• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Angka Kematian Bayi

N/A
N/A
hafzah susanti

Academic year: 2023

Membagikan "Dokumen Angka Kematian Bayi"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Angka kematian bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia di bawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Indikator ini mencerminkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal (kehamilan), status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2022 sebesar 0,51 per 1000 kelahiran hidup atau terdapat 1 orang bayi meninggal disetiap 1000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan tahun 2021 dimana AKB sebesar 1,54 per 1000 kelahiran hidup, maka pada tahun 2022 capaian kinerja ini mengalami peningkatan. Jumlah bayi yang meninggal pada tahun 2021 sebanyak 6 bayi, di tahun 2022 turun menjadi 2 bayi.

Keberhasilan dalam menekan angka kematian bayi didukung oleh adanya partisipasi aktif 1 x 24 jam tenaga kesehatan dalam melakukan rujukan dini terencana terhadap bayi yang akan lahir.

Dimana pada saat bayi dalam kandungan berpotensi mengalami fetal distress yang disebabkan oleh asfiksia (kekurangan oksigen), sehingga berbagai penyebab kematian dapat diketahui dan diambil upaya antisipasi pencegahan maupun kegawatdaruratan. Faktor pendukung lain semakin membaiknya jejaring koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan Bidan Penanggung jawab Wilayah serta Bidan Praktik Mandiri.

Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), antara lain :

1. Meningkatkan koordinasi antara Dinas Kesehatan dengan semua rumah sakit, bidan koordinator puskesmas/bidan penanggung jawab wilayah dan bidan praktik mandiri terkait rujukan dini terencana untuk bayi baru lahir dengan risiko asfiksia.

2. Audit Maternal Perinatal (AMP) atau pengkajian dan pembahasan kematian maternal perinatal dan neonatal oleh SpOG dan SpA dengan narasumber SpOG konsultan dan SpA konsultan dari Provinsi.

3. Menindaklanjuti hasil rekomendasi AMP bagi rumah sakit, bidan puskesmas, bidan praktek mandiri, Kepala Puskesmas, Institusi Kebidanan.

4. Meningkatkan Kerjasama tim dalam menangani kasus kehamilan atau kebidanan dengan risiko tinggi dan kasus bayi dengan komplikasi.

5. Meningkatkan pendampingan/pemantauan ibu mulai dari masa hamil sampai masa nifas 42 hari oleh kader, mahasiswa, petugas, dan bidan wilayah.

6. Meningkatkan pendampingan/pemantauan bayi baru lahir.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan dengan Pengelolaan Sampah Medik Pakai oleh Bidan Praktik Mandiri di Wilayah Kerja Puskesmas Kabanjahe

Penelitian ini terkait dengan kebijakan pelaksanaan rujukan pada kasus perdarahan post partum primer oleh Bidan Desa di wilayah kerja Puskesmas Bayat

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan, sikap, dan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada petugas kesehatan dan beberapa orang ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan, menunjukkan bahwa faktor-faktor

Rendahnya situation awareness yang dimiliki oleh seorang bidan akan mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan bidan tersebut dalam pekerjaannya. Hal ini

Puskesmas Æ Akreditasi Pelayanan Persalinan (sedang dikembankan di Jawa Barat), ISO 9000, Bidan Delima,  RS Sayang Ibu‐Bayi. • Standar

Tempat yang didatangi [Rumah dukun/kader] [Polindes/Poskesdes/Pustu] [Puskesmas] [Tempat praktik mandiri bidan/dokter] [Klinik pratama/utama/ rumah bersalin] [Rumah sakit] [Rumah

Kepala Tata Usaha menyerahkan Surat Perintah Melaksanakan Tugas SPMT dan jadwal orientasi Penanggung Jawab dan/atau Pelaksana UKM Puskesmas yang baru.. Penanggung Jawab dan/atau