BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Fungsi, Tugas dan Peran Bank
Menurut B.N.Ajuha, pengertian bank adalah suatu tempat untuk menyalurkan modal atau investasi dari mereka yang tidak dapat menggunakan modal tersebut secara menguntungkan kepada mereka yang dapat membuat modal tersebut lebih produktif untuk keuntungan masyarakat1.
Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pengertian bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dananya dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya guna meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Fungsi bank secara umum adalah menghimpun dana dari masyrakat luas (funding) dan menyalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit (lending) untuk berbagai tujuan. Tetapi sebenarnya fungsi bank dapat dijelaskan dengan lebih spesifik seperti yang diungkapkan oleh Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A.
Totok Budi Santoso, yaitu sebagai berikut2: a. Agent of Trust
Yaitu lembaga yang landasannya kepercayaan. Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam penghimpun dana maupun
1http://dessputadoncia.blogspot.com/2013/04/13jelaskantugasdanfungsibank.html.
2http://andrelucky.blogspot.com/2013/03/tugasfungsibank.html.
penyaluran dana. Masyarakat akan mau menyimpan dana dananya di bank apabila dilandasi kepercayaan. Dalam fungsi ini akan di bangun kepercayaan baik dari pihak penyimpan dana maupun dari pihak bank dan kepercayaan ini akan terus berlanjut kepada pihak debitur. Kepercayaan ini penting dibangun karena dalam keadaan ini semua pihak ingin merasa diuntungkan untuk baik dari segi penyimpangan dana, penampung dana maupun penerima penyaluran dana tersebut.
b. Agent of Development
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.
Kegiatan bank berupa penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.
c. Agent of Service
Yaitu lembaga yang memobilisasi dana untuk pembangunan ekonomi.
Disamping melakukan kegiatan penghimpun dan penyalur dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakan. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.
Fungsi bank lainnya:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
Menetapkan sasaran moneter dengan memperhatikan laju inflasi yang ditetapkannya dan melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik rupiah maupun valuta asing b. Penetapan tingkat diskonto
c. Penetapan cadangan wajib minimum dan d. Pengaturan kredit dan pembiayaan
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
a. Melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas jasa sisa pembayaran
b. Mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan tentang kegiatannya
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran 3. Mengatur dan mengawasi bank
Adapun tugas bank sebagai berikut:
1. Tugas Bank Central
a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter b. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran c. Mengatur dan mengawasi perbankan
2. Tugas Bank Umum
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka dan tabungan
b. Memberi kredit
c. Menerbitkan surat pengakuan utang
d. Membeli, menjual, atau meminjam atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabah
e. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang
3. Tugas Bank Perkreditan Rakyat
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, yaitu:
a. Memberikan kredit
b. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yangditetapkan oleh Bank Indonesia c. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, sertifikat deposito, atau tabungan pada bank lain3
3http://arlanwidiantara.blogspot.com/2013/03/tugasdanfungsibank.html.
B. Tindak Pidana Perbankan Dalam Peraturan Perundang-Undangan
Tindak pidana berasal dari istilah yang dikenal dalam hukum pidana Belanda yaitu Strafbaar feit. Istilah ini terdapat dalam Wetboek van Strafrecht Negeri Belanda dan juga dalam Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch Indie (KUHP), tetapi tidak ada penjelasan resmi tentang apa yang dimaksud dengan Strafbaar feit4.
Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa- peristiwa yang konkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat5.
Sehubungan dengan pengertian tindak pidana, Pompe merumuskan bahwa suatu Strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum6. Vos merumuskan bahwa Strafbaar feit adalah suatu kelakuan manusia yang diancam pidana oleh peraturan perundang- undangan7.
Moeljatno mendefenisikan tindak pidana dengan istilah perbuatan pidana yakni sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana
4Adami Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-teori Pemindaan Dan Batas Berlakunya Hukum Pidana, Raja Grafindo, Jakarta, 2002, hlm. 67.
5Kartonegoro. Diktat Kuliah Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta, hlm. 62.
6Lamintang. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm.
174.
7Martiman. Hukum Pidana, Bina Mulia, Jakarta, 1996, hlm. 16.
disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut8. Bambang Poernomo berpendapat bahwa perumusan mengenai perbuatan pidana akan lebih lengkap apabila tersusun sebagai berikut: “Bahwa perbuatan pidana adalah suatu perbuatan yang oleh suatu aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut”9. Sedangkan menurut Barda Nawawi Arief, tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana10.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “tindak pidana” adalah suatu tindakan (berbuat atau tidak berbuat) yang bertentangan dengan hukum nasional jadi yang bersifat tanpa hak yang menimbulkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukuman. Suatu peristiwa hukum yang dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana kalau memenuhi unsur-unsur pidananya11.
Sehingga dalam hal ini untuk mengenakan pidana terhadap seseorang, maka harus memenuhi unsur tertentu. Unsur-unsur tindak pidana dijabarkan menjadi dua unsur antara lain: unsur objektif merupakan unsur yang terdapat diluar si pelaku. Unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu
8Moeljatno. Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm. 54.
9Bambang Poernomo. Asas-asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1992, hlm.
130.
10Barda Nawawi Arief. Kebijakan Hukum Pidana, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hlm. 37.
11Abdul Djamali. Pengantar Hukum Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1990, hlm. 157.
dalam keadaan-keadaan dimana tindakan-tindakan si pelaku itu harus dilakukan12. Sedangkan unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya13.
Tindak pidana ini, berbeda dengan hukum pidana. Hukum pidana adalah hukum yang mengatur tentang pelanggaran dan kejahatan terhadap kepentingan umum. Pelanggaran dan kejahatan tersebut diancam dengan hukuman yang merupakan penderitaan atau siksaan bagi yang bersangkutan. Pelanggaran sendiri mempunyai artian sebagai suatu perbuatan pidana yang ringan dan ancaman hukumannya berupa denda atau kurungan, sedangkan kejahatan adalah perbuatan pidana yang berat. Ancaman hukumannya berupa hukuman denda, hukuman penjara, hukuman mati dan kadangkala masih ditambah dengan hukuman penyitaan barang-barang tertentu, pencabutan hak tertentu, serta pengumuman keputusan hakim14.
Tindak pidana perbankan merupakan bentuk tindakan yang melibatkan dana masyarakat yang disimpan di bank, oleh karenanya tindak pidana perbankan merugikan kepentingan berbagai pihak, baik bank itu sendiri selaku badan usaha maupun nasabah penyimpan dana, sistem perbankan, otoritas perbankan, pemerintah dan masyarakat luas. Tindak pidana di bidang perbankan
12Teguh Prasetyo. Hukum Pidana Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 50.
13Lamintong. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1997, hlm. 193.
14Yulies Tiena Masriani. Pengantar Hukum Indonesia, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 60.
menurut UU Perbankan yaitu tindak pidana yang menjadikan bank sebagai sarana (crime against the bank)15.
Undang-Undang Perbankan membedakan sanksi pidana menjadi 2 (dua) bentuk, yaitu kejahatan dan pelanggaran. Pada Pasal 46, 47, 47A, 48 ayat (1), 49, 50 dan Pasal 50A merupakan tindak pidana yang tergolong bentuk kejahatan oleh karena itu sanksi yang diberikan lebih berat. Sedangkan tindak pidana perbankan yang termasuk dalam katagori pelanggaran terdapat pada Pasal 48 Ayat (2).
Eksistensi, karakteristik, bentuk dan jenis perumusan tindak pidana di bidang perbankan tidak hanya terbatas pada perumusan UU Perbankan, melainkan mencakup tindak pidana lainnya yang diatur dan tersebar di luar UU Perbankan yang ada relevansinya dengan kegiatan perbankan, seperti dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Kejahatan perbankan walaupun dikatakan sebagai tindak pidana ekonomi, namun pada dasarnya kejahatan perbankan sudah termasuk kejahatan di bidang perbankan. Hal ini dapat digolongkan menjadi tiga kategori yakni:
1. Kejahatan fisik, maksudnya adalah kejahatan perbankan yang melibatkan fisik dan merupakan kejahatan yang konvensional serta berhubungan dengan perbankan. Contohnya perampokan bank, penipuan dan lain-lain.
15Hermansyah. Hukum Perbankan Indonesia, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 149.
2. Kejahatan pelanggaran administrasi perbankan, maksudnya adalah bank sebagai lembaga pelayanan publik, maka banyak ketentuan administrasi dibebankan oleh hukum kepadanya, bahkan pelanggaran beberapa ketentuan administrasi dianggap oleh hukum sebagai tindak pidana. Hal ini meliputi operasi bank tanpa ijin, tidak memenuhi pelaporan kepada Bank Sentral dan tidak memenuhi ketentuan Bank Sentral tentang kecukupan modal, batas maksimum pemberian pembiayaan, persyaratan pengurus dan komisaris, merger, akuisisi serta konsolidasi bank dan lain-lain.
3. Kejahatan produk bank, maksudnya adalah kejahatan perbankan yang dihubungkan dengan produk bank seperti, pemberian pembiayaan yang tidak benar, misalnya pembiayaan tanpa agunan atau agunan fiktif, pemalsuan warkat, seperti cek, wesel, letter of credit, pemalsuan kartu pembiayaan dan transfer uang kepada yang tidak berhak16.
Yang dikategorikan sebagai kejahatan di bidang perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan tidak memberikan definisi yang tertentu tentang kejahatan perbankan.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan hanya menetapkan Pasal 46 sampai dengan Pasal 50A adalah kejahatan yang disebutkan pada Pasal 51 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana
16Anwar Salim. Tindak Pidana Di Bidang Perbankan, Alumni, Bandung, 2001, hlm.
21.
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan bahwa:
“Tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 46, Pasal 47, Pasal 48 ayat (1), Pasal 49, Pasal 50 dan Pasal 50 A adalah kejahatan”.
Definisi kejahatan perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahiun 1998 tentang Perbankan tidak memeberika definisi yang tertentu tentang kejahatan perbankan. Meski tidak memberikan definisi tentang kejahatan perbankan, UU Perbankan menetapkan 13 (tiga belas) definisi dari Pasal 46 sampai dengan Pasal 50A. Ketiga belas kejahatan perbankan tersebut dapat digolongkan kepada 4 (empat) macam yaitu:
1. Kejahatan yang berkaitan degan perizinan 2. Kejahatan yang berkaitan degan rahasia bank
3. Kejahatan yang berkaitan degan administrasi, pengawasan dan pembinaan 4. Kejahatan yang berkaitan dengan usaha bank
Dalam hal terjadinya suatu Tindak Pidana Perbankan yang dilakukan oleh orang dalam terdapat beberapa undang-undang yang dapat dan biasanya diterapkan yaitu:
1. Kitab Undang-Undang hukum Pidana, Ketentuan KUHP yang biasa dipakai misalnya Pasal 263 (pemalsuan), Pasal 372 (penggelapan dalam jabatan), Pasal 378 (penipuan), Pasal 362 (pencurian) dan lain-lain. Pasal-pasal KUHP diterapkan biasanya apabila bank menjadi korban dari suatu tindak pidana.
2. Undang-Undang Pemberantasa Tindak Pidana Korupsi. Diterapkan terhadap kasus-kasus yang menimpa bank pemerintah. Undang-Undang ini untuk mempermudahkan menjerat para pelaku, mengenakan hukuman yang berat dan memperoleh uang penggnti atas kerugian Negara.
Ketentuan dalam Undang-Undang Perbankan ini biasanya diterapkan apabila Komisaris, Direksi, Pegawasi dan Pihak Terafilasi dengan bank (orang dalam) atau orang yang mengaku menjalankan usaha bank sendiri sebagai pelakunya.
Berkenaan dengan pasal-pasal mengenai tindak pidana perbankan, perubahan yang cukup signifikan yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah mengenai pengenaan sanksi yang jauh lebih berat dan ditetapkan minimum dan maksimum dalam hal terjadi tindak pidana di bidang perbankan.
Tidak semua pasal dari Undang-Undang Perbankan dapat menjerat pelaku tindak pidana sebagai mana diatur Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, maka sepanjang tidak diatur oleh Undang-Undang ini dapat diterapkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Seperti tindak pidana yang berkaitan dengan tindakan pemalsuan dokumen atau warkat, maka dapat diberlakukan ketentuan Pasal 263 atau Pasal 264 KUHP yang mengatur pemalsuan surat. Atau penggelapan dapat dikenakan Pasal 372 KUHP yang mengatur tentang penggelapan, Pasal 378 (penipuan) dan Pasal 362 (pencurian).
Kejahatan Perbankan yang juga terjadi dewasa pada dunia perbankan ini yaitu kegiatan Money Loudring yang dalam hal ini tidak diatur di dalam Undang- Undang Perbankan tetapi lebih khusus diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Keterlibatan perbankan dalam kegiatan pencucian uang dapat berupa:
1. Penyimpanan uang hasil kejahatan dengan nama palsu atau dalam self deposit box
2. Penyimpanan uang dalam bentuk deposito/tabungan/giro 3. Penukaran pecahan uang hasil perbuatan ilegal
4. Pengajuan permohonan kredit, dengan jaminan uang yang disimpan pada bank yang bersangkutan
5. Penggunaan fasilitas transfer atau Electronic Funds Transfer(EFT)
6. Pemalsuan dokument Letter of Credit (L/C) yang bekerjasama dengan oknum pejabat bank terkait
7. Pendirian dan pemanfaatan bank gelap
C. Perkembangan Tindak Pidana Perbankan di Indonesia
Berdasarkan sejarah terminologi, kata perbankan berasal dari suku kata bank yang berasal dari bahasa Italia banco, artinya meja yang dipergunakan untuk penitipan dan penukaran uang dipasar17. Menurut Malayu. S. P. Hasibuan, bank adalah lembaga pencipta uang, pengumpul dana dan pemberi kredit,
17Malayu Hasibuan. Manajemen Perbankan; Dasar-dasar Dan Kunci Kehidupan Perekonomian, PT Gunung Agung, Jakarta, 1991, hlm. 9.
mempermudah pembayaran dan penagihan, stabilisator moneter dan dinamisator pertumbuhan perekonomian. A. Abdulrachman berpendapat, bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan masa uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain18. Sedangkan Verryn Stuart mengartikan bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit, baik dengan uang yang diterimanya sebagai petaruh orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau uang logam19.
Dalam Webster’s New Universal Unabridged Dictionary, kata “bank”
diartikan sebagai20:
a. Menerima deposito uang, custody, menerbitkan uang, untuk memberikan pinjaman dan diskonto, memudahkan penukaran uang tertentu dengan cek, notes dan juga bank memperoleh keuntungan dengan meminjamkan uangnya dengan memungut bunga
b. Perusahaan yang melaksanakan bisnis bank tersebut
c. Gedung atau kantor tempat dilakukannya transaksi bank atau tempat beroperasinya perusahaan perbankan
18Ibid, hlm. 10.
19Malayu Hasibuan. Dasar-dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 2.
20Noah Webster. Hukum Perbankan Modern, Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Buku Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 13-14.
Dalam UU Perbankan Bab I Pasal 1 butir 1 dan 2 yang menyebutkan bahwa:
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup tentang kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Perbankan merupakan lembaga yang memiliki peran yang besar terhadap aktivitas masyarakat setiap harinya. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat21. Selain itu, perbankan nasional kita mempunyai fungsi dan tujuan dalam kehidupan ekonomi nasional bangsa Indonesia, yaitu22:
1. Bank berfungsi sebagai “financial intermediary” dengan kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau pemindahan uang dari penabung kepada peminjam
2. Penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas penyelenggaraan negara yakni:
a. Menunjang pembangunan nasional, termasuk pembangunan daerah;
bukan melaksanakan misi pembangunan suatu golongan apalagi
21Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, hlm. 7.
22Rachmadi Usman. Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 61.
perseorangan; jadi perbankan Indonesia diarahkan untuk menjadi agen pembangunan (agent of development)
b. Dalam rangka mewujudkan trilogi pembangunan nasional
Oleh karena itu, perbankan dianggap sebagai lembaga terpenting dalam pengaturan keuangan rakyat karena mendapat kepercayaan besar dari rakyat.
Namun kenyataannya, tindakan pelanggaran banyak terjadi didalamnya. Tindak pidana yang dilakukan dibidang perbankan oleh bank dinamakan “criminal banking” yang berkaitan dengan “organized crime”23, sehingga dapat digolongkan sebagai kejahatan inkonvensional yang lazim disebut white collar crime (kejahatan kerah putih).
Umumnya kejahatan kerah putih merupakan bentuk kejahatan yang dilakukan oleh pihak tertentu yang jarang terungkap dan dituntut di depan hukum karena dilakukan oleh orang yang cukup berkuasa dan mempunyai hubungan dekat dengan kalangan pemerintah yang berkuasa. Kejahatan jenis ini bersifat impersonal, karena tidak tampak secara langsung siapa pelakunya dan pada umumnya dilakukan tanpa adanya kekerasan karena menggunakan teknologi tinggi yang menembus batas-batas negara, sehingga dapat digolongkan sebagai kejahatan transnasional24.
Tindak pidana di bidang perbankan merupakan salah satu bentuk dari tindak pidana di bidang ekonomi. Tindak pidana dibidang ekonomi ini biasanya disebut juga kejahatan kerah putih (white collar crime). Seperti yang telah kita
23Marjono Reksodiputro. Kriminologi Dan Sistem Peradilan Pidana, Lembaga Kriminologi, Universitas Indonesia, Jakarta, 1994, hlm. 78.
24Sumantro. Aspek-aspek Pidana Di Bidang Ekonomi, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hlm. 172.
ketahui sebelumnya, tindak pidana ekonomi merupakan suatu tindak pidana yang mempunyai motif ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang tertentu dan dapat merugikan masyarakat dan/atau negara.
Menurut Conklin, unsur-unsur tindak pidana ekonomi yaitu suatu perbuatan melawan hukum yang diancam dengan sanksi pidana, dilakukan oleh perorangan atau korporasi didalam pekerjaannya yang sah atau dalam usahanya dibidang industri atau perdagangan dan tujuan memperoleh uang, kekayaan, menghindari pembayaran uang/menghindari kekayaan/kerugian/keuntungan bisnis atau keuntungan pribadi25.
Tindak pidana di bidang perbankan adalah segala jenis perbuatan melanggar hukum yang berhubungan dengan kegiatan dalam menjalankan usaha bank, baik bank sebagai sasaran maupun sebagai sarana26. Juga diartikan sebagai tindak pidana yang tidak hanya mencakup pelanggaran terhadap Undang- Undang Perbankan saja, melainkan mencakup pula tindak pidana lain sepanjang berkaitan dengan lembaga perbankan27.
Dimensi bentuk tindak pidana dibidang perbankan dapat berupa tindak pidana seseorang terhadap bank, tindak pidana bank terhadap bank lain, ataupun tindak pidana bank terhadap perorangan, sehingga bank dapat menjadi korban ataupun pelaku. Sedangkan dimensi ruang tindak pidana di bidang perbankan tidak terbatas pada suatu tempat tertentu, namun dapat melewati batas-batas
25Neni Sri Imaniyati. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm. 171.
26BPHN, Departemen Kehakiman. Laporan Akhir Penelitian Masalah-Masalah Hukum Kejahatan Perbankan, BPHN, Jakarta, 1992, hlm. 18.
27Ibid, hlm. 12-13.
teritorial suatu negara. Dengan demikian pula dimensi waktu tindak pidana di bidang perbankan dapat terjadi seketika, namun dapat pula berlangsung lama.
Sementara itu, ruang lingkup terjadinya tindak pidana di bidang perbankan dapat terjadi pada keseluruhan lingkup kehidupan dunia perbankan atau yang sangat berkaitan dengan kegiatan perbankan dan mencakup dengan lembaga keuangan lainnya28.
Tindak pidana di bidang perbankan di Indonesia terus bertumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini terjadi dikarenakan kelihaian pelaku tapi juga adanya kelemahan baik dari pihak bank maupun nasabah. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan kasus tindak pidana perbankan yang semakin tidak bisa dibatasi lagi. Mulai dari tindak pelanggaran atau penghindaran pajak, penipuan atau kecurangan di bidang perkreditan, penggelapan dana (masyarakat), penyalahgunaan atau penyelewengan dana masyarakat, pelanggaran terhadap aturan keuangan, penipuan transaksi tanah, delik-delik lingkungan atau pencucian uang dan sebagainya.
28Ronald Pentury. Skripsi: “Tinjauan Kriminologi Terhadap Kejahatan Perbankan”
(Ambon: UNPATTI, 2013), hlm. 35.