KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN
AASHTO
Klasifikasi Tanah Berdasarkan AASHTO merupakan sistem klasifikasi tanah yang dikenal secara internasional. AASHTO singkatan dari American Association of State Highway and Transportation Officials, dan digunakan sebagai panduan untuk klasifikasi tanah dan campuran agregat tanah untuk keperluan konstruksi jalan raya. Sistem klasifikasi pertama kali dikembangkan oleh C.A.Hogentogler dan K.Terzaghi.
Apa itu
AASHTO?
Sistem klasifikasi tanah ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1929, kemudian direvisi beberapa kali dan terakhir pada tahun 1992. Saat ini, sistem klasifikasi tanah ini digunakan oleh lembaga pemerintah, perusahaan konstruksi, dan pemangku kepentingan asosiasi jalan raya. Antara tahun 1929 hingga 1992, AASHTO melakukan sejumlah revisi terhadap pedoman dan standar mereka.
Alasan di balik revisi ini mencakup perkembangan teknologi, perubahan kebutuhan masyarakat, adaptasi terhadap perubahan hukum dan regulasi, peningkatan fokus pada keselamatan dan lingkungan, serta evolusi industri.
Revisi-revisi ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk menjaga standar AASHTO tetap relevan dan sejalan dengan perkembangan dalam dunia transportasi Amerika Serikat serta untuk memastikan infrastruktur transportasi yang berkualitas dan aman.
Sejarah
Perkembangan
AASHTO?
Kedua sistem klasifikasi, AASHTO dan USCS, adalah didasarkan pada tekstur dan plastisitas tanah. Juga kedua sistem tersebut membagi tanah dalam dua kategori pokok, yaitu: berbutir kasar (coarse-grained) dan berbutir halus (fine-grained), yang dipisahkan oleh ayakan No.
200. Menurut sistem AASHTO, suatu tanah dianggap sebagai tanah berbutir halus bilamana lebih dari 35% lolos ayakan No. 200. Menurut sistem Unified, suatu tanah dianggap sebagai tanah berbutir halus apabila lebih dari 50% lolos ayakan No. 200. Suatu tanah berbutir kasar yang mengandung kira-kira 35% butiran halus akan bersifat seperti material berbutir halus.
Hal ini disebabkan karena tanah berbutir halus jumlahnya cukup banyak untuk mengisi pori- pori antar butir-butir kasar dan untuk menjaga agar butiran kasar berjauhan satu terhadap yang lain.
Perbedaan AASHTO dan USCS
Hal ini disebabkan karena tanah berbutir halus jumlahnya cukup banyak
untuk mengisi pori-pori antar butir-butir kasar dan untuk menjaga agar butiran
kasar berjauhan satu terhadap yang lain.
Dalam hal ini, sistem AASHTO lebih cocok. Dalam sistem AASHTO, ayakan no.
10 digunakan untuk memisahkan antara kerikil dan pasir. Dalam sistem Unified, yang digunakan adalah ayakan No. 4. Dari segi batas ukuran pemisahan tanah, ayakan No. 10 adalah lebih dapat diterima untuk dipakai sebagai batas atas dari pasir. Hal ini digunakan juga dalam teknologi beton dan lapisan pondasi jalan raya. Dalam sistem Unified, tanah berkerikil dan berpasir dipisahkan dengan jelas, tapi dalam sistem AASHTO tidak. Kelompok A-2 berisi tanah-tanah yang bervariasi. Tanda-tanda seperti GW, SM, CH, dan lain-lain yang digunakan dalam sistem Unified menerangkan sifat-sifat tanah lebih jelas daripada simbol yang digunakan dalam sistem AASHTO. Klasifikasi tanah organik seperti OL, OH, dan PT telah diberikan dalam sistem Unified, tapi sistem AASHTO tidak memberikan tempat untuk tanah organik. UU (1967) telah membuat suatu perbandingan antara sistem AASHTO dan Unified.
AASHTO USCS Digunakan untuk menemukan kesesuaian tanah sebagai bahan
tanah dasar untuk pembangunan jalan raya
Digunakan untuk menentukan kesesuaian tanah untuk penggunaan umum
Tanah disebut berbutir halus jika lebih dari 35% lolos ayakan No. 200 (0,075 mm)
Tanah disebut berbutir halus jika lebih dari 50% lolos ayakan No. 200
Ayakan No. 10 (2,0 mm) digunakan untuk membagi tanah antara kerikil dan pasir
Ayakan No. 4 (4,75 mm) digunakan untuk membagi tanah antara kerikil dan pasir
Tanah berkerikil dan berpasir tidak terdefinisi dengan jelas Tanah berkerikil dan berpasir terdefinisi dengan jelas
Tidak ada tempat untuk tanah organik Tanah organik diklasifikasikan sebagai OL dan OH dan sebagai Gambut (Pt)
Memakan waktu penggunaannya karena proses eliminasi Lebih mudah digunakan
Klasifikasi Tanah dengan Metode AASHTO
A. Ukuran butir B. Plastisitas
Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan dengan diameter 75 mm (3in) dan yang tertahan pada ayakan No.20 (2mm). Pasir: bagian tanah yang lolos ayakan No. 10 (2mm) dan yang tertahan pada ayakan No.
200 (0,075 mm). Lanau dan
lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No. 200.
Nama berlanau dipakai apabila
bagian bagian yang halus dari tanah mempunyai indeks plastisitas
[plasticity index (PI)] sebesar 10 atau kurang. Nama berlempung dipakai bilamana bagian
bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastis sebesar 11 atau lebih.
Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan di dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya, maka batuan- batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu. Tetapi, persentase dari batuan yang dikeluarkan
tersebut harus dicatat.
Kelas A-1
• Tanah dengan sifat fisik dan hidrolik yang sangat baik termasuk dalam kelas A-1.• Contoh tanah kelas A-1: batu, batu koral, pasir, kerikil.
Kelas A-2
• Kelas A-2 terdiri dari tanah yang memiliki sifat fisik dan hidrolik yang baik.Namun, ada beberapa perbedaan dengan tanah kelas A-1.
• Contoh tanah kelas A-2: kerikil dan pasir yang berlanau dan berlempung.
Klasifikasi Kelompok Tanah
Kelas A-3 • Tanah kelas A-3 membutuhkan pengolahan sebelum digunakan dalam konstruksi.
Ini mungkin melibatkan penggunaan bahan kecil seperti kapur atau semen.
• Contoh tanah kelas A-3: pasir halus
Kelas A-4 • Tanah A-4 termasuk jenis tanah yang sangat rendah dalam kategori sifat fisik dan hidrolik yang cocok untuk konstruksi. Tanah A-4 membutuhkan modifikasi intensif agar dapat digunakan dalam konstruksi.
• Contoh tanah kelas A-4: tanah berlanau.
Kelas A-5 • Tanah kelas A-5 jarang digunakan dalam konstruksi. Tanah ini harus dihindari tanpa perencanaan yang tepat, karena dapat menimbulkan risiko penyusutan, longsor atau erosi.
• Contoh tanah kelas A-5: Tanah berlanau.
Kelas A-6 • Tanah yang termasuk dalam klasifikasi ini cenderung memiliki sifat plastisitas yang tinggi. Ini berarti tanah ini memiliki kemampuan untuk mengalami perubahan bentuk dan konsistensi dengan variasi kadar air yang signifikan.Tanah A-6 dapat berkisar dari berpasir hingga lempung. Hal ini berarti tanah ini mungkin memiliki kandungan pasir, silt, dan lempung dalam berbagai proporsi, biasa digunakan dalam konstruksi jalan dan bangunan.
• Contoh tanah kelas A-6: Tanah berlempung.
Kelas A-7 • Tanah yang diklasifikasikan sebagai AASHTO Bagian A-7 umumnya memiliki sifat
plastisitas yang lebih rendah daripada tanah A-6. Ini berarti tanah ini kurang cenderung mengalami perubahan konsistensi dengan variasi kadar air.Tanah A-7 juga dapat
berkisar dari berpasir hingga lempung, tetapi kandungan lempungnya biasanya lebih rendah daripada A-6.
• Contoh tanah kelas A-7: Tanah berlempung.