• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS MANDIRI: MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH (PNB1517)

N/A
N/A
ribka sesilia

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS MANDIRI: MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH (PNB1517)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH PERENCANAAN WILAYAH (PNB1517)

Oleh:

Ribka Sesilia NIM. A1G022013

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO

2023

(2)

I. PEMBAHASAN

A. Identifikasi Komoditas Basis Di Wilayah Provinsi Jawa Tengah( Wonogiri)

Location Quotient dipakai sebagai alat identifikasi pada bagian primadona (pondasi) dan non basement di kabupaten Wonogiri. Dengan mengambil data PDRB harga kontinu kabupaten Wonogiri periode 2010 periode 2015-2021. Nilai Location Quotient yang merepresentasikan tingkat perbandingan antara kabupaten Wonogiri dengan provinsi Jawa Tengah. Dengan demikian dapat diketahui primadona (pondasi) dan non basement kabupaten Wonogiri. Analisis LQ menyediakan berita mengenaisektor yang diklam non-basis ataupun basis. Apabila hasil perhitungan LQ

≥ 1, maka itu dianggap sebagai sektor basis dan jika hasil perhitungan LQ < 1, maka disebut sebagai sektor non-basis. Tabel 1 menunjukkan hasil analisis LQ yang dilakukan oleh Kabupaten Wonogiri dan Tabel 2 hasil analisis LQ Provinsi Jawa Tengah menggunakan data PDRB. Analisis Location Quotient (LQ) adalah analisis yang dipakai sebagai alat pengetahuan mengenai derajat pemanfaatan sektor basis ataupun yang dominan berasal dari spesialisasi sektor ekonomi suatu wilayah.

Analisis ini memakai rumus dibawah ini : LQ = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁 Keterangan:

LQ : Nilai Location Quotient (LQ)

Si : PDRB sektor I Kabupaten Wonogiri S : PDRB total Kabupaten Wonogiri Ni : PDRB sektor I Provinsi Jawa Tengah N : PDRB total Provinsi Jawa Tengah

(3)

Tabel 1. Hasil Analisis LQ berdasarkan Sektor PRDB Wonogiri atas dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2022

Sektor PDRB Lapangan

Usaha Seri 2010 2022 Keterangan A. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 29,10 Basis

B. Pertambangan dan Penggalian

2,80 Basis

C. Industri Pengolahan 18,08 Non basis D. Pengadaan Listrik, Gas 0.07 Non basis

E. Pengadaan Air 0,06 Basis

F. Konstruksi 7,37 Non basis

G. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

16,15 Basis

H. Transportasi dan

Pergudangan 6,66 Basis

I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

2,53 Non basis J. Informasi dan Komunikasi 1,07 Non basis

K. Jasa Keuangan 3,14 Basis

L. Real Estate 0,69 Non basis

M,N. Jasa Perusahaan 0,45 Basis

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,53 Basis

P. Jasa Pendidikan 6,29 Basis

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

1,14 Basis

R,S,T,U. Jasa lainnya 1,89 Basis Sumber: Data Sekunder

Tabel 2. Peranan Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha(Persen) , 2018- 2022

Sektor PDRB Lapangan Usaha

Seri 2010 2022 Keterangan A. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 13,53 Basis

B. Pertambangan dan Penggalian 2,42 Basis C. Industri Pengolahan 33,93 Non basis D. Pengadaan Listrik, Gas 0.09 Non basis

E. Pengadaan Air 0,06 Basis

F. Konstruksi 11,03 Non basis

(4)

G. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

13,60 Basis

H. Transportasi dan Pergudangan 3,80 Basis I. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

3,39 Non basis J. Informasi dan Komunikasi 4,01 Non basis

K. Jasa Keuangan 3,01 Basis

L. Real Estate 1,63 Non basis

M,N. Jasa Perusahaan 0,40 Basis

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

2,40 Basis

P. Jasa Pendidikan 4,23 Basis

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,92 Basis R,S,T,U. Jasa lainnya 1,56 Basis Sumber: Data Sekunder

Cara penghitungan:

𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆 𝑁𝑖/𝑁 1. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 29,10/100

13,53/100

= 0,291

0,1353

= 2,15(basis) 2. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 2,80/100

2,42/100

= 0,028

0,0242

= 1,15 (basis) 3. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 18,08/100

33,93/100

= 0,1808

0,3393

= 0,53(non basis)

(5)

4. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 0,07/100

0,09/100

= 0,0007

0,0009

= 0,77(non basis) 5. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 0,06/100

0,06/100

= 0,0006

0,0006

= 1 (basis) 6. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 7,37/100

11,03/100

= 0,0737

0,1103

= 0,66 (non basis) 7. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 16,15/100

13,60/100

= 0,1615

0,136

= 1,18(basis) 8. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 6,66/100

3,80/100

= 0,0666

0,038

= 1,75 (basis) 9. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 2,53/100

3,39/100

= 0,0253

0,0339

= 0,74(non basis) 10. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 1,07/100

4,01/100

(6)

= 0,0107

0,0401

= 0,26(non basis) 11. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 3,14/100

3,01/100

= 0,0314

0,0301

= 1,03 (basis) 12. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 0,69/100

1,63/100

= 0,0069

0,0163

= 0,42(non basis) 13. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 0,45/100

0,40/100

= 0,0045

0,004

= 1,12 (basis) 14. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 2,53/100

2,40/100

= 0,0253

0,024

= 1,05 (basis) 15. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 6,29/100

4,23/100

= 0,0629

0,0423

= 1,48 (basis) 16. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 1,14/100

0,92/100

= 0,0114

0,0092

= 1,23(basis)

(7)

17. 𝐿𝑄 = 𝑆𝑖/𝑆

𝑁𝑖/𝑁

= 1,89/100

1,56/100

= 0,0189

0,0156

= 1,21(basis) Interpretasi

Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) dalam Tabel 1 dan tabel 2 di atas bisa ditarik kesimpulan bahwasanya daerah basis (yang diutamakan) adalah perikanan serta kehutanan dan pertanian, dengan nilai 𝐿𝑄 sebesar 2,15 untuk periode 2022.

B. Identifikasi Komoditas Tanaman Buah – Buahan di Wonogiri

Tabel 3. Penghitungan LQ untuk Menentukan Komoditas Basis dari Buah - Buahan di Kab.Wonogiri dan Provinsi Jawa Tengah

No Jenis Tanaman

Produksi Tanaman Sayur dan

Buah – buahan Kabupaten

Wonogiri

Produksi Tanaman Sayur dan buah-buahan Provinsi Jawa

Tengah

Produksi Per Komoditas/Total

Produksi Kabupaten

Wonigiri

Produksi Per Komoditas/Total

Produksi Provinsi Jawa

Tengah

LQ Keterangan

1, Bawang

Daun 2.233 1199668,59 0,035113 0,1415335 0,248092 Tidak

Unggul 2. Bawang

Merah 13.825 5560575,49 0,217395 0,65602093 0,331384 Tidak Unggul

3. Bayam 3.093 113196,73 0,048637 0,01335463 3,641933 Unggul

4. Buncis 4.483 232225,36 0,070494 0,02739729 2,573031 Unggul

5. Cabai Besar 4.625 509061,11 0,072727 0,06005759 1,210954 Unggul

6. Melon 22.901 262224,74 0,360113 0,03093653 11,64037 Unggul

7. Semangka 12.434 599264,55 0,195522 0,07069953 2,765529 Unggul Interpretasi

Dari hasil analisis Location Quotient (LQ) dalam Tabel 3 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya komoditas tanaman buah–buahan basis (yang diutamakan) adalah buah Durian, dengan nilai 𝐿𝑄 sebesar 11,64037 untuk periode 2022.

(8)

Pendukung tanaman sayuran buah – buahan di daerah Wonogiri adalah buah Melon dengan nilai LQ sebesar 11,64037. Sehingga melalui penghitungan LQ komoditas yang paling Unggul adalah Melon

C. Review Penelitian dengan Teknik LQ

1. Menentukan Identitas Jurnal Pertama Tabel 4. Identitas Jurnal 1

Judul Jurnal Analisis Sektor Basis Dan Daya Saing Sektoral Serta Kaitannya Dengan Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Gorontalo

Nama Penulis 1. Rizqa Putri Pakaya

2. Ita Pingkan F. Rorong 3. Krest D. Tolosang

Tahun Terbit 2023

Nama Jurnal Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi

Volume 23

Nomor 7

Halaman 121 – 132

2. Metode

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder berupa data yang menggambarkan variable pertumbuhan ekonomi yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Gorontalo dan Provinsi Gorontalo Atas Dasar Harga Konstan tahun 2010. Data yang diambil dari tahun 2019 sampai dengan 2021 yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo. Untuk mengetahui sektor basis dalam penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini digunakan pendekatan matematis karena data penelitian berupa angka-angka dan menggunakan metode LQ (Location Quotient), metode shift share, Tipologi Klasen, dan penyerapan tenaga kerja dengan menggunakan software Microsoft Excel pada saat pengolahan data.

(9)

3. Cara Penggunaan LQ

Location Quotient adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Untuk menganalisis sektor ekonomi basis dan non basis dalam Perekonomian Kabupaten Gorontalo maka digunakan metode analisis Location Quotient (LQ).

4. Interpretasi

Hasil Analisis 𝐿𝑄 di dapat bahwa dari tujuh belas sektor ekonomi terdapat delapan sektor yang merupakan sektor basis atau unggulan di Kabupaten Gorontalo dengan rata-rata nilai 𝐿𝑄 lebih besar dari 1, yang artinya peranan sektor tersebut di daerah bersangkutan lebih menonjol dari pada peranan sektor tersebut pada perekonomian yang lebih tinggi dan dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produk sektor i sehingga dapat mengekspornya ke daerah lain secara efisien, serta menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor yang dimaksud. Sektor ekonomi yang nilai LQ paling tinggi adalah sektor Pertambangan dan penggalian dengan nilai 𝐿𝑄 sebesar 1,60 kemudian diikuti sektor Pengadaan listrik dan gas nilai 𝐿𝑄 rata-rata sebesar 1,51, sektor transportasi dan pergudangan dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,38, sektor konstruksi dengan nilai 𝐿𝑄 rata-rata 1,29 Selanjutnya sektor pertanian,kehutanan dan perikanan dengan nilai LQ rata-rata sebesar 1,08, sektor industri pengolahan dengan nilai 𝐿𝑄 rata-rata 1,03, sektor informasi dan komunikasi engan nilai 𝐿𝑄 rata-rata sebesar 1,02 dan yang terakhir dari sektor jassa keuangan dan asuransi dengan nilai 𝐿𝑄 rata-rata sebesar 1,02. Sektor-sektor inilah yang merupakan sektor basis atau unggulan di Kabupaten Gorontalo. Yang berarti bahwa sektor-sektor ini mampu memenuhi kebutuhan akan daerahnya sendiri juga memasok untuk kebutuhan daerah lainnya. Sektor-sektor ini sangatlah berpotensi jika dikembangkan dengan maksimal dan bisa menjadi sumber daya untuk mendorong oerekonomian di Kabupaten Gorontalo karena memiliki kekuatan dan prospel yang baik di masa mendatang.

(10)

5. Hasil dan Kesimpulan

Tabel 5. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Gorontalo Sektor Ekonomi Hasil Perhitungan LQ Keterangan Pertanian, Kehutanan, Perikanan 1,08 Basis

Pertambangan dan penggalian 1,70 Basis

Industri pengolahan 1,04 Basis

Pengadaaan listrik dan gas 1,50 Basis

Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

0,45 Non basis

Konstruksi 1,29 Basis

Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

0,75 Non basis

Transportasi dan pergudangan 1,39 Basis

Penyediaan akomodasi dan makan minum

0,88 Non basis

Informasi dan komunikasi 1,02 Basis

Jasa keuangan dan asuransi 1,01 Basis

Real estate 0,56 Non basis

Jasa perusahaan 0,69 Non basis

Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib

0,59 Non basis

Jasa pendidikan 0,79 Non basis

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,82 Non basis

Jasa lainnya 0,82 Non basis

Sumber: Data Sekunder diolah 2023 Kesimpulan:

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan sektor yang merupakan sektor basis atau unggulan yaitu: sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; Sektor pertambangan dan penggalian; sektor Industri Pengolahan;

sektor pengadaan listrik dan gas; sektor konstruksi; sektor transportasi dan pergudangan; sektor informasi dan komunikasi; sektor jasa keuangan dan informasi.

2. Berdasarkan hasil analisis didapatkan komoditas basis yang paling mendominasi pada subsektor pangan Kabupaten Gorontalo adalah padi, jagung dan kedelai, Komoditas subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo

(11)

yang tergolong memiliki pertumbuhan yang progresif atau maju adalah komoditas jagung, padi dan kedelai. Komoditas unggulan di Kabupaten Gorontalo berdasarkan rekapitulasi hasil analisis LQ adalah jagung, padi dan kedelai.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil analisis terdapat dua sektor maju dan tumbuh pesat di Kabupaten Gorontalo diantaranya ialah: sektor pertanian, kehutanan dan perikanan; sektor pertambangan dan penggalian.

1. Menentukan Identitas Jurnal kedua

Judul Jurnal Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian di Kabupaten Lima Puluh Kota

Nama Penulis 1. Nova Suryani

2. Juli Adevia

Tahun Terbit 2023

Nama Jurnal Jurnal Multimedia Dehasen

Volume 2

Nomor 2

Halaman 435 - 466

2. Metode

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Barat dan BPS Kabupaten Lima Puluh Kota. Data yang digunakan untuk analisa yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dari tahun 2018 sampai tahun 2022. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Lima Puluh Kota. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Tipologi Klassen, Location Quotient dan Shift Share Analysis.

Tipologi Klassen merupakan alat analisis ekonomi yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan sektor-sektor ekonomi ke dalam empat klasifikasi sektor.

3. Cara Penggunaan LQ

Penggunaan LQ ditandai Apabila LQ>1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional. Sedangkan

(12)

apabila LQ1 menunjukkan bahwa sektor i cukup menonjol di daerah tersebut dan seringkali sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produk i dan mengekspornya ke daerah lain. Daerah itu hanya mngkin mengekspor produk ke daerah lain atau luar negeri karena mampu menghasilkan produk tersebut secara lebih murah atau lebih efisien.

4. Interpretasi

Jika nilai 𝐿𝑄 lebih besar dari 1, maka sektor tersebut dianggap sebagai sektor basis dalam perekonomian wilayah tersebut. Sebaliknya, jika nilai 𝐿𝑄 lebih kecil dari 1, sektor tersebut dianggap sebagai sektor non basis. Berdasarkan perhitungan 𝐿𝑄 di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk periode 2018- 2022, terlihat bahwa terdapat tiga sektor dengan nilai 𝐿𝑄 > 1, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor real estat dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut telah menjadi basis dalam wilayah analisis dan memiliki kelebihan produksi yang signifikan.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor basis bagi perekonomian di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan rata-rata nilai LQ 1,52.

5. Hasil dan Kesimpulan

Tabel 6. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Lima Puluh Kota Sektor Ekonomi Hasil Perhitungan LQ Keterangan Pertanian, Kehutanan, Perikanan 1,52 Basis

Pertambangan dan penggalian 1,88 Basis

Industri pengolahan 0,82 Non Basis

Pengadaaan listrik dan gas 0,16 Non Basis

Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

0,37 Non basis

Konstruksi 0,48 Non Basis

Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

0,97 Non basis

Transportasi dan pergudangan 0,91 Non Basis Penyediaan akomodasi dan makan

minum

0,48 Non basis

Informasi dan komunikasi 1,07 Basis

Jasa keuangan dan asuransi 0,52 Non Basis

Real estate 0,58 Non basis

Jasa perusahaan 0,07 Non basis

(13)

Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib

0,82 Non basis

Jasa pendidikan 0,68 Non basis

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,03 Basis

Jasa lainnya 0,64 Non basis

Sumber: Data diolah, 2023 Kesimpulan:

Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki kontribusi perekonomian cukup besar bagi Provinsi Sumatera Barat sejak beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota yang cenderung meningkat setiap tahunnya telah menggambarkan bahwa Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu kabupaten yang potensial untuk dijadikan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat. Salah satu sektor dominan yang menjadi unggulan Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sektor pertanian, di mana sektor tersebut menjadi sektor yang maju namun dengan pertumbuhan yang masih tertekan berdasarkan hasil perhitungan dengan Klassen Typology Method. Selain itu, berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ), sektor pertanian merupakan sektor yang telah menjadi basis sumber pertumbuhan Kabupaten Lima Puluh Kota dan bahkan mampu memenuhi kebutuhan wilayah lain. Sektor pertanian berdasarkan hasil perhitungan analisis Shift Share juga menunjukkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat namun belum memiliki daya saing.

Berdasarkan perhitungan LQ dan Shift Share didapatkan komoditi yang memiliki keunggulan kompetitif yaitu komoditi Cabai Besar, Jeruk Siam, Kacang Panjang, Manggis, Sirsak, Terung, Enau, Gambir dan pinang.. Dikatakan memiliki Keunggulan Kompetitif karena komoditi tersebut dalam perhitungan 𝐿𝑄 merupakan komoditi Basis dan dalam perhitungan Shift Share memiliki daya siang yang baik, pertumbuhan cepat dan maju.

(14)

1. Menentukan Identitas Jurnal Ketiga

Judul Jurnal Analisis Pertumbuhan ekonomi dan

struktur ekonomi Kabupaten Sambas melalui pendekatan Location Quotient dan shift share Tahun 2017 - 2022

Nama Penulis 1. Muhammad Paizal

2. Iwan Kusnadi, U 3. Sulia Sukmawati

Tahun Terbit 2023

Nama Jurnal Jurnal Kajian Ekonomi

Hukum Syariah

Volume 9

Nomor 2

Halaman 53 - 69

2. Metode

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis kepustakaan (library research). Pendekatan kuantitatif adalah apabila data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif atau jenis data lain yang dapat dikuantitatifkan dan diolah dengan menggunakan teknik statistik.

Dalam penelitian ini, populasi yang menjadi obyek penelitian yaitu keseluruhan sektor pendapatan PDRB Kabupaten Sambas dan Kalimantan Barat.

Disini peneliti menggunakan purposive sampling dalam menentukan sampel, sampel yang digunakan yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sambas dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Kalimantan Barat periode 2017-2022. Dalam hal ini, sumber data yang peneliti gunakan berasal dari Badan Pusat Statistika (BPS) yaitu data – data yang ada di publikasi PDRB Kabupaten Sambas dan publikasi PDRB Provinsi Kalimantan Barat tahun 2017 – 2022.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah location quotient (LQ) dan shift share (SS) dengan bantuan perangkat lunak software microsoft excel, perangkat lunak yang berfokus pada pengolahan angka. Dalam menganalisis PDRB dan menentukan sektor basis salah satunya menggunakan LQ.

(15)

3. Cara Penggunaan

LQ merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis dan non basis ekonomi suatu daerah, artinya analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi. Dari hitungan LQ akan menghasilkan angka dan angka tersebut dapat difatsirkan. Berdasarkan diketahui LQ = 1, artinya komoditas itu tergolong non basis. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. LQ < 1, artinya komoditas ini tergolong non basis. Produksi komiditas suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan impor dari luar. Lalu apabila LQ > 1, artinya hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan ana tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.

4. Interpretasi

Hasil dari perhitungan LQ mengindikasikan 5 sektor yang berpotensi dikembangkan dan berkontibusi besar dalam meningkat pertumbuhan ekonomi daerah yakni sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sektor dengan nilai LQ rata-rata 1,50 mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor basis.

5. Hasil dan Kesimpulan

Tabel 7. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kabupaten Sambas Sektor Ekonomi Hasil Perhitungan LQ Keterangan Pertanian, Kehutanan, Perikanan 1,51 Basis

Pertambangan dan penggalian 0,17 Non Basis

Industri pengolahan 0,77 Non Basis

Pengadaaan listrik dan gas 0,40 Non Basis

Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang

0,45 Non basis

Konstruksi 0,68 Non Basis

Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

1,18 Basis

Transportasi dan pergudangan 0,65 Non Basis Penyediaan akomodasi dan makan

minum

0,87 Non basis

Informasi dan komunikasi 1,05 Basis

Jasa keuangan dan asuransi 0,75 Non Basis

Real estate 1,15 Basis

Jasa perusahaan 0,80 Non basis

(16)

Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib

0,83 Non basis

Jasa pendidikan 1,14 Basis

Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 0,74 Non Basis

Jasa lainnya 0,82 Non basis

Sumber: Data diolah, 2023 Kesimpulan:

Dari hasil pengolahan dan analisis data pada penelitian tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur Ekonomi Kabupaten Sambas dengan Pendekatan Location Qoutient And Shift Share Tahun 2017 – 2021, dapat disumpulkan bahwa:

1. Analisis dengan LQ (location quentient) yang melihat sektor potensial dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas, dari hasil analisis diketahui terdapat 5 sektor basis atau sektor potensial untuk dikembangkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas, sektor tersebut ialah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan besar dan enceran: reparasi mobil dan kendaraan motor, sektor informasi dan komunikasi, sektor real estat dan sektor jasa Pendidikan, sedangkan 12 sektor lainnya merupakan sektor non basis dan belum bisa memberikan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sambas.

2.

Komoditi ikan air tawar yang mempunyai nilai LQ paling tinggi dari komoditas lainnya adalah lele yang terletak pada Kabupaten Sambas sehingga wilayah tersebut dapat menjadi prioritas pengembangan.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS). 2022. Hasil Analisis LQ berdasarkan Sektor PRDB Wonogiri atas dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2022. Wonogiri.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2022. Peranan Produk Domestik Regional Bruto Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha(Persen) , 2018- 2022. Wonogiri.

Paizal, Muhammad., Kusnadi, Iwan., & Sukmawati, U. Sulia. Analisis Pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi Kabupaten Sambas melalui pendekatan Location Quotient dan shift share Tahun 2017 – 2022. Jurnal Kajian Ekonomi Hukum Syariah. 9(2):53-69

Pakaya, Rizqa Putri., Rorong, Ita Pingkan. F., & Tolosang, Krest D. 2023. Analisis Sektor Basis Dan Daya Saing Sektoral Serta Kaitannya Dengan Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Gorontalo. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.23(7):

121-132

Suryani, Nova., Adevia, Juli.2023. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian di Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Multi Disiplin Dehasen(MUDE). 2(2):

435-446.

Referensi

Dokumen terkait

Cranial measurements of type: Greatest length, 69; basal length, 56; basilarlength, 52; henselion to posterior edge of bony palate, 26; least lateral length of bony palate, 5.4;