41 - Volume 6, No. 1, Februari 2017
PENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN, PEMAHAMAN REGULASI, DAN SISTEM INFORMASI TERHADAP MANAJEMEN ASET
(Studi pada SKPK di Kabupaten Aceh Jaya)
Mainar1, Darwanis2, Syukriy Abdullah1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2.) Staf Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract: This research aims to know the influence of internal control system, understanding of regulatory, and information systems for asset management at SKPD in Aceh Jaya district, either jointly and partially. The population in this research is an employee who works as a guards goods and leader of SKPK. This research used a cencus method. Total target population are 38 SKPK with respondens 76 people. The analysis method used in this research is multiple regression analysis.The results of this research indicate the jointly internal control systems, understanding of regulatory, and information systems influence toward asset management, partially internal control system, understanding of regulatory, and information systems influence to asset management.
Keywords: internal control system, understanding of regulatory, information systems, and asset management.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi terhadap manajemen aset pada SKPK di Kabupaten Aceh Jaya. Populasi pada penelitian ini adalah kepala SKPK dan pengurus barang di SKPK Kabupaten Aceh Jaya. Penelitian ini menggunakan metode sensus, total populasi adalah 38 SKPK dengan jumlah responden 78 orang. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah regresi berganda linear, hasilnya menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi berpengaruh terhadap manajemen aset baik secara simultan dan parsial.
Kata Kunci: sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, sistem informasi, dan manajemen aset.
PENDAHULUAN
Keberadaan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 2006 tentang pengelolaan Barang Milik Negara Daerah, telah membawa perubahan paradigma baru dalam pengelolaan barang milik daerah. Pasal 1 Undang- Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dapat dinilai dengan uang tidak hanya
mencakup hak dan kewajiban, tetapi segala sesuatu yang dapat dijadikan milik negara sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut baik berupa barang maupun uang. Regulasi-regulasi ini menunjukkan bahwa posisi aset pemerintah daerah sangatlah penting dalam pengelolaan keuangan negara.
Pasal 1 angka 2 PP No. 27/2014 menjelaskan bahwa Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau berasal dari perolehan lainnya yang
Volume 6, No. 1, Februari 2017 - 42 sah. Aset dikelola oleh pengelola barang yang
dibantu oleh pejabat yang telah ditunjuk oleh pengelola barang (PP No. 27/2014, Pasal 4 angka 3).
Permasalahan manajemen aset pemda sangat komplek atau beragam hal ini bisa disebabkan karena belum dilakukan inventarisasi seluruh aset daerah, belum dilakukan penilaian (apraisal) atas seluruh aset daerah, terdapat beragam jenis hak penguasaan atas aset daerah yang dipegang (secara tidak langsung) oleh berbagai pihak, ketidakjelasan status kepemilikan atas beberapa jenis aset (tanah, jalan, jembatan, dan sebagainya), aset daerah tersebut terkait dengan kepentingan yang berasal dari berbagai institusi pemerintah dan non pemerintah dan lemahnya koordinasi dan pengawasan atas pengelolaan aset daerah (Mahmudi, 2010:158-159).
Temuan dari Tim Operasional Penyelamat Aset Negara (TOPAN) Aceh Jaya, yang mengingatkan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya untuk merawat berbagai bentuk aset daerah, baik aset bergerak maupun tidak bergerak (sumber: Rakyat Aceh.com, 4 Februari 2015). Menurut TOPAN bila pemerintah tidak mengelola aset itu dengan baik, bukan tidak mungkin suatu ketika akan bermasalah dengan hukum. Mestinya, pemerintah peka dengan kondisi daerah yang belum mempunyai PAD dengan sempurna.
Temuan-temuan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK untuk tahun anggaran 2012 pada kabupaten Aceh Jaya menunjukkan bahwa aset tetap berupa tanah pada Kabupaten
Aceh Jaya belum memiliki sertifikat tanda bukti kepemilikan, 15 (lima belas) unit laptop dan 3 (tiga) unit kendaraan roda dua senilai Rp.
325.187.595,00 belum dikembalikan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya yang disebabkan oleh lemahnya sistem pengendalian intern dan contoh lain adalah temuan dalam LHP BPK untuk tahun anggaran 2014 diantaranya adalah penatausahaan aset tetap Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya belum sepenuhnya memadai (siaran pers BPK RI Perwakilan Aceh, 2015).
Terkadang masalah pada SKPK barang- barang yang rusak yang dibiarkan begitu saja, aset yang masih belum ada pengamanannya, kehilangan barang yang tidak ada administrasi pelaporannya, rendahnya kinerja pengurus barang, lemahnya sanksi dalam pelaporan barang, kurangnya sarana yang mendukung untuk pemakaian sistem informasi dalam hal pengelolaan aset dan tidak adanya koordinasi antara bendahara pengeluaran dengan pengurus barang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti berminat ingin melakukan penelitian mengenai manajemen aset, dan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya, yaitu sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi.
KAJIAN KEPUSTAKAAN Manajemen Aset
Menurut Jim (2007) dalam Hanis (2009), manajemen aset didefinisikan sebagai a continuous process-improvement strategy for improving the availability, safety, reliability and
43 - Volume 6, No. 1, Februari 2017 longevity of asets; that is systems, facilities, equipment and processes, yaitu suatu strategi proses-perbaikan yang terus menerus untuk meningkatkan ketersediaan, keamanan, keandalan dan umur panjang dari aset tersebut, yaitu: sistem, fasilitas, peralatan dan prosesnya.
Sebagai pengurus barang pada sebuah SKPK harus memahami bagaimana mengelola barang inventaris sehingga terpenuhi persyaratan optimal bagi pelayanan tugas dan fungsi instansinya. Manajemen aset daerah mempunyai makna melaksanakan pengelolaan aset/Barang Milik Daerah (BMD) berdasarkan prinsip dasar-dasar manajemen aset terhadap aset/BMD dengan mengikuti landasan kebijakan yang diatur berdasarkan Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, Keppres, Kepmen dan Surat Keputusan lainnya yang berhubungan dengan pengaturan pengelolaan aset.
Sistem Pengendalian Intern
COSO (2013) mendefinisikan pengendalian internal yaitu suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tujuan yang berhubungan dengan efektivitas dan efesiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku .
Penegakan sistem pengendalian intern sangat penting, hal ini sebagai fondasi bagi seluruh proses manajemen aset yang baik, setiap instansi pemerintah harus menciptakan
dan memelihara lingkungan dalam organisasi yang mendorong perilaku positif dan manajemen yang sehat.
Pemahaman Regulasi
Kamus Umum Bahasa Indonesia Pengertian pemahaman yaitu cara, proses perbuatan memahamkan atau memahami (Poerwadarminta, 2006). Peraturan atau regulasi adalah ketentuan yang digunakan dalam mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah masyarakat ataupun negara (Kurniawan, 2008:1).
Regulasi yang mengatur tentang pengelolaan Barang Milik Daerah di Kabupaten Aceh Jaya adalah Qanun No.5/2012 tentang Pengelolaan Barang Milik Kabupaten, yang dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengelolaan barang milik Kabupaten Aceh Jaya.
Regulasi-regulasi yang telah diterbitkan oleh pemerintah pusat ataupun daerah diharapkan dapat menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan barang milik daerah, diperlukan adanya kesamaan persepsi dan langkah secara integral dan menyeluruh dari unsur-unsur yang terkait dalam pengelolaan barang milik daerah (Darise, 2009:230).
Tanpa adanya regulasi yang mengatur tentang pengelolaan/manajemen aset, maka pemerintah pusat maupun daerah akan menghadapi kesulitan dalam mengelola aset.
Sistem Informasi
Menurut Hall (2001) dalam Kadir (2003:11), sistem informasi adalah sebuah
Volume 6, No. 1, Februari 2017 - 44 rangkaian prosedur formal dimana data
dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada pemakai. Sistem informasi mencakup sejumlah komponen (manusia, komputer, teknologi informasi, dan prosedur kerja), ada sesuatu yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu sasaran atau tujuan (Kadir, 2003:4).
Sistem informasi memegang peranan penting dalam proses pengelolaan aset Pemerintah Daerah, karena dengan adanya sistem informasi barang daerah pengelolaan aset akan lebih tertata, akuntabel dan transparan (Rizqi et al., 2013). Sistem informasi pendukung diperlukan untuk mencapai tujuan manajemen aset secara terencana, terintegrasi dan sanggup menyediakan data dan informasi yang dikehendaki dalam jangka waktu yang singkat, dalam pengambilan keputusan.
KERANGKA PEMIKIRAN dan
HIPOTESIS
Pengaruh Sistem Pengendalian Internal terhadap Manajemen Aset
Undang-undang No.1/2004 pasal 44 tentang Perbendaharaan Negara, menyebutkan bahwa pengguna barang atau pengelola aset daerah wajib mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Dalam mengelola aset daerah secara utuh, dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien, melaporkan
pengelolaan keuangan secara andal, mengamankan aset dan mendorong ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistim ini dikenal dengan sistim pengendalian intern (SPI) (Darise, 2009:302).
Tujuan pengendalian intern dapat dicapai dalam pemerintah apabila adanya suatu langkah yang efektif, diantaranya harus memiliki kapasitas individu yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Di samping itu, setiap bidang pekerjaan harus dijalani oleh orang yang berbeda dalam artian untuk menjalankan pengendalian intern yang efektif tidak diperbolehkan adanya rangkap jabatan hal tersebut untuk menghindari adanya kecurangan yang mungkin terjadi dalam suatu instansi.
Pengaruh Pemahaman Regulasi terhadap Manajemen Aset
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan (dalam menimbang UU No.12/2011). Dalam hierarki peraturan perundang-undangan, produk hukum yang berlaku di daerah terdiri dari peraturan daerah atau qanun, peraturan kepala daerah dan atau keputusan kepala daerah (lihat pasal 7 UU No.12/2011, Pasal 146 UU No.32/2004, Pasal 151 PP No.58/2005, dan Pasal 3 Permendagri No.53/2011).
45 - Volume 6, No. 1, Februari 2017 Berdasarkan pasal 2 Permendagri No.53/2011 tentang Pembentukan Produk Hukum, menyebutkan bahwa produk hukum daerah bersifat pengaturan dan penetapan.
Produk hukum yang bersifat menetapkan adalah berupa keputusan kepala daerah (Permendagri No.53/2011 pasal 7), contohnya Surat Keputusan (SK) Bupati dalam menetapkan pengurus barang dan penyimpan barang. Bagi SKPK peraturan kepala daerah menjadi pedoman pelaksanaan atau petunjuk teknis dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Abdullah, 2010).
Pengaruh Sistem Informasi terhadap Manajemen Aset
Penerapan sebuah sistem informasi pada sebuah instansi pada dasarnya sebagai upaya untuk menertibkan dan mengatur aset manajemen dalam dokumen dan administrasi, karena sistem informasi memegang peranan penting dalam pelaksanaan administrasi sehingga dapat menunjang kinerja, tugas pokok dan fungsi. Mardiasmo (2002:237) mengemukakan bahwa terkait dengan manajemen aset negara, pemerintah daerah perlu menyiapkan instrumen yang tepat untuk melakukan manajemen aset daerah secara profesional, transparan, akuntabel, efisien, dan efektif mulai dari perencanaan, pengelolaan/pemanfaatan, serta pengawasan.
Berdasarkan PP No.56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah juga menyebutkan bahwa setiap daerah harus menyelenggarakan sistem informasi di daerahnya masing-masing. Untuk menunjang
tugas pengelola barang dibutuhkan sarana pendukung berupa sistem informasi yang memiliki kelebihan seperti kemudahan dalam mendistribusikan program aplikasi, mudah dan praktis karena dapat diakses dari manapun dan kapanpun, memiliki akses informasi yang lebih cepat, murah dan lebih baik serta mampu menurunkan biaya atas kebutuhan penyampaian dan penyebaran informasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, skema kerangka pemikiran tentang pengaruh sistem pengendalian intern, regulasi dan sistem informasi terhadap manajemen aset pada Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Kabupaten Aceh Jaya dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka pernyataan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1:Sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi dan sistem informasi berpengaruh secara bersama-sama terhadap manajemen aset.
H2:Sistem pengendalian intern berpengaruh terhadap manajemen aset.
H3:Pemahaman regulasi berpengaruh terhadap manajemen asset
Sistem Pengendalian Intern
Manajemen Aset Pemahaman Regulasi
Sistem Informasi
Volume 6, No. 1, Februari 2017 - 46 H4: Sistem informasi berpengaruh terhadap
manajemen aset.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam sebuah hipotesis. Unit analisis pada penelitian ini adalah SKPK pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya. Pengumpulan data pada penelitian ini secara sekaligus melalui kuisioner dari pegawai yang bekerja di SKPK pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya.
Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah SKPK pada Pemerintahan Kabupaten Aceh Jaya sebanyak 38 SKPK, responden penelitian ini adalah kepala SKPK dan pengurus barang yang berhubungan langsung dalam mengelola aset milik daerah sebanyak 78 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan kuisioner kepada responden oleh peneliti yang disampaikan kepada pegawai bagian barang pada masing-masing SKPK di Kabupaten Aceh Jaya. Dalam menjawab kuisioner, responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap setiap pernyataan dengan memilih salah satu dari lima pilihan jawaban yang disediakan tersebut.
Untuk setiap pernyataan dalam kuisioner diberi bobot 1 sampai 5.
Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen,
yaitu sistem pengendalian intern (X1), pemahaman regulasi (X2), dan sistem informasi (X3), dan satu variabel dependen yaitu manajemen aset (Y).
Metode Analisis
Kuisioner yang telah diisi oleh responden dikuantitatifkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan keluaran-keluaran berupa angka yang selanjutnya dianalisis melalui program SPSS (Statistical Package for Sosial Science).
Setelah kuisioner terkumpul maka dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik.
Ketiga pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan sesuai dengan yang diukur dan juga melihat konsistensi data yang terkumpulkan. Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan pengujian untuk setiap hipotesis. Hipotesis penelitian ini akan diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Persamaan model empiris yang digunakan adalah:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + € Keterangan:
Y = Manajemen aset
X1 = Sistem Pengendalian Intern X2 = Pemahaman Regulasi X3 = Sistem informasi β1,β2,β3 = Koefisien regresi α = Konstanta
€ = Error estimation
47 - Volume 6, No. 1, Februari 2017 HASIL PEMBAHASAN
Uji Validitas
Dari hasil pengujian validitas data menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang diperoleh oleh masing-masing item dari variabel sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, sistem informasi, dan manajemen aset berada di atas nilai kritis korelasi product moment (koefisien korelasi >
0.312) dan memiliki tingkat signifikansi dibawah 0.05 sehingga kuisioner yang digunakan dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Dari hasil pengujian reliabilitas, nilai koefisien alpha untuk masing-masing variabel berada di atas 0.5, sehingga dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian ini layak untuk digunakan.
Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Berdasarkan tabel 1 diperoleh estimasi besarnya nilai kolmogorov-smirnov adalah 0,873 dan nilai signifikansi 0,431 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual terdistribusi normal, atau dengan kata lain model yang digunakan memiliki residual yang berdistribusi normal, sehingga memenuhi asumsi linear.
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dapat dilihat dari gambar scatterplot, terlihat bahwa titik menyebar secara acak, baik di bagian atas angka nol atau di bagian bawah angka nol dari sumbu vertikal atau sumbu Y, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedatisitas dalam model regresi ini.
Volume 6, No. 1, Februari 2017 - 48 Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil output komputer melalui program SPSS dari nilai coefficientsa di atas, maka persamaan regresi berganda diperoleh sebagai berikut:
Y=2,072+0,340X1+0,023X2 +0,141 X3+€
R = 0.454 dan R2 = 0.207. Dari persamaan dan hasil output di atas dapat diketahui hasil-hasil penelitian sebagai berikut:
1. Koefisien korelasi (R) sebesar 0,454 menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel independen dengan variabel dependen sebesar 45,4%. Artinya, penerapan sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi, terhadap manajemen aset sebesar 45,4%.
2. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,207 bermakna bahwa manajemen aset dipengaruhi oleh sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi sebesar 20,7%, sedangkan sebesar 79,3%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
3. Konstanta sebesar 2,072 bermakna bahwa jika sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi dianggap konstan, maka besarnya nilai yang diperoleh untuk variabel manajemen aset adalah sebesar 2,072.
Pengujian Secara Bersama-sama
Hasil pengujian bersama dari regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi (β) untuk variabel sistem pengendalian intern adalah 0,340 (β1), nilai koefisien korelasi untuk variabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandar dized Residual
N 38
Normal Parametersa,b
Mean ,0000000
Std.
Deviation
,33142229
Most Extreme Differences
Absolute ,142
Positive ,142
Negative -,066
Kolmogorov-Smirnov Z ,873
Asymp. Sig. (2-tailed) ,431 Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Uji Multikolinaritas
Coefficientsa
Model Collinearity
Statistics Tolerance VIF
1
Sistem Pengandalian Intern_X1
,512 1,9 55
Pemahaman Regulasi_X2
,932 1,0 73 Sistem
Informasii_X3
,495 2,0 18 Tabel 2. Hasil Uji Multikolinaritas
Hasil uji multikolonieritas dari tabel Coefficienta pada tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai Variance Inflation Faktor (VIF) pada sistem pengendalian intern adalah sebesar 1,955, nilai VIF pada pemahaman regulasi sebesar 1,073, dan nilai VIF pada sistem Informasi adalah sebesar 2,018. Artinya, nilai VIF masing-masing variabel lebih kecil dari pada 10 (1,955,1,073, dan 2,018), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variabel bebas.
49 - Volume 6, No. 1, Februari 2017 pemahaman regulasi adalah 0,023 (β2), dan nilai koefisien korelasi untuk variabel sistem informasi adalah 0,141 (β3). Penentuan hipotesis menyebutkan jika paling sedikit ada satu βi ≠ 0 (i=1,2,3) : Ha diterima, artinya sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi berpengaruh terhadap manajemen aset.
Pengujian Secara Parsial
Hasil pengujian regresi linear berganda pertama menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β1 = 0,340, β2 = 0,023, dan β3 = 0,141.
Penentuan hipotesis menyebutkan jika βi
(i=1,2,3) ≠ 0 : Ha2, Ha3, dan Ha4 diterima.
Artinya sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi secara parsial berpengaruh terhadap manajemen aset.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan pengujian dan analisis data dalam penelitian ini, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan bahwa sistem pengendalian intern, pemahaman regulasi, dan sistem informasi berpengaruh secara bersama- sama dan parsial terhadap manajemen aset.
Saran
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas menambah variabel lain yang mempengeruhi manajemen aset, menambah jumlah responden.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan
Aset Daerah. Melalui
http://syukriy.wordpress.com/2009/04/25/o ptimalisasi-pengelolaan-aset-
daerah/.>[30/9/15].
BPK RI Perwakilan Aceh. 2015. Siaran Pers
BPK. (Online),
http://bandaaceh.bpk.go.id>[02/08/15]
COSO. 2013. Internal Control — Integrated Framework. Executive Summary.
Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi 2. Jakarta: Indeks.
Hanis, H.M., Trigunarsyah, B., dan Susilawati, C. 2009. The Application of Public Asset Management in Indonesian Local Government (A Case Study In South Sulawesi Province). Journal of Corporate Real Estate. Vol. 13 No.1.
Tim Operasional Penyelamat Aset Negara. 2015.
Topan Ingatkan PemKab Rawat Aset.
(Online).
http://rakyataceh.co/2015/02/topan- ingatkan-pemkab-rawat-aset/>[28/9/15]
Kadir, A. 2003. Pengenalan Sistem Informasi.
Yogyakarta: Andi.
Kurniawan, W. 2008. Peraturan Perundang- undangan. Jakarta: Azka Press.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta: Erlangga
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.
Poerwadarminta, Wilfridus Josephus Sabarija.
2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Edisi Ketiga. Balai Pustaka.
Republik Indonesia, Undang-undang RI No.17 tahun 2003, Tentang Keuangan Negara.
Volume 6, No. 1, Februari 2017 - 50 Republik Indonesia, Undang-undang RI No.1
tahun 2004, Tentang Perbendaharaan Negara.
Republik Indonesia, Undang-undang RI No.32 tahun 2004, Tentang Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.
56 Tahun 2005, Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.
58 Tahun 2005, Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.
6 Tahun 2006, Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri dalam Negeri No. 17 Tahun 2007, Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah RI No.12 tahun 2011, Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No.53 tahun 2011, Tentang Pembentukan Produk Hukum.
Republik Indonesia, Qanun Kabupaten Aceh Jaya No.5 tahun 2012, Tentang Pengelolaan Barang Milik Kabupaten.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.
27 Tahun 2014, Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Rizqi, Nurmala, L., Domai, T., dan l Wachid, A..
2013. Penatausahaan Aset Pemerintah Daerah Melalui Sistem Manajemen Barang Daerah (Simbada) di Kabupaten Malang.
Jurnal Administrasi Publik. Vol. 1.
No.1.http://administrasipublik.studentjournal .ub.ac.id/index.php/jap/article/view/16>[25/
9/15].