BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Dalam karya ilmiah ini penulis akan mendeskripsikan tentang gambaran umum lokasi penelitian sesuai dengan judul penelitian “TINDAKAN PENCEGAHAN SAAT TERJADI KEBAKARAN DI ATAS KAPAL”.
Sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum lokasi penelitian ini pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi pada saat penulis melakukan penelitian di atas kapal KM. MUARA BERLIAN.
KM. MUARA BERLIAN adalah sebuah kapal general cargo yang dikelola oleh PT. Rajawali Berlian yang berkantor di Jl. Kalianget No. 134, Surabaya. Kapal KM. MUARA BERLIAN memiliki nama panggilan (call sign) Yankee Foxtrot Charlie Kilo (YFCK) Port Of Registry Jakarta IMO No.
8021127, dan memiliki Dead Weight Tonnage (DWT) Summer 6443.71 Ts.
Ukuran – ukuran pokok kapal diantaranya : Panjang kapal (Lenght Over All) 105.3 meter dan lebar kapal 17.0 meter, serta memiliki Summer Draft 6.5 meter.
Berikut penulis menguraikan data – data mengenai kapal pada saat mengadakan penelitian :
1. Name of vessel : MUARA BERLIAN
2. Call sign : Y F C K
3. Port reg. : JAKARTA
4. Flag : INDONESIA
5. Imo number : 8021127
6. When and where build : KURUSHIMA DOCK CO. Ltd (Kouchi Dock) - Japan
7. LOA (Lenght Over All) : 105.3 Meter
8. Breadth : 17.0 Meter
9. Summer draft : 6.5 Meter
10. Dead weight : 6443 T
11. Gross tonnage : 4209 T
12. Net tonnage : 2262 T
13. Kind of ship : General Cargo
14. Classification : Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) Gambar 4.1 : KM. Muara Berlian
Sumber : KM. Muara Berlian
Di atas kapal KM. MUARA BERLIAN memiliki daftar awak kapal (Crew List) yang berjumlah 20 awak kapal, termasuk Nakhoda dan Kepala Kamar Mesin. Awak kapal tersebut terdiri dari 3 Perwira Deck, 3 Perwira Engine, 1 bosun, 1 mandor mesin, 3 juru mudi, 3 juru minyak, 1 koki, 1 fitter
engine, 2 Deck Cadet. Dari ke 20 awak kapal tersebut, semuanya berkewarganegaraan Indonesia.
4.2 ANALISIS HASIL PENELITIAN
Sesuai temuan di atas kapal tempat penulis melaksanakan praktek berlayar banyak hal yang harus diwaspadai yang berkaitan dengan keadaan darurat di atas kapal khususnya kebakaran.
Berdasarkan pengalaman dari narasumber dan pengalaman penulis selama satu tahun menjalani praktek laut di atas kapal penyebab kebakaran di atas kapal yang banyak terjadi adalah faktor kesalahan manusia, seperti kurangnya komunikasi saat sama – sama sedang melakukan pekerjaan, kelalaian saat setelah melakukan sesuatu pekerjaan dan perawatan pada bagian kapal yang dapat menyebabkan kebakaran seperti perawatan pada kabel – kabel listrik yang terdapat di kapal.
No. Narasumber Pertanyaan Jawaban
1. Nakhoda Capt.
Armawadi
Apakah selama berlayar kapten punya pengalaman tentang kebakaran?
Bagaimana kejadiannya?
Pernah ada suatu kejadian ketika di akomodasi. Jadi kejadiannya yang terbakar adalah kabel listrik yang ada di akomodasi. Kabl itu tiba – tiba terbakar tanpa sebab.
Melihat kejadian itu kapten segera memanggil crew lain untuk memadamkan api dan mengecek penyebab terjadinya kebakaran dan dampak dari kebakaran tersebut. Ternyata penyebabnya adalah karena adanya kabel yang terkelupas,
dan kabel itu ada aliran listriknya bergabung dengan kabel lain sehingga bisa menyebabkan konsleting hingga menyebabkan kebakaran. Pada saat pemadaman kapal di buat blackout agar tidak ada aliran listrik pada kabel yang terbakar menyambar kabel – kabel lain. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengecekan dan perawatan terhadap kabel – kabel yang ada di kapal.
Seharusnya kabel –kabel yang ada di kapal di cek dan dirawat secara berkala agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan 2. Mualim I
M. Nur Akili
Selama chief bekerja di kapal, apa pernah mengalami kejadian kebakaran?
Pada saat itu kebakaran terjadi di steering gear room. Ketika di area buritan yang di bawahnya berbatasan dengan ruang kemudi ada plat yang berlubang dan waktu itu plat tersebut akan di ganti. Pada saat proses
pergantian plat tidak ada yang berjaga di ruang kemudi dan di ruang kemudi berisi jerigen bekas minyak dan oli yang biasanya dipakai oleh orang mesin, dan beberapa
perlengkapan lain. Kejadiannya terjadi pada saat bagian plat
buritan sedang dipotong dan akan diganti dengan yang baru ada percikan bunga api yang mengenai salah satu jerigen yang masih ada sisa minyaknya seketika ada api yang menyala.
Karena tidak ada yang berjaga di ruang kemudi jadi api semakin membesar, setelah plat yang akan diganti selesai di potong barulah fitter mengetahui bahwa di ruang kemudi ada api. Setelah melihat kejadian tersebut dengan cepat beliau mencari teman untuk memadamkan api tersebut.
Karena panik api sudah mulai membesar mereka memadamkan api dengan air. Setelah ada crew lain yang mengetahui adanya kebakaran dengan segera mengambil alat pemadam api ringan. Naasnya alat pemadam tersebut ternyata kosong dan tidak bisa digunakan. Salah satu crew segera berlari mengambil alat pemadam yang masih bisa digunakan. Hal ini dapat terjadi karena kurang adanya koordinasi dalam bekerja dan kurangnya perawatan terhadap alat – alat pemadam. Yang menyebabkan lambannya dalam pemadaman.
3. Bosun Shandy Hadi
Saputra
Selama menjadi bosun apakah pernah mengalami kejadian
kebakaran?
Pengalaman kebakaran yang pernah saya alami saat
melakukan kerja harian di atas kapal adalah kebakaran yang terjadi di haluan saat sedang mengecat, kebakaran tersebut terjadi karena papan plat yang sedang di cat oleh bosun, cadet dan juru mudi, dibagian
bawahnya sedang di las oleh fitter engine sehingga papan plat dan roll cat yang bertemu
sehingga mengakibatkan terbakar, meskipun hanya kebakaran kecil namun hal seperti ini perlu diwaspadai karena api yang besar berawal dari api kecil. Hal ini terjadi karena tidak adanya komunikasi antara bosun dan fitter engine yang bekerja berdekatan.
4. Juru Mudi Jamil Jayusman
Apakah pernah mengalami suatu kejadian kebakaran di atas kapal?
Pernah. Waktu itu yang terbakar adalah beberapa peralatan di dalam store bosun. Kejadian itu terjadi ketika ada salah satu juru mudi yang sedang mengambil dan mencampurkan cat sambil merokok. Ketika selesai mencampurkan cat juru mudi tersebut membuang puntung rokok yang masih menyala
dengan sembarangan. Karena cat segera dipakai dia segera keluar tanpa mengecek keadaan sekitar.
Akhirnya puntung rokok yang masih menyala tersebut
mengenai plastik dan merembet ke peralatan lain yang ada di dalam store dan menyebabkan menyalanya api. Ketika ada crew lain akan mengambil barang di store mengetahui kejadian tersebut. Dengan sigap crew tersebut segera melapor kepada bosun bahwa ada api di dalam store. Semua yang mengetahui kejadian tersebut segera
memadamkan api. Hal ini dapat terjadi karena kurang telitinya dan kurang waspadanya crew kapal dan menganggap hal sepele tersebut.
Kemudian kebakaran yang juga pernah dialami taruna pada saat praktek adalah kebakaran yang terjadi di dapur saat juru minyak sedang memasak, dan setelah sekesai memasak lupa mematikan kompor yang digunakan.
Sehingga mengakibatkan di atas penggorengan terbakar, namun api tidak sampai membesar karena kebakaran tersebut segera diketahui oleh cadet deck yang kebetulan sedang lewat dapur. Kelalaian – kelalaian kecil seperti itu dapat membuat kejadian yang fatal sehingga perlu adanya kewaspadaan yang lebih di atas kapal. Agar tidak terjadi sesuatu yang berakibat fatal.
Kejadian kebakaran lain juga pernah dialami taruna ketika berada di atas kapal. Yaitu, ketika fitter engine mengelas. Karena jarang di cek kelayakan
kabel las yang digunakan untuk mengelas. Jadi pada saat mengelas ada kabel las yang terkelupas. Kabel las yang terkelupas tersebut menimbulkan api dan membakar kabel las tersebut di main deck. Pada saat itu cadet yang melihat adanya api yang menyala dengan cepat cadet memberi tahu bosun, dan fitter.
Di kapal tempat penulis melakukan penelitian tidak pernah diadakan drill keadaan darurat khususnya kebakaran. Karena tidak pernah diadakan drill kemampuan dan kewaspadaan awak kapal terhadap kebakaran kurang baik.
Dan kesigapan dan gerak cepat awak kapal pada saat terjadi kebakaranpun kurang. Ini adalah beberapa kejadian nyata yang dialami penulis saat melakukan penelitian di atas kapal KM. MUARA BERLIAN.
Standar Operasional Prosedur (SOP) jika terjadi kebakaran di atas kapal KM. Muara Berlian :
1. Membunyikan sirine bahaya.
2. Crew kapal bersiap dan segera menuju ke lokasi terjadinya kebakaran.
3. Ventilasi, pintu – pintu kebakaran otomatis, pintu – pintu kedap air ditutup.
4. Lampu – lampu deck dinyalakan.
5. Nakhoda diberitahu 6. Kamar mesin diberitahu
7. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbarui apabila ada perubahan.
8. Tim yang sudah disiapkan segera memadamkan api.
4.3 PEMBAHASAN
Sesuai dengan apa yang telah dialami penulis selama menjalani praktek laut di atas kapal, maka penulis akan membahas mengenai hal apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir penyebab terjadinya kebakaran di atas kapal :
1. Drill kebakaran, drill ini sangat berguna untuk meningkatkan ketrampilan dan kewaspadaan awak kapal guna meminimalisir penyebab terjadinya kebakaran di atas kapal. Pelaksanaan latihan – latihan sesuai SOLAS : a. Di atas kapal – kapal penumpang latihan – latihan sekoci dan
kebakaran harus dilaksanakan satu kali dalam satu minggu atau segera sesudah meninggalkan pelabuhan terakhir.
b. Di atas kapal – kapal barang latihan – latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan satu kali dalam satu bulan atau 24 jam sesudah meninggalkan pelabuhan apabila ada pergantian abk lebih dari 25%.
c. Pelaksanaan latihan – latihan darurat harus dicatat dalam buku jurnal / log book.
d. Setiap tiga bulan sekali sekoci penolong harus diturunkan ke air / bergiliran.
Semboyan bahaya terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan satu tiupan panjang.
Namun kejadian yang ada di atas kapal yaitu tidak pernah dilakukannya drill kebakaran namun laporan drill yang dikirim ke kantor harus selalu terisi. Hal ini perlu adanya kesadaran dari setiap awak kapal tentang bahaya keadaan darurat khususnya kebakaran. Dengan banyak terjadi kebakaran seharusnya diadakan drill agar ketika terjadi keadaan darurat tersebut tidak panik dan para crew lebih siap dalam menghadapi situasi tersebut.
2. Tidak berfungsinya beberapa alat deteksi kebakaran di atas kapal seperti smoke detector, heat detector, flame detector yang telah rusak sehingga tidak dapat untuk mendeteksi kebakaran. Sesuai kegunaannya alat ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya api di suatu ruangan sedini mungkin. Kerena kegunaannya yang sangat penting ketika terjadi kerusakan maka dengan segera Mualim yang bertanggung jawab berkoordinasi dengan electrician untuk mengecek dan memperbaiki alat deteksi kebakaran agar dapat berfungsi seperti sebelumnya.
3. Tidak berfungsinya fire hydrant dan fire hose, alat ini digunakan untuk memadamkan api yang telah membesar atau yang tidak dapat dipadamkan
dengan alat pemdam api ringan. Namun fakta yang penulis dapat yaitu kerusakan pada semua fire hydrant dan beberapa fire hose karena tidak pernah dilakukan pengecekan atau perawatan. Maka saat kapal memasuki dock untuk perbaikan Mualim yang bertanggung jawab meminta untuk perbaikan fire hydrant, dan digantinya fire hose dan nozzle dengan yang baru.
Gambar 4.2 : Fire hydrant di kapal KM. Muara Berlian
Sumber : fire hydrant di KM. Muara Berlian
Gambar 4.3 : Fire hose di KM. Muara Berlian
Sumber : fire hose di KM. Muara Berlian
4. Kerusakan pada beberapa alat pemadam api ringan (APAR), beberapa kali kejadian kebakaran yang terjadi di atas kapal membuat awak kapal harus mencoba terlebih dahulu alat pemadam tersebut untuk memastikan dapat digunakan untuk memadamkan api. Karena beberapa tabung pemadam tidak dapat digunakan. Hal tersebut terjadi karena jarangnya ada pengecekan. Sesuai fungsinya alat ini dapat digunakan untuk meminimalisir terjadinya kebakaran yang besar. Setelah adanya kejadian tersebut maka untuk pemadam api ringan dilakukan pengecekan dan percobaan secara berkala, jika ada pemadam yang kosong atau tidak berfungsi akan diganti dengan pemadam api cadangan yang ada di dalam store dan Mualim yang bertanggung jawab segera melaporkannya untuk meminta pengisian ulang pada pemadam api tersebut
Gambar 4.4: Pemadam di kapal KM. Muara Berlian
Sumber : APAR di KM. Muara Berlian
5. Kerusakan alarm kebakaran yang ada di dapur, kerusakan alarm tersebut telah sejak lama terjadi dan telah dilaporkan oleh koki kepada perwira yang bersangkutan. Dapur memiliki potensi besar terjadinya kebakaran karena berisi gas dan bahan – bahan yang mudah terbakar, sehingga dengan adanya alarm kebakaran kejadian kebakaran dapat diketahui sedini mungkin. Setelah mendapat laporan dari koki maka perwira yang bersangkutan langsung melakukan pengecekan pada alarm kebakaran tersebut, setelah diketahui penyebabnya Mualim yang bersangkutan berkoordinasi dengan electrician untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi dari alarm kebakaran.
Gambar 4.5 : Alarm kebakaran di KM. Muara Berlian
Sumber : Alarm kebakaran di KM. Muara Berlian
6. Tidak pernah dilakukannya pengecekan dan perawatan pada kabel – kabel listrik yang ada di atas kapal. Dengan melakukan pengecakan dan perawatan pada kabel listrik bahaya terjadinya kebakaran dapat diminimalisir karena konsleting listrik dapat dicegah, namun yang terjadi adalah jarang dilakukannya pengecekan sehingga kebakaran akibat konsleting listrik dapat terjadi. Karena itulah perwira yang bertanggung jawab senantiasa melakukan pengecekan terhadap kabel – kabel yang ada di atas kapal terutama pada bagian kabel yang banyak berkumpul menjadi satu, karena kabel tersebut lebih berpotensi terjadinya konsleting listrik.
Dengan adanya pengecekan secara berkala konsleting listrik dapat diminimalisir.
7. Jarang dilakukannya pengecekan dan pergantian kabel las secara berkala yang ada di atas kapal. Dengan melakukan pengecekan dan pergantian
pada kabel las dapat menghindari dari bahaya kebakaran. Karena ketika menggunakan las dan ada kabel yang terkelupas jika mengenai suatu bahan yang mudah terbakar dapat menimbulkan kebakaran. Kebakaran akibat terkelupasnya kabel las yang mengenai barang yang mudah terbakar dialami taruna ketika kapal berlabuh di rede Lembar, NTB.
Setelah adanya kejadian konsleting listrik hingga menyebabkan kebakaran kecil maka sebelum dipakai dan setelah selesai digunakan dilakukan pengecekan terhadap kabel las tersebut, dan dilakukan pergantian kabel las secara berkala agar tidak menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan.
Sesuai dengan apa yang telah di tulis oleh Robbi Radiya Wardhana dalam bukunya “Tindakan Pencegahan Kebakaran Di Atas Kapal”
penyebab utama kebakaran di atas kapal adalah akibat kelalaian manusia karena tidak ditaatinya prosedur kerja yang telahg ditetapkan dan tidak melakukan pencegahan kebakaran sedini mungkin.
Kebakaran di atas kapal terjadi diberbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di dapur, kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik, dan tempat akomodasi awak kapal. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua – duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu diatasi. Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kepanikan atau ketidaksiapan crew kapal untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak digunakan lagi.
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah dialami oleh penulis maka dapat kita simpulkan bahwa penyebab dari kebakaran di atas kapal adalah :
1. Kurangnya komunikasi antar sesama crew kapal saat melakukan suatu pekerjaan.
2. Tidak melakukan pengecekan setelah bekerja.
3. Tidak pernah melakukan pengecekan dan perawatan pada instalasi listrik.
4. Tidak berfungsinya alat pendeteksi kebakaran seperti flame detector (detektor nyala) dan fire bell (alarm kebakaran), hydrant dan fire hose yang tidak berfungsi.
5. Tidak pernah dilakukannya drill kebakaran.
6. Tidak mengutamakan sistem kerja yang aman dan sesuai dengan safety regulation.
5.2 SARAN
Beberapa saran yang dapat membantu untuk meminimalisir penyebab terjadinya kebakaran di atas kapal :
1. Kurangnya komunikasi saat melakukan sebuah pekerjaan yang dapat menjadi penyebab kebakaran, sehingga perlu adanya komunikasi yang bagus saat akan melakukan sebuah pekerjaan agar bahaya kebakaran dapat diminimalisir.
2. Setelah melakukan sebuah pekerjaan sebaiknya dilakukan pengecekan agar bahaya kebakaran dapat diminimalisir terutama saat selesai melakukan kegiatan yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran.
3. Setiap instalasi listrik memerlukan pengecekan dan perawatan secara berkala karena instalasi listrik seperti kabel dan terminal listrik dapat rusak termakan usia dan akibat hewan.
4. Melakukan perbaikan pada smoke detector, heat detector, dan flame detector.
Sistem pertama yang menjadi ujung tombak proteksi kebakaran adalah sitem deteksi. Sesuai dengan namanya, fungsi alat ini adalah untuk mendeteksi terjadinya api sedini mungkin. Cara tradisional untuk mendeteksi api adalah dengan melihat secara langsung adanya asap dengan penciuman. Namun cara ini tidak efektif karena harus dilihat langsung untuk itu diperlukan sistem deteksi yang bisa bekerja sendiri yang memberikan perlindungan terhadap aset dengan mendeteksi adanya api. Dengan sistem deteksi kebakaran yang mendeteksi adanya asap (smoke detector), dan sistem detector panas (heat detetor) bahaya kebakaran dapat diketahui sedini mungkin.
5. Melakukan drill kebakaran agar setiap crew kapal memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam menghadapi setiap keadaan darurat dan meminimalisir terjadinya bahaya kebakaran.
6. Melakukan pekerjaan dengan aman dan alat – alat keselamatan dengan lengkap.