Volume 3 No 2 Juli 2022 ISSN: 2721-2033
POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN RENDAHNYA PREVALENSI ANGKA BEBAS KARIES USIA DINI ANAK
PRASEKOLAH
(Studi di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo)
Irna Apprillia Roswandha1, I Gusti Ayu Kusuma Astuti Ngurah Putri2 , Endang Purwaningsih3
1,2,3Jurusan Kesehatan Gigi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
ABSTRAK
Latar Belakang : Karies usia dini adalah adanya satu atau lebih kerusakan pada gigi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi susu pada usia prasekolah (0-71 bulan). Data pemeriksaan def-t anak prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo menunjukkan rendahnya prevalensi angka bebas karies usia dini. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola pemberian susu formula saat batita dengan rendahnya prevalensi angka bebas karies usia dini anak prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo. Metode : Responden penelitian yaitu ibu dan anak prasekolah yang bersekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo sebanyak 48 orang diambil secara simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo pada bulan Desember 2021 hingga Maret 2022. Teknik analisis data yang digunakan merupakan uji korelasi koefisien kontingensi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami karies dan memiliki pola pemberian susu formula saat batita tidak tepat. Kesimpulan : Hasil uji korelasi koefisien kontingensi yaitu p value 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola pemberian susu formula saat batita dengan rendahnya prevalensi angka bebas karies usia dini anak prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo.
Saran : Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi bahan mengajar mengenai pola pemberian susu formula saat batita dengan kejadian karies gigi.
Kata kunci:
Pemberia Susu Formula, Karies Usia Dini, Anak Prasekolah
ABSTRACT Key word:
Formula Feeding, Preschool Children, Early Childhood Caries
Introduction : Early childhood caries is defined as the presence of one or more decayed teeth with or without cavities, tooth loss from caries, or surface filling of milk teeth at preschool age (0–71 months). Data from the detailed examination of preschool children at the Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo Kindergarten show a low prevalence of caries-free rates at a young age. The purpose of this study is to discover the link between infant formula feeding habits and the low prevalence of caries-free rates in early childhood preschool children at Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo Kindergarten. Methods: Mothers and preschool children from TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo were chosen at random from a sample of 48 people.
From December 2021 to March 2022, this study was conducted at Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo. A contingency coefficient correlation test was used to analyze the data. Results: The findings revealed that the majority of respondents had caries and had an inappropriate pattern of giving formula milk to toddlers. The contingency coefficient correlation test results are 0.000, implying that there is a link between the practice of giving formula milk to toddlers and the low prevalence of caries-free rates among preschool children in Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Kindergarten Sidoarjo. Discussion : It is hoped that the results of this study can be used as information and reference for teaching materials regarding the pattern of giving infant formula milk and the incidence of dental caries.
PENDAHULUAN
Karies usia dini (Early Childhood Caries) adalah adanya satu atau lebih kerusakan pada gigi dengan kavitas atau tanpa kavitas, kehilangan gigi akibat karies, atau penambalan permukaan gigi susu pada usia prasekolah (0-71 bulan) (Jingga et al., 2019).
Karies usia dini merupakan penyakit yang sering dialami bayi, balita dan anak prasekolah yang perkembangannya sangat cepat. Karies usia dini biasa terjadi beberapa bulan setelah gigi sulung erupsi. Ditemukan prevalensi anak TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo yang bebas karies hanya 20% termasuk belum memenuhi target prevalensi bebas karies menurut WHO. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 melaporkan prevalensi ECC untuk anak usia 5 tahun di Indonesia 90,2% (Susi et al., 2020).
Tingginya angka karies dini pada anak diawali dengan konsumsi ASI dan meningkatnya penggunaan susu botol selama 6 bulan pertama sejak kelahiran. Menurut Handayeni (2015) kebiasaan konsumsi susu menjelang tidur dengan menggunakan botol yang terlalu lama, juga kebiasaan mengulum permen dan makan-makanan yang manis dapat menjadi penyebab anak terkena karies sedangkan untuk masalah hubungan mengenai konsumsi ASI dengan karies dini masih menjadi perdebatan (Alvianur dan Jeddy, 2021).
Pola pemberian ASI dalam jangka waktu yang panjang atau yang disebut sebagai prolonged breastfeeding memiliki potensi risiko yang besar pada pembentukan ECC (Sebastian et al., 2017). Penyebab adanya ECC berhubungan dengan karbohidrat yang terkandung pada air susu ibu (ASI) atau susu formula dengan faktor yang menentukan lamanya kontak dari susu pada gigi sulung yang telah erupsi seperti frekuensi dan cara pemberian asupan yang menyebabkan ASI atau susu formula menggenang di sekitar permukaan gigi, yaitu pada saat menyusui bayi sampai tertidur. Penentu utama risiko ECC adalah usia kolonisasi dan tingkat kariogenik dari bakteri seperti Streptococcus mutans di mulut bayi (Fithriyah dan Soerachman, 2019).
Berdasakan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian mengenai “Hubungan pola pemberian susu formula saat batita dengan rendahnya prevalensi angka bebas karies usia dini anak prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo”.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik restrokpektif.
Sampel dalam penelitian adalah ibu dari anak TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo yang berjumlah 48 orang. Sampel diambil dengan cara simple random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner pola pemberian susu formula saat batita dan lembar pemeriksaan karies.
Teknik analisis data menggunakan teknik uji korelasi koefisien kontingensi dengan tingkat kepercayaan α (0,05).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1 Karakteristik Responden Di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Tahun 2022
Karakteristik Frekuensi Persentase Usia Ibu
21-30 tahun 18 37,5%
31-40 tahun 23 47,9%
41-50 tahun 7 14,6%
Total 48 100%
Pendidikan Terakhir Ibu
SD 9 18,8%
SMP 7 14,6%
SMA 29 60,4%
S1 3 6,2%
Total 48 100%
Pekerjaan Ibu
IRT 18 37,5%
Karyawan Swasta 27 56,3%
Petani 1 2%
Guru 2 4,2%
Total 48 100%
Usia Anak TK
4 tahun 7 14,6%
5 tahun 21 43,8%
6 tahun 20 41,6%
Total 48 100%
Jenis Kelamin Anak TK
Laki-laki 23 48%
Perempuan 25 52%
Total 48 100%
Berdasarkan tabel 1 diketahui karakteristik respinden yakni usia ibu paling banyak pada rentang usia 31-40 tahun sebesar 47,9%. Pendidikan terakhir ibu didominasi pendidikan SMA sebesar 60,4%. Pekerjaan ibu paling banyak bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 56,3%. Usia anak TK paling banyak berusia 5 tahun sebesar 43,8% dan jenis kelamin anak TK didominasi perempuan sebanyak 52%.
Tabel 2 Distribusi Pola Pemberian Susu Formula Saat Batita di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Tahun 2022
No .
Pola Pemberian Susu Formula Saat Batita
Responden yang menyatakan Kriteria Penilai
an
Tepat Tidak Tepat
Frekuens i
% Frekuens i
% 1 Cara Pemberian Susu Formula
menggunakan botol
3 6,25% 45 93,75% Tidak
Tepat :
<55%
Tepat :
>55%
2 Lama Pemberian Susu Formula sampai usia 3 tahun
6 12,5% 42 87,5%
3 Frekuensi Pemberian Susu Formula >3 kali/hari
6 12,5% 42 87,5%
4 Waktu Pemberian Susu Formula setiap malam hari
7 15% 41 85%
5 Posisi Pemberian Susu Formula dengan tidur
13 27% 35 73%
6 Posisi Botol Susu Saat
Pemberian tetap berada dalam mulut meski sudah tidur
38 79% 10 21%
7 Riwayat Pemberian Gula Tambahan seperti madu dan pemanis lainnya
44 92% 4 8%
Jumlah 117 244,25
%
219 455,75
%
Rata-rata 16,714 35% 31,286 65%
Dari hasil tabel 2 diketahui bahwa pola pemberian susu formula saat batita meliputi riwayat pemberian susu saat batita, cara pemberian susu formula, lama pemberian susu, frekuensi pemberian susu, waktu pemberian susu, posisi pemberian susu dan riwayat pemberian gula tambahan sebagian besar responden yang menjawab tidak tepat dengan persentase sebesar 65% sedangkan responden yang menjawab tepat memiliki persentase sebesar 35%. Hal ini memiliki arti bahwa masih banyak responden yang memiliki pola pemberian susu formula saat bayi yang tidak tepat.
Tabel 3 Distribusi Angka Karies Usia Dini Anak Prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Tahun 2022
No. Karies Gigi Frekuensi Persentase Kriteria Penilaian
1 Tidak Ada Karies 5 10% 0 = Tidak Ada
Karies
1 = Ada Karies
2 Ada Karies 43 90%
Total 48 100%
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mengalami karies gigi sebesar 89% sebanyak 54 orang sedangkan yang tidak ada karies gigi sebesar 11% sebanyak 7 orang.
Tabel 4 Hasil Analisi Data Uji Korelasi Coefficient Contingency Hubungan Pola Pemberian Susu Formula Saat Batita Dengan Karies
usia dini di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo Tahun 2022
Karies Usia Dini Total ρ value Tidak Ada
Karies
Ada Karies Pola
Pemberian Susu
Formula Saat Batita
Tidak Tepat
2 42 44 ρ-(0,000)
Tepat 3 1 4
Total 5 43 48
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa ρ value (0,000) < α (0,05) sehingga H1 diterima da H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa “Ada Hubungan” yang signifikan antara Pola Pemberian Susu Formula Saat Batita Dengan Rendahnya Prevalensi Angka bebas Karies Usia Dini Anak Prasekolah. Hal ini sesuai dengan penelitian Suparlan et al. (2018) yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dalam Pengelolaan Pemberian Susu Formula Botol Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Balita di TK Dharma Wanita Persatuan Desa Waung Sidoarjo” yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan.
Pola Pemberian Susu Formula Saat Batita Di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap responden yang telah mengisi lembar kuesioner yang diberikan untuk variabel pola pemberian susu formula saat batita diketahui paling banyak adalah responden dengan kategori pola pemberian tidak tepat (65%). Hasil data kuesioner ternyata menunjukkan responden sebanyak 45 orang yang menjawab tidak tepat pada pertanyaan cara pemberian susu formula saat batita (93,75%) yang artinya masih tingginya tingkat penggunaan botol pada pemberian susu formula.
Kebiasaan dalam memberikan susu formula dengan botol saat batita sebagai penghantar tidur hingga anak terlelap dengan botol tetap berada di mulut dapat menjadi penyebab terjadinya karies usia dini. Hal ini sesuai dengan teori Rudolf (2006) yang menjelaskan salah satu cara orang tua dalam memenuhi nutrisi anak yaitu dengan memberikan susu formula menggunakan botol yang banyak dipilih karena kepraktisannya. Sering kali pemberian susu formula botol diberikan sebelum anak tidur hingga anak terlelap dengan dot dibiarkan tetap dimulut agar anak tidak rewel, sehingga anak kenyang dan cepat tertidur baik siang maupun malam hari. Sisa susu yang menempel di permukaan gigi tanpa dibersihkan menjadi media yang baik bagi kuman untuk berkembang biak dan menyebabkan lubang pada gigi (Suparlan et al., 2018).
American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) juga menyatakan bahwa pola asuh seperti pola pemberian susu formula dalam jangka waktu yang lama, pemberian dengan botol, frekuensi pemberian, dan durasi (lamanya susu berkontak dengan gigi) dapat menjadi penyebab karies pada anak. Heriandi dan Sjahruddin (1999) menambahkan pemberian susu formula selama 2-3 tahun dapat memberikan risiko terjadinya karies.
American Academy of Pediatric juga menyebutkan takaran susu formula pada anak untuk usia 2-8 tahun adalah 2-3x perharinya (Jingga et al., 2019).
Menurut penelitian Ghaitsa et al. (2017) minum susu dengan menggunakan botol sampai tertidur adalah cara yang tidak baik, karena cairan susu akan menggenangi rongga mulut untuk waktu yang lama. Semakin lama dan sering anak mengonsumsi susu botol, maka berpotensi untuk terjadinya karies semakin tinggi (Ghaitsa et al., 2017).
Rendahnya Prevalensi Angka Bebas Karies Usia Dini Di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap responden, untuk variabel karies usia dini anak prasekolah diketahui paling banyak adalah responden yang mengalami banyak karies. Hasil pemeriksaan karies pada anak prasekolah didapatkan sebanyak 43 anak yang mengalami karies (90%) dan 5 tidak mengalami karies (10%). Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi angka bebas karies pada anak prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo rendah. Menurut Purnama et al. (2019) karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi yang paling sering dijumpai pada anak prasekolah. Ngatemi (2020) menambahkan karies gigi pada masa kanak-kanak dapat mengganggu sistem pengunyahan dan mengganggu sistem pencernaan sehingga dapat memengaruhi perkembangan gigi serta kualitas hidup anak (D. N. Sari et al., 2020).
Menurut pendapat Dewi et al. (2013) bahwa prevalensi karies dini pada anak prasekolah di Indonesia cukup tinggi karena disebabkan oleh tingginya persentase anak
yang minum susu botol dengan cara pemberian sambil tidur, kebiasaan makan makanan manis, dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi anaknya (Ghaitsa et al., 2017).
Faktor risiko khas yang terlibat dalam terjadinya karies usia dini meliputi faktor sosio-ekonomi keluarga, faktor pendidikan orang tua, pemberian nutrisi anak,dan faktor lingkungan (Goswami, 2020).
Tingginya angka kejadian karies usia dini pada anak prasekolah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua. Perlunya bimbingan dan ajaran kebiasaan baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut pada anak sejak dini agar dapat mengurangi resiko penyakit gigi. Hal ini sesuai dengan penelitian Utami (2018) bahwa faktor risiko karies gigi anak dapat juga berasal dari perilaku ibu dalam membimbing dan mengajarkan kebiasaan baik seperti menyikat gigi pada anak-anak. Peran orang tua sangat penting dalam membentuk perilaku kesehatan gigi mulut pada anak-anak (Utami, 2018).
Orang tua juga sering kali menganggap karies pada gigi sulung tidak berdampak buruk pada anak karena akan tergantikan dengan gigi permanen. Padahal jika dibiarkan tanpa ada penanganan maka resiko terbentuknya karies pada gigi permanen dapat terjadi karena bakteri pembentuk karies masih tertinggal dalam mulut. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamil (2011) apabila karies pada anak prasekolah dibiarkan hingga mengenai jaringan dibawahnya maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan gigi permanen nya (D. N. Sari et al., 2020).
Hubungan Pola Pemberian Saat Batita Dengan Rendahnya Prevalensi Angka Bebas Karies Usia Dini Anak Prasekolah (Studi di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo)
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola pemberian susu formula saat batita dengan rendahnya prevalensi angka bebas karies usia dini anak prasekolah. Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai pola pemberian susu formula saat batita yang tidak tepat dengan anaknya yang mengalami karies usia dini yakni sebesar 42 responden (87,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Suparlan et al. (2018) yang berjudul “Hubungan Peran Orang Tua Dalam Pengelolaan Pemberian Susu Formula Botol Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Balita” yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rudolf (2007) bahwa pengelolaan yang tidak tepat dalam pemberian susu formula botol pada balita dapat menyebabkan karies gigi (Suparlan et al., 2018).
Menurut Jingga et al. (2019) lama, frekuensi, durasi, waktu konsumsi, dan penambahan gula pada pemberian susu formula yang tidak tepat merupakan faktor resiko kejadian Early Childhood Caries (ECC) pada anak prasekolah(Jingga et al., 2019).
Menurut Wayne dalam Gewang et al., (2019) bahwa penyebab ECC biasanya adalah pola pemberian susu yang tidak tepat, dengan atau tanpa oral hygiene yang buruk (Gewang et al., 2019). Hal ini sesuai dengan hasil data kuesioner yang telah diisi responden ibu yang sebagian besar banyak yang menjawab pemberian tidak tepat pada pertanyaan cara pemberian, lama pemberian, frekuensi pemberian, waktu pemberian serta posisi
pemberian. Apabila pola pemberian susu formula tidak tepat ini berlangsung lama maka dapat menjadi penyebab terbentuknya karies usia dini pada anak prasekolah.
Menurut Lova et al. (2019) pemberian susu formula dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengganti ASI karena disebabkan oleh berbagai alasan(Lova et al., 2019).
Menurut Sari dan Hidayat (2020) yang merangkum dari berbagai jurnal penelitian bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam pemberian susu formula pada anak terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal yang meliputi faktor sosio-ekonomi, faktor pendidikan, sikap, motivasi, keterbatasan ASI, pengetahuan, pendapatan serta gaya hidup sedangkan pada faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, pekerjaan ibu, harga susu dan pengaruh iklan susu di media, akses informasi dan dukungan suami (R. S. Sari dan Hidayat, 2020).
Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Prawoto (2018) dengan judul
“Hubungan antara Penggunaan Susu Botol Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bintang Pojok Beran Kab. Ngawi” dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan mengenai penggunaan susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak balita di PAUD Bintang Pojok Beran Kab. Ngawi.
Dengan hasil penelitian ini ibu dapat memberikan susu formula pada anak dengan baik serta lebih memperhatikan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak, terutama mengenai kebiasaan baik seperti menyikat gigi dengan cara dan waktu yang tepat setelah mengonsumsi makanan dan minuman yang manis dan lengket. Hal ini dapat membantu mengubah perilaku anak untuk mau menjaga kesehatan gigi dan mulutnya serta meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut sehingga angka kejadian karies gigi pada anak menurun.
KESIMPULAN
berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil bahwa : 1). Pola pemberian susu formula saat batita pada anak prasekolah (studi di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo) diketahui paling banyak yaitu kategori pola pemberian yang tidak tepat, 2). Karies usia dini anak prasekolah di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo diketahui paling banyak yaitu mengalami karies, 3). Ada hubungan Pola pemberian susu formula saat batita dengan rendahnya prevalensi angka bebas karies usia dini pada anak prasekolah (studi di TK Dharma Wanita Persatuan Tambakrejo 1 Krembung Sidoarjo).
DAFTAR PUSTAKA
Alvianur, R., & Jeddy. (2021). Gambaran prevalensi karies pada anak usia 3-5 tahun yang mengkonsumsi asi dan susu botol. In Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu (Vol. 3, Issue 1).
Fithriyah, R. El, & Soerachman, B. (2019). Hubungan Cara Pemberian Nutrisi Ketika Bayi dengan Kejadian Early Childhood Caries. Prosiding Seminar Hasil Penelitian &
Pengabdian Kepada Masyarakat Unjani Expo (UNEX) I, 84–86.
http://journal.unjani.ac.id/index.php/unex
Gewang, A. A., Mona, D., & Pujiastuty, A. (2019). Hubungan Riwayat Pola Mengonsumsi Susu Botol dengan Tingkat Keparahan Early Childhood Caries (ECC) pada Anak Usia 3-5 tahun di Kecamatan Kuranji Kota Padang. Andalas Dental Journal, 77, 10–16.
Ghaitsa, Widodo, & Adhani, R. (2017). Perbandingan Indeks Karies Antara Anak Yang Mengkonsumsi Susu Botol Dengan Tanpa Botol Usia 2-5 Tahun Tinjauan Playgroup Islam Terpadu Ukhuwah Banjarmasin. Dentino (Jur. Ked. Gigi), 2(2), 205–210.
Goswami, P. (2020). Early Childhood Caries- A Review of Its Aetiology, Classification, Consequences, Prevention and Management. Journal of Evolution of Medical and Dental Sciences, 9(10), 798–803. https://doi.org/10.14260/jemds/2020/173
Jingga, E., Setyawan, H., Yuliawati Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, S., &
Kesehatan Masyarakat, F. (2019). Hubungan Pola Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Early Childhood Caries (Ecc) Pada Anak Prasekolah Di Tk Islam Diponegoro Kota Semarang. In Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) (Vol. 7, Issue 1).
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Lova, O. M., Safitri, D. E., & Yuliana, I. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemberian. Arsip Gizi Dan Pangan, 4(2), 85–93.
https://doi.org/10.22236/argipa.v4i2.1012
Prawoto, E. (2018). Hubungan Antara Penggunaan Susu Botol Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Balita Di Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Bintang Pojok Beran Kab. Ngawi. Media Publikasi Penelitian, 5(1).
Sari, D. N., Laela, D. S., & Restuning, S. (2020). Tingkat Pengetahuan Orang Tua Dengan Kejadian Nursing Bottle Caries. Journal of Dental Hygiene and Therapy, 1(2), 40–44.
Sari, R. S., & Hidayat, R. (2020). Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0 – 6 bulan di wilayah kerja puskesmas kampar tahun 2020. Jurnal Doppler, 4(2), 85–96.
Sebastian, W. A., Mayasari, Y., & Ruslan, M. R. R. (2017). Pro dan kontra antara hubungan menyusui dan Early Childhood Caries (ECC) (Kajian Pustaka). Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM (B), 13(1), 22–26.
Suparlan, L. L., Sutomo, H., & Verawati, D. (2018). Hubungan Peran Orang Tua Dalam Pengelolaan Pemberian Susu Formula Botol Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Balita Di Tk Dharma Wanita Persatuan Waung Sidoarjo. Well Being, 3(1), 26–33.
Susi, S., Aulia, R. K., Murniwati, M., & Minarni, M. (2020). Pengaruh pola minum air susu ibu terhadap terjadinya early childhood caries pada anak di bawah usia lima tahun.
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(3), 226.
https://doi.org/10.24198/jkg.v32i3.23764
Utami, S. (2018). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Karies Gigi Anak Usia Prasekolah Kabupaten Sleman Tahun 2015. Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 18(2), 67–70. https://doi.org/10.18196/mm.180218