• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI TERHADAP PERILAKU SOSIAL DAN MINAT BELAJAR DI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI TERHADAP PERILAKU SOSIAL DAN MINAT BELAJAR DI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI TERHADAP PERILAKU

SOSIAL DAN MINAT BELAJAR DI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh:

MUHAMAD FEBRI MAULANA 1006208

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI TERHADAP PERILAKU SOSIAL

DAN MINAT BELAJAR DI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG

Oleh:

Muhamad Febri Maulana

Karya Ilmiah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

© Muhamad Febri Maulana 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PERMAINAN KASTI TERHADAP PERILAKU SOSIAL DAN MINAT BELAJAR DI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG

Skripsi ini telah Disetujui dan Disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd NIP. 196807071992032001

Pembimbing II

Arif Wahyudi, S. Pd NIP. 197420052001121001

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

(4)

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN KASTI TERHADAP PERILAKU SOSIAL

DAN MINAT BELAJAR DI SMA PASUNDAN 2 BANDUNG

Oleh:

Muhamad Febri Maulana 1006208

Skripsi ini dibimbing oleh:

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd, Arif Wahyudi, S.Pd.

Penelitian ini dilakukan di SMA Pasundan 2 Bandung. Dengan bertujuan untuk mengetahui peningkatan perilaku sosial dan minat belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning dan model konvensional dalam pembelajaran kasti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah SMA Pasundan 2 Bandung. Sample di peroleh melalui teknik random sampling yang terbagi atas dua kelas. Dua kelas yang dipilih yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen dengan menggunakan model cooperative learning dengan jumlah siswa 35 dan kelas XI IPA 3 sebagai kelompok kontrol menggunakan model konvensional dengan jumlah siswa 35. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes (pre-test dan post-test) dan observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran di lapangan, dan angket untuk pengumpulan data perilaku sosial dan minat belar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model cooperative learning lebih tinggi dengan perolehan 0,70 dan standar deviasi 0,16 dibandingkan dengan model konvensional 0,56 dan standar deviasi 0,17 dalam pembelajaran permainan kasti. Pengaruh model cooperative learning 75% dan model konvensional hanya 17,14% dalam pembelajaran kasti pada perilaku sosial dan minat belajar siswa. Selanjutnya hasil uji-t menunjukan bahawa model cooperative learning memperoleh thitung 3,54 ≥ ttabel hasilnya 1,99 maka signifikan. Kesimpulan model cooperative learning lebih berpengaruh yang nyata di bandingkan dengan model konvensional dalam pembelajaran kasti terhadap perilaku dan minat belajar siswa.

(5)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL IN

BASEBALL COURSE TOWARD STUDENTS’ SOCIAL BEHAVIOR AND

INTEREST IN LEARNING IN SMA PASUNDAN 2 BANDUNG By:

Muhamad Febri Maulana 1006208

This Research is supervised by:

Dr. Hj. Tite Juliantine, M.Pd, Arif Wahyudi, S.Pd.

This research is conducted in SMA Pasundan 2 Bandung. The aim of this

research is to find out students’ enhancement toward their social behavior and

interest in learning by using cooperative learning model in baseball course. The methodology that is used in this research is Pretest-Posttest Control Group Design method. The research design that has been selected in this occasion is true experimental design. The population in this research is SMA Pasundan 2 Bandung. Sampling is attained by random technique and the samples are divided into two categories. The first selected sample class is XI IPA 2 as an experimental group with 35 students is applied cooperative learning model while XI IPA 3 as a control group with 35 students is applied conventional learning model. The collecting data technique that is used in this research is tests (pre-test and post-test) and an observation to observe the learning activities in field, and

questionnaires to compile the data of students’ social behavior and interest in learning . The result of the research indicates that class which is received a cooperative learning model enhance more with 0,70 and the deviation standard 0,16 than the class which received conventional learning model with 0,56 and deviation standard 0,17 in baseball course. The influence of cooperative learning model is 75% while the conventional model is only 17,14% in Baseball course

toward students’ social behavior and interest in learning. Furthermore, the t-test results shows that cooperative learning model gains tcount 3,54 ≥ ttable, with the results is 1,99 then it is significance. It can be concluded that cooperative learning

model in baseball course has effect upon students’ social behavior and interest in learning.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bukan segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari pendidikan. Untuk itu pendidikan merupakan cara yang paling penting untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi. Hal ini dikarenakan pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik secara individu maupun kelompok. Selain itu ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Bambang Abduljabar (2009 hal. 27)

“Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai proses kependidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani yang diajarkan di Sekolah memiliki peranan yang sangat penting, karena sebagai suatu proses pembinaan anak sejak usia dini, yaitu memberi kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar Munarwan, (2010, hal.12).

(7)

2

perencana pengajaran dan pengelola proses pembelajaran harus memhamami kondisi dan karakteristik setiap siswa serta menumbuhkan motivasi dan minat kepada setiap siswa untuk belajar dan terlibat aktif dalam pembelajarannya.

Dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak guru saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum dan hasil belajar dengan standar yang telah ditentukan bukan kepada pemahaman siswa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah ataupun demontrasi yang dalam pelaksanaannya siswa hanya mencatat, dan mendengarkan, melakukan tugas gerak yang diintruksikan oleh guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Jika secara psikologis siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya siswa akan memberikan umpan balik psikologis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpati terhadap guru, tidak tertarik dengan materi-materi pembelajaran, dan lama-kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap mata pelajaran.

Dalam hal peningkatan penguasaan gerak siswa ini diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh pembelajaran yang optimal.

Mengenai hal tersebut, guru harus menciptakan suasana dan kegiatan belajar belajar sedemikian rupa dengan memenuhi tingkat kemampuan siswa sehingga menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa itu sendiri.

(8)

3

metode pembelajaran penjas, harus disesuaikan dengan kemampuan, keadaan siswa serta keadaan sarana dan prasarana sebagai penunjang proses belajar mengajar. Mengingat kecenderungan siswa SMA terutama pada siswa kelas X masih senang bermain maka salah satu metode yang dapat ditempuh oleh guru dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani yaitu medel cooperativ lerning.

Slavin (Isjoni, 2011, hlm. 15) menyatakan “In cooperative learning methods,

students work together in four member teams to master material initially

presented by the teacher”. :

…Bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu

model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Sejalan dengan pendapat Stahl (1994, hlm.) menerangkan bahwa model cooperative learning adalah “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”. Untuk itu pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning diharapkan dapat merangsang prilaku sosial yang lebih baik dengan melalui permainan kasti menurut Ajang Suparlan (2010, hlm. 43) bahwa:

Permainan kasti adalah permainan bola kecil yang merupakan salah satu materi dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Permainan kasti merupakan suatu permainan di lapangan yang menggunakan media bola kecil dan pemukul yang terbuat dari kayu. Permainan kasti dilakukan secara beregu yang dimainkan oleh dua regu, setiap regu terdiri dari 12 pemain. Dalam permainan kasti terdapat beberapa bentuk aktivitas gerak, misalnya : berlari, memukul bola, melempar bola dan menangkap bola.

(9)

4

yang diperoleh dari permainan kasti. Banyak sekali permainan yang menjadikan siswa senang melakukannya. Kebanyakan permainan tersebut adalah permainan lokomotor dirancang berisi lari sebagai gerak utamnya.

Masalah yang dihadapi oleh siswa pada masa sekarang mereka sering melakukan hal-hal yang menyimpang dari tata tertib atau aturan sekolah, hal ini dikarenakan mereka kurang berinteraksi dengan sesamanya sehingga menyebabkan perilaku sosial mereka sangat kurang. Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia Rusli Ibrahim, (2001, hlm 129).

Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain.Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerjasama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.

Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982, hlm.) dalam Rusli Ibrahim (2001, hlm.) perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991 dalam Rusli Ibrahim, 2001, hlm.). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain.

Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.

(10)

5

dalam proses belajar. Minat adalah suatu keinginan untuk mendapatkan sesuatu.

Menurut Slameto (2010, hlm. 180) mengemukakan bahwa ”Minat adalah suatu

rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,tanpa ada yang

menyuruh”. Minat merupakan suatu kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi

proses belajar siswa di sekolah. Dalam sebuah penelitian tercatat bahwa hanya 16% siswa yang memiliki minat tinggi untuk mengikuti pembelajaran Penjas, sisanya berada di kategori sedang, rendah dan sangat rendah. Namun, dalam penelitian lainnya pada tahun 2013 di SMPN 3 Samalantan, tingkat minat siswa dalam pembelajaran Penjas rata-rata 40,31% dalam kategori sangat baik.

Minat belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, sarana dan prasarana, lingkungan belajar dan jenis aktivitas belajar. Sebuah penelitian menemukan bahwa jenis aktivitas dalam pembelajaran Penjas berpengaruh cukup besar untuk menarik minat siswa. Maka dari itu pembelajaran Penjas harus dikemas sedemikian rupa untuk dapat menarik minat siswa dalam mengikuti pembelajaran Penjas dengan sungguh-sungguh dan aktif sehingga tujuan Penjas dapat terwujud.

Permainan kasti memiliki aturan menang dan kalah memiliki peluang untuk mengembangkan perilaku sosial anak. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh model cooperative learning dalam pembelajaran permainan kasti terhadap perilaku sosial dan minat belajar siswa di SMA PASUNDAN 2 Bandung.

B. Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa dalam pembelajaran penjas dipengaruhi oleh beberapa faktor, maka beberapa masalah yang timbul dalam pembelajaran penjas dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Secara umum kebanyakan siswa kurang memiliki prilaku sosial kurang baik khususnya rasa disiplin dan kerjasama yang masi perlu ditingkatkan 2. Rendahnya perilaku sosial siswa sehingga keberhasilan pembelajaran yang

(11)

6

3. Kurangnya inovasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya dalam meningkatkan kelincahan untuk membuat siswa aktif bergerak. 4. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran

cooperative learning terhadap minat belajar Penjas siswa?

C. Rumusan Masalah

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data, dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran cooperative learning dengan kelompok pembelajaran konvensional dalam pembelajaran permainan kasti terhadap perilaku sosial siswa?

2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara model pembelajaran cooperative learning dengan kelompok pembelajaran konvensional dalam pembelajaran permainan kasti terhadap minat belajar siswa?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban terhadap masalah yang telah dirumuskan sesuai dengan latar belakang masalah. Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui tentang pengaruh model cooperative learning dengan menggunakan pembelajaran permainan kasti terhadap prilaku sosial dan minat belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

(12)

7

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kontribusi bagi pembelajaran di sekolah, meningkatkan ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan dalam aspek pembelajaran terutama pada pembelajaran penjas.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru dapat dijadikan acuan oleh para guru pendidikan jasmani guna memperbaiki pembelajaran disekolah.

b. Bagi sekolah/lembaga memberikan keleluasan kepada guru untuk menciptakan permainan dan teknik pembelajaran penjas.

(13)
(14)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Cooperative learning lebih memberikan pengaruh yang nyata di bandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam permainan kasti terhadap perilaku sosial siswa.

2. Model Pembelajaran Cooperative learning lebih memberikan pengaruh yang nyata di bandingkan dengan model pembelajaran konvensional dalam permainan kasti terhadap minat belajar siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas bagi pengajar yang belum menerapkan model pembelajaran cooperative learning maka ada baiknya menerapkan model tersebut untuk meningkatkan perilaku sosial dan minat belajar siswa dalam pembelajaran penjas.

1. Untuk guru pendidkan jasmani, dengan hasil penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative laerning memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap peningkatan perilaku sosial dan minat belajar siswa dalam keterampilan permainan kasti, sehingga penulis menyerankan untuk menggunakan model pembelajaran cooperative learning pada pembelajaran pendidkan jasmani.

(15)

71

3. Perlu diadakan publikasi penggunaan model pembelajaran cooperative learning kepada para guru penjas dan orang-orang yang terkait dengan

dunia pendidikan.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Skills Needed at Different Managerial Levels Human Skills Conceptu al Skills Technical Skills Top Managers Middle Managers Low-Level Managers. *Dark color = necessary to

10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan

BERBAHAN MOCAF, BIT DAN KOLANG-KALING ” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dimanfaatkan, namun lebih jeli dalam memilih sumber belajar yang sesuai dengan. materi ajar

Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, total luas daun, bobot kering tajuk, bobot kering akar, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, jumlah

“Bagaimana Perilaku Sosial Remaja Tunadaksa yang Menggunakan Jejaring Sosial ” khusunya remaja tunadaksa yang menggunakan facebook. Kemudian dari. fokus penelitian yang

[r]

Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |