FASHION GENERAL FASHION GENERAL
PPH 23 Pajak yang dikenakan pada Penghasilan atas Modal, Penyerahan jasa atau Hadiah dan Penghargaan
Selain yang Telah Dipotong PPH Pasal 21
PPH 23 Pajak yang dikenakan pada Penghasilan atas Modal, Penyerahan jasa atau Hadiah dan Penghargaan
Selain yang Telah Dipotong PPH Pasal 21
Pebi Arga Gurnita 21216206 Nada Deviri 21216219
Refa Lestari 21216180
Yesaya Septian Winer 21216201 Rizqiyanto Subarkah 21216217
Muhammad Resa Imanudin 21216195 Ayes Novaldo 21216174
Neni Nurul Nurjanah 21216
Pengertian Tarif PPH 23 Pengertian Tarif PPH 23
Tarif PPh 23 adalah tarif yang dikenakan atas penghasilan yang berasal dari
modal, hadiah & penghargaan serta penyerahan jasa selain yang telah dipotong
PPh 21. Seperti yang termuat dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, PPh 21 diberlakukan untuk Penghasilan Kena Pajak yang
berhubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan wajib pajak. Sumber
penghasilan yang dimaksud dalam hal ini di antaranya adalah upah, honorarium,
gaji, tunjangan, dana pensiun dan imbalan lain
JENIS TARIF PPh 23
Tarif PPh 23 sebesar 15% dari jumlah bruto atas :
1. Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalti;
2. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;
Tarif PPh sebesar 2%
3. 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi dan jasa konsultan.
5. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada tanggal 24 Agustus 2015.
6. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
7. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap
KETENTUAN PENTING PPh 23
• Pembayaran gaji, upah, tunjangan, honorarium, dan pembayaran lain yang merupakan imbalan atas pekerjaan yang dilakukan wajib pajak penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja. Hal ini harus dibuktikan oleh kontrak kerja dengan pengguna jasa dan daftar pembayaran gaji, tunjangan, upah, atau honorarium.
• Pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan hasil pengadaan barang atau material terkait jasa yang diberikan. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur pembelian atas pengadaan barang atau material.
• Pembayaran melalui penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur tagihan dari pihak ketiga dan disertai dengan perjanjian tertulis.
• Pembayaran kepada penyedia jasa yang berupa penggantian atau reimbursement. Ini berlaku untuk biaya yang telah dibayarkan oleh penyedia jasa kepada pihak ketiga. Hal ini harus dibuktikan oleh faktur tagihan dan bukti pembayaran.
PENGECUALIAN PPh 23
• Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
• Sewa yang dibayar atau terutang berkaitan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi.
• Dividen yang diterima dari cadangan laba yang ditahan.
• Kepemilikan saham pada badan berupa Perseroan Terbatas atau BUMN/BUMD yang memberikan dividen paling rendah 25% berasal dari jumlah modal yang disetor.
• Laba yang diterima oleh anggota perseroan komanditer.
• SHU (Sisa Hasil Usaha) koperasi yang dibayarkan kepada anggota.
• Penghasilan yang dibayar atau terutang atas jasa keuangan dari badan usaha yang berfungsi menyalurkan pinjaman atau pembiayaan.
Perlu diketahui, apabila wajib pajak tidak memiliki NPWP, tarif yang diberlakukan
adalah 100% lebih tinggi daripada tarif PPh 23 yang ditetapkan. Jadi, apabila
jumlah PPh yang harus dibayar oleh wajib pajak pemilik NPWP adalah Rp500.000,
maka PPh yang harus dibayar oleh wajib pajak yang tidak memiliki NPWP adalah
Rp500.000 +(100% x Rp500.000) = Rp1.000.000.
PEMBAYARAN, BUKTI POTONG DAN PELAPORAN PADA PPh 23
• Pembayaran PPh pasal 23
Pembayaran dilakukan oleh pihak pemotong yang kemudian menyetorkannya melalui Bank Persepsi
(ATM, teller bank, fitur bayar pajak online di OnlinePajak, dll) yang telah disetujui oleh Kementerian Keuangan.
Ingat! Jatuh tempo pembayaran adalah tanggal 10, sebulan setelah bulan terutang pajak penghasilan 23. Namun, agar dapat melakukan pembayaran pajak, Anda harus membuat ID Billing terlebih dahulu. Tautan di bawah ini akan memandu Anda membuat ID Billing.
• Bukti Potong PPh Pasal 23
Sebagai tanda bahwa PPh Pasal 23 telah dipotong, pihak pemotong harus memberikan bukti potong (rangkap ke-1) yang sudah dilengkapi kepada pihak yang dikenakan pajak tersebut dan bukti potong (rangkap ke-2) pada saat melakukan e-Filing pajak PPh 23 di OnlinePajak.
• Pelaporan PPh Pasal 23
Pelaporan dilakukan oleh pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa PPh Pasal 23, lalu bisa melaporkannya melalui fitur lapor pajak online atau e-Filing gratis di OnlinePajak.Jatuh tempo pelaporan adalah tanggal 20,
sebulan setelah bulan terutang pajak penghasilan 23.
Objek PPH 23
• Penilai (appraisal);
• Aktuaris;
• Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
• Hukum;
• Arsitektur;
• Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
• Perancang (design);
• Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);
• Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
• Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi (migas);
• Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
• Penebangan hutan;
• Pengolahan limbah;
• Dan lain-lain
KETENTUAN SAAT TERUTANG, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh 23
• PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
• PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.
• SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
CARA PERHITUNGAN PPh 23
Berikut adalah contoh penghitungan Tarif PPh 23 sebesar 15%:
• “Apabila A menerima royalti atas hak yang digunakan sebesar Rp5.000.000, maka jumlah PPh yang harus dibayarkan adalah: 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000”.
Berikut adalah contoh penghitungan tarif PPh 23 sebesar 2%:
• “Apabila badan usaha tetap A menerima jasa penerjemahan dengan jumlah bruto Rp10.000.000, maka jumlah PPh yang harus dibayarkan adalah: 2% x Rp10.000.000 yaitu Rp200.000”.