• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman spesies rayap tanah di jakarta barat dan jakarta timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaman spesies rayap tanah di jakarta barat dan jakarta timur"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH

DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR

KARA GUS LANTERA

E24100090

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

(4)

ABSTRAK

KARA GUS LANTERA. Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Dibimbing oleh DODI NANDIKA.

Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan wilayah dengan pertumbuhan infrastruktur, termasuk bangunan gedung yang paling tinggi di Indonesia. Sejalan dengan itu frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut juga sangat tinggi. Namun demikian potensi bahaya serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut belum pernah dikaji secara ilmiah, termasuk keragaman spesies rayapnya. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengetahui keragaman spesies rayap tanah dan karakteristik tanah sebagai habitat rayap di Jakarta Barat dan Jakarta Timur. Pengumpulan spesimen rayap di masing-masing kota dilakukan di tiga kecamatan contoh dan enam kelurahan contoh yang dipilih secara acak. Di setiap kelurahan contoh, lima kayu umpan yang terbuat dari kayu pinus (Pinus merkusii) berukuran 2 x 2 x 40 cm berkadar air ± 18% dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah. Spesimen rayap tanah yang menyerang kayu umpan diidentifikasi dengan menggunakan kunci pengenalan spesies rayap dari Ahmad (1958). Dari masing-masing kelurahan contoh juga diambil contoh tanahnya untuk dianalisis tekstur, kadar air, pH, dan kandungan C-organiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Jakarta Barat dan Jakarta Timur sekurang-kurangnya terdapat empat spesies rayap tanah yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner ( Isoptera : Termitidae), dan Capritermes mohri Kemner (Isoptera : Termitidae). M. Inspiratus merupakan spesies yang paling tinggi frekuensi keberadaannya yaitu di enam kelurahan contoh, disusul oleh M. gilvus yang ditemukan di empat kelurahan contoh, serta C. curvignathus dan C. mohri yang masing-masing ditemukan di satu kelurahan contoh. Keberadaan rayap tanah C. curvignathus di Jakarta Timur (khususnya di Kelurahan Cililitan) patut mendapat perhatian mengingat spesies rayap tersebut merupakan spesies terpenting sebagai perusak kayu dan bangunan di Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa karakteristik tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur memang sesuai sebagai habitat rayap tanah.

(5)

ABSTRACT

KARA GUS LANTERA. Species Diversity of Subterranean Termites in West Jakarta and East Jakarta. Supervised by DODI NANDIKA.

DKI Jakarta and its surrounding areas is a region with a fastest growing infrastructure development, including in building construction. In addition the frequency of termite attack on buildings in the region are also very high. However, the termite hazard risk in the region have not been studied scientifically, including its termite species diversity. A study was conducted to determine the diversity of subterranean termites species in West Jakarta and East Jakarta as well as the soil characteristics. In each city, termite specimens was collected in three districts and six sub districts (villages) randomly. In each village, five baits made of pine wood (2 x 2 x 40 cm, MC ± 18%) were buried verticaly. Specimens of the subterranean termites which attack bait wood were collected, and then identified according to Ahmad (1958). Soil sample was also taken from each village for texture, moisture content, pH, and C-organic content analysis. The results showed that in West Jakarta and East Jakarta there were at least four subterranean termites species i.e. Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner (Isoptera: Termitidae), and Capritermes mohri Kemner (Isoptera: Termitidae). Termite species which has highest frequency of distribution was M. inspiratus, followed by M. gilvus, C. curvignathus and C. mohri respectively. It was also revealed that in Cililitan Village there was a subterranean termite C. curvignathus. This species was known as the most important wood destroying termite in Indonesia. Therefor the presence of these species should be considered in developing termite control system in Cililitan village and its surounding areas. The results also indicate that the soil characteristics in West Jakarta and East Jakarta is very suitable as subterranean termites habitat.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KERAGAMAN SPESIES RAYAP TANAH

DI JAKARTA BARAT DAN JAKARTA TIMUR

KARA GUS LANTERA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Skripsi : Keragaman Spesies Rayap Tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur

Nama : Kara Gus Lantera NIM : E24100090

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta pada bulan Mei sampai Juli 2014 tentang keragaman spesies rayap tanah perusak kayu di kedua daerah tersebut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Dodi Nandika, MS yang telah memberikan arahan dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan penghargaan kepada teman-teman THH 47, terutama Fauzan, Alif, Yogie, Alfi, Ratih dan Qistya yang telah membantu penelitian dan penyusunan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

1.Karakteristik tanah pada masing-masing kecamatan di Jakarta Barat dan

Jakarta Timur 10

DAFTAR GAMBAR

1 Cara pemasangan kayu umpan 3

2 Frekuensi keberadaan masing-masing spesies rayap tanah di kelurahan

contoh 5

3 Keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan JakartaTimur 5 4 Kasta prajurit mayor M. gilvus (Perbesaran 10x) 7 5 Kasta prajurit minor M. gilvus (Perbesaran 10x) 7 6 Kasta prajurit M. inspiratus (Perbesaran 10x) 8

7 Kasta prajurit C. mohri (Perbesaran 10x) 8

8 Kasta prajurit C. curvignatus (Perbesaran 10x) 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nama kecamatan contoh dan kelurahan contoh 15

2 Lokasi pemasangan umpan di masing-masing kelurahan contoh 16 3 Sistem pemberian nilai (scoring) pada setiap peubah dalam proses

penilaian kelas bahaya serangan rayap 17

4 Klasifikasi Kelas Bahaya serangan rayap tanah 18 5 Spesimen rayap tanah yang menyerang kayu umpan di kelurahan

contoh 19

6 Sebaran geografis keberadaan rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta

Timur 20

7 Morfologi kepala spesies rayap tanah yang ditemukan di Jakarta Barat

dan Jakarta Timur 21

8 Jenis tanah di kecamatan contoh 22

9 Total skor peubah bahaya serangan rayap tanah dan Kelas Bahaya

rayap tanah di kelurahan contoh 23

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tanggal 2 Mei 2013 Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menerbitkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap Pada Bangunan Gedung Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penerbitan peraturan gubernur tersebut dapat dimaknai sebagai suatu konfirmasi bahwa frekuensi dan intensitas serangan rayap pada bangunan gedung di Provinsi DKI Jakarta, termasuk bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sangat tinggi. Nandika et al. (2003) melaporkan bahwa rata-rata frekuensi serangan rayap pada bangunan rumah di Jakarta mencapai lebih dari 70%. Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan serangga tersebut bukan saja terjadi pada konstruksi bangunan seperti kusen pintu dan jendela, plafon, gording, atap, termasuk kuda-kuda, kaso dan reng, tetapi juga terjadi pada isi bangunannya seperti mebel, dokumen, arsip dan barang berharga lainnya. Kerusakan tersebut bukan saja terjadi pada bangunan gedung sederhana, tetapi juga bangunan bertingkat tinggi yang berfungsi sebagai kantor, hotel, apartemen dan pusat perbelanjaan. Rilatupa (2007) melaporkan bahwa rayap tanah Coptotermes cruvignathus ditemukan menyerang berbagai komponen bangunan di Tower 3 dan Tower 4 Apartemen Rasuna di Jakarta Selatan. Eaton dan Hale (1993) menyatakan bahwa spesies-spesies rayap tanah merupakan hama yang sering menimbulkan kerusakan hebat dan kerugian besar pada produk-produk yang terbuat dari kayu.

Prasetiyo dan Yusuf (2005) menyatakan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung di Indonesia mencapai Rp 224 milyar sampai Rp 238 milyar per tahun. Sementara itu Safaruddin (1994) melaporkan bahwa kerugian akibat serangan rayap pada bangunan gedung di Jakarta Barat dan Jakarta Timur pada tahun 1994 mencapat Rp 67,57 Milyar. Nilai kerugian tersebut diduga akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di perkotaan, termasuk di Provinsi DKI Jakarta yang mendorong perubahan ekosistem alami di wilayah tersebut. Kondisi ini menurut Robinson (1996) ditunjang oleh kemampuan rayap untuk beradaptasi dengan lingkungan perkotaan (urban environment). Kondisi tersebut jelas sangat mungkin terjadi di kota-kota besar di Indonesia termasuk di Jakarta Barat dan Jakarta Timur yang merupakan dua wilayah kota dengan intensitas pembangunan infrastruktur pemukiman tertinggi di Provinsi DKI Jakarta.

(12)

2

Jakarta Nomor 35 Tahun 2013, sekaligus bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pemilihan metode pengendalian rayap yang tepat guna.

Perumusan Masalah

Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan wilayah yang pertumbuhan infrastrukur pemukimannya sangat tinggi dengan nilai investasi yang sangat besar. Sejalan dengan itu frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung di wilayah tersebut juga sangat tinggi. Bahkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menerbitkan Peraturan Gubernur untuk mengendalikan serangan rayap pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Namun demikian informasi tentang keragaman spesies rayap, khususnya rayap tanah di wilayah tersebut sangat langka. Hal ini kurang mendukung implementasi sistem pengendalian rayap yang tepat guna di wilayah tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta serta karakteristik tanah sebagai habitat rayap di wilayah tersebut dan juga Kelas Bahaya serangan rayap.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya Dinas Perumahan dan Gedung, serta Biro Sarana dan Prasarana, Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk menindaklanjuti Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 sekaligus menyusun standar teknis pengendalian rayap pada bangunan gedung milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

3

METODE

Pemilihan Kelurahan Contoh

Di Jakarta Barat dan Jakarta Timur dipilih tiga kecamatan contoh secara acak. Selanjutnya di masing-masing kecamatan contoh dipilih dua kelurahan contoh secara acak. Dengan demikian di kedua kota tersebut dipilih 12 kelurahan contoh (6 di Jakarta Barat dan 6 di Jakarta Timur). Nama Kecamatan contoh dan kelurahan contoh selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Pengumpulan Spesimen Rayap

Untuk mengetahui spesies rayap tanah yang ada di masing-masing kelurahan contoh dilakukan pengumpulan spesimen rayap dengan teknik pengumpanan. Kayu umpan terbuat dari kayu Pinus merkusii berukuran 2 x 2 x 40 cm dengan kadar air ± 18%. Di masing-masing kelurahan contoh dipasang lima kayu umpan dengan jarak antar kayu umpan tiga meter (posisi geografis lokasi pemasangan kayu umpan disajikan pada lampiran 2). Setiap kayu umpan dibenamkan secara vertikal ke dalam tanah, setengah bagian panjangnya berada di bawah permukaan tanah (Gambar 1). Setelah tiga bulan, setiap kayu umpan dicabut dari tanah dan diperiksa apakah terserang rayap atau tidak. Spesimen rayap terutama kasta prajurit yang ditemukan pada masing-masing kayu umpan dimasukan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol 70%.

(14)

4

Identifikasi Spesies Rayap

Masing-masing spesimen rayap (kasta prajurit) dari setiap kelurahan contoh diidentifikasi di Laboratorium Rayap, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB dengan menggunakan kunci pengenalan rayap dari Ahmad (1958). Bersamaan dengan proses identifikasi tersebut, dilakukan juga pengamatan morfologi spesimen rayap dari masing-masing kelurahan contoh, terutama panjang tubuh, panjang kepala, jumlah ruas antena. Setiap pengukuran dilakukan tiga kali pada tiap spesimen rayap dari botol koleksi yang sama.

Analisis Karakteristik Tanah dan Cuaca

Dari masing-masing kecamatan contoh diambil contoh tanahnya kemudian dianalisis di Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian IPB untuk mengetahui tekstur, kadar air, pH, dan kandungan C-organik tanah tersebut. Sementara itu karakteristik cuaca (suhu udara,kelembaban udara dan curah hujan) di masing-masing kecamatan contoh ditinjau dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Penentuan Kelas Bahaya Serangan Rayap

Pada masing-masing kelurahan contoh ditentukan kelas bahaya serangan rayap pada bangunan gedung dengan mengacu kepada metode penilaian resiko serangan rayap yang dikembangkan oleh Nandika (2014). Metode tersebut didasarkan atas pemberian nilai (scoring) terhadap peubah spesies rayap, tanah, dan cuaca di masing-masing kelurahan contoh (Lampiran 3 dan 4).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaman Spesies Rayap Tanah

(15)

5

(Gambar 3). Tingginya keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Timur diduga terkait dengan kadar air tanah (52%-58%), kadar c-organik (2.0%-2.5%) dan kandungan pasir (27.16%-29.21%) yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan Jakarta Barat. Lebih daripada itu, di Jakarta Timur (khususnya di Kelurahan Cililitan) juga ditemukan spesies rayap tanah yang dikenal sebagai spesies terpenting sebagai perusak kayu dan bangunan di Indonesia yaitu Coptotermes curvignathus. Keberadaan rayap ini patut diwaspadai karena sangat besar potensi ancamannya terhadap bangunan gedung di sekitar habitatnya.

Gambar 2 Frekuensi keberadaan masing-masing spesies rayap tanah di kelurahan contoh .

(16)

6

Tarumingkeng (1971) mengatakan bahwa rayap tanah bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. C.curvignathus dikenal sebagai spesies rayap yang sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa sentimeter. Rayap ini memiliki daya serang paling tinggi, bahkan serangannya dapat mencapai lantai 26 gedung bertingkat. Rayap ini pertama ditemukan oleh Holmgren pada tahun 1913 dari spesimen yang diperolehnya di Singapura. C. curvignathus memiliki perilaku yang sama dengan Coptotermes lainnya yaitu mengeluarkan cairan putih dari suatu lubang ubun-ubunnya (fontanel) ketika terancam oleh musuh (Kalshoven 1981). Cairan ini yang kemungkinan berfungsi sebagai cairan pertahanan diri (Harris 1961). Sementara itu keberadaan M. gilvus, M. inspiratus dan C. mohri juga tidak dapat diabaikan sebagai perusak kayu dan bangunan yang cukup penting, walaupun tidak seganas C. curvignathus.

Nandika et al. (2003) mengatakan bahwa berdasarkan pengalaman selama lebih dari dua puluh tahun terakhir, rayap merupakan faktor perusak kayu dan bangunan yang paling mengganggu. Rayap mampu merusak konstruksi bangunan gedung hingga kabel-kabel listrik dan juga barang lainnya. Pengetahuan teknis dan pengalaman diperlukan untuk menentukan adanya serangan rayap di dalam suatu bangunan, khususnya ketika serangan masih pada tingkat awal. Strategi yang digunakan untuk perlindungan bangunan dari serangan rayap tanah meliputi tindakan pencegahan dan penanggulangan serangannya sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 35 Tahun 2013 tentang Pedoman Penanggulangan Bahaya Rayap Pada Bangunan Gedung Milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Morfologi Rayap

Macrotermes gilvus Hagen

Spesies rayap tanah ini termasuk kedalam famili Termitidae, memiliki dua tipe kasta prajurit yaitu kasta prajurit mayor dan kasta prajurit minor. Kepala kasta prajurit berwarna coklat tua. Mandibel berkembang dan berwarna hitam dengan bagian ujung melengkung. Antena terdiri dari 17 ruas. Nandika (2014) mengatakan bahwa spesies ini termasuk dalam famili Termitidae yang sangat umum ditemukan di Asia Tenggara. Di Indonesia spesies rayap ini hampir ditemukan di seluruh pulau, termasuk di Papua.

(17)

7

Gambar 4 Kasta prajurit mayor M. gilvus (Perbesaran 10x)

Gambar 5 Kasta prajurit minor M. gilvus (Perbesaran 10x)

Microtermes inspiratus Kemner

(18)

8

Gambar 6 Kasta prajurit M. inspiratus (Perbesaran 10x)

Capritermes mohri Kemner

C.mohri termasuk kedalam famili Termitidae. Pada kepala terdapat bulu-bulu keras agak jarang dan letaknya tersebar. Panjang kepala dengan mandibel 1.149 ± 0.018 mm, panjang tubuh termasuk kepala 1.912 ± 0.266 mm. Lebar kepala 0.733 ± 0.077 mm. Bentuk mandibel sangat tidak simetris, mandibel sebelah kiri sangat melengkung di tengah seperti kait sementara mandibel kanan tidak, antena terdiri dari 14 ruas (Gambar 7).

Gambar 7 Kasta prajurit C. mohri (Perbesaran 10x)

Coptotermes curvignatus Holmgren

(19)

9 untuk pertahanan diri). Antena terdiri dari 15 ruas (Gambar 8). Nandika (2014) mengatakan bahwa rayap ini sangat umum ditemukan di Asia Tenggara, bahkan sampai Jepang. Spesies rayap ini menyerang bangunan gedung dan juga perkebunan kelapa sawit. Bakti (2002) menyatakan bahwa keberadaan C. curvignathus di ekosistem perkebunan kelapa sawit lebih dominan dibandingkan di ekosistem hutan.

Mandibel berbentuk seperti arit. Panjang kepala dengan mandibel 0.483 ± 0.233 mm, panjang tubuh termasuk kepala 1.644 ± 0.289 mm dan lebar kepala 0.259 ± 0.03 mm. Abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri berwarna putih kekuningan.

Gambar 8 Kasta prajurit C. curvignatus (Perbesaran 10x)

Morfologi kepala dari keempat spesies rayap ini disajikan pula pada Lampiran 7

Karakteristik Tanah

. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanah di enam kecamatan contoh terdiri dari aluvial kelabu, latosol merah dan latosol coklat kemerahan. Karakteristik tanah pada masing-masing kecamatan terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (1982), jenis tanah di Jakarta Timur dan Barat adalah Latosol Merah, Aluvial Coklat, Latosol coklat Kemerahan, Latosol Merah dan Aluvial Kelabu dengan kondisi tanah bertekstur halus dan drainase baik. Berdasarkan data pada Tabel 1, karakteristik tanah pada semua kecamatan sudah sesuai dengan habitat hidup rayap tanah. Nandika et al. (2003) mengatakan bahwa tanah bagi rayap berguna sebagai tempat hidup dan dapat mengisolasi diri dari suhu serta kelembaban yang sangat ekstrim. Rayap tanah pada umumnya menyukai tanah yang mengandung liat dan tidak menyukai tanah berpasir karena minim kandungan bahan organik. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, curah hujan, kelembaban relatif, dan suhu udara di Jakarta Barat dan Jakarta Timur secara berurut-urut sebesar >2000 mm, 54-93 %, dan >25ºC.

(20)

10

tanah pada umumnya senang tinggal di tanah yang dekat sumber makanan, seperti dekat batang tumbang, tinggal pada serpihan kulit kayu dengan kondisi tanah yang kaya akan bahan organik dan ber pH sedang (Lee and Wood 1971). Tabel 1 Karakteristik tanah pada masing-masing kecamatan di Jakarta Barat dan

Jakarta Timur

Bahan organik tanah merupakan kumpulan dari tanaman yang terurai dan hasil pelapukan serta sisa-sisa binatang, bahan organik yang terkandung di permukaan tanah berkisar dari 0,5-5% (Darusman, 1989). Rayap tanah pada umumnya tinggal di dalam tanah dengan kondisi lingkungan yang tropis, spesiesnya banyak di dataran rendah yang memiliki hutan hujan (Collins 1983).

Faktor lingkungan seperti curah hujan, temperatur dan kelembabannya dapat mempengaruhi kegiatan dan perilaku rayap. Curah hujan merupakan pemicu perkembangan eksternal dan mampu merangsang keluarnya kasta reproduksi dari sarang. Perubahan kelembaban mempengaruhi aktivitas penjelajahan rayap, kelembaban rendah membuat rayap bergerak menuju daerah yang suhunya lebih rendah. Suhu lingkungan dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup rayap, suhu optimum bagi kehidupannya sekitar 15-38ºC. Menurut French (1996), aktivitas makan rayap akan turun seiring dengan menurunnya suhu, sebaliknya pada suhu panas, aktivitas makan rayap akan semakin meningkat.

Kota/Kecamatan Contoh Jenis Tanah KA Pasir Liat Debu

(21)

11

Kelas Bahaya Serangan Rayap

Mengacu kepada kriteria penilaian resiko serangan rayap yang dikembangkan oleh Nandika (2014), maka wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur dapat dikategorikan kedalam dua kelas bahaya serangan rayap yaitu Kelas Bahaya I dan Kelas Bahaya II. Kelas Bahaya I merupakan wilayah yang sangat beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap tanah pada bangunan gedung dan Kelas Bahaya II merupakan wilayah yang cukup beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap tanah pada bangunan gedung. Kelurahan Cililitan tergolong Kelas Bahaya I (skor 24) karena di kelurahan tersebut terdapat spesies C. curvignathus yang merupakan rayap yang sangat agresif menyerang bangunan gedung. Di samping itu pH tanah di kelurahan tersebut paling mendekati netral (5.3) dibandingkan dengan pH tanah di kelurahan lainnya. Kesebelas kelurahan lainnya termasuk Kelas Bahaya II (skor 22). Penjelasan kelas bahaya serangan rayap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.

Simpulan dan Saran

Simpulan

Jakarta Barat dan Jakarta Timur sekurang-kurangnya terdapat empat spesies rayap tanah yaitu Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera : Termitidae), Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera : Rhinotermitidae), Microtermes inspiratus Kemner ( Isoptera : Termitidae) dan Capritermes mohri Kemner (Isoptera : Termitidae). M. Inspiratus merupakan spesies yang paling tinggi frekuensi keberadaannya yaitu ditemukan di enam kelurahan contoh, disusul oleh M. gilvus, serta C. curvignathus dan C. mohri yang masing-masing ditemukan di satu kelurahan contoh. Karakteristik tanah di seluruh kelurahan contoh sangat sesuai sebagai habitat keempat spesies rayap tanah tersebut di atas. Kelurahan Cililitan termasuk kedalam Kelas Bahaya I yang harus diwaspadai.

Saran

(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad M. 1958. Key to the indomalayan termite dalam biologia. Lahore. 4: 1-2. [BBSDLP] Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 1982. Laporan

Survey Lapang Jakarta-Bogor. Bogor.

Bakti D. 2002. Kajian aspek biologi Coptotermes curvignathus Holmgren sebagai dasar pengendalian rayap pada pertanaman kelapa sawit. [Disertasi]. Tidak diterbitkan. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. Collins NM. 1983. The Utilzation of Nitrogen Resources by Termites (Isoptera):

Nitrogen as an Ecological Factor. Oxford (GB): Blackwel Scientific Publication Ltd.

Collins NM. 1989. Termites in Leith H and Werger MAJ (eds.), tropical rain forest ecosystems, biogeographical and ecological studies. Elseveir. 455-471.

Darusman KL. 1989. Kimia Fisik Tanah. Bogor (ID): Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat IPB.

Eaton RA, Hale MDC. 1993. Wood Decay, Pests and Protection Chapman & Hall. London (GB): Academic Press.

French JRJ. 1996. Subterranean termite, Reticulitermes spp (Isoptera: Rhinotemitidae), colony response to baiting with hexaflumuron using prototype commercial termite baiting system. Journal of Entomological Science. 31: 143-151.

Harris MV. 1961. Termites, Their Recognition, and Control. New York (US): Longmans.

Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised and Translated by Vanderlaan. Jakarta (ID): PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.

Lee KE, Wood TG. 1971. Termites and Soil. London (GB) : London Academic Press.

Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta (ID): Muhammadiyah University Press.

Nandika D. 2014. Rayap: Hama Baru di Kebun Kelapa Sawit. Bogor (ID): South East Asia Regional Centre for Tropical Biology.

Prasetiyo KW, Yusuf S. 2005. Mencegah dan Membasmi Rayap Secara Ramah Lingkungan dan Kimiawi. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Rilatupa J. 2007. Pendugaan indeks kondisi konstruksi akibat serangan rayap pada komponen bahan berkayu bangunan tinggi [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Robinson WH. 1994. Producing and applying termicide foam. Pest Management. 12: 20-22.

Safarudin. 1994. Kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada bangunan perumahan di dua wilayah DKI Jakarta (Kotamadya Jakarta Barat dan Jakarta Timur) [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

(23)
(24)

14

(25)

15

Lampiran 1 Nama Kecamatan Contoh dan Kelurahan Contoh

Kota Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh

Jakarta Barat 1. Palmerah 1.1. Slipi 1.2. Palmerah 2. Kalideres 2.1. Kamal

2.2. Kalideres

3. Kembangan 3.1. Kembangan Utara

3.2. Kembangan Selatan

Jakarta Timur 1. Ciracas 1.1. Ciracas

1.2. Cububur 2. Kramat Jati 2.1. Cililitan

2.2. Kramat Jati 3. Duren Sawit 3.1. Duren Sawit

(26)

16

(27)

17 Lampiran 3 Sistem pemberian nilai (scoring) pada setiap peubah dalam proses

penilaian Kelas Bahaya serangan rayap (Nandika 2014)

Peubah Rayap Kondisi Skor

Spesies

Peubah Tanah Kondisi Skor

Kedalaman Air Permukaan

Peubah Cuaca Kondisi Skor

(28)

18

Lampiran 4 Klasifikasi Kelas Bahaya serangan rayap tanah

JS* = (∑X1) + (∑X2) + (∑X3)

Dimana : JS = Jumlah skor peubah tingkat resiko serangan rayap X1 = Skor peubah spesies

X2 = Skor peubah tanah X3 = Skor peubah cuaca

Nilai Jsi* Kelas Bahaya Rayap Makna

> 22 I Wilayah dengan ancaman bahaya serangan sangat tinggi

18-22 II Wilayah dengan ancaman bahaya serangan tinggi

(29)

19 Lampiran 5 Spesimen rayap tanah yang menyerang kayu umpan di kelurahan

contoh

Kota/Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh Spesies Rayap I.Jakarta Timur

1.Kecamatan Ciracas 1.1 Ciracas M.inspiratus

1.2 Cibubur M.gilvus

2.Kecamatan Kramat Jati 2.1 Cililitan C.curvignathus

2.2 Kramat Jati M.inspiratus

3.Kecamatan Duren Sawit 3.1 Duren Sawit M.gilvus

3.2 Pondok Bambu C.mohri

II.Jakarta Barat

1.Kecamatan Palmerah 1.1 Slipi M.inspiratus

1.2 Palmerah M.gilvus

2.Kecamatan Kalideres 2.1 Kamal M.inspiratus

2.2 Kalideres M.gilvus

3.Kecamatan Kembangan 3.1 Kembangan Utara M.inspiratus

(30)

20

(31)

21 Lampiran 7 Morfologi kepala spesies rayap tanah yang ditemukan di Jakarta

(32)

22

(33)

23 Lampiran 9 Total skor peubah bahaya serangan rayap tanah dan Kelas Bahaya

rayap tanah di kelurahan contoh

Kota/Kecamatan Contoh Kelurahan Contoh Total Skor Kelas Bahaya

Berdasarkan Kriteria Penilaian Bahaya Serangan Rayap Tanah Yang Dikembangkan Oleh Nandika (2014)

Keterangan :

I. Wilayah yang sangat beresiko terhadap kemungkinan serangan rayap pada bangunan gedung

(34)

24

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Februari 1992 dari ayah Agus Suhendar dan ibu Cahaya Rangkuti. Penulis merupakan anak tunggal. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Kesatuan Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor ( IPB) melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) dan diterima di Departemen Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan.

Gambar

Gambar 1 Cara pemasangan kayu umpan
Gambar 3 Keragaman spesies rayap tanah di Jakarta Barat dan Jakarta Timur
Gambar 4 Kasta prajurit mayor M. gilvus (Perbesaran 10x)
Gambar 6 Kasta prajurit M. inspiratus (Perbesaran 10x)
+3

Referensi

Dokumen terkait

(1) Rancangan berita acara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (6) beserta lampirannya ditetapkan menjadi berita acara kesepakatan hasil musrenbang RKPD

• Kesesatan berpikir material jenis ini terjadi jika orang menampilkan argumentasi yang terlihat meyakinkan untuk memaksakan diterimanya suatu kesimpulan tertentu, padahal

Query yaitu suatu objek database yang digunakan untuk memasukkan data yang berupa rumus, selain itu query juga dapat digunakan untuk bekerja dengan dua table

PT LATINUSA tidak bertanggung jawab atas kiriman pesan atau transaksi yang masuk melalui jaringan jasa ini sebagai akibat dari akses yang dilakukan oleh pihak yang tidak berhak,

Analisis yang dilakukan menggunakan Crosstab Analysis yang menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi untuk mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada korelasi atau

Sheet pile wall merupakan sejumlah sheet pile yang disusun sebaris, saling mengunci satu sama lain sehingga membentuk suatu konstruksi dinding penahan tanah

Pada dasarnya daya kerja antibiotik dapat dikategorikan menjadi 4 cara, yaitu : (1) Hambatan sintetis dinding sel, obat- obat antibiotika yang mempunyai daya kerja

Hasil penelitian didapatkan nilai RRMSE dari model Small Area Estimation lebih kecil daripada nilai RRMSE estimasi langsung, hal ini menunjukkan bahwa model Small Area Estimation