• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "abstrak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGEMBANGAN KARAKTER, PENGETAHUAN, DAN KEAHLIAN AKUNTANSI PADA SAAT STUDI TERHADAP

PROFESIONALISME AKUNTAN PUBLIK

Oleh : Ivandhana Dosen Pembimbing :

Helmy Adam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengembangan karakter, pengetahuan, dan keahlian akuntansi pada saat studi terhadap profesionalismenya ketika menjadi seorang akuntan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatori dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket atau kuisioner yang dibagikan pada 109 pegawai KAP di Malang dan Surabaya dengan ketentuan telah bekerja maksimal selama 2 tahun di KAP.

Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan karakter, pengetahuan, dan keahlian akuntansi pada saat studi, tidak berpengaruh signifikan terhadap profesionalismenya ketika menjadi seorang akuntan. Hal ini dibuktikan dengan angka sig pada uji F yang lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,77. Dalam penelitian ini, ketiga variabel independen tersebut hanya mampu menjelaskan variabel dependennya sebesar 13,8%.

Dengan demikian sebesar 87,2% variabel profesionalisme akuntan dipengaruhi oleh variabel lain. Hal ini mengindikasikan bahwa profesionalisme seorang akuntan memang tidak bisa dibentuk hanya melalui proses pendidikan belaka karena pengabdian pada profesi, pandangan mengenai pentingnya profesi, serta pengambilan keputusan yang bebas dari tekanan pihak lain tidak bisa dipahami hanya dengan menggunakan teori- teori yang diajarkan di lembaga pendidikan.

Kata kunci : Pendidikan Akuntansi, Pengembangan Karakter, Pengetahuan , Keahlian Akuntansi

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku yang menunjang aktivitas kesehariannya. Pendidikan juga merupakan usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Sejalan dengan laju perkembangan masyarakat, pendidikan menjadi sangat dinamis dan disesuaikan dengan perkembangan yang ada. Kurikulum pendidikan bukan menjadi patokan yang baku dan statis, tetapi sangat dinamis dan harus menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Salah satu isu besar di bidang pendidikan yang selama ini sering terdengar adalah perihal ringkihnya kualitas SDM di negeri ini. Masih rendahnya mutu dan daya saing SDM Indonesia di pentas global sering dituding sebagai produk rendahnya mutu pendidikan. Dominasi peran SDM di era informasi dan globalisasi ini telah lama diprediksi berbagai pihak, diantaranya sebagaimana berulangkali dinyatakan John Naisbit (1990) bahwa "In an information society, human resource is at the cutting edge.

And it means that human resource professionals are becoming much more important in their organization. Hal ini dapat dipahami karena manusia merupakan instrumen kunci dalam melakukan berbagai inovasi dalam berbagai sistem organisasi maupun sistem negara-bangsa. Namun demikian, berdasarkan realitas nampaknya ada sesuatu yang hilang dari content kurikulum pendidikan kita maupun dari proses pembelajaran di kelas yang selama ini berjalan. Salah satu elemen penting yang hilang sebagai penopang terbangunnya SDM yang berdaya saing tinggi adalah pembentukan watak anak didik atau dengan istilah lain disebut sebagai pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang selama ini di dengungkan dengan lantang oleh beberapa lembaga pendidikan yang ada memang dipandang sangat perlu.

Dalam konteks pendidikan akuntansi sendiri pendidikan karakter dipandang penting untuk mampu mengimplementasikan ilmu-ilmu dalam akuntansi pada kehidupan nyata.

Pembelajaran akuntansi yang berkarakter adalah proses pemberian ilmu-ilmu akuntansi secara langsung dan diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar dan direalisasikan diluar kegiatan belajar mengajar. Isu lain yang tak kalah pentingnya dalam dunia pendidikan akuntansi adalah pada kenyataannya pendidikan akuntansi yang selama ini diajarkan di perguruan tinggi terkesan sebagai pengetahuan yang hanya berorientasikan kepada mekanisme secara umum saja, sangat jauh berbeda apabila dibandingkan dengan praktik yang dihadapi di dunia kerja nantinya. Masalah tersebut tentu saja akan mempersulit bahkan membingungkan mahasiswa untuk lebih memahami konsep dasar akuntansi itu sendiri, padahal dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan terhadap teori akuntansi yang mendasar maka pengetahuan akan dasar- dasar akuntansi merupakan suatu kunci utama, sehingga diharapkan dengan adanya dasar sebagai pegangan semua praktik dan teori akuntansi akan dengan mudah dilaksanakan. Dengan demikian pendidikan akuntansi masih menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan yang diinginkan

Rendahnya kualitas pendidikan akuntansi di beberapa lembaga pendidikan yang ada juga ditambah lagi dengan permasalahan dalam pengembangan keahlian profesionalnya.

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Albrecht & Sack (2000) yang mencatat bahwa masih seringnya kritik yang dilontarkan dari pendidikan akuntansi oleh para praktisi dan pendidik di bidang akuntansi. Kalangan pendidik dan pekerja memiliki

(3)

pandangan yang sama mengenai permasalahan dalam pengembangan keahlian dalam akuntansi. kritik mereka merupakan masalah utama yang dirasakan oleh para pekerja itu seperti kurangnya pendalaman kurikulum, pendagogi, serta pengembangan keterampilan akuntansi

Foster dan Cyntia (2000) mengemukakan bahwa untuk menghantarkan mahasiswa akuntansi sukses di masa depan terutama ketika menjadi seorang akuntan nanti diperlukan tiga kompetensi utama yaitu functional, personal dan broad business perspective. Lebih lanjut dikatakan bahwa kompetensi utama tersebut diwujudkan dalam bentuk penguasaan dan pengembangan dalam knowledge, skill dan character yang diharapkan menjadi pedoman dan acuan untuk menghadapi perubahan yang terjadi dalam dunia akuntansi di masa depan. Hal ini Seperti yang dikemukakan dalam penelitian Novin dan Tucker (1993) yang menggunakan pengukuran profesionalisme dalam tiga dimensi yaitu tingkatan yang menunjukan penguasaan dan pelaksanaan tiga hal, yaitu knowledge, skill dan character. Mereka menjelaskan bahwa untuk menjadi akuntan, akademisi maupun praktisi yang mencapai tingkat profesionalisme yang memadai, maka mereka harus menguasai tiga hal tersebut. Oleh karenanya, reformasi pendidikan secara terus-menerus di segala jenjang mutlak dilakukan agar pendidikan ke depan mampu menghasilkan output SDM yang jauh lebih berkualitas sesuai dengan tuntutan era global dan tuntutan lingkungan kerjanya di masa kini.

Dengan adanya beberapa hal diatas, peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Pengembangan Karakter, Pengetahuan dan Keahlian Akuntansi Pada saat studi Terhadap Profesionalisme Akuntan Publik. Hubungan yang positif antara pengembangan karakter, pengetahuan dan keahlian akuntansi pada saat studi dengan profesionalisme nya saat menjadi akuntan akan mengindikasikan bahwa lembaga pendidikan akuntansi yang ada saat ini sudah berfungsi maksimal untuk menjembatani ketimpangan antara teori akuntansi dengan praktiknya di lapangan. Dan begitu pula sebaliknya, adanya hubungan negatif antara pengembangan karakter, pengetahuan dan keahlian akuntansi pada saat studi dengan profesionalismenya ketika menjadi seorang akuntan mengindikasikan bahwa lembaga pendidikan yang ada belum benar-benar berfungsi secara maksimal untuk mengantarkan peserta didiknya menuju dunia kerja.

LANDASAN TEORI Profesionalisme Akuntan

Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No.14 Tahun 2005). Menurut Tjiptohadi (1996) profesionalisme dilihat dari pengertian bahasanya, bisa mempunyai beberapa makna.

Pertama, profesionalisme bisa berarti suatu keahlian, mempunyai kualifikasi tertentu, berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya. Oleh karena itu, seseorang bisa dikatakan profesional bila telah mengikuti pendidikan tertentu yang menyebabkan ia mempunyai keahlian atau kualifikasi khusus. Pengertian profesionalisme yang kedua merujuk pada suatu standar pekerjaan, prinsip-prinsip moral dan etika profesi. Standar mutu pekerjaan mengharuskan akuntan melaksanakan keahlian sedemikian rupa sehingga mencapai level tertentu. Prinsip-prinsip moral, seperti halnya norma umum masyarakat, mengarahkan akuntan agar sesuai dengan tatanan kehidupan seorang

(4)

profesional. Ketiga, profesionalisme juga berarti moral. Dalam hal ini perilaku akuntan berupaya mempertahankan atau menjaga martabat dan kepercayaan yang diberikan masyarakat. Kadar moral dan kepatuhan inilah yang membedakan akuntan satu dengan yang lainnya. Moral seseorang dan sikap menjunjung tinggi etika profesi bersifat sangat individual

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profesionalisme Akuntan

Proses terbentuknya profesionalisme akuntan menurut O’Cornel dalam Tin (2000) berasal dari peran pendidikan tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa tahap pertama pemeliharaan moral dan etika mahasiswa adalah di perguruan tinggi.

Tabel 1 Variabel Profesionalisme Akuntan

Sumber: Novin dan Tucker (1993)

Pendidikan Akuntansi

Menurut UU No 12 Tahun 2012 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan/atau program pascasarjana yang diarahkan pada penguasaan dan pengembangan cabang ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang menyiapkan mahasiswa dalam pekerjaan yang memerlukan persyaratan keahlian khusus, seperti program pendidikan profesi akuntan dalam sistem pendidikan akuntansi di perguruan tinggi (UU No 12 Tahun 2012)

Carr dan Matthews (2004) dalam Mulawarman (2007) menyatakan bahwa pendidikan akuntansi adalah proses pemberian pengetahuan yang dibutuhkan untuk akuntan yang terdiri dari pengetahuan umum, organisasi, bisnis, dan akuntansi. Prakarsa (1996) menyatakan bahwa proses belajar mengajar pada pendidikan tinggi akuntansi hendaknya dapat mentransformasikan peserta didik menjadi lulusan yang lebih utuh sebagai manusia.

(5)

Karakter

Karakter secara harfiah berasal dari bahasa latin “charakter” yang berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak. Secara etimologis, karakter artinya adalah kualitas mental atau moral. Secara terminologis, karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat maupun negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari dalam bersikap maupun bertindak

Alwisol (1996) menjelaskan pengertian karakter sebagai penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian karena pengertian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun, mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.

Purnomo (2008) menjelaskan bahwa karakter dalam hubungannya dengan seorang akuntan menunjukkan personality seorang akuntan yang profesional, diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Hal ini pada akhirnya akan menentukan keberadaannya dalam peta persaingan diantara rekan profesi dari negara lainnya

Pengembangan Karakter

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh lembaga pendidikan dan para pemangku kepentingan di dalamnya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sebuah lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong lahirnya peserta didik yang baik, artinya tumbuh dalam karakter yang baik, tumbuh dengan segala potensi, kapasitas dan komitmen untuk melakukan yang terbaik serta dilakukan secara benar dan memiliki kecenderungan untuk tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif, akan ditemukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua peserta didiknya menunjukkan potensinya guna mencapai tujuan yang sangat penting (Battistich, 2008)

Tujuan Pengembangan Karakter

Pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut Conatio, dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif. (Buchori, 2007)

Menurut Alwisol (2006: 154-155) masyarakat membentuk karakter melalui pendidik dan orangtua agar anak bersedia bertingkah laku seperti yang dikehendaki masyarakat. Karakter yang dibentuk secara social mencakup accepting, preserving, taking, exchanging, dan biophilous

Komponen yang Mempengaruhi Perkembangan Karakter

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), acting, menuju kebiasaan (habit). Hal ini berarti, karakter tidak hanya sebatas pada pengetahuan. Menurut Kilpatrick (2008), seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kebaikan belum tentu mampu bertindak/berbuat sesuai dengan pengetahuannya

(6)

itu, kalau ia tidak terlatih untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter tidak sebatas pengetahuan namun lebih dalam lagi, karakter menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian, diperlukan tiga (3) komponen tentang karakter yang baik yakni a) pengetahuan tentang moral, b) perasaan tentang moral dan c) perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik mampu memahami, merasakan dan mengerjakan sekaligus tentang nilai-nilai kebaikan tersebut.

Menurut Purnomo (2008), karakter dalam hubungannya dengan seorang akuntan menunjukkan personality seorang akuntan yang profesional, diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Hal ini pada akhirnya akan menentukan keberadaannya dalam peta persaingan diantara rekan profesi dari negara lainnya. Pendapat ini dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novin dan Tucker (1993) yang menggunakan pengukuran profesionalisme dalam tiga dimensi yaitu tingkatan yang menunjukkan penguasaan dan pelaksanaan dalam tiga hal yang salah satunya adalah karakter. Sehingga makin tinggi tingkatan pengembangan karakter yang dilakukan di lembaga pendidikan, maka makin tinggi pula tingkat profesionalisme seorang akuntan di tempatnya bekerja

H1: Pengembangan Karakter pada saat studi berpengaruh terhadap profesionalisme akuntan

Pengetahuan

Wikipedia Bahasa Indonesia Eksiklopedia bebas menyatakan bahwa pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh melalui pengamatan akal. Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaklanjuti yang melekat di benak seseorang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan dijelaskan sebagai segala sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Di sisi lain, Pudjawidjana (1983) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.

Tujuan Pengembangan Pengetahuan

Menurut Ngatimin (1990), pengembangan pengetahuan penting sebagai pengembangan ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Meliono, Irmayanti, 2007) adalah : 1) Pendidikan

Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Di sebuah lembaga pendidikan,seorang manusia akan mendapatkan banyak hal baru yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan diri terhadap fenomena yang ada di lingkungan sekitarnya

2) Media

(7)

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Ibrahim et al, 2001). Selain itu, media juga merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Cricitos, 1996) sehingga keberadaan sebuah media akan sangat berpengaruh terhadap transfer ilmu dan pengetahuan dari satu orang ke orang lainnya

3) Informasi

Jogiyanto (1999: 692) mendefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan”. Dalam Kaitannya dengen pengetahuan, Kadir (2002:

31) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data tersebut.

Pengetahuan akuntansi terdiri dari pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan tentang fakta-fakta dan berdasarkan konsep, contohnya: kas adalah bagian dari current assets; pengetahuan ini memudahkan dalam analisis rasio, sedangkan pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan yang konsisten dengan aturan-aturan (Bonner dan Walker, 1994; Spilker, 1995)

Bonner et al. (1992) menyatakan bahwa pengetahuan deklaratif berkorelasi positif dengan isu-isu perpajakan dan bahwa dengan pengukuran pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural mempunyai korelasi positif dengan kuantitas dan kualitas isu-isu yang sudah teridentifikasi. Bonner dan Walker (1994) juga menyatakan bahwa pengetahuan prosedural dan deklaratif mempunyai hubungan positif terhadap kinerja profesional seorang akuntan sehingga makin tinggi tingkatan pengetahuan prosedural dan deklaratif seorang akuntan yang dikembangkan di lembaga pendidikan, maka makin tinggi pula tingkatan profesionalisme nya ketika bekerja. Pernyataan ini didukung pula dengan penelitian Novin dan Tucker (1993) yang menyatakan bahwa salah satu dimensi penting yang membentuk profesionalisme seorang akuntan adalah tingkat pengetahuan yang dimiliki

H2: Pengembangan pengetahuan akuntansi pada saat studi berpengaruh terhadap profesionalisme akuntan

Keahlian (Skill)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dijelaskan bahwa “ahli” adalah orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu. Sehingga yang disebut dengan “ahli bahasa” adalah orang yang mahir di pengetahuan bahasa. Kemudian “tahu” adalah mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dsb), sedangkan “bakat” adalah dasar (kepandaian, sifat dan pembawaan) yang dibawa dari lahir. Secara umum pengertian yang tersurat di kamus besar bahasa Indonesia cukup mewakili pengertian kebanyakan orang (minimal saya sendiri). Bisa kita tafsirkan bahwa “keahlian” adalah kemahiran seseorang dalam suatu ilmu “pengetahuan”. Sedangkan “bakat” adalah bawaan lahir seseorang sehingga dapat mencapai prestasi tertentu dalam usia belia.

Pengembangan Keahlian

Menurut kajian yang dilakukan oleh Human Resources of Berkeley University (2012) Pengembangan Keahlian berarti mengembangkan diri dan keahlian untuk

(8)

menambah nilai bagi organisasi dan bagi pengembangan karir. Membina sikap apresiasi untuk belajar seumur hidup adalah kunci untuk sukses di tempat kerja. Untuk mampu terus belajar dan mengembangkan keterampilan seseorang membutuhkan mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang karirnya, dan kemudian mencari pelatihan atau peluang untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan yang dimilikinya karena pengembangkan keterampilan dimulai dengan menilai keterampilan yang penting untuk pengembangan karir yang diharapkan.

Tujuan Pengembangan Keahlian

Pengembangan keterampilan penting agar Siswa tidak melupakan apa yang telah mereka hafalkan. Karena pengetahuan yang kita dapatkan seringkali tidak dapat dialihkan di berbagai jenis pekerjaan. Di sisi lain keterampilan yang penting menjadi lebih berguna dan biasanya ditransfer antar tugas dan karir (Albrecht dan Sack, 2000 : 55)

Hasibuan (2003) menyatakan bahwa keahlian harus mendapat perhatian utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup technical skill, human skill, conceptual skill , kecakapan untuk memanfaatkan kesempatan serta kecermatan penggunaan peralatan yang dimiliki organisasi dalam mencapai tujuan.

Menurut Hasibuan (2003), dalam suatu program pengembangan ditetapkan suatu sasaran, proses, waktu dan metode pelaksanaannya. Supaya lebih baik program itu harus dibuat perencanaan terlebih dahulu, karena metode pengembangan didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Keahlian

Menurut Novin dan Tucker (1993) ada beberapa keterampilan dasar yang mampu menunjang pengembangan skill seorang akuntan yaitu thinking skill, problem solving skill, listening skill, writing skill, quantitatif skill, micro computer skill, speaking skill, intrapersonal skill dan research skill

Seorang Ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pelatihan atau pengalaman. Dalam artikel lain Hayes Roth dkk (1983) mendefinisikan keahlian akuntan sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan akuntansi tertentu, pemahaman terhadap masalah-masalah yang timbul dalam lingkungan tersebut, dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan tersebut sehingga pengembangan skill akuntansi yang baik akan memiliki pengaruh positif terhadap profesionalisme dari akuntan tersebut. Skill akuntansi erat kaitannya dengan pengalaman yang dimiliki oleh seorang akuntan sehingga makin tinggi pengalaman seorang akuntan yang didapatkan melalui aktivitasnya sehari-hari akan membuat keahlian akuntansi akuntan tersebut menjadi meningkat. Kalbers dan Fogarty (1995) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pada dasarnya pengalaman memiliki hubungan yang positif dengan profesionalisme seseorang karena pengalaman turut berperan untuk menambah kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tantangan dan hambatan yang ada di masa mendatang di bidang yang dia tekuni. Hal ini didukung pula oleh penelitian Novin dan Tucker (1993) yang menggunakan pengukuran profesionalisme seseorang dengan tingkat keahlian atau pengalaman yang dimiliki.

H3: Pengembangan keahlian akuntansi pada saat studi berpengaruh terhadap profesionalisme akuntan

(9)

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksplanatori, yang bertujuan menjelaskan pengaruh Pengembangan karakter, pengetahuan dan skill akuntansi pada saat studi terhadap profesionalisme seorang akuntan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). dimana yang menduduki variabel bebas adalah Karakter (X1) , Pengembangan Pengetahuan (X2), dan Pengembangan Keahlian (X3) sedangkan variabel terikatnya adalah profesionalisme akuntan (Y)

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik yang berada kota Malang dan Surabaya. Total KAP yang menjadi objek penelitian ini sebanyak 7 buah. KAP tersebut adalah KAP Made Sudarma, Thomas & Devi, KAP Ghonie Abubakar, KAP Suprihadi & Rekan , KAP Krishnawan Busroni, Achsin & Alamsyah yang terletak di kota malang dan KAP Drs. J. Tanzil & Rekan serta KAP Teramihardja, Pradhono &

Chandra di Surabaya.

Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data primer yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) yaitu kuesioner yang disebarkan ke beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang dan Surabaya. Skor yang diperoleh berupa skor dengan jenis data interval. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik survei melalui penyebaran angket atau kuesioner Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner. Menurut Menurut Saputra (2011) dalam Jogiyanto (2008), kuesioner merupakan metoda pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden-responden secara tertulis. Sedangkan untuk pengukuran variabel yang ada dalam penelitian ini menggunakan skala likert 1–5 point yang menunjukkan sesuai atau tidak sesuai dengan statement tersebut. Penilaian dibedakan dalam dua bentuk yaitu bersifat tertutup dan terbuka. Semakin tinggi nilai yang diperoleh maka mengindikasikan bahwa semakin besar pengaruhnya demikian pula sebaliknya

Metode Analisis Data

Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi linear berganda. Analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Metode analisis ini dilakukan terhadap data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner dan diproses dengan menggunakan program analisis SPSS 19.

PEMBAHASAN

Deskripsi Umum Responden

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah para pegawai dalam lingkup Kantor Akuntan Publik yang ada di Malang dan Surabaya. Kuesioner disebarkan pada tanggal 7 hingga 26 Maret 2013 pada beberapa KAP di Malang dan Surabaya. Dari 109 lembar kuesioner yang disebar, sebanyak 32 lembar kuesioner (29,35 %) diterima kembali oleh peneliti, namun yang bisa diikutsertakan dalam proses pengolahan data sebanyak 30 kuesioner. Sebanyak 2 kuesioner lainnya tidak bisa diolah dikarenakan tidak diisi lengkap. Responden mayoritas merupakan perempuan (56,25%),

(10)

pendidikan terakhir adalah S1 (93,75%), dan telah bekerja pada KAP kurang dari 2 tahun (100 %).

Tabel 2 Gambaran Umum Responden

Uraian N %

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

13 17

43,33%

56,66%

Total 30 100,00 %

Pendidikan S1

S2

30 2

93,33%

6,66%

Total 30 100,00 %

Jabatan Junior Auditor 30 100.00 %

Total 30 100,00 %

Lama Menjabat <1 tahun 1-2 tahun

18 12

60 % 40 %

Total 30 100,00 %

Sumber: Data Primer (diolah) Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis bertujuan untuk menguji apakah variabel independen secara individual maupun secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.

Hipotesis-hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3

Sesuai dengan rumusan masalah pada Bab I, pengaruh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa jenis penelitian yang dilakukan adalah permasalahan asosiatif dengan bentuk hubungan kausal (causal effect), sehingga untuk melihat kualitas maupun kuantitas pengaruh digunakan model regresi linier berganda. Hasil analisis regresi yang akan digunakan pada persamaan di atas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Hasil Coefficients Regresi Variabel Coefficient t-test Adj R

Square

F-test Std.

Error of the Estimat e t-stat Sig. F-stat Sig.

Konstanta 100,610 0,138 2,553 0,077 14,3559

Karakter (X1) -0,106 -0,903 0,375 8 Pengetahuan

(X2)

0,251 1,323 0,197 Keahlian (X3) 0,186 1,510 0,143 Sumber : Lampiran 4

(11)

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas maka model regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :

Y = 100,610– 0,106X1+0,251X2 + 0,186X3+ 14,35598 Dimana:

Y = Profesionalisme Akuntan X1 = Karakter

X2 = Pengetahuan X3 = Keahlian

Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:

a. Konstanta 100,610 menyatakan bahwa jika variabel karakter, pengetahuan dan keahlian tidak ada maka profesionalisme akuntan adalah sebesar 100,610

b. Koefisien regresi variabel karakter (X1) sebesar -0,106; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan X1 mengalami kenaikan, maka profesionalisme akuntan (Y) akan mengalami penurunan sebesar 0,106. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara pengembangan karakter pada saat studi dengan kinerja profesionalisme akuntan.

c. Koefisien regresi variabel pengetahuan (X2) sebesar 0,251; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan X2 mengalami kenaikan, maka profesionalisme akuntan (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,025. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel pengetahuan dan profesionalisme akuntan.

d. Angka Standard Error Of The Estimate (SEE) angka 14,35598 merupakan angka yang menunjukkan tingkat ketepatan memprediksi variabel dependen, dimana semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat didalam memprediksi profesionalisme akuntan.

e. Adjusted R2mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Ghozali (2011: 15) menjelaskan bahwa kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah-jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen, maka nilai R2 pasti akan meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, disarankan untuk menggunakan Adjusted R2 karena nilai Adjusted R2dapat naik atau turun apabila satu variabel independen dimasukkan dalam model.Adjusted R2 sebesar ( profesional akuntan) yang terjadi dapat dijelaskan oleh X1 (karakter), X2 (pengetahuan), dan X3 (keahlian) sedangkan sisanya sebesar 87,2% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.

Kesimpulan

Berdasarkan bukti-bukti empiris yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(12)

1. Pengembangan karakter mahasiswa akuntansi pada saat studi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profesionalismenya ketika bekerja di kantor akuntan publik

2. Pengembangan pengetahuan mahasiswa akuntansi pada saat studi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profesionalismenya ketika bekerja di kantor akuntan publik yang disebabkan karena adanya kesenjangan antara ilmu pengetahuan yang dipelajari pada saat perkuliahan dengan penerapannya ketika berada di dunia akuntansi yang sebenarnya

3. Pengembangan keahlian mahasiswa akuntansi pada saat studi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profesionalismenya menjadi seorang akuntan 4. Profesionalisme seorang akuntan tidak dibangun di bangku pendidikan sehingga

profesionalisme seorang akuntan sangat bergantung pada situasi dan kondisi di tempat dia bekerja nantinya

Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan yang mungkin mempengaruhi hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Variabel independen dalam penelitian ini, yaitu Karakter (X1) Pengetahuan (X2) dan keahlian (X3), hanya mempengaruhi variabel Y sebesar 13,8% dan sebanyak 87,2% dipengaruhi oleh variabel diluar model.

2. Penelitian ini menggunakan 7 kantor akuntan publik yang ada di dua kota yaitu yang berbeda yaitu Malang dan Surabaya, sehingga input masukan SDM terdidik, sistem rekruitmen dan pelatihan akuntan yang baru masuk di sebuah kantor akuntan publik sangat berbeda. Ada Kantor Akuntan Publik yang memiliki standar tinggi dalam menerima akuntan baru dan ada pula KAP yang tidak menetapkan standar terlalu tinggi sehingga bisa saja mempengaruhi persepsi yang digunakan oleh akuntan tersebut mengenai profesionalisme akuntan

Saran

Berdasarkan beberapa keterbatasan yang telah disebutkan di atas, penelitian selanjutnya disarankan untuk:

1. Penelitian yang akan datang diharapkan menambah subjek penelitian selain mahasiswa, misalnya dosen akuntansi di beberapa perguruan tinggi atau para praktisi akuntansi seperti auditor senior dan partner sehingga hubungan antara pendidikan akuntansi dengan profesionalisme seorang akuntan ketika bekerja di KAP bisa dideskripsikan dengan maksimal

2. Penelitian yang akan datang diharapkan menambahkan variabel selain karakter, pengetahuan dan keahlian agar dapat mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi profesionalisme seorang akuntan

3. Penelitian yang akan datang diharapkan memperlebar daerah populasinya sehingga dapat digeneralisasi secara lebih luas.

Referensi

Dokumen terkait

Several conditions that are regarded as risk factors for inflammation in the development of cardiovascular disease, include dyslipidemias, comprising increased total cholesterol, low

Proposed amendments to the National FFA Alumni Association Constitution may be submitted by a state or local affiliate or by any active member and must be in writing and received by the