• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perspektif Aparatur Sipil Negara tentang Efektivitas dan Efisiensi Work from Anywhere

N/A
N/A
ixora Rams

Academic year: 2024

Membagikan "Perspektif Aparatur Sipil Negara tentang Efektivitas dan Efisiensi Work from Anywhere"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

89

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

PERSPEKTIF APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI WORK FROM ANYWHERE

PERSPECTIVE OF STATE CIVIL APPARATUS ON THE EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY OF WORK FROM ANYWHERE

Mai Damai Ria1, Kodar Hudiwasono2, Taufik Hidayat3

1,2,3 Biro Perencanaan dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional

1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

(Diterima 18 Oktober 2022, Direvisi 22 Desember 2022, Disetujui 11 Januari 2023)

Abstrak

Wacana pemberlakuan kebijakan Work from Anywhere (WFA) bagi para aparatur sipil negara (ASN) diklaim dapat meningkatkan kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan mendorong karyawan untuk memberikan performa terbaik. Wacana ini menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat memandang bahwa kinerja dan produktivitas aparatur sipil negara masih belum sesuai harapan sehingga dikhawatirkan sistem kerja WFA akan menghambat pelayanan publik. Sementara itu, pemerintah menilai kebijakan WFA mampu menciptakan efektivitas dan efisiensi. Dengan demikian perlu dilakukan kajian secara komprehensif terhadap wacana ini. Salah satu kajian yang dilakukan adalah perspektif dari ASN itu sendiri terhadap efektivitas dan efisiensi pelaksanaan WFA.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah survei terhadap aparatur sipil negara di tingkat pusat maupun daerah. Berdasarkan perspektif ASN, sistem kerja WFA lebih efektif dan efisien dibanding sistem kerja Work from Office (WFO). Efektivitas dan efisiensi pada WFA terutama pada dimensi biaya, jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan, kendala yang dihadapi, kenyamanan, pencapaian sasaran/tujuan, adaptasi kerja, metode kerja dan pelaksanaan standard operational procedure. Selain itu, mayoritas ASN lebih memilih bekerja dengan sistem WFA dengan persentase diatas 50%. Meski demikian tidak seluruh ASN yang memilih WFA menolak WFO, sebagian responden tidak keberatan bekerja dengan sistem WFA maupun WFO.

Kata kunci: aparatur sipil negara, efektivitas, efisiensi, bekerja dimanapun Abstract

Discourse on the implementation of the Work from Anywhere (WFA) policy for state civil servants (ASN) is claimed to be able to increase job satisfaction, organizational commitment, and encourage employees to give their best performance. This discourse raises the pros and cons. The community views that the performance and productivity of the state civil apparatus is still not as expected, so they are worried that the WFA work system will hamper public services. Meanwhile, the government assesses that the WFA

(2)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

90

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

policy is capable of creating effectiveness and efficiency. Thus it is necessary to conduct a comprehensive study of this discourse. One of the studies carried out is the perspective of the ASN itself on the effectiveness and efficiency of WFA implementation. This research use desciptive quantitative approach. The procedure used in data collection was a survey of state civil servants at the central and regional levels. Based on the ASN perspective, the WFA work system is more effective and efficient than the Work from Office (WFO) work system. Effectiveness and efficiency in WFA, especially in the dimensions of cost, the amount of work that can be completed, the obstacles encountered, convenience, achievement of goals/objectives, work adaptation, work methods and implementation of standard operational procedures. In addition, the majority of ASN prefer to work with the WFA system with a percentage above 50%. However, not all ASNs who choose WFA reject WFO, some respondents do not mind working with the WFA or WFO systems.

Keywords: state civil apparatus, effectiveness, efficiency, work from anywhere

PENDAHULUAN

Wacana Work From Anywhere (WFA) bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) kembali disampaikan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN). Plt Kepala BKN Bima Haria Wibisana mengatakan, WFA sangat mungkin diterapkan dalam birokrasi pemerintahan. Wacana WFA ini muncul karena praktik Work from Home (WFH) berjalan baik selama pandemi Covid-19.

Menurut Bima, setidaknya ada dua alasan mengapa WFA bisa diterapkan.

Pertama, era teknologi internet saat ini telah membuat segalanya semakin terhubung satu sama lain. Banyak studi menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas sebesar 47 persen ketika ASN melakukan WFH. Kedua, sumber daya manusia di instansi pemerintah yang semakin kompeten. Sumber daya ASN yang melek teknologi akan semakin bertambah kedepan lantaran akan terjadi fase bonus demografi pada 2030. Bonus demografi akan melahirkan generasi milenial dan generasi Z yang fasih dengan teknologi (Wibisana, 2020).

Wacana WFA ini menimbulkan pro dan kontra. Masyarakat memandang bahwa kinerja dan produktivitas ASN masih belum sesuai harapan sehingga dikhawatirkan sistem kerja WFA akan menghambat pelayanan publik, sebagaimana hasil kajian Hidayat Mustafid tentang peningkatan kinerja ASN melalui budaya organisasi (Mustafid, 2017). Sementara itu, pemerintah menilai kebijakan WFA mampu menciptakan efektivitas dan efisiensi (Amrynudin, 2022). Dengan demikian perlu dilakukan kajian secara komprehensif terhadap wacana ini. Salah satu kajian yang akan dilakukan adalah perspektif dari ASN itu sendiri terhadap efektivitas dan efisiensi pelaksanaan WFA. Hal ini dilakukan karena ASN adalah pelaksana dari kebijakan ini.

PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka 1. Efektivitas

Menurut Pekei (2016) , efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari

(3)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

91

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

organisasi. Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditentukan. Menurut Mardiasmo (2017) efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.

Apabila suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Steers (1999) mengatakan ukuran efektivitas adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan yang harus dipandang sebagai suatu proses. Oleh karena itu, agar pencapaian tujuan akhir semakin terjamin, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan terdiri dari beberapa hal, yaitu: a) kurun waktu dan sasaran yang merupakan target kongkrit; b) Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya.

Integrasi menyangkut proses sosialisasi;

c) Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian tenaga kerja.

Dalam menyusun pernyataan pada survei digunakan teori pengukuran efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M. Steers yaitu: Pencapaian Tujuan, Integrasi dan Adaptasi.

2. Efisiensi

Mubyarto & Hamid (1987) mengartikan efisiensi sebagai suatu tolak ukur dan digunakan untuk berbagai keperluan, perbandingan antara masukan terhadap keluaran. Apa saja yang dimasukkan dalam masukan, serta bagaimana angka perbandingan itu diperoleh, akan tergantung dari tujuan penggunaan tolok ukur tersebut.

Walaupun unsur-unsur yang menentukan efisiensi ada berbagai macam, namun penghematan pada nilai masukan akan sesuai dengan pemecahan masalah yang kita hadapi saat ini.

Yotopoulos dan Nugent (Tasman &

Aima, 2013) menyatakan bahwa efisiensi berhubungan dengan pencapaian output maksimum dari seperangkat sumber daya.

Menurut Ghiselli & Brown (1955) istilah efisiensi mempunyai pengertian yang sudah pasti, yaitu menunjukkan adanya perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input).

Sedangkan menurut Gie & Toha (1978) efisiensi adalah perbandingan terbaik antara suatu hasil dengan usahanya, perbandingan ini dapat dilihat dari dua segi berikut ini: a) Hasil: suatu kegiatan dapat disebut efisien, jika suatu usaha memberikan hasil yang maksimum.

Maksimum dari jenis mutu atau jumlah satuan hasil itu; b) Usaha: suatu kegiatan dapat dikatakan efisien, jika suatu hasil tertentu tercapai dengan usaha yang minimum, mencakup enam unsur:

pikiran, tenaga, jasmani, waktu, ruang, dan benda (termasuk uang).

(4)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

92

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

Ada beberapa prinsip atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu sistem agar dapat ditentukan seberapa tingkat efisiensi suatu sistem (Syamsi, 2004), prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a. Dapat diukur: prinsip yang pertama dari efisiensi adalah dapat diukur dan dinyatakan pada satuan pengukuran tertentu. Hal ini digunakan sebagai acuan awal untuk mengidentifikasi berapa tingkat efisiensi suatu sistem.

Standar yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi adalah ukuran normal, adapun batas ukuran normal pengorbanan adalah pengorbanan maksimum dan batas ukuran normal untuk hasil adalah hasil minimum. Efisiensi dapat dikatakan meningkat apabila setelah dilakukan perbaikan sistem ukuran pengorbanan menjadi lebih minimum dan hasil menjadi lebih maksimum.

b. Rasional: prinsip efisiensi yang kedua adalah rasional atau logis, artinya segala pertimbangan harus berdasarkan dengan akal sehat bukan berdasarkan perasaan (emosional).

Adanya prinsip rasional ini akan menjamin tingkat objektivitas pengukuran dan penilaian.

c. Kualitas selalu diperhatikan, peningkatan efisiensi yang biasanya terjadi di sebuah perusahaan biasanya adalah peningkatan efisiensi dari segi pengorbanan dan kurang memperhatikan tingkat efisiensi dari segi hasil yang cenderung menurun.

Prinsip yang hanya mengejar kuantitas dan mengesampingkan kualitas harus dihindari untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan sistem tetap terjamin meskipun dari segi proses efisiensi dapat ditingkatkan.

d. Mempertimbangkan prosedur, artinya pelaksanaan peningkatan efisiensi jangan sampai melanggar prosedur yang sudah ditentukan pimpinan.

Karena prosedur yang ditetapkan pimpinan tentunya sudah memperhatikan berbagai segi yang luas cakupannya. Dari hal tersebut bisa disimpulkan bahwa yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi adalah penyederhanaan pelaksanaan operasional dalam suatu sistem tanpa melanggar prosedur yang sudah ditetapkan.

e. Pelaksanaan efisiensi, tingkat efisiensi tidak dapat dibandingkan secara universal pada semua sistem yang ada di dalam instansi atau perusahaan yang sejenis. Hal ini dikarenakan setiap sistem dalam instansi atau perusahaan memiliki kemampuan yang tidak selalu sama.

Kemampuan tersebut antara lain adalah kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), dana, fasilitas, dan lain-lain. Oleh karena itu kemampuan tersebut juga dipertimbangkan dalam pengukuran tingkat efisiensi.

f. Tingkatan efisiensi, pengukuran tingkatan efisiensi dapat dinyatakan dalam hitungan angka presentase (%).

Selain itu tingkat efisiensi sistem juga dapat dinyatakan dengan berbagai pernyataan seperti; tidak efisien, kurang efisien, efisien, lebih efisien, dan paling efisien (optimal).

Keenam prinsip diatas harus senantiasa diperhatikan dalam pengukuran tingkat efisiensi suatu sistem. Hal ini dimaksudkan agar pengukuran tingkat efisiensi sistem dapat menghasilkan data akurat dan objektif. Dalam menyusun pertanyaan pada survei digunakan teori pengukuran efisiensi sebagaimana yang dikemukakan oleh The Liang Gie dan

(5)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

93

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

Miftah Thoha yaitu: pikiran, tenaga, jasmani, waktu, ruang, dan benda (termasuk uang).

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.

Deskriptif adalah penelitian untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh dan mendalam.

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah survei terhadap ASN di tingkat pusat maupun daerah. Hasil survei tersebut akan dianalisa secara kuantitatif. Analisis data menguraikan, menafsirkan dan menggambarkan data yang terkumpul secara sistemik. Untuk menyajikan data tersebut agar lebih bermakna dan mudah dipahami adalah menggunakan interactive model analysis, sebagaimana gambar 1 (Milles & Hubberman, 2014) .

Gambar 1. Analisis Data Model Interaktif

Sumber: (Milles & Hubberman, 2014)

Gambar 1 memperlihatkan sifat interaktif koleksi data atau pengumpulan data dengan analisis data. Prosesnya berbentuk siklus bukan linear. Kegiatan pengumpulan data dan analisis data tidak dapat dipisahkan. Pengumpulan data ditempatkan sebagai komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data. Analisis data pada dasarnya sudah dilakukan sejak awal kegiatan penelitian sampai akhir penelitian.

Survey dilakukan menggunakan platform google form, jangka waktu survei selama 11 (sebelas) hari kalender yaitu dimulai pada tanggal 30 Juli 2022 pukul 16.00 WIB berakhir pada tanggal 9 Agustus 2022 pukul 24.00 WIB.

C. Hasil Penelitian

1) Karakteristik Responden

Survei diikuti oleh 439 responden yang berasal dari berbagai instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah yang tersebar pada 26 provinsi dengan jumlah bervariasi (Tabel 1). Beberapa instansi tersebut antara lain: KKP, KLHK, Kemenag, Kemenpanrb, Kemenhub, Kemenkes, Kemenkeu, Kemlu, Kemenkomarves, Kementan,

Kemenkumham, KemenPPA,

KemendesPDT, Kemensekneg, BRIN, BKN, BSN, Bappenas, Basarnas, LAN, BPOM, BMKG, Pemda, Pemkot, Dinas Daerah, Universitas, Rumah Sakit, Sekolah, dan lain-lain. Responden diambil secara umum dari ASN untuk memberikan gambaran yang utuh daripada hasil peneltian yang dilakukan.

(6)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

94 Tabel 1. Distribusi Provinsi Asal Responden

No Provinsi Jumlah No Provinsi Jumlah No Provinsi Jumlah 1 DKI

Jakarta 183 10 Sumut 4 19 Papua Barat 1

2 Jabar 74 11 Sulsel 4 20 Papua 1

3 Banten 54 12 Aceh 3 21 Sumbar 1

4 Jateng 31 13 Jambi 3 22 NTB 1

5 DIY 22 14 Riau 3 23 Lampung 1

6 Jatim 16 15 Kaltim 2 24 Bangka

Belitung 1

7 Maluku 16 16 Bengkulu 2 25 Kalteng 1

8 Bali 6 17 NTT 2 26 Tidak

disebutkan 1

9 Sumsel 4 18 Sulut 2 Jumlah Total 439

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

Profil responden terdapat dalam penjelasan berikut:

a) Jenis kelamin responden

Responden terdiri dari laki-laki 62%

dan perempuan 38%.

Gambar 2. Jenis Kelamin Responden

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

b) Usia Responden

Responden paling banyak pada kelompok usia 41-50 tahun sebesar 36%, disusul kelompok usia 31-40

tahun sebesar 31,2%. Sedangkan paling sedikit pada kelompok usia menjelang pensiun yaitu lebih dari 60 tahun sebesar 5,5%.

(7)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

95 Gambar 3. Usia Responden

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

c) Jenjang Pendidikan Responden Jenjang pendidikan responden didominasi jenjang S2 sebesar 45,1%, disusul jenjang S1 sebesar 28,9% dan

jenjang S3 sebesar 13,7%. Sedangkan jenjang SLTA dan diploma (D1/D2/D3/D4) jumlahnya relatif berimbang.

Gambar 4. Jenjang Pendidikan Responden

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

d) Masa Kerja Responden

Responden paling banyak sudah bekerja selama 11-20 tahun yaitu sebesar 38%, disusul dengan masa kerja 21-30 tahun sebesar 25,7%.

Dapat dikatakan bahwa mayoritas responden sudah memiliki masa kerja yang cukup lama dan memiliki pengalaman dan pemahaman tentang ritme kerja sebagai ASN.

(8)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

96 Gambar 5. Masa Kerja Responden

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

2) Penilaian Efektivitas dan Efisiensi WFA berdasarkan Perspektif ASN

Dimensi efektivitas dan efisiensi dijabarkan ke dalam 12 pernyataan pada kuesioner yang harus dijawab oleh responden, yaitu pernyataan 1 sampai dengan 12. Pada akhir kuesioner, ditanyakan 2 pernyataan, pernyataan 13 dan 14, sebagai konfirmasi terhadap perspektif ASN terkait bekerja dari mana saja (WFA) dan bekerja dari kantor (WFO).

a) Pernyataan 1: Menurut Anda biaya yang dikeluarkan pada saat WFA lebih sedikit daripada WFO

Pernyataan 1 tentang perbandingan biaya yang dikeluarkan pada saat WFA dan WFO. Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (80,6%) menganggap bahwa biaya yang dikeluarkan untuk WFA lebih sedikit dibandingkan ketika WFO. Sedangkan 16,9% responden menganggap bahwa biaya WFA tidak lebih sedikit dari WFO. Salah satu unsur efisiensi adalah biaya sebagai salah satu unsur masukan (input) yang minimum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa WFA dianggap lebih efisien dari segi biaya dibanding WFO.

Gambar 6. Perspektif Tentang Biaya

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

(9)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

97 b) Pernyataan 2: Menurut Anda waktu

yang diperlukan pada saat WFA lebih sedikit daripada WFO

Pernyataan 2 tentang perbandingan waktu yang diperlukan untuk WFA dan WFO. Dari Gambar 7 dapat dilihat bahwa hanya 43,3%

responden yang mengganggap bahwa waktu yang diperlukan untuk WFA lebih sedikit daripada WFO.

Sedangkan 50,8% responden tidak

setuju dengan pernyataan bahwa waktu yang diperlukan untuk WFA lebih sedikit dibanding WFO atau mengganggap bahwa waktu untuk WFA lebih banyak dibanding WFO.

Salah satu aspek efisiensi adalah waktu sebagai unsur masukan (input) yang minimum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa WFO dianggap lebih efisien dari segi waktu dibanding WFA.

Gambar 7. Perspektif Tentang Waktu

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

c) Pernyataan 3: Menurut Anda lebih banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 3 tentang perbandingan jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan pada saat WFA dan WFO. Jumlah pekerjaan ini menggambarkan proses untuk mencapai tujuan atau sasaran tugas ketika ASN bekerja. Diasumsikan bahwa makin banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan maka semakin banyak tujuan/sasaran tugas yang dapat dicapai pada rentang waktu yang sama.

Pencapaian tujuan/sasaran adalah salah

satu aspek dari efektifitas dimana sistem yang dapat mencapai tujuan adalah sistem yang efektif. Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (69%) menganggap bahwa lebih banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan pada saat WFA dibanding WFO. Sedangkan sebanyak 26,7% tidak setuju dengan hal itu. Hal ini menunjukkan bahwa dengan WFA lebih banyak pekerjaan dapat diselesaikan sehingga ketercapaian tujuan/sasaran tugas lebih besar.

Sehingga dapat dikatakan bahwa WFA lebih efektif dibanding WFO dari segi banyaknya pekerjaan yang dapat diselesaikan.

(10)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

98 Gambar 8. Perspektif Tentang Penyelesaian Pekerjaan

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

d) Pernyataan 4: Menurut Anda lebih banyak kendala yang dihadapi pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 4 tentang perbandingan kendala yang dihadapi pada saat WFA dan WFO. Kendala dapat dianggap sebagai hambatan dalam pencapaian tujuan/sasaran tugas sebagai ASN. Sehingga apabila terlalu banyak kendala maka pencapaian tujuan menjadi lebih sulit dan dikatakan tidak efektif. Dari Gambar 9 dapat dilihat

bahwa mayoritas responden (63,8%) tidak setuju dengan pernyataan bahwa pada saat WFA lebih banyak kendala dibanding WFO. Atau dengan kata lain responden menganggap bahwa kendala pada saat WFA lebih sedikit atau minimal sama dengan saat WFO.

Sedangkan 32,8% mengganggap bahwa pada saat WFA ditemukan kendala lebih banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa WFA lebih efektif dibanding WFO.

Gambar 9. Perspektif Tentang Kendala

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

e) Pernyataan 5: Menurut Anda komunikasi dengan rekan kerja lebih baik pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 5 tentang perbandingan komunikasi pada saat

WFA dan WFO. Komunikasi adalah salah satu aspek dalam efektivitas dimana kemampuan komunikasi diperlukan untuk membentuk dan mempertahankan integrasi organisasi.

Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa

(11)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

99

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

hanya 34,9% responden yang menganggap bahwa komunikasi dengan rekan kerja pada saat WFA lebih baik dibanding saat WFO. Sedangkan 54,2%

menyatakan tidak setuju yang berartimengganggap bahwa komunikasi saat WFA tidak lebih baik (sama atau

lebih buruk) dibanding saat WFO.

Komunikasi yang buruk merupakan hambatan dalam integrasi organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa WFO lebih efektif daripada WFA dari segi komunikasi.

Gambar 10. Perspektif Tentang Komunikasi

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

f) Pernyataan 6: Menurut Anda lebih nyaman bekerja pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 6 tentang perbandingan kenyamanan bekerja saat WFA dan WFO. Kenyamanan berhubungan dengan kondisi lingkungan, baik lingkungan fisik maupun non fisik.

Kondisi lingkungan yang baik akan menciptakan kenyamanan dalam bekerja sehinggamendukung keberhasilan ASN melaksanakan tugas dan mencapai

tujuan organisasi. Kondisi bekerja yang nyaman akan meningkatkan efektivitas.

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (75,6%) merasa nyaman bekerja pada saat WFA dibanding WFO. Sedangkan yang menyatakan tidak setuju hanya 20%.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa WFA lebih efektif dibanding WFO dari segi kenyamanan atau kondisi lingkungan.

Gambar 11. Perspektif Tentang Kenyamanan

(12)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

100

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

g) Pernyataan 7: Menurut Anda lebih mudah mencapai sasaran/tujuan tugas pada saat WFA daripada WFO Pernyataan 7 tentang perbandingan kemudahan mencapai sasaran/tujuan tugas pada saat WFA dan WFO.

Pencapaian sasaran/tujuan merupakan aspek penting dalam menilai efektivitas sebagaimana dijelaskan pada sub bagian sebelumnya. Semakin mudah sasaran/tujuan dapat tercapai maka berarti semakin efektif sistem atau

metode yang digunakan. Dari Gambar 12 dapat dilihat bahwa sebanyak 58,5%

responden menyatakan bahwa saat WFA lebih mudah untuk mencapai sasaran/tujuan tugas. Sedangkan 32,6%

menyatakan tidak setuju yang berarti saat WFA lebih sulit atau sama saja dengan WFO dalam mencapai sasaran/tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa WFA lebih efektif karena lebih mudah untuk mencapai sasaran/tujuan tugas.

Gambar 12. Perspektif Tentang Pencapain Sasaran/Tujuan

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

h) Pernyataan 8: Menurut Anda penggunaan sarana dan prasarana kantor lebih mudah pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 8 tentang perbandingan kemudahan penggunaan sarana dan prasarana kantor sarana dan prasarana merupakan komponen untuk mencapai tujuan/sasaran tugas. Apabila sarana dan prasarana tersedia dan mudah untuk digunakan maka akan menunjang pencapaian tujuan/sasaran tugas sehingga meningkatkan efektivitas. Dari

Gambar 13 dapat dilihat bahwa hanya 27,6% responden yang menganggap bahwa saat WFA lebih mudah untuk menggunakan sarana dan prasarana kantor dibanding saat WFO. Sedangkan 63,3% tidak setuju yang berarti menganggap bahwa saat WFA sulit atau tidak lebih mudah untuk menggunakan sarana dan prasarana kantor. Sehingga dapat dikatakan bahwa WFA tidak efektif dari segi penggunaan sarana dan prasarana kantor.

(13)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

101 Gambar 13. Perspektif Tentang Penggunaan Sarana dan Prasarana

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

i) Pernyataan 9: Menurut Anda adaptasi kerja lebih mudah pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 9 tentang perbandingan kemudahan adaptasi kerja saat WFA dan WFO. Adaptasi merupakan salah satu ukuran efektivitas.

Apabila adaptasi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat maka dapat dikatakan bahwa sistem yang diterapkan tersebut efektif. Tentunya kemampuan adaptasi

sangat ditunjang dengan kemampuan personal, kondisi lingkungan fisik dan non fisik organisasi. Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa sebanyak 60,8%

responden menganggap bahwa adaptasi kerja lebih mudah pada saat WFA daripada WFO. Sedangkan 31,7%

responden tidak setuju. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa WFA efektif dari segi adaptasi kerja.

Gambar 14. Perspektif Tentang Adaptasi Kerja

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

j) Pernyataan 10: Menurut Anda integrasi tim lebih mudah tercapai pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 10 tentang perbandingan kemudahan pencapaian

integrasi tim saat WFA dan WFO.

Integrasi merupakan salah satu ukuran efektivitas. Organisasi yang dapat mewujudkan integrasi dikatakan sebagai organisasi yang efektif. Semakin cepat

(14)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

102

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

integrasi dicapai maka semakin efektif organisasi atau sistem yang digunakan.

Dari Gambar 15 dapat dilihat bahwa sebanyak 52,4% responden menganggap integrasi tim tidak mudah dicapai saat

WFA dibanding saat WFO. Sedangkan 34,9% responden menganggap justru pada saat WFA integrasi tim lebih mudah dicapai. Dapat dikatakan bahwa WFA tidak efektif dari segi integrasi tim.

Gambar 15. Perspektif Tentang Integrasi Tim

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

k) Pertanyaan 11: Menurut Anda metode kerja lebih mudah pada saat WFA daripada WFO

Pernyataan 11 tentang perbandingan kemudahan metode kerja pada saat WFA dan WFO. Metode kerja merupakan salah satu aspek untuk mencapai tujuan/sasaran tugas. Semakin mudah metode kerja dipahami dan dilaksanakan maka semakin efektif. Dari

Gambar 16 dapat dilihat bahwa mayoritas responden (71,1%) mengganggap bahwa metode kerja lebih mudah saat WFA daripada saat WFO, sedangkan 25,3% tidak setuju atau menganggap bahwa metode kerja saat WFA tidak lebih mudah daripada WFO.

Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa WFA lebih efektif dari segi metode kerja dibanding WFO.

Gambar 16. Perspektif Tentang Metode Kerja

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

l) Pernyataan 12: Menurut Anda Standard Operational Procedure

(SOP) lebih mudah dijalankan pada saat WFA daripada WFO

(15)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

103

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

Pernyataan 12 tentang perbandingan kemudahan dalam menjalankan SOP pada saat WFA dan WFO. SOP merupakan pendukung dari metode kerja. Semakin mudah SOP dipahami dan dapat dijalankan maka semakin efektif. Dari gambar 17 terlihat bahwa tidak ada pendapat yang dominan dalam pertanyaan ini. Sebanyak 47,6%

responden menganggap bahwa SOP lebih mudah dijalankan pada saat WFA dibanding WFO. 39,6% responden tidak setuju yang berarti saat WFA tidak lebih mudah untuk menjalankan SOP. Selain

itu terdapat 12,8% responden yang memilih tidak menjawab. Responden terlihat terbelah atau ragu-ragu dengan sikap yang diambil. Namun apabila dilihat dari jumlah responden yang setuju lebih besar daripada yang tidak setuju atau tidak menjawab, maka dapat dikatakan bahwa responden cenderung menganggap bahwa SOP lebih mudah dijalankan saat WFA. Sehingga dikatakan bahwa WFA lebih efektif dalam hal kemudahan menjalankan SOP dibanding WFO.

Gambar 17. Perspektif Tentang Standard Operational Procedure

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

Berdasarkan hasil survey, diperoleh rangkuman hasil penilaian efektivitas

dan efisiensi WFA berdasarkan perspektif ASN sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Penilaian Berdasarkan Perspektif ASN

Pernyataan Dimensi Hasil penilaian

Pernyataan 1 Biaya WFA lebih efisien

Pernyataan 2 Waktu WFO lebih efisien

Pernyataan 3 Jumlah pekerjaan WFA lebih efektif

Pernyataan 4 Kendala WFA lebih efektif

Pernyataan 5 Komunikasi WFO lebih efektif

Pernyataan 6 Kenyamanan WFA lebih efektif

Pernyataan 7 Sasaran/tujuan WFA lebih efektif Pernyataan 8 Sarana dan prasarana WFO lebih efektif Pernyataan 9 Adaptasi kerja WFA lebih efektif Pernyataan 10 Integrasi tim WFO lebih efektif

Pernyataan 11 Metode kerja WFA lebih efektif

(16)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

104

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

Pernyataan 12 SOP WFA lebih efektif

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

Responden menganggap bahwa WFA lebih efektif dan efisien pada dimensi biaya, jumlah pekerjaan, kendala, kenyamanan, sasaran/tujuan, adaptasi kerja, metode kerja, dan SOP.

Sedangkan WFO dianggap lebih efektif dan efisien pada dimensi waktu, komunikasi, sarana dan prasana, dan integrasi tim.

3) Konfirmasi Sikap terhadap WFA dan WFO

Konfirmasi sikap terhadap WFA dan WFO dituangkan ke dalam pernyataan 13 dan 14. Konfirmasi ini diperlukan sebagai validasi atau penguat dari sikap responden terhadap unsur-

unsur dari efektivitas dan efisiensi sistem kerja pada pernyataan sebelumnya.

Selain itu konfirmasi ini juga dapat memberikan gambaran secara umum perspektif ASN terhadap sistem kerja WFA dan WFO berdasarkan apa yang mereka alami dan rasakan.

a) Pernyataan 13: Anda lebih memilih bekerja dengan sistem WFA

Dari gambar 18 terlihat bahwa sebanyak 77,4% responden menyatakan setuju, 19,1% responden menyatakan tidak setuju, dan 3,5% tidak menjawab. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa mayoritas ASN lebih memilih bekerja dengan WFA.

Gambar 18. Perspektif Tentang Pemilihan Bekerja Secara WFA

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

b) Pernyataan 14: Anda lebih memilih bekerja dengan sistem WFO

Dari Gambar 19 terlihat bahwa sebanyak 28,9% responden menyatakan setuju,

56% responden menyatakan tidak setuju, dan 15% tidak menjawab. Dari hasil ini terlihat bahwa ASN lebih memilih bekerja dengan sistem WFA.

(17)

IJCCS1~5 ISSN: 1978-1520

105 Gambar 19. Perspektif Tentang Pemilihan Bekerja Secara WFO

Sumber: hasil pengolahan kuesioner, 2022

Dari hasil pertanyaan 13 dan 14 ini dapat dikatakan secara umum bahwa ASN lebih memilih sistem bekerja dengan WFA, terlihat dari konsistensi mayoritas responden setuju WFA dan tidak setuju WFO pada kedua pernyataan. Namun bila dilihat pada detail angka persentase responden yang setuju pada pertanyaan 13 tidak konsisten dengan angka persentase responden yang tidak setuju pada pertanyaan 14, padahal kedua pernyataan tersebut adalah pilihan yang berkebalikan. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian responden yang

memilih WFA namun juga tidak keberatan dengan WFO. Responden yang memilih WFA tidak otomatis menolak ketika diberi pilihan bekerja dengan WFO. Jadi sebagian responden tidak keberatan dengan sistem WFA maupun WFO. Hal ini diperkuat dengan angka persentase responden yang tidak setuju dengan WFA yang tidak sama dengan angka persentase yang setuju dengan WFO, tetapi justru mengalami peningkatan ketika diberi pilihan untuk bekerja dengan WFO.

PENUTUP

Berdasarkan analisis data dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan perspektif responden ASN yang berjumlah 439 orang, sistem kerja WFA lebih efektif dan efisien dibanding sistem kerja WFO. Efektivitas dan efisiensi pada WFA terutama pada dimensi biaya, jumlah pekerjaan yang dapat diselesaikan, kendala yang dihadapi, kenyamanan, pencapaian sasaran/tujuan, adaptasi kerja, metode kerja dan pelaksanaan SOP. Selain itu, mayoritas ASN lebih memilih bekerja

dengan sistem WFA dengan persentase di atas 50%. Meski demikian tidak seluruh ASN yang memilih WFA menolak WFO, sebagian responden tidak keberatan bekerja dengan sistem WFA maupun WFO.

Hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan untuk menentukan kebijakan WFA bagi ASN.

Namun perlu dilakukan kajian yang lebih luas dan komprehensif oleh instansi yang berwenang terkait dengan penentuan kebijakan wacana WFA ini, mengingat cakupan responden pada penelitian ini masih pada lingkup

(18)

Perspektif Aparatur Sipil Negara terhadap Efektivitas dan Efisiensi Work From Anywhere

106

Civil Service Vol.16 No. 2, November 2022

terbatas. Hal itu sangat penting karena kebijakan terkait WFA ini akan

mengubah pola dan tatanan penyelenggaraan pemerintahan saat ini.

REFERENSI

Amrynudin, A. D. K. (2022). Wacana Kebijakan Work From Anywhere Bagi ASN. Info Singkat, Kajian Singkat Terkait Isu Aktual Dan Terkini, XIV.

Ghiselli, E. E., & Brown, C. W. (1955).

Porsennel and Industrial Psychology. McGraw Hill.

Gie, T. L., & Toha, M. (1978). Efisiensi Kerja bagi Pembangunan Negara.

Gajah Mada University Press.

Mardiasmo. (2017). Efisiensi dan Efektifitas. Andy.

Milles, & Hubberman. (2014).

Qualitative Data Analysis. SAGE Publication Inc.

Mubyarto, & Hamid, E. S. (1987).

Meningkatkan Efisiensi Nasional.

BPFE Yogyakarta.

Mustafid, H. (2017). Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara Melalui Budaya Organisasi. Jurnal Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 3(01), 1–

14.

Pekei, B. (2016). Konsep dan Analisis Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah di Era Otonomi. Taushia.

Steers, R. M. (1999). Efektivitas Organisasi. Pustaka Pelajar.

Syamsi, I. (2004). Efisiensi, Sistem, dan Prosedur Kerja. Bumi Aksara.

Tasman, A., & Aima, M. H. (2013).

Ekonomi Manajerial dengan Pendekatan Matematis. PT Raja Grafindo Persada.

Wibisana, B. H. (2020). BKN Kembali Lontarkan Wacana ASN Work

From Anywhere.

Https://Www.Republika.Co.Id/Beri ta/Re4ywq409/Bknkembali-

Lontarkan-Wacana-Asn-Work- from-Anywhere.

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat eksekutif senior berstatus Pegawai Negeri Sipil yang tidak menjabat lagi pada jabatan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dapat menduduki

Hasil penelitian tentang kebijakan perpanjangan batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil ini merupakan bukti akan pentingnya sebuah peraturan perundang-undangan yang mengatur

Pada kenyataannya terdapat faktor-faktor yang menghambat efektivitas kerja pegawai negeri sipil di Lingkungan Kantor Camat Kecamatan Babalan seperti dalam hal

Kebijakan netralitas politik ASN Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 dalam Perspektif Perlindungan HAM, bahwa Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil

Pelaksanaan bekerja dari rumah (work from home) di Kementerian Kesehatan dikecualikan bagi pegawai pada fasilitas pelayanan kesehatan, terutama yang berhubungan langsung

Pegawai Aparatur Sipil Negara (Pegawai ASN) adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian

TRANSKIP WAWANCARA IV Efektivitas Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Pelayanan publik Pada Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Sulawesi Selatan Kode Informan : Nama :Syahrul

Dokumen ini membahas tentang pentingnya efektivitas dan efisiensi dalam dunia bisnis di era