DS CASE 8 E D R M
Judul
Aghata Zahra
Review Case
Doktor yang bertugas di bangsal rawat inap (inpatient ward) Rumah Sakit X menerima laporan dari perawat
CC: Bangsal rawat inap tiba-tiba kehilangan kesadaran.
Al:
Perawat berusaha untuk membangunkan tetapi tidak merespon.
Perawat meminta bantuan untuk membawa AED dan mengaktifkan melaporkan kode biru untuk pasien di kamar 204 di lantai 2
Perawat memeriksa denyut nadi dan napas tetapi tidak menemukan apapun.
Pakaian pasien dilonggarkan dan di mulai cardiac resusitasi di mulai
Perawat lain mengambil Bag Valv Mask (BVM) dan bersiap memberikan bantuan pernafasan pada pasien.
Tim Code Blue tiba di lokasi kurang dari 5 menit setelah dihubungi perawat.
Ketua tim mengenakan alat pelindung diri, termasuk sarung tangan dan masker.
Perawat tim Code Blue yang sedang melakukan kompresi dada merasa lega.
Pemimpin menanyakan status pasien dan diberitahu bahwa lima siklus resusitasi jantung telah dilakukan .
Pemimpin meminta
Kelanjutan kompresi dada,
Pemasangan infus, dan
Pemantauan.
Tidak ada denyut nadi yang terdeteksi, dan monitor menunjukkan asistol.
Pemimpin meminta pemberian epinefrin 1 mg, pemasangan Endotracheal tube (ETT), dan kelanjutan resusitasi jantung.
Saat monitor menunjukkan ventricular fibrillation, pemimpin menyiapkan defibrilator dengan 300 joule.
Setelah memastikan keselamatan tim shock/kejutan sebesar 300 joule terjadi
Resusitasi jantung berlanjut, dan dilakukan evaluasi ulang.
Denyut nadi terlihat jelas pada 72 denyut per menit,
Pernapasan spontan hadir, dan
Tekanan darah 110/70
Pasien telah diresusitasi dan kemudian dipindahkan ke ruang ICCU untuk observasi berkala.
8 November 2023 terjadi gempa bumi (Earthquake) dengan intensitas VII MMI.
Karyawan Rumah Sakit X dan tamu di dalam gedung panik dan mencari perlindungan yang aman.
Karyawan dan perawat menginstruksikan orang lain untuk mencari tempat yang aman dan melindungi diri dari gempa bumi.
Para karyawan juga saling memperingatkan untuk berlindung dari puing-puing yang berjatuhan.
Tiba-tiba, seorang karyawan di lantai tiga melihat percikan api dari kabel yang terbuka akibat colokan yang tergeser oleh tas yang terjatuh.
Api menyulut dokumen, dan karyawan menjadi lebih panik, berteriak-teriak tentang kebakaran tersebut
Usai gempa reda, karyawan bergegas menuju lokasi dengan membawa alat pemadam kebakaran (APAR).
Namun karena lokasi kebakaran dekat dengan pasien, karyawan berusaha menyelamatkan tamu sambil meminta bantuan.
Mendengar teriakan minta tolong, karyawan lain segera memanggil "kode merah", menghubungi Pemadam Kebakaran, dan membunyikan alarm.
Tim keamanan pemadam kebakaran tiba dan mulai memasang hidran tetapi kesulitan mengarahkan air ke ruang pembakaran karena asap tebal.
Mereka fokus pada lokalisasi api dan, ketika asap mengepul melalui lubang, Komandan Insiden menginstruksikan evakuasi (kode ungu) semua pasien di lantai 3 sampai 7.
Koordinator Lantai memimpin timnya untuk mengevakuasi pasien, dengan mempertimbangkan klasifikasi:
1. Mobile, Mobile terbatas, = Pasien, beserta keluarganya, menuju ke tempat evakuasi di dekat tangga darurat,
2. Pasien yang tidak berpindah-pindah = bersama keluarganya menuju ke titik berkumpul melalui jalur landai.
Saat pompa hidran utama diaktifkan, tiba-tiba tidak berfungsi. Teknisi segera mengaktifkan pompa diesel.
Komandan Insiden melapor kepada Direktur Kedaruratan dan meminta bantuan untuk koordinasi di area parkir luar gedung dan personel pendukung tambahan (perawat, dokter, teknisi, dll).
Tempat parkir yang padat menghalangi masuknya truk pemadam kebakaran
Departemen Pemadam Kebakaran, sehingga semua anggota kru Departemen Pemadam Kebakaran menuju ke pos komando untuk berkoordinasi dengan
Komandan Insiden dan mengambil alih operasi pemadaman kebakaran.
Menggunakan alat bantu pernapasan mandiri (SCBA), kru Pemadam Kebakaran berhasil memadamkan api dalam waktu 15 menit.
Kondisi interior dan struktur bangunan dinyatakan aman oleh Komandan Insiden setelah berkoordinasi dengan Direktur Darurat.
Komandan Insiden kemudian menginstruksikan pemindahan pasien dari kamar 206 lantai dua ke bangsal lain.
Sedangkan pasien dari ruangan lain di lantai dua dan tiga hingga lantai delapan masuk kembali ke ruang perawatan setelah lingkungan dinyatakan bebas asap rokok.
Epilogue
Setelah penanganan keadaan darurat di rumah sakit, rumah sakit terus melaksanakan Rencana Bencana Rumah Sakit sebagai bagian dari respon terhadap keadaan darurat bencana
EMERGENCY CONDITION AND DISASTER RUMAH SAKIT
DEFINISI KONDISI + BENCANA DI RS Darurat
Suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan terjadi pada tempat/kegiatan membahayakan manusia, merusak peralatan/harta benda/lingkungan masih dapat ditangani oleh sumber daya internal RS.
Bencana UU No 24 thn 2007
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam,nonalam manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi yang tidak dapat ditangani sendiri oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi kondisi darurat dan/atau bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Tanggap darurat dan bencana
Serangkaian upaya yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian darurat dan bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan korban, penyelamatan, dan pemulihan sarana prasarana.
Note: selamatkan evakuasi pemenuhanperlindungan pengurusan ( di rawat) pemulihan
Rumah Sakit
Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
menyediakan pel rawat inap, jalan & gawat darurat.
KRITERIA KONDISI DARURAT 1. Kedaruratan keselamatan dan keamanan
Ex:
Demonstrasi/ huru-hara
Penculikan bayi
Kekerasan dalam rumah sakit
Risiko kecelakaan diakibatkan kondisi gedung 2. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3)
3. Kegagalan peralatan medik dan non medik 4. Kedaruratan utilitas Rumah Sakit
Ex, kegagalan pada:
Kelistrikan pada case
Ketersediaan air
Informasi teknologi/ IT
Sistem tata udara
5. Outbreak/ wabah/ pandemi penyakit
Note:
Kondisi darurat di RS berkembang menjadi bencana apabila tidak dapat ditangani oleh sumber daya internal RS.
JENIS BENCANA
Jenis Bencana Yang Berdampak Pada Kesiapan Rumah Sakit di bagi berdasarkan UU no 24 tahun 2007
1. Bencana alam : pada case - Disebabkan oleh alam
- Ex: gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor, epidem, wabah & KLB
2. Bencana non-alam : pada case - Disebabkan oleh non-alam
- Ex: kebakaran hutan/lahan, kecelakaan transportasi, gagal kontruksi & teknologi, gagal modernisas.
3. Bencana sosial :
- Disebabkan oleh manusia
- Ex: konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
ACLS
(Advance Cardiac Life Support)
1. ACLS (Advance Cardiovascular Life Support)
2. Post-Cardiac Arrest Care Algorithm
EMERGENCY SERVICES(ES) IN HOSPITAL
DEFINISI
Pelayanan kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan
STANDAR (KepMenKes No 1457/Menkes/SK/ X/2003) 1. Memiliki kemampuan melakukan resusitasi & stabilitasi
(life saving).
2. Memberikan pelayanan 24 jam/ sehari dan 7 hari /seminggu.
3. Diseragamkan namanya Instalasi Gawat Darurat (IGD).
4. X meminta uang muka saat menangani kasus gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 menit setelah sampai di IGD.
6. Organisasi IGD :
Didasarkan pada multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi,
Struktur fungsional terdiri dari : a. Pimpinan oleh dokter
b. Pelaksana bertanggung jawab dalam pelayanan terhadap pasien gawat darurat,
KLASIFIKASI/ JENIS
1. IGD (Instalansi Gawat Darurat)
Salah satu unit pelayanan di RS yang menyediakan penanganan awal (pasien datang langsung ke RS) atau lanjutan (pasien rujukan) yang menderita sakit /cedera.
Indikasi :
- Kasus mengancam nyawa
- Adanya gangguan (ABC) jalan nafas, pernapasan, dan sirkulasi
- Gangguan hemodinamik - Memerlukan tindakan segera 2. HCU (High Care Unit)
Unit pelayanan di RS bagi pasien dengan kondisi stabil (respirasi, hemodinamik, dan kesadaran) tetapi masih memerlukan (pengobatan, perawatan & observasi) secara ketat
lndikasi Masuk:
1. Pasien gagal organ, berpotensi terjadi komplikasi dan x perlu monitor dan alat bantu invasif.
2. Pasien perlu perawatan perioperative (rawat inap, anestesi, operasi, dan pemulihan)
Indikasi Keluar
1. Pasien x butuh pemantauan yang ketat.
2. Pasien yg cenderung memburuk dan/atau perlu monitor dan alat bantu invasif perlu pindah ke lCU
3. ICU (Intensive Care Unit)
Fasilitas u/ merawat pasien dlm keadaan belum stabil/
kritis (sesudah operasi / bukan) memerlukan perawatan intensif, pemantauan ketat /tindakan segera Indikasi :
Prioritas 1 (satu):
- Kritis, tidak stabil + terapi intensif (ventilasi, infus obat-obat vasoaktif, kontinyu)
- Co: pasien shock septic
Prioritas 2 (dua):
- Pasien yg berisiko + terapi intensif & monitor - Ex: penyakit dasar jantung, paru, atau ginjal akut
dan berat.
Prioritas 3 (tiga):
- Pasien kritis, tidak stabil, riwayat kesehatan + penyakit (penyakit akut) baik masing-masing / kombinasinya.
4. ICCU ( Intensif Coronary Care Unit )
Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung. (terutama penyakit jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yg berat, gagal jantung) Indikasi masuk :
Klasifikasi Pasien
5. NICU (Neonatal Instensif Care Unit ) Ruangan untuk bayi baru lahir - berusia 28 hari Indikasi
Bayi prematur yang lahir :
- Kurang bulan (kurang dari 37 minggu) - Lebih bulan (lebih dari 42 minggu)
Berat lahirnya rendah atau sangat rendah (kurang dari 2500 gr)
Bayi kembar
Bayi yang mengalami cacat bawaan
6. PICU ( Pediatrik Intensif Care Unit )
Ruangan bagi pasien anak dengan usia di atas 28 hari - 18 tahun.
Indikasi :
Sakit kritis + terapi intensif
Sakit kritis belum mendapat penanganan
Sakit kritis & gangguan tumbuh kembang.
Sakit kritis + prognosis buruk sehingga dengan terapi intensif pun tidak tertolong.
7. PACU (Post Anesthesia Care Unit)
PACU adalah pemantaua ketat setelah operasi saat anestesi pasien hilang.
8. SICU (Surgery Intensive Care Unit)
SICU adalah tempat Anda menerima perawatan jika pasien sakit kritis dan membutuhkan pembedahan atau pemulihan dari operasi.
MANAGEMENT RISIKO
DEFINISI
Risiko
Peluang peristiwa atau kondisi tidak pasti, apabila terjadi dapat memberikan dampak (+/-) yang dapat mempengaruhi perubahan terhadap biaya, ruang lingkup, dan kualitas pelayanan Rumah Sakit.
Manajemen Risiko
Proses perumusan dan pelaksanaan tindakan untuk memitigasi bahaya berdasarkan hasil penilaian risiko
TUJUAN
peluang dan dampak (+), peluang dan dampak (-) Ex:
Menurunkan kualitas pelayanan Rumah Sakit
Mengganggu fungsi operasional Rumah Sakit
TAHAPAN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO 1. Penetapan Konteks
Menetapkan ruang lingkup jenis kondisi darurat dan/atau bencana yang akan dikendalikan
2. Identifikasi risiko
Dokumen & Sumber Data Yg Perlu Dipersiapkan:
a. Analisis catatan rekaman data kejadian darurat dan/atau bencana pernah terjadi sebelumnya baik pada Rumah Sakit itu sendiri maupun di tempat lain termasuk wabah/endemic)
b. Survey potensi risiko 1) Bahan
Ex: Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya.
2) Peralatan pada case ini
Ex: peralatan radiologi/ radioterapi, instalasi gas medis sentral, peralatan laboratorium, genset, boiler, panel listrik dan sebagainya.n
3) Proses/ Metode
- Tidak menutup rapat tabung gas medis - Proses penyimpanan tabung gas yg x tepat - Ketidakpatuhan terhadap SPO (standard
prosedur operasional)
- Pengujian alat yang tidak sesuai standar dan sebagainya.
4) Kondisi Lingkungan - Suhu ekstrim
- Penataan ruangan kerja yg tidak sesuai standar dan sebagainya.
5) Faktor manusia
Ex: perilaku yang tidak aman.
3. Analisis Risiko
Hasil penilaian risiko dilakukan analisis sehingga didapatkan informasi
1) Menjadi dasar Rumah Sakit dalam menentukan:
- Prioritas bahaya yg perlu segera dikendalikan - Cara pengendalian terbaik untuk meminimalkan
risiko.
2) Menghasilkan data yang digunakan - Pengukuran kinerja,
- Akreditasi fasilitas, - Peningkatan layanan,
- Penilaian kepatuhan terhadap peraturan.
4. Evaluasi Risiko
1. Menyusun rencana penanganan risiko.
- Hasil identifikasi dan penilaian risiko - Penanggung jawab penanganan risiko
- Rencana aksi u/ menguatkan peluang positif dan meminimalkan risiko
2. Disepakati upaya penanganan risiko a. Mitigasi
pencegahan awal mengurangi peluang terjadinya risiko yang tidak diharapkan
b. Kontigensi
merespon pencetus terjadinya risiko sehingga dapat mengurangi dampak risiko yang tidak diinginkan.
c. Transfer
menggeser/ memindahkan risiko ke dalam tanggung jawab bagian lain.
d. Menolak risiko
merubah proses kerja atau sistem kerja atau alat kerja sehingga hal tersebut tidak ada lagi dalam draft identifikasi risiko.
e. Menerima risiko
kesadaran bahwa risiko tersebut merupakan bagian dari pekerjaan dan menerima konsekuansi yang ditimbulkan.
5. Penanganan Risiko
Mengidentifikasi pilihan penanganan risiko dan memilih penanganan terbaik.
6. Monitoring dan review
Manajer ditunjuk untuk mengelola risiko memastikan setiap risiko yang berhasil diidentifikasi dalam pemantauannya.
Monitoring risiko meliputi 1) Proses identifikasi, 2) Analisis,
3) Rencana pengendalian risiko,
4) Analisis ulang risiko yang masih tersisa, 5) Pemantauan pemicu terjadinya risiko, 6) Mereview hasil intervensi terhadap risiko.
7. Komunikasi Risiko
Melaporkan hasil pemantauan risiko secara berkala menyesuaikan setiap perubahan terkini.
METODE PENILAIAN RISIKO Tujuan
Memudahkan identifikasi dan penilaian risiko kondisi darurat dan/ atau bencana di Rumah Sakit,
Beberapa metode yang digunakan:
a. Hazard Identification, Risk Assessment, and Determine Control (HIRADC)
- Salah satu instrumen digunakan untuk Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Risiko.
- Disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit masing- masing.
b. Hazard Vulnerability Analysis (HVA)
- Menilai kerentanan Rumah Sakit terhadap kondisi darurat dan/ atau bencana baik yang berasal dari internal maupun eksternal Rumah Sakit.
- Pengisian melibatkan berbagai satuan kerja/ unit/
instalasi yang terkait.
- Diisi oleh = tim kewaspadaan bencana
c. Hospital Safety Index (HSI)
- Menilai suatu Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan tetap beroperasi, berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat dan/
atau bencana.
- Focus: pencegahan, mitigasi, respon darurat dan pemulihan.
- Penilaian di bagi 4 1. Bahaya
2. Keamanan Struktur Bangunan 3. Keamanan Non-Struktural
4. Pengelolaan kondisi darurat dan/atau bencana - Diisi oleh = tim kewaspadaan bencana terdiri dari - Hasil 3 (tiga) kategori kesiapsiagaan :
d. Fire Safety Risk Assessment (FSRA);
- Rumah Sakit harus merencanakan dan menetapkan suatu program untuk pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran, serta penyediaan sarana jalan keluar yang aman sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
e. What if analysis (Analisis 'Bagaimana Jika') f. Process Hazard Analysis (PHA)
g. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA)
EMERGENCY AND/OR DISASTER RESPONE TEAM
TUJUAN
Untuk membuat & menyusun hospital disaster plan disahkan oleh Pimpinan Tertinggi Rumah Sakit dilanjutkan dengan sosialisasi dan pelatihan.
TERDIRI ATAS:
Note : Tim dapat dikembangkan sesuai dengan sumber daya yang ada di Rumah Sakit.
TUGAS: penanda berupa tanda pengenal
STADAR PROSEDURE OPERASIONAL (SPO)
Berisi : informasi mengenai pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur dan unit terkait
Klasifikasi berdasarkan jenis kondisi darurat &/
bencana:
1) Pada Semua kondisi darurat dan/atau bencana pada kasus (emergency medis)
2) Natural Disaster pada kasus (gempa bumi) 3) Human Disaster
4) Technological Disater pada kasus (listrik, kebakaran,apar, hydrant, APD ])
5) Hazmat Disaster 6) Disease Disaster
Note : Apabila kondisi darurat ↑ menjadi bencana, pihak Rumah Sakit memiliki SPO untuk mengelola komunikasi dengan pihak eksternal yang terkait.
KODE DARURAT
Tujuan: digunakanu/ menginformasikan petugas &
pengunjung akan terjadinya suatu kondisi darurat dan bencana yang terjadi.
Bbrp Kode Kedaruratan Yg Secara Umum Digunakan 1. Kode Biru (Code Blue) :
- Kegawatan medis / henti jantung / henti nafas &
membutuhkan resusitasi (bls) segera.
- Pengumuman untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau tim code blue
- Respon time : < 10 menit
2. Kode Merah (Code Red) : Kebakaran (api maupun asap)
3. Kode Merah Muda (Code Pink) : Penculikan bayi/anak / kehilangan bayi/ anak di lingkungan RS → lock down (menutup akses keluar-masuk) oleh petugas keamanan.
4. Kode Hijau (Code Green) : Gempa Bumi
5. Kode Hitam (Code Black) : Ancaman bom
6. Kode Abu-abu (Code Grey) : Kedaruratan keamanan (ex: huru-hara, ancaman orang yg membahayakan, kekerasan thdp karyawan, pengunjung dan ancaman lain) 7. Kode Kuning (Code Yellow) : Kedaruratan massal/
emergensi internal (ex: kecelakaan massal, keracunan masal, wabah/epidemic, KLB penyakit menular/tidak menular)
8. Kode Coklat (Code Brown): emergensi external Kehilangan/Pencurian
9. Kode Oranye (Code Orange) : Ancaman akibat bahan kimia, zat biologis, radioaktif / nuklir
10. Kode Ungu ( Code Purple ) : Evakuasi
Note :setaip kode bisa berubah sesuai dengan RS masing masing
TINGKAT KESIAPSIAGAAN
Penanganan kondisi darurat dan/ atau bencana dilakukan berdasarkan tingkatan kesiapsiagaan.
SAFETY SIGN & EMERGENCY SIGN
Rambu-rambu keselamatan & tanda darurat harus diletakkan pd tempat yg mudah dilihat baik oleh petugas Rumah Sakit maupun pengunjung
1. Arah Jalur Evakuasi 2. Tanda exit
3. Rambu titik kumpul 4. Rambu Penanda APAR 5. Kotak P3K
Note:
Untuk rambu yang terkait dengan adanya bencana wabah/
endemic/ pandemic dapat disesuaikan dengan kondisi, lokasi dan ruangan yang digunakan dengan petunjuk/rambu yang
jelas dan informative
PUBLIC HEALTH EMERGENCIES
DEFINISI
Rumah Sakit menyusun alur penanganan pasien yang efektif dan efisien mempercepat proses penanganan dan mencegah penularan penyakit.
Untuk mengantisipasi dan menanggulangi lonjakan pasien terkait kedaruratan kesehatan masyarakat maka diperlukan prosedur tanggap darurat dan mempersiapkan Hospital Disaster Plan
Alur Pengaktifan Tim Bencana Rumah Sakit:
1. Kepala IGD melapor Pimpinan Rumah Sakit berdasarkan informasi dari lapangan
2. Pimpinan RS memberikan instruksi kepada tim investigasi KLB u/ melakukan asesment lapangan scr cepat
3. Diluar jam kerja, Duty Manager mengaktifkan tim investigasi & memimpin koordinasi pada saat itu untuk memberi laporan segera pada Pimpinan RS 4. Tim investigasi, melaporkan hasil asesment cepat kpd
Pimpinan RS
5. Pimpinan RS mengaktifkan tim penanggulangan bencana RS dengan Direktur Medik dan Keperawatan sebagai Incident Commander
6. Tim bencana segera melakukan koordinasi di posko yang sudah ditetapkan
Pimpinan Rumah Sakit memberikan instruksi kepada
jajaran tim penanggulangan bencana untuk mempersiapkan:
1. Pemetaan area/pos kegiatan (staging) 2. Alur penanganan pasien
3. Pelayanan Penunjang Medis
4. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi 5. Kebutuhan Logistik
6. Penyiapan Infrastruktur
7. Manajemen dan Mobilisasi SDM 8. Prosedur Keamanan
9. Komunikasi dan Informasi 10. Transportasi
11. Pemulasaran Jenazah
12. Surveilans Kesehatan terhadap tenaga Kesehatan dan pekerja di Rumah Sakit
13. Penutupan Rumah Sakit 14. Alur Pelaporan 15. Sumber Daya Alternatif 16. Demobilisasi
HOSPITAL DISASTER PLAN
DEFINISI
Kegiaan perencanaan (pedoman penatalaksanaan korban) bencana yg ditujukan untuk seluruh petugas RS dalam menanggulangi korban massal akibat bencana baik internal atau eksternal RS
Setiap RS perlu “Disaster Plan” agar bila ada bencana dapat melakukan Tindakan pertolongan secara cepat dan tepat. HDP ini harus disesuaikan dengan kondisi RS masing-masing.
LANDASAN HUKUM
Peraturan Menteri Pertahanan RI Nomor 39 Tahun 2014
KLASIFIKASI
1. Internal (di dalam RS) kebakaran a. Vertical bertingkat
b. Horizontal 1 lantai meluas
Tindakan: Evakuasi pasien/ penunggu pasien/ patugas ke RS lain/ menjauhi lokasi kejadian
2. External. (di luar RS) kecelakaan
Tindakan: penanganan korban di lokasi kejadian, untuk pasien gawat ke RS
PERENCANAAN
1. Penanganan korban bencana di area musibah/bencana (pengiriman tim ke lokasi bencana)
2. Menerima korban bencana (massal) dari tempat bencana 3. Penangan pasien & masyarakat yg menghadapi benc ana
di RS TARGET
- Menecegah timbulnya korban, kerusakan harta benda dan lingkunga
- Mengembalikan fungsi normal RS secepat mungkin KOMPONEN