• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DI WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Ranti Puspita Sari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DI WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR) Ranti Puspita Sari"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

KONSEP PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DI WILAYAH PROVINSI DKI JAKARTA

Hak-hak atas tanah menurut UUPA ke dalam Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah dan Hak Memungut Hasil Hutan serta Hak-hak lainnya yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas dan hak-hak yang sifatnya sementara, dimaksudkan untuk memberikan hak atas tanah berdasarkan peruntukkannya dan subjek yang memohon hak atas tanah tersebut. Akibat belum terlaksananya pembangunan atau penggunaan tanah tersebut sesuai dengan peruntukkannya, maka tanah yang bersangkutan dapat dianggap sebagai tanah yang diterlantarkan oleh pemegang hak.

Permasalahan dalam tesis ini yaitu, bagaimana pelaksanaan penertiban terhadap tanah terlantar di Wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Bagaimana konsep penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar di Wilayah Propinsi DKI Jakarta. Tujuannya yaitu, untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan penertiban terhadap tanah terlantar di Wilayah Provinsi DKI Jakarta serta mengkaji dan menganalisis konsep penertiban dan pendayagunaan Tanah Terlantar di Wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Metode yang digunakan adalah Socio Legal. Spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis, sumber dan jenis data menggunakan data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi lapangan dan studi kepustakaan sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif.

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan, pelaksanaan penertiban terhadap tanah terlantar di Wilayah Provinsi DKI Jakarta faktanya belum terlaksana hanya di jadikan tanah terindikasi terlantar, dengan reforma agraria dapat mewujudkan keadilan termasuk kesetaraan gender dalam penguasaan, pemilikan, penggunaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya agraria/sumber daya alam. Sesuai dengan Pasal 1 ayat 10 Per Ka BPN RI Nomor 4 Tahun 2010 Jo Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Penertiban Tanah Terlantar. Konsep penertiban dan pendayagunaan tanah terlantar di Wilayah Propinsi DKI Jakarta belum ada pendayagunaan karena tanah di wilayah ini masih terindikasi, dengan menggunakan konsep keadilan sosial dalam penertiban tanah terindikasi terlantar sebagai memberikan landasan bagi setiap orang untuk mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk menerima bagian manfaat tanah baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.

Atas dasar uraian tersebut, Penulis memberikan saran untuk pemerintah hendaknya menyempurnakan TAP MPR No.IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam menjadi sebuah undang-undang yang berlaku di Indonesia sebagai pembaharuan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.Dalam pendayagunaan tanah terlantar, pemerintah (Badan Pertanahan Nasional RI) hendaknya membuat kebijakan tentang tata cara pendayagunaan tanah terlantar yang dapat dipakai sebagai pedoman teknis, sehingga tanah-tanah terlantar dapat dimanfaatkan secara optimal dalam memperbaiki keadaan sosial ekonomi masyarakat.

(2)

viii ABSTRACT

CONTROLLING AND UTILIZATION CONCEPT OF WASTELAND IN DKI JAKARTA PROVINCE

Land rights based on UUPA are for ownership, Right to business, right to build, right to use, right to rent, eploitation, right to get forest product, and also other rights which are excluded the right above and temporary right, to give right on the land based on its allocation and person who is asking for the land. Due to the development and utilization have not been implemented as its allocation, the related land can be considerate as wasteland by the right holder.

The issues in this tesis are: how to control the wasteland in DKI Jakarta Province and what is the concept of controlling and utilization of wasteland in DKI Jakarta Province. The aims are to know and analyze controlling implementation of wasteland in DKI Jakarta Province and also examining and analyzing the concept of analyzing and utilization of wasteland in DKI Jakarta Province.

The writer used Socio Legal Methode in this research. Research specification is analytic descriptive. Its source and kind of data used primary and secondary datas by field study and literature study while technic of analysis data used qualitative analysis.

Based on the discussion can be concluded that the controlling implementation on wasteland in DKI Jakarta Province has not implemented, it is just be wastedland, by reforma agraria can achieve justice included gender equality in possession, property, utilization, exploitation, and maintenance agrarian resource / natural resource.

On the explanation above, the writer suggested that the government has to accomplish TAP MPR Number IX/MRP/2001 on agrarian renewing and resource management as Indonesian law as the renewing of agrarian included a continous process related to reordering of possession, property, utilization and exploitation of agrarian resource, executed in achieving certainty law protection also justice and prosperity of all Indonesian people. In utilization of wasteland, the government (National Land Agency Republic of Indonesia) has to create a policy on procedure of wasteland utilization which is used as technical guidance, so that the wastelands can be used optimally in repairing social economy of society.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam jurnal ini, tidak ada landasan teori yang di terangkan di latar belakang masalah, meskipun jurnal ini mempunyai suatu tujuan yang sama, tapi penelitian ini membahas

1) Nilai-Nilai yang Dianut Bersama Nilai bersama digambarkan sebagai nilai-nilai yang dianut bersama yang mengacu kepada cita-cita dan tujuan bersama. Intinya, nilai bersama

Dari berbagai kekurangan dan kendala yang ada pada siklus I, maka pada siklus II akan dilakukan upaya sebagai berikut: (1) guru dalam menyampaikan materi harus jelas, saat

Masa Baligh adalah sebuah fase baru dalam kehidupan setiap muslim yang harus dihadapi oleh mereka dengan bekal karakter kemandirian yang memadahi, dan karakter kemandirian ini

Ke depan, kebijakan Bank Indonesia pada tahun 2014 tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas perekonomian dan sistem keuangan melalui penguatan bauran kebijakan di bidang

Penulis tertarik untuk mengamati apakah perusahaan deterjen yang berlokasi di Tasikmalaya telah menetapkan anggaran penjualan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi,

Sensor Suhu DS18B20 Handcuff Sensor Tekanan MPX5050DP Arduino Uno R3 Pin Digital (8) Arduino Pin Analog (0) Arduino Fuzzy Tingkat Stres Tampil LCD Perhitungan Tekanan Darah Dan

Diseminasi Informasi Layanan Media Komunikasi Publik Melaksanakan Penyediaan Alat Tulis Kantor Melaksanakan Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor. Indikator : Indikator :