• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PENGGUNAAN TINDAK TUTUR ASERTIF PADA DIALOG TOKOH UTAMA AH LUN DALAM FILM TILL WE MEET AGAIN Yuè Lǎo 《月老》 KARYA GIDDENS KO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of PENGGUNAAN TINDAK TUTUR ASERTIF PADA DIALOG TOKOH UTAMA AH LUN DALAM FILM TILL WE MEET AGAIN Yuè Lǎo 《月老》 KARYA GIDDENS KO"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGGUNAAN TINDAK TUTUR ASERTIF PADA DIALOG TOKOH UTAMA AH LUN DALAM FILM TILL WE MEET AGAIN Yuè Lǎo 《月老》 KARYA GIDDENS KO

Adam Pramudya R.

Program Studi Pendidikan Bahasa Mandarin, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya E-mail: adam.19054@mhs.unesa.ac.id

Dr. Mintowati, M.Pd.

Universitas Negeri Surabaya E-mail: mintowati@unesa.ac.id

Abstrak

Bahasa merupakan sebuah perangkat yang digunakan dalam peristiwa tutur agar dapat mengutarakan sebuah informasi dengan baik. Peristiwa tindak tutur tersebut dikaji dalam teori pragmatik. Dalam teori tindak tutur ilokusi terdapat kajian yakni perintah (directive), ekspresi (expressive), janji (commissive), pernyataan (assertive), deklaratif (declaration). Tujuan dari Penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tindak tutur asertif dan fungsi dari bentuk tindak tutur asertif yang muncul dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo 《月老》Karya Giddens Ko. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode simak dalam proses pengumpulan data.

Hasil penelitian dapat menunjukkan data tuturan yang mengandung tindak tutur asertif. Data yang dominan muncul dalam dialog yakni tindak tutur asertif dengan bentuk memberikan pernyataan. Bentuk tindak tutur lianya juga muncul seperti memberi saran, membual, menyampaikan keluhan dan menampaikan tuntutan. Pada fungsi tuturan dalam tindak tutur asertif yang dominan muncul yakni fungsi konatif. Selanjutnya fungsi tindak tutur asertif yang muncul adalah fungsi referensial, fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi fatik, fungsi puitik. Pada 5 fungsi tersebut fungsi yang dominan muncul yakni funsgi konatif. Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menggunakan teori yang sama yakni tindak tutur asertif untuk meneliti objek yang berbeda seperti karya sastra berupa film atau novel.

Kata Kunci: Bahasa, Pragmatik, Tuturan, Asertif, Fungsi, dan Film.

Abstract

Language is a device used in speech events in order to convey information properly. The events of these speech acts are examined in pragmatic theory. In ilocutionary theory there are studies namely directive, expressive, promise, assertive, declarative. The purpose of this study is to describe the forms of assertive speech acts and the functions of the forms of assertive speech acts that appear in the dialogue of the main character Ah Lun in the film Till We Meet Again Yuè Lǎo 《月老》 by Giddens Ko. The method used in this research is descriptive qualitative method. In this study, researchers used the method of listening in the data collection process. The results of the study show that there utterances containing assertive speech acts. The dominant data appears in the dialogue, namely assertive speech acts in the form of giving statements. Other forms of speech acts also appear, such as giving suggestions, boasting, complaining and making demands. In the speech function, the dominant assertive speech act appears, namely the conative function. Furthermore, the functions of assertive speech acts that appear are referential functions, emotive functions, conative functions, fatigue functions, and poetic functions. In these 5 functions the dominant function appears, namely the conative function.

The researcher suggests to future researchers to use the same theory, namely assertive speech acts to examine different objects such as literary works in the form of films or novels.

Keywords: Language, Pragmatic, Speech, Assertive, Fungtion, and Movie.

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan sebuah perangkat yang digunakan dalam peristiwa tutur agar dapat mengutarakan sebuah informasi dengan baik.

Pengutaraan informasi yang dilakukan oleh penutur selalu menggunakan tuturan yang bermakna sesuai dengan gejolak-gejolak emosinya agar mampu diterima dengan baik oleh mitra tutur. Dalam bentuknya tuturan tidak dituturkan hanya dengan lisan, tetapi tuturan juga

(2)

dapat dibentuk menggunakan tulisan. Tutur tulis adalah sebuah penyampaian tuturan yang disampaikan secara tidak langsung, dituangkan melalui tulisan berupa surat, koran, novel dan karya tulis lainya. Dalam penyampaian informasi tersebut terdapat sebuah konteks. Konteks ini merupakan sebuah bagian dari tuturan yang berfungsi menguraikan sebuah makna dari informasi yang disampaikan. Seperti dalam Rustono (1999: 21) konteks tersusun dari butir-butir berupa situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana. Konsep tersebut terangkai hingga menjadi peristiwa tutur

Ketika peristiwa tutur terjadi dan selalu disertai dengan tindakan dalam penyampaian informasi kepada mitra tutur, hal tersebut dinamakan tindak tutur. Tindak tutur merupakan salah satu topik yang dikaji dalam pragmatik. Tindak tutur adalah tindakan yang dilakukan melalui ucapan atau teks, seperti memberikan perintah, membuat janji, atau menyatakan perasaan. Salah satu tokoh yang dikenal dalam teori pragmatik dan tindak tutur adalah John Austin, yang dalam bukunya yang berjudul "How to Do Things with Words" mengemukakan teori tentang tindak tutur. Austin (1962: 147) menyatakan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi constative speech act dan performative speech act. Constative speech act adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang benar atau salah, sementara performative speech act adalah tindak tutur yang melakukan sesuatu melalui ucapan atau teks itu sendiri. Austin dalam Nurmalia (2020:2) mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan, yakni tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi.

Austin (1962: 44) mengutarakan bahwa tindak tutur ilokusi merupakan bagian dari tindakan bahasa yang mencakup niat dan tujuan yang dimiliki oleh penutur atau penulis ketika menyampaikan suatu tuturan. Tindak tuur Ilokusi memfokuskan pada tindakan fungsional yang dilakukan oleh penutur atau penulis, seperti meminta, memerintah, memperingatkan, meminta maaf, dan lain- lain. Menurut teori tindak tutur ilokusi oleh Searle (1969:

23), terdapat lima kategori tindak tutur ilokusi, yaitu Asertif (Assertives): tindak tutur yang membuat pernyataan atau afirmasi tentang dunia atau keadaan tertentu. Direktif (Directives): tindak tutur yang memberikan perintah, arahan, atau nasihat kepada orang lain. Komisif (Commissives): tindak tutur yang berisi janji atau komitmen untuk melakukan suatu tindakan di masa depan. Ekspresif (Expressives): tindak tutur yang mengekspresikan perasaan, emosi, atau keyakinan seseorang. Deklaratif (Declarations): tindak tutur yang melakukan perubahan status atau situasi, seperti mengumumkan pernikahan atau memproklamirkan kemerdekaan. Pada tiap kategori tersebut memiliki ciri

dan juga bentuk tuturannya masing. dalam penelitian ini penulis mengambil salah satu kategori dalam tindak tutur ilokusi yakni tindak tutur asertif. Fungsi spesifik dari tindak ilokusi asertif adalah untuk mengikat penutur pada kebenaran proposisi untuk membuat klaim yang harus diterima oleh mitra tutur.

Dalam teroi pragmatik terdapat sebuah konsep yang mempelajari bagaimana konteks mempengaruhi makna tuturan dan bagaimana tuturan mempengaruhi konteks. Leech (1983: 57) juga mengutarakan bahwa konteks tuturan adalah lingkungan sosial, kultural, dan situasional di mana suatu percakapan atau tuturan terjadi.

Hal ini termasuk faktor seperti identitas pembicara, hubungan antara pembicara dan pendengar, tujuan komunikasi, dan lingkungan fisik. Konteks ini mempengaruhi bagaimana tuturan diterima dan dimengerti oleh pendengar. Hymes (1974: 9) menyebutkan aspek situasi tutur juga bagian dari konteks situasi yang mencakup faktor-faktor seperti setting, aktivitas, rol, norma, dan bentuk komunikasi yang berhubungan dengan situasi tutur. Hymes memperkenalkan konsep konteks situasi sebagai bagian dari teorinya tentang etnografi tutur, yang mempelajari hubungan antara tuturan dan konteks situasi Hymes (1992: 43). Dalam aspek situasi tutur tersebut, Hymes menyebutkan terdapat delapan komponen tutur yang disingkat menjadi akronim PARLANT dalam bahasa Perancis yaitu participants, actes, raison, locale, agents, normes, ton et types (Rohali dalam Astuti 2018: 21)

Dalam sebuah karya sastra film, dapat dijumpai pada berbagai macam bentuk tuturan yang disampaikan oleh tokoh pemeran pada dialognya yang tentu saja memiliki tujuan dan maksud tertentu dalam sebuah konteks yang akan menceritakan alur film tersebut.

Konteks tuturan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana tindakan yang dapat dilakukan atau diberikan oleh penutur maupun mitra tutur. Tuturan dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo

《月老》karya Giddens Ko dapat dikaji dalam sebuah penelitian karena ditemukan banyak tindak tutur asertif dengan jenis dan fungsi yang beragam. Dasar pemilihan film tersebut dikarenakan film ini adalah karya sutradara Giddens Ko, sutradara yang cukup terkenal di Taiwan dengan berbagai karyanya. Film tersebut juga diangkat dari karya sastra berbentuk novel yang ditulis sendiri oleh sutradara filmnya yakni Giddens Ko yang diterbitkan pada tahun 2002.

Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(3)

3 1) Bagaimana bentuk tindak tutur asertif pada

dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko.

2) Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif pada dialog tokoh utama Ah Lun dalam film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan disampaikan penulis dalam penelitian ini adalah senagai berikut :

1) Mendeskripsikan bentuk tindak tutur asertif dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko.

2) Mendeskripsikan fungsi tuturan asertif sesuai dengan konteks yang terdapat dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko.

Manfaat Penelitian

Penellitian dengan judul tindak Tutur Ilokusi Asertif oleh Tokoh Ah Lun dalam Film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》Karya Giddens Ko diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca mengenai tindak tutur asertif yang terkandung dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

karya Giddens Ko. Selanjutnya dapat dijadikan referensi untuk penelitian lain yang mengenai tindak tutur maupun lebih mengerucut pada tindak tutur ilokusi asertif.

2) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk bahan pembelajaran mengenai fungsi, bentuk dan jenis tuturan dalam tindak tutur asertif.

Kerangka Teori

Penulis menggunakan dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

karya Giddens Ko sebagai subjek. Subjek tersebut dianalisis menggunakan teori Konteks tuturan PARLANT yang dikemukamkan oleh Dell Hymes sebagai alat bantu untuk menentukan variabel satu dan dua yakni Fungsi bahasa asertif dalam konteks tuturan oleh Roman Jakobson dan bentuk Tindak tutur Asertif yang dikemukakan oleh John Searle.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu mendeskripsikan secara tertulis mengenai tindak tutur oleh tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《 月 老 》karya Giddens Ko.

Creswell, J.W. (2013: 88) mengutarakan bahwa penelitian kualitatif dalam konteks sastra memfokuskan pada interpretasi dan analisis data yang bersifat subjektif dan tidak terstruktur untuk memahami dan mengeksplorasi pengalaman sastra dan makna yang terkandung dalam teks sastra. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, peneliti hendak menganalisis sebuat data untuk memahami dan menemukan hubungan antara objek dan subjek yang diambil, dimana subjek tersebut adalah uturan yang dituturkan oleh tokoh utama yakni Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko dan objek tersebut adalah tindak tutur asertif dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko. Dalam proses analisi tersebut situasi tutur, peristiwa tutur, latar tuturan, penutur dan juga makna semantik juga berhubungan untuk menjadi poin dalam memahami dan mengeksplorasi bentuk tindak tutur asertif dan fungsi yang terkandung dalam dialog atau data yang dianalisis.

Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè L ǎo《月老》karya Giddens Ko. Data pada penelitian ini merupakan tindak tutur asertif dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

karya Giddens Ko yang rilis di Taiwan pada tahun 2021 berdurasi selama 2 jam 8 menit dengan tuturan yang mengandung tindak tutur asertif berjumlah 45 data Dialog Tokoh Utama Ah Lun Dalam

Film Till We Meet Again Yuè Lǎo 《 月老》 Karya Giddens Ko

Konteks Tuturan PARLANT Dell Hymes

Jenis tindak tutur asertif oleh John

Searle

Fungsi bahasa dalam konteks Roman Jakobson

Penggunaan Tindak Tutur Asertif Pada Dialog Tokoh Utama Ah Lun Dalam Film

Till We Meet Again Yuè Lǎo 《月老》

Karya Giddens Ko

(4)

tuturan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode simak dalam proses pengumpulan data. Metode simak merupakan sebuah metode penyediaan data yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara menyimak. Istilah menyimak ini tidak hanya berhubungan dengan penggunaan bahasa lisan tetapi juga dalam penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun 2012:

93). Dalam tahap ini, penulis menyimak dialog yang dituturkan oleh tokoh utama Ah Lun. Menyimak ini dilakukan dengan mendengarkan dialog yang dan juga membaca subtitle yang tersedia pada film. Selanjutnya, penulis menggunakan teknik lanjutan yang berupa teknik simak bebas libat cakap. Arti dari teknik tersebut adalah peneliti berperan sebagai pengamat pengguna bahasa oleh para informanya dan juga tidak terlibat dalam peristiwa tutur yang bahasanya sedang menjadi objek penelitian (Mahsun 2012: 103). Pada tahap terakhir teknik yang digunakan oleh peneliti yakni teknik catat, teknik ini merupakan teknik lanjutan dari teknik simak agar memudahkan peneliti dalam proses analisis data yang diperoleh.

Instrumen dalam penelitian ini adalah penulis itu sendiri, yakni peneliti yang telah dibekali dengan pengetahuan dan teori yang berhubungan dengan topik yang diunggah dalam penelitiany. Penulis dalam pengambilan data penelitian ini diharuskan peka, mampu, logis juga kritis karena penulis bertindak sebagai perencana, pelaksana, pengambil data, penganalisis, penafsiran sampai pada peramuan data untuk membentuk laporan hasil penelitian. Dalam proses pengumpulan data penulis menggunakan alat bantu berupa tabel klasifikasi yang bertujuan untuk memudahkan penulis mereduksi atau mengelompokkan data. Penelitian ini termasuk dalam penelitian analisis konten, yakni validitas data dapat dicapai dengan menggunakan validitas semantis.

Validitas semantis ini digunakan dalam mengukur tingkat kesensitifan suatu teknik atas makna-makna yang relevan dengan konteks tertentu. Selain menggunakan hal tersebut, data yang diperoleh peneiliti juga melalui uji keabsahan oleh dosen validator yang bertanggung jawab.

Keabsahan data ini dilakukan melalui tahapan yakni:

1) Pada penelitian ini konteks yang digunakan yakni komponen PARLANT sebagai alat uji validitas. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan alat uji validitas tersebut guna mengetahui kebenaran dari maksud dan tujuan sebuah tuturan dituturkan.

2) Setelah data diperoleh dan dikumpulkan pada tabel data, lalu peneliti mengklasifikasikan data sesuai dengan bentuk tindak tutur asertifnya masing-masing pada tabel klasifikasi. Data dianalisis menggunakan alat uji vakiditas diatas.

Peneliti menghubungkan data yakni dialog

tokoh utama Ah Lun dengan bentuk tindak tutur asertif, fungsi bahasa yang terkandung dalam tuturan dalam dialog tokoh utama Ah Lun.

3) Tahap selanjutnya melaporkan data temuan yang diperoleh kepada dosen validator dengan menyertakan tabel data dan juga tabel klasifikasi data. Pada tahap ini dosen validator mengoreksi kebasahan data yang diperoleh peneliti.

4) Setelah tahap pengoreksian oleh dosen validator data, data dikembalikan kepada peneliti dengan catatan yang berisi pembenaran atau tambahan yang diberikan. Setelah itu peneliti merevisi data yang di berikan dan melaporkan tahap lanjut.

5) Terakhir, dosen validator menerima data yang diperoleh peneliti dengan memberikan tanda tangan kebasahan data.

Untuk meningkatkan validitas dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa hal seperti menggunakan teknik analisis film yang telah diterima secara luas dan terbukti valid sesuai dengan teori yang digunakan, menuliskan prosedur analisis film secara rinci seperti yang telah tertera pada poin teknik pengumpulan data dan memastikan bahwa prosedur tersebut diikuti, melakukan uji ulang hasil penelitian film untuk memastikan bahwa hasil yang diperoleh benar.

Harahap (2020: 90) analisis data kualitatif merupakan tindakan yang dilakukan dengan tahapan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

Penelitian kualitatif deskriptif cocok digunakan sebagai metode penelitian ini dikarenakan peneliti ingin mendeskripsikan dan mengamati penggunaan tindak tutur asertif yang terkandung dalam dialog tokoh utama Ah Lun dalan film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

karya Giddens Ko. Maka dari itu, penulis menganalisis data dalam penlitian ini dengan tahap-tahap yang sebagai berikut:

1) Menyimak

Peneliti sebagai pengamat bahasa yang bertujuan mengamati dialog yang dituturkan oleh tokoh utama Ah Lun, menyimak setiap tuturan yang muncul. Pada tahap ini peneliti menyimak dan memperhatikan bentuk tuturan yang muncul dengan memperhatikan skema adegan dan durasi waktu dimana tuturan tersebut dituturkan.

2) Mencatat

Penliti mencatat tuturan yang sesuai dengan rumusan masalah, yakni tuturan yang mengandung tindak tutur asertif dan fungsi bahasanya. Catatan yang dilakukan juga disertakan dengan kode waktu. Dalam tabel klasifikasi penulis mengelompokkan data

(5)

5 temuan sesuai dengan bentuk tindak tutur asertif dengan menggunakan jumlah angka atau dalam tabel kolom tabel jumlah tuturan.

3) Menganalisis

Selanjutnya peneliti menganalisis data yang telah dicatat berdasarkan rumusan masalah.

Agar data yang dianalisis lebih dapat dimengerti analisis data dimasukkan dalam tabel kalsifikasi agar tersusun dengan sistematis.

4) Mengklasifikasi data

Memetakan hasil analisis data kedalam alat bantu yakni tabel klasifikasi data sesuai dengan kolom yang sudah tersedia dengan menjumlahkan masing masing bentuk tuturan.

Setiap data diberikan kode datanya masing masing dan diberikan kode waktu yang menunjukkan akronim judul film dan waktu terjadinya tuturan (TWMA 01:09:55,333 -->

01:10:01,916).

5) Melaporkan

Membuar hasil analisis yang diperoleh peneiliti menjadi sebuah narasi laporan yang dikemas dengan bentuk yang sesuai dengan model analisis data pada prototipe analisis data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil temuan tindak tutur asertif dari analisis yang dilakukan oleh peneliti pada dialog tokoh utama Ah Lun dalam film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko terdapat 45 tuturan yang mengandung tindak tutur asertif. Dalam klasifikasinya, terdapat 20 tuturan pernyataan, 4 saran, 6 membual, 5 keluhan dan 10 tuntutan. Dalam setiap bentuk tindak tutur asertif tersebut terdapat fungsi bahasa dalam konteks yang terkandung menurut Roman Jakobson. Terdapat 4 fungsi referensial, 9 fungsi emotif, 16 fungsi konatif, 0 fungsi metalingual,15 fungsi fatik dan 1 fungsi puitik.

Berikut tabel hasil identifikasi data tindak tindak tutur asertif berdasarkan tuturan menurut Searle:

No. Bentuk Tindak Tutur Asertif Jumlah tuturan

1) Memberi pernyataan 20

2) Memberi saran 4

3) Membual 6

4) Menyampaikan keluhan 5 5) Menyampaikan tuntutan 10

Dalam tabel identifikasi data tindak tutur asertif yang terdapat pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

terdapat jumlah tuturan yang berjumlah 45 data dengan setiap bentuk tindak tutur asertifnya memiliki jumlah data

tuturanya masing masing. Berikut uraian data dengan bentuk tindak tutur asertifnya masing masing:

1) Memberi pernyataan

Dalam jenis ini tuturan yang digunakan untuk membuat pernyataan atau menyatakan keadaan atau fakta, berikut adalah tuturan yang mengandung bentuk Memberi pernyataan dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》:

(1) Kode Data (TWMA/A1/P1):

Tuturan :

Ah Lun :我是被雷打死的”

Wǒ shì bèi léi dǎ sǐ de”

(Aku mati tersambar petir) Kode waktu :(TWMA,00:13:43,708-->

00:13:45,791)

Participant pada dialog tersebut ialah Ah Lun sebagai P1 dan Pinky sebagai P2. Acte, bentuk dan isi tuturan tersebut menggunakan tuturan deklaratif berisi tentang penyebab kematian Ah Lun. Raison, maksud tuturan tersebut adalah menyatakan sesuatu, Ah Lun memberikan pernyataan bahwa penyebab kematianya adalah tersambar petir.

Locale, peristiwa tuturan pada data (1) terjadi di tempat pendataan reinkarnasi pada malam hari dengan suasana mencekam. Selanjutnya Agents, tuturan data (1) dituturkan oleh Ah Lun secara lisan dan Normes, Ah Lun berusaha memberitahu penyebab kematianya dengan tuturan yang memiliki tekanan karena Ah Lun berbicara dengan lawan bicara yang tidak lebih tua darinya. Ton, tuturan tersebut diutarakan dengan nada lantang dan ekspresi biasa, Types, tuturan disampaikan melalui dialog antartokoh.

Ah Lun berada di tempat pencatatan memori hidup untuk pendataan reinkarnasi, Ah Lun mengutarakan tuturan (1) tersebut untuk merespon ucapan Xiao Mi yang bertujuan untuk memberiktahu penyebab kematian Ah Lun.

Berdasarkan konteks pada tuturan data (1), maksud dan tujuan tuturan tersebut adalah memberitahu Pinky penyebab kematian Ah Lun. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (1) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi pernyataan.

2) Memberi saran

Dalam jenis ini tuturan yang digunakan untuk menyatakan saran, berikut adalah tuturan yang mengandung bentuk Memberi Saran dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》:

1) Kode Data (TWMA/A2/S1) : Tuturan :

Ah Lun :那三十岁,你没人要就让.我娶你”

Nà Sānshíyī suì, nǐ méi rén yào jiù rang. wǒ qǔ nǐ

(6)

(Pada usia 30 tahun, Jika tidak ada yang menginginkanmu. Menikahlah denganku)

Kode waktu :(TWMA,00:54:43,750--

>00:54:50,500)

Participant pada dialog tersebut ialah Ah Lun sebagai P1 dan Xiao Mi sebagai P2. Acte, bentuk dan isi tuturan tersebut adalah tuturan saran yang berisi tentang saran Ah Lun kepada Xiao Mi untuk menikah denganya jika Xiao Mi tidak memiliki pasangan sampai umur 30 tahun.

Raison, maksud tuturan tersebut adalah menyarankan sesuatu, Ah Lun memberikan saran kepada Xiao Mi untuk menikahinya. Locale, peristiwa tuturan pada data (1) terjadi di lapangan basket pada malam hari dengan suasana sepi. Selanjutnya Agents, tuturan data (1) dituturkan oleh Ah Lun secara lisan dan Normes, Ah Lun berusaha meyakinkan Xiao Mi untuk menikahinya dengan tuturan yang memiliki tekanan karena Ah Lun berbicara dengan lawan bicara yang tidak lebih tua darinya. Ton, tuturan tersebut diutarakan dengan nada santai dan ekspresi yakin, Types, tuturan disampaikan melalui dialog antar tokoh.

Ah Lun berada pada bermain bola basket bersama dengan Xiao Mi di lapangan basket. Ah Lun menuturkan tuturan (1) dengan maksud menyarankan Xiao Mi untuk menikah denganya. Berdasarkan konteks pada tuturan data (1), maksud dan tujuan tuturan tersebut mengajak Xiao Mi untuk menikah dengan Ah Lun jika Xiao Mi tidak kunjung memiliki pasangan di usia 30 tahun . Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (1) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi saran.

3) Membual

Dalam jenis ini tuturan yang digunakan untuk membual atau mengutarakan omong kosong yang merujuk untuk bercanda, berikut adalah tuturan yang mengandung bentuk Bualan dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》:

(1) Kode Data (TWMA/A3/M1) : Tuturan :

Ah Lun :我以前成绩一定超好”

Wǒ yǐqián chéngjī yīdìng chāo hǎo”

(Saya dulu punya nilai pasti sangat bagus (murid pintar))

Kode waktu :(TWMA,00:38:16,208-->

00:38:18,000)

Participant pada dialog tersebut ialah Ah Lun sebagai P1 dan Pinky sebagai P2. Acte, bentuk dan isi tuturan tersebut adalah tuturan bualan yang berisi tentang candaan Ah Lun bahwa dulu Ah Lun adalah anak murid yang pintar saat bersekolah. Raison, maksud tuturan tersebut adalah

bercanda, Ah Lun menyampaikan bualan bahwa Ah Lun murid pintar. Locale, peristiwa tuturan pada data (1) terjadi di deretan pertokoan pada siang hari dengan suasana ramai anak sekolah. Selanjutnya Agents, tuturan data (1) dituturkan oleh Ah Lun secara lisan dan Normes, Ah Lun berusaha meyakinkan Pinky bahwa Ah Lun dulu adalah murid pintar dengan tuturan yang memiliki tekanan karena Ah Lun berbicara dengan lawan bicara yang tidak lebih tua darinya. Ton, tuturan tersebut diutarakan dengan nada keras dan ekspresi tertawa, Types, tuturan disampaikan melalui dialog antar tokoh.

Ah Lun berada di deretan pertokoan bersama dengan Pink. Ah Lun menuturkan tuturan (1) dengan maksud bercanda dengan membual bahwa Ah Lun dulu adalah murid yang pintar. Berdasarkan konteks pada tuturan data (1), maksud dan tujuan tuturan tersebut bercanda dengan Pinky untuk dapat saling mengenal. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (1) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif membual.

4) Menyampaikan Keluhan

Dalam jenis ini tuturan yang digunakan untuk menyampaikan keluhan, berikut adalah tuturan yang mengandung bentuk Keluhan dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》:

(1) Kode Data (TWMA/A4/K1) : Tuturan :

Ah Lun :原来我追你追那么辛苦”

Yuánlái wǒ zhuī nǐ zhuī nàme xīnkǔ”

(Ternyata mengejarmu sangat sulit) Kode waktu :(TWMA,00:59:58,208-->

00:59:59,666)

Participant pada dialog tersebut ialah Ah Lun sebagai P1 dan Xiao Mi sebagai P2. Acte, bentuk dan isi tuturan tersebut adalah tuturan keluhan yang berisi tentang perasaan yang di rasakan oleh Ah Lun. Raison, maksud tuturan tersebut adalah mengeluh tentang hal yang Ah Lun rasakan yakni sangat sulit mengejar Xiao Mi. Locale, peristiwa tuturan pada data (1) terjadi di dalam toko pada malam hari dengan suasana santai. Selanjutnya Agents, tuturan data (1) dituturkan oleh Ah Lun secara lisan dan Normes, Ah Lun berusaha menceritakan apa yang Ah Lun rasakan dengan tuturan yang memiliki tekanan karena Ah Lun berbicara dengan lawan bicara yang tidak lebih tua darinya. Ton, tuturan tersebut diutarakan dengan nada santai dan ekspresi gelisah, Types, tuturan disampaikan melalui dialog antar tokoh. Ah Lun berada di dalam toko bersama dengan Xiao Mi. Ah Lun menuturkan tuturan (1) dengan maksud berkleuh atas apa yang dirinya rasakan.

Berdasarkan konteks pada tuturan data (1), maksud dan tujuan tuturan berkeluh untuk menunjukkan perasaan

(7)

7 yang dirasakan atas Xiao Mi. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (1) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif membual.

5) Menyampaikan Tuntutan

Dalam jenis ini tuturan yang digunakan untuk menyampaikan tuntutan, berikut adalah tuturan yang mengandung bentuk Tuntutan dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》:

(1) Kode Data (TWMA/A5/T1) : Tuturan :

Ah Lun :差不多囉, 够了 !”

Chàbùduō luō, gòule !”

(Sudah cukup, Cukup !) Kode waktu :(TWMA,01:09:55,333-->

01:10:01,916)

Participant pada dialog tersebut ialah Ah Lun sebagai P1 dan para dewa cinta lainya sebagai P2. Acte, bentuk dan isi tuturan tersebut adalah tuturan tuntutan yang berisi tentang perintah Ah Lun. Raison, maksud tuturan tersebut adalah Ah Lun memerintahkan para dewa cinta menghentikan apa yang mereka lakukan pada Xiao Mi.

Locale, peristiwa tuturan pada data (1) terjadi di dalam rumah Xiao Mi pada malam hari dengan suasana ramai para dewa cinta. Selanjutnya Agents, tuturan data (1) dituturkan oleh Ah Lun secara lisan dan Normes, Ah Lun menyuruh para dewa cinta lain dengan tuturan yang memiliki tekanan karena Ah Lun berbicara dengan lawan bicara yang tidak lebih tua darinya. Ton, tuturan tersebut diutarakan dengan nada keras dan ekspresi tegas, Types, tuturan disampaikan melalui dialog antar tokoh.

Ah Lun berada di dalam kelas bersama dengan Xiao Mi membersihkan penghapus papan tulis. Ah Lun menuturkan tuturan (1) dengan maksud mengajak Xiao Mi menikah. Berdasarkan konteks pada tuturan data (1), maksud dan tujuan tuturan merayu Xiao Mi untuk mau menikah dengan Ah Lun. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (1) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif membual.

Selanjutnya, dalam setiap bentuk tindak tutur asertif yang muncul dalam dialog tokoh utama Ah Lun memiliki fungsi tuturany masing-masing. Fungsi tuturan ini merujuk pada penggunaan tuturan yang digunakan oleh tokoh dalam dialog untuk menerangkan suatu maksud dan tujuan pada mitra tutur. Fungsi dari tuturan tersebut dianalisis menjadi berikut.

1) Fungsi Referensial

(1) Kode Data (TWMA/A1/P4):

Tuturan :

Ah Lun :我都想娶你啊”

Wǒ dū xiǎng qǔ nǐ a”

(aku selalu ingin menikahimu) Kode waktu :(TWMA,00:42:59,333-->

00:43:00,500)

Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (1) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi pernyataan dengan fungsi refrensial. Tuturan tersebut memiliki fungsi referensial karena memiliki tujuan sebagai penyampaian informasi dari Ah Lun kepada Xiao Mi dengan menujukkan sebuah informasi akan hal yang hendak Ah Lun lakukan kepada Xiao Mi yakni menikahinya.

2) Fungsi Emotif

(2) Kode Data (TWMA/A1/P2) : Tuturan :

Ah Lun :如果扫得出来的话… 我至少多十

颗”

Rúguǒ sǎo dé chūlái dehuà… zhìshǎo duō shí kē

(Jika mesinnya bisa memindaiku, aku yakin setidaknya. aku punya sepuluh manik putih lagi.)

Kode waktu :(TWMA,00:13:51,125-->

00:13:55,500)

Berdasarkan konteks pada tuturan data (4), maksud dan tujuan tuturan tersebut adalah memberitahu Pinky mengapa Ah Lun mendapat jumlah manik putih sejumlah 8 Ah Lun. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (4) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi pernyataan dengan fungsi emotif. Tuturan tersebut berfungsi emotif dikarenakan memberikan pengaruh perasaan mitra tutur atau pembaca. Tuturan yang disampaikan Ah Lun tersebut berkmaksud mempengaruhi pemikiran Pinky akan pribadi Ah Lun yang baik hati dibuktikan dengan perkataan Ah Lun tentang manik putih yang menandakan kebaikan dimasa mereke hidup.

3) Fungsi Konatif

(3) Kode Data (TWMA/A1/P10):

Tuturan :

Ah Lun :小咪有危险”

Xiǎo mī yǒu wéixiǎn”

(Mi dalam bahaya) Kode waktu :(TWMA,01:37:32,625-->

01:37:33,958)

Berdasarkan konteks pada tuturan data (13), maksud dan tujuan tuturan tersebut adalah mengutarakan bahwa sedang terjadi sesuatu pada Xiao Mi. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan

(8)

data (13) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi pernyataan dengan fungsi konatif.

Tuturan yang disampaikan oleh Ah Lun tersebut memiliki fungsi konatif karena bertujuan untuk mempengaruhi tindakan mitra tuturnya yakni Pinky. Dalam keadaan tersebut Ah Lunyang sedang khawatir dengan keadaan Xiao Mi berusaha membuat Pinky juga ikut berpikir bagaimana cara menyalamatkan Xiao Mi yang sedang dalam bahaya.

4) Fungsi Fatik

(4) Kode Data (TWMA/A1/P1):

Tuturan :

Ah Lun :我是被雷打死的”

Wǒ shì bèi léi dǎ sǐ de”

(Aku mati tersambar petir) Kode waktu :(TWMA,00:13:43,708-->

00:13:45,791)

Berdasarkan konteks uturan data (29) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi pernyataan dengan fungsi Fatik dikarenakan Ah Lun dalam tiuturanya manyatakan sebuah maksud yang bertujuan untuk membangun kepercayaan mitra tutur akan hal yang Ah Lun jelaskan. Tuturan tersebut dituturkan untuk membangun hubungan ketika Ah Lun dan Pinky berusaha mengenal satu sama lain.

5) Fungsi Puitik

(5) Kode Data (TWMA/A1/P5):

Tuturan :

Ah Lun :我也是全世界最开心的人”

Wǒ yěshì quán shìjiè zuì kāixīn de rén”

(Aku akan tetap menjadi orang paling bahagia di dunia)

Kode waktu :(TWMA,00:43:16,458-->

00:43:18,375)

Berdasarkan konteks pada tuturan data (45), maksud dan tujuan tuturan tersebut adalah memberitahu perasaan yang dirsakan oleh Ah Lun. Dengan mempertimbangkan menggunakan alat penentu dan tuturan dibantu dengan komponen PARLANT, tuturan data (45) yang dituturkan oleh Ah Lun termasuk tindak tutur asertif memberi pernyataan dengan fungsi puitik. Tuturan yang dituturkan Ah Lun tersebut memiliki fungsi fatik karena bertujuan untuk membangun sebuah kepercyaan Xiao Mi akan tuturan yang dinyatakan oleh Ah Lun.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis pada dialog tokoh utama Ah Lun dalam film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

karya Giddens Ko, peneliti menemukan bentuk tindak tutur yang dominan muncul atau digunakan oleh tokoh

Ah Lun yakni tindak titur asertif bentuk memberi pernyataan, tuturan yang mengandung tindak tutur asertif serta fungsinya yang terdiri dari:

1) Dalam dialog tokoh utama Ah Lun dalam film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》

karya Giddens Ko muncul semua bentuk tindak tutur asertif yang ada yakni tuturan yang mengandung memberikan pernyataan, memberi saran, membual, menyampaikan keluhan dan menyampaikan tuntutan. Pada bentuk tersebut bentuk tindak tutur asertif yang paling dominan muncul yakni bentuk tindak tutur asertif menyatakan pernyataan.

2) Pada fungsi tuturan dalam bentuk tindak tutur asertif yang muncul pada dialog tokoh utama Ah Lun dalam film Till We Meet Again Yuè Lǎo《月老》karya Giddens Ko tidak memiliki semua fungsi yang terdapat pada teori yang digunakan karena fungsi metalingual tidak muncul tetapi fungsi lainya yang muncul yakni funsgi referensial, fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi fatik, fungsi puitik. Pada fungsi tuturan dalam bentuk tindak tutur asertif yang dominan muncul yaitu fungsi konatif.

Peneliti dapat menyimpulkan beberapa tuturan dalam dialog tokoh utama Ah Lun pada film Till We Meet Again Yuè Lǎo《 月 老 》karya Giddens Ko mengandung tindak tutur asertif dengan fungsi tuturanya masing-masing.

Saran

Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengkaji sisi pragmantik dalam film untuk meneliti kajian lain seperti tingkat kesopanan dan implikatur pada fenomena tuturan dalam dialog film atau karya sastra yang lain. Selain itu kepada peneliti selanjutnya diasarankan menggunakan teoeri yang sama yakni tindak tutur asertif untuk meneliti objek yang berbeda seperti karya sastra berupa film atau novel.

DAFTAR PUSTAKA

Anggario, N. 2016. An analysis of language functions used by buzzer Jokowi on Twitter. Surabaya:

ejournal.unair.ac.id.

Arnheim, Rudolf. 1957. Film as art. London: University of California Press.

(9)

9 Arifsetiawati, M. 2020. Tindak tutur ilokusi asertif dalam

kumpulan cerita Ich schenk dir Eine geschicte- mutgeshchicten. Surabaya: ejournal.unesa.ac.id.

Artati., Wardhana, D. E. C., Basuki, R. 2020. Tindak Tutur Ilokusi Asertif, Direktif, Ekspresif, Komisif, dan Deklaratif pada Program Gelar Wicara

Mata Najwa. Bengkulu:

https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jurnaldiksa doi: https://doi.org/10.33369/diksa.v6i1.9687.

Astut, F. 2018. Tindak Tutur Asertif Dalam Film Belle Et Sebastien Karya Nicolas Vanier. Yogyakarta.

Austin, J. L. 1962. How to do things with words. Oxford:

Oxford University Press.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik : Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta,

Creswell, J.W. 2013. Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among Five Approaches.

London: Sage Publications.

Egan, G. 2010. The Skilled Helper: A Problem- Management and Opportunity-Development Approach to Helping. Canada: Cengage Learning.

Harahap, N. 2020. Penelitian kualitatif. Medan: Wal ashri Publishing.

Hymes, D. 1992. Ethnography, Linguistics, Narrative Inequality: Toward an Understanding of Voice.

London: Taylor & Francis.

Hymes, D. 1974. Foundations in sociolinguistics: An ethnographic approach. Philadelphia:

University of Pennsylvania Press.

Iman, M. H. 2018. Tindak tutur ilokusi asertif dalam novel nazotoki wa dinner no atode karya

Higashigawa Tokuya. Malang

Repository.ub.ac.id.

Kanaza, F. U. 2020. A language function: the analysis of conative function in Meghan Markle’s speech.

Surabaya: https://doi/ 10.20473/etno.v4i2.20347.

Kristiyanti, L. W. 2016. Tindak tutur ilokusi asertif tokoh utama沈梦君Shen Meng Jun dalam film 20 ONCE AGAIN 重返 20 岁》 (chóng făn èrshí

suì) karya Leste Chen.

Surabaya:ejournal.unesa.ac.id.

Leech, G. N. 1983. Principles of Pragmatics. London:

Longman.

Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa. Depok:

Rajagrafindo Persada.

Nuramila. 2020. Tindak Tutur dalam Media Sosial : Kajian Pragmatik. Yayasan Pendidikan Dan Sosial, 53(9), 1–20.

(https://eprints.uny.ac.id/8371/3/BAB 2- 05210144025.pdf/online/131020).

Purwanti, C. 2015. Analisis Tindak Tutur Ilokusi Asertif dan Ekspresif dalam Film Amour Karya Michael Haneke. Malang: Repository.ub.ac.id.

Rahardi, R. K. 2019. Mendeskripsik peran konteks Pragmatik: Menuju perspektif

cyberpragmatic.Yogyakarta:https://DOI:10.310 02/transformatika.v%vi%i.2333.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV IKIP Semarang Press.

Searle, J. R. 1969. Speech acts: An essay in the

philosophy of language. New York: Cambridge University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Searle (dalam Rahardi, 2003:72) menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan yaitu (1) tindak tutur asertif, (2) tindak tutur

Setelah melakukan penelitian mengenai fungsi kostum pada tokoh utama sebagai gadis remaja yang berusia 16 tahun di film Enola Holmes, penelitian dimaksudkan untuk mengetahui