tinggi. Penelitian Mari et al. (2015), menunjukan intervensi diet rendah lemak jenuh dapat menurunkan resiko tekanan darah tinggi pada remaja usia 15-20 tahun di Amerika Serikat.

(40)

kembali asupan PUFA pada contoh di kota sebagai pencegahan penyakit degeneratif. Penelitian Miller et al. (2014), pada studi meta analisis dengan randomized controlled trials menunjukkan bahwa pemberian EPA+DHA dapat mengurangi tekanan darah sistolik dan diastolik.

Hubungan antara Tingkat Kecukupan Lemak, Status Gizi, Persen Lemak Tubuh, dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan lemak dengan tekananan darah baik sistolik maupun diastolik (p>0.05). Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Colin et al. (2008), pada studi cross-sectional dengan sampel sebanyak 1 239 anak berusia 8-10 tahun, yang menunjukkan terdapat hubungan asupan tinggi lemak total dengan peningkatan tekanan darah diastolik. Hal ini diduga karena tingkat kecukupan lemak pada penelitian ini kurang menyebar, karena sebagian besar tergolong lebih. Selain itu, sampel yang digunakan pada penelitian ini terlalu sedikit, sehingga sangat kecil kemungkinan menunjukkan hasil yang signifikan.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara status gizi dengan tekanan darah sistolik (p<0.05), tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan tekanan darah diastolik (p>0.05). Perbedaan ini dapat dikarenakan sebaran data pada variabel status gizi dan tekanan darah diastolik kurang terdistribusi merata (homogen), meskipun demikian hasil uji korelasi hampir menunjukkan hubungan yang positif (p=0.051, r=0.196). Hasil uji korelasi status gizi dengan tekanan darah sistolik menunjukkan bahwa semakin tinggi status gizi, maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik pada contoh. Hasil ini sejalan dengan penelitian Aneesa et al. (2003), yang menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara IMT dan persen lemak tubuh dengan peningkatan tekanan darah pada remaja Bahrain usia 12-17 tahun. Penelitian Zhang et al. (2012), juga menunjukkan terdapat hubungan positif antara status gizi dengan tekanan darah pada remaja usia 7-18 tahun dari 10 sekolah negeri di Provinsi Hainan Cina Selatan.

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persen lemak tubuh dengan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persen lemak tubuh, maka semakin tinggi pula tekanan darah contoh. Hal ini, sejalan dengan penelitian Aneesa et al. (2003) yang menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara IMT dan persen lemak tubuh dengan peningkatan tekanan darah pada remaja Bahrain usia 12-17 tahun.

(41)

Perbedaan jumlah sampel yang digunakan juga menjadi salah satu faktor hasil yang tidak signifikan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Usia contoh dalam penelitian ini berkisar antara 14-18 tahun. Contoh di kota dan kabupaten sebagian besar masuk ke dalam usia 16 tahun. Total contoh dalam penelitian ini sebanyak 100 orang yang tersebaar meliputi 26 laki-laki dan 25 perempuan di kota, sedangkan di kabupaten sebanyak 24 laki-laki dan 25 perempuan. Sebagian besar uang saku contoh di kota < Rp 600 000, sedangkan di kabupaten dalam rentang Rp 600 000- Rp 900 000. Sebagian besar ayah contoh di kota menempuh pendidikan hingga sarjana, sedangkan di kabupaten sebagian besar berpendidikan SMA. Sementara ibu contoh baik di kota maupun di kabupaten mayoritas berpendidikan hingga tingkat SMA. Pekerjaan ayah contoh di kota sebagian besar pegawai swasta, sedangkan di kabupaten sebagian besar wiraswasta dan buruh. Sebagian besar ibu contoh dari kota maupun kabupaten tidak bekerja. Sebagian besar pendapatan per kapita tergolong dalam kategori cukup baik di kota maupun kabupaten. Besar keluarga contoh di kota sebagian besar tergolong dalam kategori kecil, sedangkan di kabupaten sebagian besar tergolong dalam kategori sedang.

Pangan yang paling sering dikonsumsi oleh contoh baik di kota maupun kabupaten yaitu telur ayam, daging ayam, dan susu. Rata-rata frekuensi konsumsi telur ayam di kabupaten lebih tinggi dibandingkan kota. Frekuensi konsumsi daging ayam di kota lebih tinggi dibandingkan kabupaten. Frekuensi konsumsi susu di kota lebih tinggi dibandingkan kabupaten. Rata-rata TKG lemak contoh baik di kota maupun kabupaten tergolong dalam kategori lebih.

Status gizi contoh baik di kota dan kabupaten sebagian besar tergolong dalam kategori normal. Persen lemak tubuh contoh baik di kota dan kabupaten sebagian besar tergolong dalam kategori healty. Sebagian besar aktivitas fisik contoh di kota termasuk dalam kategori sangat ringan dan ringan, sementara di kabupaten sebagian besar tergolong ringan. Sebagian besar tekanan darah sistolik contoh di kota maupun kabupaten tergolong normal. Tekanan darah diastolik contoh di kabupaten sebagian besar tergolong pre-hipertensi, sedangkan di kota tergolong normal.

(42)

Saran

Siswa/i SMA baik di kota maupun kabupaten, khususnya SMAN 10 Kota Bogor dan SMA Kornita Kabupaten Bogor diharapkan mengontrol pola makannya khususnya pangan sumber lemak. Selain itu, siswa harus lebih meningkatkan konsumsi sayur dan buah, serta meningkatkan aktivitas fisiknya sebagai upaya pencegahan penyakit degeneratif tekanan darah tinggi. Perlu ada penelitian mendalam tentang penelitian sejenis dengan kelompok sampel yang berbeda, seperti dewasa muda, dewasa madya, atau lansia, dengan kelompok jenis kelamin yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi A, Sholeh M. 2005. Psokilogi Perkembangan. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta.

Andarwulan N, Madanijah S, Zulaikha. 2008. Laporan Penelitian: Monitoring dan Verifikasi profil keamanan pangan jajanan anak sekolah (PJAS) Nasional Tahun 2008. Southeast Asian Food And Agricultural Science And Technology (SEAFAST) Center IPB dan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI, Bogor

Aneesa M. Al-Sendi, Prakash Shetty, Abdulrahman O. Musaiger, and Mark Myatt. 2003. Relationship between body composition and blood pressure in Bahraini adolescents. British Journal of Nutrition. 90: 837–844.

Arisman MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.

Birthe M R, Bengt V, Matti U, Lars B, Eva P, Gabrielle R, Angela A R, Linda T, Kjeld H. 2006. Effects of dietary saturated, monounsaturated, and n-3 fatty acids on blood pressure in healthy subjects. Am J Clin Nutr. 83: 221-227. BKKBN. 1998. Buku Pegangan untuk Petugas Lapangan mengenai Reproduksi

Sehat. Jakarta (ID): BKKBN.

Braithwaite S, Clement S, Magee MF. 2009. Management of diabetes and hyperglycemia in hospitals. Diabetes Care. 27(2): 553 – 591.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2000. Indikator Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics). Jakarta (ID): BPS.

Chorin E, Ayal H, Michael H, Ofer H, Nir F, Tomer Z, Yaron A. 2015. Trends in Adolescents Obesity and the Association between BMI and Blood Pressure: A Cross-Sectional Study in 714,922 Healthy Teenagers. Am J Hypertens. 30: 127-135.

(43)

Costas T, Stella K, Drimitris T, Panagiotis T, Giorgos H, Nikos K, Theodora P, Demosthenes P, Peter K, Christodoulus S. 2010. Relation between physical activity and blood preasure level in young greek adolecents: the leontio lyceum study. The European Journal of Public Health. 21: 63-68. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman

Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Depkes. 2014. Pedoman Gizi Seimban (PGS). Jakarta (ID): Depkes RI.

Fahey T, Insel P, Roth W. 2010. Body Composition, Fit & Well: Core Concepts and Labs in Physical Fitness and Wellness. New York: McGraw-Hill. ISBN 978-0-07-352379-8.

[FAO] Food and Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU.

Goldberg R J, Ellison R C, Hosmer D W, Capper A L, Puleo E, Gamble W J, Witschi J. 1992. Effects of alterations in fatty acid intake on the blood pressure of adolescents: the Exeter-Andover Project. Am J Clin Nut. 114: 555-576.

Hardinsyah. 2011. Analisis Konsumsi Lemak, Gula, Dan Garam Penduduk Indonesia. Gizi Indonesia. 34(2): 92-100.

Hardinsyah, Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Asupan Pangan. Bogor (ID): Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Bina Gizi Lemeshow S, Hosmer DW, Janelle K, Lwanga SK. 1997. Besar Sampel dalam

Penelitian Kesehatan. Parmono D, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Madan J, Gosavi N, Vora P, Kalra P. 2014. Body fat percentage and its correlation with dietary pattern, physical activity, abd life-style factors in school-going children of Mumbai, India. Journal of Obesity and metabolic Research. 1(1): 14–19.

Mari N, Katja P, Markus J, Costan G M, Harri N, Tapani R, Jorma S, Maiju S, Hanna L, Antti J, et al. 2015. Metabolic Syndrome From Adolescence to Early Adulthood, effect of Infancy-Onset Dietary Counseling of Low Saturated Fat: The Special Turku Coronary Risk Factor Intervention Project (STRIP). American Heart Association. 131: 605-613.

Michael S, Lauer MD. 2012. And What About Exercise? Fitness and Risk of Death in "Low-Risk" Adult. J AM Heart Assoc. 20: 310-315.

(44)

Moraes AC, Carvalho HB, Rey L, Gracia M L, Beghin L, Kafatos A, Jiménez PD, Molnar D, Henauw S, Manios Y et al. 2013. Independent and combined effects of physical activity and sedentary behavior on blood pressure in adolescents: gender differences in two cross-sectional studies. Plos One. 8(5).

Nufus S. 2014. Aktivitas fisik, asupan lemak dan persen lemak tubuh pada remaja di kabupaten dan kotamadya Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pardee PE, Norman GJ, Lustig RH, Preud’homme Daniel, Schwimmer JB. 2007. Television Viewing and Hypertension in Obese Children. Am J Prev Med. 33(6):439–43.

Podojoyo, Masnawiyah. 2013. Perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dengan status gizi, konsumsi lemak dan serat siswa SMA Xaverius 1 Palembang. Jurnal Pembangunan Manusia. 7: 1.

Proper KI, Cerin E, Brown WJ, Owen N. 2006. Sitting time and sosio-economic differences in overweight and obesity. International Journal of Obesity. 31(1): 169–176

[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Salvatore P, Egidio C, Vittorio K, Fabrizio J, Eduardo F, Maurizio T, Mario M. 1987. Physical activity and its relationship to blood pressure in school children. Journal of Chronic Diseases. 40: 925–930.

Sarasaty, Frilyan Rinawang. (2011). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat, Kota Tangrang Selatan. [Skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Soeharto I. 2002. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama

Soekirman, N Afriansyah, J Erikania. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Yayasan Institut Danone Indonesia.

[WHO] World Health Organization. 2003. WHO Technical Report Series: Diet, Nutrition and the Prevention of Chronic Diseases. WHO, Geneva.

. 2007. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva (IT): WHO Technical Report Series.

. 2011. Global Status Report On Non Comunicable Disease. Geneva, Switzerland (IT): WHO Technical Report Series.

Wiardani, Sugiani, Gumala. 2011. Konsumsi lemak total, lemak jenuh, dan kolesterol sebagai faktor resiko sindroma metabolik pada masyarakat perkotaan di Denpasar. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 7(3):121-128.

William B, Don W F. 2002. Buku Ajar Histologi. Edisi 12. Terjemahan Jan Tambayong. Jakarta (ID): EGC.

(45)

Yulianti S. 2006. 30 Ramuan Penakluk Hipertensi. Jakarta (ID): PT. Agromedia pustaka.

(46)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji Korelasi Spearman

Variabel Tekanan darah

sistolik

Tekanan darah diastolik Tingkat kecukupan lemak Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) Status gizi Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) Persen lemak tubuh Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05) Aktivitas fisik Koefisien korelasi

Taraf nyata (0.05)

Lampiran 2 Hasil Uji Beda Mann-Whitney berdasarkan wilayah

Variabel Nilai P

Uang saku 1.000

Pendapatan perkapita 0.060

Status gizi (Z-score) 0.136

Tekanan darah sistolik 0.010

Tekanan darah diastolik 0.000

Aktivitas fisik (PAL) 0.047

TKG energi 0.107

Lampiran 3 Hasil Uji Beda Independent Sample T-test berdasarkan wilayah

Variabel Nilai P

(47)

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK, AKTIVITAS

FISIK, DAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SMA DI KOTA

DAN KABUPATEN BOGOR

1. Nomor Responden : [H1]________________________ 2. Nama Responden : [H2]________________________ 3. Jenis Kelamin : [H3] L / P*

4. Alamat Rumah : [H4] Jl._________________No____RT____RW____

Kelurahan_______________Kecamatan______________ 5. Wilayah : [H5] 1. Kota 2. Kabupaten

(48)

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN KELUARGA

1 No. Responden [A1]:

2 Nama Responden [A2]:

3 Umur Responden [A3]:

4 Nama Ayah [A4]:

5 Pekerjaan Ayah [A5]: 1.Tidak bekerja

2. PNS

3. ABRI/POLRI 4. Pegawai Swasta 5. Wiraswasta 6. Petani/ nelayan

6 Nama Ibu [A6]:

7 Pekerjaan Ibu [A7]: 1.Tidak bekerja

2. PNS

3. ABRI/POLRI 4. Pegawai Swasta 5. Wiraswasta 6. Petani/ nelayan 8 Jumlah Anggota Keluarga [A9]:

9 Pendapatan Ayah [A10]:

10 Pendapatan Ibu [A11]:

11 Pendapatan Keluarga Lainnya [A12]: 12 Total Pendapatan Keluarga [A13]:

(49)

B. KEADAAN KESEHATAN RESPONDEN

1. Antropometri

Berat badan : [B1]……… Kg Tinggi badan : [B2]……… Cm Lemak tubuh : [B3]……… % 2. Tekanan Darah : [B4]……… mmHg 3. Riwayat penyakit sekarang [B5]

No Jenis Penyakit Ya Tidak Jenis Pengobatan* Ket**

1 Tekanan darah

tinggi

2 Jantung

3 Kolesterol tinggi 4 Diabetes/kencing

Manis

5 Sakit ginjal 6 Sakit liver/sakit

Kuning

7 Asam urat

*nama obat yang diberikan (termasuk obat atau terapi tradisional), sejak kapan **pernah dirawat? Operasi? jenis spesifik penyakit

4. Riwayat penyakit dahulu [B6]

No Jenis Penyakit Ya Tidak Jenis Pengobatan* Ket**

1 Tekanan darah

tinggi

2 Jantung

3 Kolesterol tinggi 4 Diabetes/kencing

Manis

5 Sakit ginjal 6 Sakit liver/sakit

Kuning

7 Asam urat

(50)

C. FOOD RECORDS 24 JAM

Nama :

1. Hari Biasa Ke-1 ( )

Waktu Makan

Nama Makanan Bahan

Jenis Banyaknya

URT Gram

Pagi (06.00-09.00)

Selingan (09.00-12.00) Siang (12.00-14.00)

Selingan (14.00-18.00)

Malam (18.00-21.00)

Selingan (21.00- )

Keterangan :

(51)

2. Hari Biasa Ke-2 ( __________)

Waktu Makan

Nama Makanan Bahan

Jenis Banyaknya

URT Gram

Pagi (06.00-09.00)

Selingan (09.00-12.00) Siang (12.00-14.00)

Selingan (14.00-18.00)

Malam (18.00-21.00)

Selingan (21.00- )

Keterangan :

(52)

3. Hari Libur ( __________)

Waktu Makan

Nama Makanan Bahan

Jenis Banyaknya

URT Gram

Pagi (06.00-09.00)

Selingan (09.00-12.00)

Siang (12.00-14.00)

Selingan (14.00-18.00)

Malam (18.00-21.00)

Selingan (21.00- )

Keterangan :

(53)

C. SEMI KUANTITATIF FOOD FERQUENCY QUITIONERS (FFQ)

No Nama pangan Frekuensi konsumsi dalam Banyaknya (gram/URT) Hari Minggu Bulan

1 Telur ayam 2 Telur bebek 3 Telur puyuh 4 Daging 5 Ikan 6 Ayam 7 Susu 8 Keju

9 Jeroan (kulit, babat, dll)

10 Alpukat 11 Margarin 12 Santan 13 Gorengan

14 Kue manis (pastry) 15 Biskuit

16 Lainnya ... 17

(54)

D. AKTIVITAS FISIK

Isilah formulir ini dengan semua jenis kegiatan yang dilakukan satu hari sebelumnya selama 1x24 jam dari bangun tidur samapai tidur lagi. Beri tanda dengan warna atau arsiran pada kolom sebagai pembeda kegiatan yang satu dengan yang lainnya. Contoh :

(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 22 April 1990. Penulis adalah anak dari pasangan Bapak Gunawan Pinto Raharjo dan Ibu Susi Rindrasari dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Sirnagalih 01 Bogor pada tahun 2003, kemudian penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah menengah pertama di SMP PGRI 9 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di SMA PGRI 3 Bogor dan lulus pada tahun 2009.

Penulis melanjutkan kuliah di Diploma III Institut Pertanian Bogor dengan jurusan MIJMG (Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi), diterima melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009. Penulis pernah melakukan praktek kerja lapang di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto dan Hotel Santika Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan Diploma III pada tahun 2012.

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 1 Cara Pengumpulan Data Primer Penelitian
Tabel 2 Pengelompokan Karakteristik Contoh dan Sosial Ekonomi Keluarga
Tabel 3 Klasifikasi Persentase Lemak Tubuh pada Laki-laki dan Perempuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pengaruh penggunaan gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kepercayaan diri siswa pada saat pembelajaran permainan sepakbola.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Tujuan penelitian ini adalah untuk menapis dan mengkarakterisasi beberapa isolat Pseudomonas sebagai agen biokontrol terhadap cendawan patogen tular tanah yaitu

Untuk guru pendidkan jasmani, dengan hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative laerning memberikan pengaruh yang signifikan

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan tentang minat belajar melalui penerapan strategi pembelajaran Inquiring Minds

[r]

(percobaan) dan kegiatan pembuatan suatu karya. Siswa yang biasanya membuat gaduh sudah mulai tenang karena teguran dari guru. Kemampuan siswa untuk melaksanakan tugas

Optimis saja bahwa kalian dibutuhkan di dunia kerja, kemudian keterampilan yang diperlajari diperkuliahan sangat dibutuhkan dalam dunia kerja, sekarang ini