• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "ABSTRAK"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

Ester Eka Puji Darmawati, 2016: Hubungan Pemberian Reward dan Punishment Terhadap Disiplin Guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Dalam dunia pendidikan kedua metode ini sudah cukup lama dikenal untuk meningkatkan kedisiplinan seseorang.

Peneliti ini berusaha mengungkapkan permasalahan tentang apakah ada hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017? Adapun sub pokok permasalahnya yaitu: 1) Adakah hubungan reward terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?..

2) Adakah hubungan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. 3) adakah hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?. Adapun tujuan khusus 1) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan reward terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?..

2) untuk mengetahui hubungan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. 3) untuk mengetahui hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dan berjenis korelasional. Populasi dan sampelnya menggunakan sampling jenuh. Teknik dan instrument pengumpulan data dalam skripsi ini adalah dengan metode observasi, angket, dan dokumentasi, dari data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan rumus product moment.

Berdasarkan hasil analisis di peroleh bahwa nilai adalah sebesar 0,938 dan nilai pada taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,553 yang berarti lebih besar dari (0,938 > 0,553), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai 0,938 jika dikorelasikan dengan tabel intrepretasi r terletak pada interval 0,800 sampai dengan 1,00 yang berarti Tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa reward mempunyai hubungan positif yang tinggi terhadap disiplin guru MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil analisis Product Moment, di peroleh bahwa nilai

adalah sebesar 0,991 dan nilai pada taraf signifikansi 0,05 adalah sebesar 0,553 yang berarti lebih besar dari (0,991 > 0,553), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai 0,991 jika dikorelasikan dengan tabel intrepretasi r terletak pada interval 0,800 sampai dengan 1,00 yang berarti Tinggi,

(2)

(0,973 > 0,553), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai 0,973 jika dikorelasikan dengan tabel intrepretasi r terletak pada interval 0,800 sampai dengan 1,00 yang berarti Tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa reward dan punishment mempunyai hubungan positif yang tinggi terhadap disiplin guru MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

(3)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam lintasan sejarah umat manusia, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

1 Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS & PERATURAN

PEMERINTAH RI TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Serta WAJIB BELAJAR (Bandung: CITRA UMBARA, 2010), 2

2 Ibid.,7

(4)

Salah satu komponen terpenting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peran yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.3

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.4

Guru merupakan penentu tinggi rendahnya pendidikan, keberadaannya merupakan perilaku utama sebagai fasilitator proses belajar siswa dan berada digaris terdepan berhadapan dengan siswa. Bukan hanya sebagai fasilitator, tetapi juga sebagai pembimbing dan pendidik yang tugasnya menanam nilai- nilai dan pembelajaran berbagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang relevan dengan masa kini. Sehingga jika semakin baik guru menjalankan tugasnya, semakin baik pula tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pendidikan. Oleh karena hal tersebut, maka kehadiran dan profesionalisme guru sangat berpengaruh dalam mewujudkan terselenggaranya pendidikan nasional. Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena guru merupakan salah satu komponen mikro sistem

3 Kunandar, Guru profesional (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), 40

4 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), 3

(5)

pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam proses pendidikan persekolahan.5

Guru yang berkualitas adalah guru yang berkompetensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab.6 Tanggung jawab guru dalam mendidik siswanya menyangkut berbagai aspek yaitu menyangkut tujuan, pelaksanaan, penilaian dan termasuk umpan balik dari penyelenggaraan tugas kinerjanya.

Guru profesional dituntut untuk memiliki lima hal antara lain:

mempunyai komitmen pada siswa dan proses pembelajarannya, menguasai bahan pembelajaran, bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa, mampu berfikir secara sistematis dan seyogyanya merupakan bagian masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.7 Untuk mewujudkan kelima hal tersebut, maka dibutuhkan kedisiplinan dalam melakukannya. Karena dengan kedisiplinan akan menumbuhkan kebiasaan yang disertai dengan komitmen agar selalu melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah diatur.

Idealnya, kedisiplinan hendaknya dimiliki oleh seluruh stake holder khususnya guru guna mendukung efektifitas dan hasil yang optimal dalam pendidikan. Sebagaimana diketahui guru berasal dari akronim “ di gugu lan di tiru”.8 Apapun yang terdapat dalam seorang guru menjadi perhatian bagi peserta didik, menjadi sebuah contoh baik dari perilaku, tutur kata,

5Suyanto dan Djihad Hisyam, Reflesi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Millenium (Yogyakarta: Adi Cipta, 2000), 27

6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 229

7Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru (yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 1999), 98

8Nurdin Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional (Jogjakarta: Sinar Grafika, 2012), 3

(6)

performance, cara pandang bahkan gaya khas yang dimiliki guru. Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik, sehingga sebagai pendidik seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik, tentunya hal ini tidak akan terlepas dari kesadaran untuk disiplin.

Salah satu upaya untuk membangkitkan kedisiplinan guru dapat ditegakkan melalui pemberian reward dan punishment. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia pendidikan.9

Disiplin berasal dari akar kata “disciple” yang berarti belajar. Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu proses yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi.10 Disiplin merupakan kesadaran dan kesediaan seseoraang menaati semua peraturan perusahaan dan norma norma sosial yang berlaku. 11 Kedisiplinan diartikan jika karyawan selalu datang dan pulang tepat pada waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik,

9 Haryanyo Al Fandi, Desain Pembelajaran Yang Demokratis Dan Humanis (jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), 471

10 Sofyan Tsauri, MSDM Manajemen Sumber Daya Manusia (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 127

11 Abdurrahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka cipta, 2006), 172

(7)

mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.12

Dari pendapat di atas, dikatakan bahwa disiplin terbentuk dari adanya kesadaran dan kesediaan seseorang dalam mentaati semua peraturan dan norma yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa kedisiplinan terbentuk bukan dari keterpaksaan tetapi harus dari kesadaran seseorang sehingga pelaksanaannya disiplin tidak hanya karna adanya hukuman bagi sipelanggar namun terbentuk dari adanya rasa tanggung jawab yang dimiliki orang tersebut. Dengan terbentuk rasa disiplin dalam diri setiap orang, maka hal tersebut dapat meningkatkan gairah kerja dan tujuan organisasi maupun individu akan terlaksana dengan baik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah Reward adalah ganjaran, hadiah, penghargaan, atau imbalan.13 Reward merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi kedisiplinan. Sedangkan dalam literatur lain dijelaskan bahwasannya reward adalah sebagai alat untuk mendidik anak- anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.14

Dengan demikian reward merupakan suatu cara yang digunakan seseorang untuk meningkatkan motivasi seseorang agar melakukan sesuatu yang lebih baik. Motivasi memang merupakan faktor yang mempunyai arti penting bagi seesorang melaksanakan tugasnya dengan baik, patuh dan

12 Malayu S.P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 191

13Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka), 486

14 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Peraktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 182

(8)

disiplin. Salah satu faktor agar seseorang disiplin yaitu adanya reward/hadiah, dan pujian. Reward/hadiah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cendramata.15

Sedangkan pujian adalah alat motivasi yang positif. Setiap orang senang dipuji. Tak peduli tua atau muda, bahkan anak-anak pun senang dipuji atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya dengan baik. Orang yang dipuji merasa bangga karena hasil kerjanya mendapat pujian dari orang lain.kata-kata seperti “kerjamu bagus”, “kerjamu rapi”. Dan sebagainyaadalah sejumlah kata-kata yang biasanya digunakan orang lain untuk memuji orang- orang tertentu yang dianggap berprestasi.16

Punishment adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dilaksanakannya, untuk menuju ke arah perbaikan.

Dengan demikian hukuman merupakan alat pendidikan istimewa, sebab membuat seseorang menderita.17 Dan punishment (hukuman) bersifat menghentikan sesuatu perbuatan.18 Pemberian hukuman dalam kontek pendidikan bertujuan untuk memberikan efek jera dan mencegah berlanjutnya perilaku negatif. Bentuk konsep hukuman salah satunya berupa teguran dan sanksi. Teguran biasanya bila kita menegur yang berbuat salah, dia akan berhenti berbuat kesalahan.19 Begitu pula dengan pemberian sanksi hukuman

15 Syaiful Bhari Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), 150

16 Ibid., 152

17 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2010), 31

18 Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara: 2010), 163

19 Haryanto Al-Fandi, Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) 274

(9)

yang semakin berat, seseorang akan semakin takut melanggar peraturan- peraturan yang sudah dibuat, sikap dan perilaku interdisipliner seseorang akan berkurang.

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat memberikan gambaran pentingnya menerapkan disiplin kerja guru di MI Riyadut Tholibin. Karena tanpa disiplin kerja maka tujuan sekolah tidak akan tercapai dengan optimal.

Tanpa adannya disiplin kerja, guru hadir tidak tepat waktu, mengajar tidak sesuai dengan pelajaran, kurang memahami mekanisme kerja dan lain sebagainya. Ketidakdisiplinan guru akan berdampak pada proses belajar mengajar dan berdampak pada prestasi siswa. Dalam hal ini, disiplin kerja perlu mendapatkan perhatian serius dan diterapkan dengan baik oleh guru.

Berdasarkan pengamatan, Munculnya kebijakan reward dan punishment di MI Riyadut Taholibin Suco Mumbulsari Jember dikarenakan, seringnya guru datang terlambat datang kesekolah, tidak melaksanakan tugas dengan tepat waktu, rendahnya rasa tanggung jawab, tidak mentaati peraturan, seharusnya guru datang sebelum jam 07.00 WIB, namun faktanya guru banyak yang datang melebihi dari yang dijadwalkan. bahkan terkadang ada guru yang datang telat dan pulang lebih awal.20

Dari beberapa permasalahan di atas, menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian” Hubungan Pemberian Reward Dan Punishment Terhadap Disiplin Guru Di MI Riyadut Tholibin Tahun Pelajaran 2016/2017”.

20 Observasi, Jember, 15-16 Agustus 2016

(10)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusah masalah yang dibahas dalam penulisan penelitian ini adalah:

1. Pokok Masalah

Adakah hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

2. Sub Pokok Masalah

a. Adakah hubungan pemberian reward terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

b. Adakah hubungan pemberian punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan Umum

Untuk menjelaskan hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017?

(11)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pemberian reward terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

b. Untuk mengetahui hubungan pemberian punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pijakan teoritis bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dalam topik terkait.

b. Hasil penelian ini diharapkan dapat memperkuat bukti empiris mengenai upaya meningkatkan disiplin guru khususnya di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah adalah merupakan wujud nyata kepala sekolah melalui kegiatan penelitian.

b. Bagi guru diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kedisiplinan dalam hadir di sekolah.

(12)

c. Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat mendorong keberhasila dan peningkatan mutu pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian

Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.21

Dalam penelitian ini ada dua variabel yaitu:

a. Variabel bebas

1) Reward yang dilambangkan dengan huruf (X1) 2) Punishment yang dilambangkan dengan huruf (X2)

b. Variabel terikat: Disiplin yang dilambangkan dengan huruf (Y).

2. Indikator penelitian

Adapun indikator dari variabel dalam judul penelitian ini, antara lain:

a. Reward (X1)

1) Pujian/sanjungan 2) Reward/hadiah

21 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2013), 61

(13)

b. Punishment (X2) 1) Teguran 2) Sanksi c. Disiplin (Y)

1) Datang dan pulang tepat waktu

2) Mengerjakan semua pekerjaan dengan baik 3) Mematuhi semua peraturan

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang digunakan sebagai pijakan pengukuran secara empiris terhadap variabel penelitian dengan rumusan yang didasarkan pada indikator variabel.

1. Reward artinya Ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Reward adalah salah satu alat pendidikan. Jadi, dengan sendirinya maksud ganjaran itu ialah sebagai alat untuk mendidik supaya dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.22 2. Punishment adalah hukuman. Tindakan yang dijatuhkan kepada guru dan

secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dan dengan adanya nestapa itu guru akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.23

3. Disiplin adalah tindakan manajemen yang mendorong terciptanya ketaatan pada standar-standar organisasi.24 Kedisiplinan merupakan

22 M. Ngalim Puwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 182

23 Abu ahmadi. Ilmu pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 150.

24 Marwansyah. Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: Alfabeta, 2015), 410

(14)

fungsi operatif Manajemen Sumber Daya Manusia yang terpenting karena semakin baik disipli karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi mencapai hasil yang optimal.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian biasa disebut anggapan dasar atau postulat yaitu sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti.

Anggapan dasar harus dirumuskan secara jelas sebelum peneliti melangkah mengumpulkan data. Anggapan dasar disamping berfungsi sebagai dasar berpijak bagi masalah yang diteliti, juga untuk mempertegas variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian dan merumuskan hipotesis.25

Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Dengan adanya reward dan punishment, guru memiliki rasa semangat dan tanggung jawab terhadap kedisiplinan.

2. Seluruh responden telah mengisi seluruh angket sesuai dengan fakta, sehingga data yang diperoleh sesuai dengan keadaan responden.

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan maslah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

25 STAIN, Pedoman Penulisan, 39.

(15)

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.26

Peneliti ini memiliki hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis kerja (Ha) a. (Ha) Mayor:

Ada hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

b. (Ha) Minor:

1) Ada hubungan pemberian reward terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

2) Ada hubungan pemberian punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

2. Hipotesis Nihil (H0) a. (Ha) Mayor

Tidak ada hubungan pemberian reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

26 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)(Bandung: Alfabeta, 2014), 99

(16)

b. (H0) Minor

1) Tidak ada hubungan pemberian reward terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

2) Tidak ada hubungan pemberian punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember Tahun Pelajaran 2016/2017

I. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena data penelitian angka-angka dan analisis datanya menggunakan statistik. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang langsung dilakukan di lapangan atau pada responden.27 2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

27 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik (Jakarta, Rineka Cipta, 2010), 173.

(17)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.28 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru-guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember yang melakukan tugas mengajar berjumlah 15 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Namun dalam penelitian ini jumlah populasi kurang dari 100 orang, yaitu 15 orang, maka peneliti bermaksud semua guru dijadikan subjek penelitian, sehingga dalam penelitian ini menggunakan sampel jenuh.29

Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.30

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Teknik angket

Angket adalah kumpulan dari pertanyaan ynag diajukan secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut responden),

28 Ibid., 112

29 Ibid., 112

30 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta. 2008), 124

(18)

dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis. Dalam angket ini termuat sejumlah pertanyaan tentang reward, punishment dan disiplin. Pertanyaan-pertanyaan ini dibuat sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

b. Teknik observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung keobjek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.31 Dalam teknik observasi ini peneliti mengamati secara langsung tentang ketepatan guru hadir kesekolah.

c. Teknik dokumentasi

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi peraturan-peraturan, foto- foto, laporan kegiatan, data yang relevan penelitian.32

Dalam teknik dokumentasi ini peneliti mendapatkan data-data mengenai:

1) Data jumlah guru MI Riyadut Tholibin 2) Ceklis kehadiran guru

4. Instrumen Penelitian

Pada prinsinya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam.33 Oleh karena itu harus ada alat ukur yang baik, dan alat ukur dalam penelitian biasa disebut instrumen penelitian.

Sedangakan Ibnu Hajar berpendapat bahwa instrumen merupakan alat

31 Riduan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009), 38

32 Ibid,. 38

33 Ibid,. 124

(19)

ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.34

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitatif tentang variabel yang sedang diteliti. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Kuesioner (angket) digunakan untuk mengumpulkan data tentang reward dan punishment terhadap disiplin guru di MI Riyadut Tholibin Suco Mumbulsari Jember. Angket tersebut terdiri atas pertanyaan dengan lima pilihan jawaban responden.

Jenis skala yang digunakan yaitu menggunakan skala likert.

Menurut Riduan skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial.35 Dengan menggunakan skala likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel.

Sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator, dan akhirnya indikator-indikator ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen penelitian yang berupa pertanyaan.36

34 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 160)

35 Riduan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009), 38-39

36 Rostina Sundayana, Statistika Penelitian, hal 9-10

(20)

Dalam penelitian pendidikan, penggunaan skala likert biasanya digunakan lima kategori. Dalam penelitian ini scoring masing-masing item favorabel (positif) adalah:

a. Jika guru menjawab Sangat setuju (SS) = 5

b. Jika guru menjawab Setuju (S) = 4

c. Jika guru menjawab Ragu-ragu RG) = 3 d. Jika guru menjawab Tidak setuju (TS) = 2 e. Jika guru menjawab Sangat tidak setuju(STS) = 1

Sebagaimana telah dikemukakan, untuk memperoleh validitas isi dari masing-masing variabel maka sebelum dilakukan penyusunan instrumen diperlukan kisi-kisi setiap variabel yang diteliti. Kisi-kisi itulah yang ditimbangkan kepada ahli untuk dinilai apakah sudah mewakili konsep variabel atau belum. Setelah dinilai mewakili konsep variabel atau belum. Setelah dinilai mewakili konsep variabel, maka baru dirumuskan daftar pernyataan pada setiap variabel yang diteliti. Adapun kisi-kisi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

No Variabel Indikator Nomer

Soal

Jumlah Item

1 Reward Pujian 1-5 5

Hadiah 6-10 5

(21)

2 Punishment Teguran 1-5 5

Sanksi 6-10 5

3 Disiplin Datang dan pulang tepat waktu

1-3 3

Mengerjakan semua pekerjaan dengan baik

4-6 3

Mematuhi semua peraturan

7-8 2

4 Jumlah 28

5. Analisis Data

Analisa data merupakan cakupan dari banyak kegiatan yaitu mengkategorikan data, mengatur data, menipulasi data, menjumlahkan data, menipulasi data yang diarahkan untuk memperoleh jawaban dari problem penelitian.37

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dengan rumus:

37 Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif, 353

(22)

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Jumlah responden

X = jumlah skor asli variabel X

X2 = jumlah skor yang dikwadratkan dalam variabel X

Y = jumlah skor asli variabel Y

Y2 = jumlah skor yang dikwadratkan dalam variabel Y.38

Setelah memperoleh r dari hasil perhitungan, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

“Jika , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Jika , maka Ho diterima dan Ha ditolak”.39

Untuk menentukan nilai “r” tabel, maka ditetukan dulu taraf signifikansinya α = 5%, selanjutnya ditetapkan derajat kebebasannya (db) dengan rumus : db = N – nr.40

38 Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi Pendidikan (Malang: UMM Press,2010), 70

39Ibid., 143.

40 Subana, Statistik Pendidikan (Bandung: CV Pustaka Setia), hal 145

(23)

Tabel 1.2 Interpretasi Nilai “r”

Besarnya Nilai r Interpretasi

0.800-1.00 Tinggi

0.600-0.800 Cukup

0.400-0.600 Agak rendah

0.200-0.400 Rendah

0.000-0.200 Sangat rendah

Sumber: Arikunto (2010: 319)

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini pengujian validitas butir menggunakan korelasi Product Moment (r) dengan angka kasar, rumusnya sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ )

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) +

Keterangan:

:Koefisien korelasi Product Moment antara variabel X dan Y Jumlah subjek penelitian

∑ :Jumlah hasil perkalian tiap-tiap skor asli dari X dan Y

∑ :Jumlah skor asli variabel X

(24)

∑ :Jumlah skor yang dikwdratkan dalam variabel X

∑ :Jumlah skor asli variabel Y

∑ :Jumlah skor yang dikuadratkan dalam variabel Y

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus tersebut, maka untuk mengetahui nilai terlebih dahulu ditentukan derajat kebebasannya (db) dengan rumus:

db: N-nr Keterangan :

db : Derajat Kebebasan N : Jumlah Responden nr : Jumlah Variabel

Dari hasil perhitungan tersebut kemudian

dikonsultasikan dengan , apabila lebih besar atau sama dengan , berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrument tes dapat dikatakan “valid”. Sebaliknya apabila

lebih kecil dari , berarti korelasi tidak signifikan, artinya instrument tes dapat dikatakan “tidak valid”.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini, untuk menghitung reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

(

) ( ∑ )

(25)

Keterangan :

:Reliabilitas Instrumen

k :Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ :Jumlah varians semua butir :Varians total41

Setelah melakukan perhitungan dengan rumus tersebut, maka untuk mengetahui nilai terlebih dahulu ditentukan derajat kebebasannya (db) dengan rumus:

db: N-nr Keterangan :

db :Derajat Kebebasan N :Jumlah Responden nr :Jumlah Variabel

Dari perhitungan reliabilitas tersebut, maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan angka tersebut dengan Tabel r Product Moment dengan jumlah n dk = N-1 dan taraf signifikansi 1% atau 5%. Dalam penelitian ini digunakan taraf signifikansi 5%.

Jika nilai lebih besar atau sama dengan maka semua data yang dianalisis dengan metode Alpha tersebut adalah “reliabel”.

Sebaliknya, jika nilai lebih kecil dari maka semua data yang dianalisis dengan metode Alpha tersebut adalah “tidak reliabel”.

41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 239.

(26)

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan yang dimulai dari bab pendahuluan sampai bab penutup. Sehubungan dengan rencana penulisan skripsi sebagai tindak lanjut dalam penelitian ini, maka selanjutnya peneliti akan menguraikan bab-bab agar dapat memberikan kemudahan, pemahaman dalam pembahasan ini. Adapun sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, yang dilanjutkan dengan ruang lingkup penelitian, definisi operasional, asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

Bab II kajian kepustakaan, yang berisi tentang kajian kepustakaan yang meliputi penelitian terdahulu dan kajian teori.

Bab III penyajian data dan analisis, yang berisi tentang pembahasan tentang hasil laporan penelitian yang meliputi: penyajian data, analisa data, dan pengujian hipotesis dan pembahasan.

Bab IV yaitu penutup atau kesimpulan dan saran, dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari beberapa pembahasan, dan berisi tentang saran-saran bagi pihak yang bersangkutan. Selanjutnya skripsi ini diakhiri daftar pustaka dan lampiran-lampiran sebagai pendukung di dalam pemenuhan kelengkapan data skripsi.

(27)

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu bertujuan untuk survey mengenai apa yang telah diketahui oleh seseorang dalam bidang yang akan diteliti. Adapun beberapa studi yang peneliti tekunkan dan memiliki relevansi dengan permasalahan yang dikembangkan peneliti antara lain adalah sebagai berikut:

1. Saiful Bahri, 2013 dalam skripsinya yang berjudul “ Penerapan Reward Dan Punishment Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Guru di MTs Manbaul Ulum Tangsil Wetan Kec. Wonosari Bondowoso”. Peneliti ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan reward dan punishment mampu meningkatkan disiplin guru di kelas pada kegiatan belajar mengajar. data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan berupa reward dan punishment, guru yang terlambat lebih dari 15 menit adalah 0, dan guru yang terlambat kurang dari 10 menit sebanyak 18 orang guru.

Persamaan peneliti ini sama-sama meneliti tentang pemberian reward dan punishment terhadap guru.

Dalam penelitian ini perbedaannya adalah pemberian reward dan punishment kepada guru dalam mengajar dikelas, sedangkan yang diteliti peneliti adalah reward dan punishment guru datang kesekolah.

(28)

2. Samsul farit, 2013. Dalam judul skripsinya “ Kedisiplinan Guru Dalam Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui Penerapan Reward Dan Punishment Di Smp Negeri 4 Situbondo Kabupaten Situbondo Tahun 2012/2013. Peneliti ini menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan berupa reward dan punishment tingkat kedisiplinan guru jauh lebih baik dari pada sebelumnya.

Dalam penelitian ini persamaannya yaitu sama-sama meniliti tentang reward dan punishment terhadap kehadiran guru.

Perbedaannya adalah metode yang digunakan pada skripsi ini yaitu menggunakan kualitatif sedangkan yang digunakan peneliti adalah kuantitatif.

3. Ahmad Rosidi, 2015. Dalam judul skripsinya “ Implementasi Reward Dan Punishment Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di sekolah Dasar Negeri Sumber Wringi 02 Sukuowono Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”. Peneliti ini menggunakan penelitian kualitaif dan jenis penelitiannya deskriptif, penentuan subyek penelitian menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumenter. Dalam keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian setelah diterapkannya reward sudah berjalan dengan baik, dan dengan

(29)

diterapkannya punishment atau hukuman siswa lebih disiplin dan menghargai guru ataupun mata pelajarannya.

Persamaan dari peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang reward dan punishment.

Perbedaannya yaitu peneliti ini reward dan punishment terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan yang peneliti teliti adalah reward dan punishment diberikan kepada kedisiplinan guru kesekolah

B. Kajian Teori

a. Kajian Teori Reward a. Pengertian Reward

Reward adalah ganjaran atau hadiah (sebagai pembalas jasa).1 Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran dalam bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun balasan yang buruk. Sementara dalam bahasa Arab ganjaran diistilahkan dengan tsawab.2 Didapat dalam Al-Qur‟an dalam menunjukkan apa yang diperbuat oleh seseorang dalam kehidupan ini atau di akhirat kelak karena amal perbuatan yang baik. Dalam surat Ali Imron (3) : 148, Allah berfirman:























1 Hasan shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 485

2 Haryanto Al-Fandi, , Desain Pembelajaran yang Demokratis & Humanis , hal 269

(30)

“ Maka Allah berikan ganjaran kepada mereka di dunia dan diakhirat dengan ganjaran yang baik. Dan Allah cinta kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Secara umum, reward dapat didefinisikan sebagai bagian dari suatu kebaikan yang diberikan pada seseorang dengan pertimbangan adanya beberapa tugas yang harus diselesaikan agar seseorang merasa lebih berguna. Sedangkan secara khusus, reward dapat dimaknai sebagai pemberian hadiah/imbalan yang diberikan kepada seseorang atas kerjaan yang telah dikerjakan dengan baik.3

Ganjaran adalah sebagai alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.4

Menurut Thorndike, Skinner memandang hadiah (reward) sebagai unsur yang paling penting dalam proses belajar. Kita cenderung untuk belajar suatu respons jika segera diikuti oleh penguatan. Skinner memilih istilah reinforcement dari pada reward diinterprestasikan sebagai tingkah laku subyektif yang dihubungkan dengan kesenangan.5

Demikian pula yang dikemukakan Sardiman A.M bahwa hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

3 Ibid,. 270

4 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 182

5 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002), 331

(31)

menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.6

b. Tujuan Reward

Tujuan pemberian pengahrgaan (reward) antara lain adalah sebagai ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin.7 Oleh karena itu, tujuan reward adalah menjaga hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana, ketentuan-ketentuan dan instruksi yang telah ditetapkan benar-benar diimplementasikan, sebab reward yang baik akan tercipta tujuan reward.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan adanya pemberian reward disini adalah untuk memotivasi guru-guru agar menjadi lebih giat untuk bekerja dan disiplin terhadap waktu, tidak hanya siswa yang harus disiplin datang lebih awal dari jam pelajaran namun seorang guru harus bisa memberi contoh yang baik kepada murid-muridnya.

Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh bapak Ki Hajar Dewantara, “Ing Ngarso Sung Tuladha”.8 Guru selaku orang tua kedua bagi siswa di sekolah harus bisa memberikan contoh kepada semua warga sekolah agar tercipta budaya disiplin di sekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah.

6 Sardiman A.M, Interaksi Motivasi Dan Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 92.

7 Malayu S.P Hasibuan. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 192

8 Nurdin Muhammad, Kiat Menjadi Guru Profesional , hal 3

(32)

c. Bentuk-Bentuk Reward

Reward dapat diberikan kepada karyawan dalam bentuk yang bermacam-macam diantaranya, yaitu:

1) Pujian/sanjungan

Pujian adalah alat motivasi yang positif. Setiap orang senang dipuji. Tak peduli tua atau muda, bahkan anak-anak pun senang dipuji atas sesuatu pekerjaan yang telah selesai dikerjakannya dengan baik. Orang yang dipuji merasa bangga karena hasil kerjaanya mendapat pujian dari orang lain. Kata- kata seperti kerjamu bagus, kerjamu rapi dan sebagainya adalah sejumlah kata-kata yang biasanya digunakan orang lain untuk memuji orang-orang tertentu yang dianggap berprestasi.9

Pemberian pujian kepada manusia atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya, sebagai pendorong belajar pujian menimbulkan rasa puas dan senang.10 Disamping itu pujian adalah bentuk reward yang paling mudah dilakukan.

Pujian dapat berupa kata-kata, seperti: baik, bagus, bagus sekali dan sebagainya, tetapi juga dapat berupa kata-kata yang berupa dorongan.11 Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.

Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang

9 Syaiful bahri djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2002). 171.

10 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2001), 167

11 Mulyadi, Clasroom Manajement (Malang: Uin Press, 2009), 37

(33)

menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta akan membangkitkan harga diri.12

2) Reward/hadiah

Hadiah adalah sesuatu yang diberikan kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan/cendramata.13 2. Kajian Teori Punishment

a. Pengertian Punishment (Hukuman)

kata “punishment” berasal dari bahasa inggris yang artinya hukuman atau siksaan.14

Dalam literatur islam, istilah hukuman sepadan dengan istilah

„iqab, jaza‟, dan „uqubah. Kata „iqab dalam Al-Qur‟an disebut sebanyak 20 ayat. Kata ini biasanya diikuti dengan kata syadid, yang berarti keras, sangat, amat, yang mengarah kepada tindakan Allah atas perilaku negatif yang dilakukan hamba-Nya, seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya:































Artinya: “(keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum fir‟aun dan orang-orang sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat kami;

12 Sardiman A,M, Inetraksi Dan Motivasi Belajar Mangajar, 94

13 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar , 150

14Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka).

(34)

karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosa mereka.

Dan Allah sangat keras siksa-Nya”. (Qs. Ali Imran (3): 11)

Sedangkan menurut istilah adalah beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang hukuman, diantaranya adalah sebagai berikut:

Menurut M. Ngalim Purwanto “hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru, dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan” 15

Menghukum menurut Amir Daien Indrakusuma dalam Hasbullah ialah memberikan atau mengadakan nestapa atau penderitaan dengan sengaja kepada anak didik dengan maksud agar penderitaan tersebut betul-betul dirasakannya, untuk menuju kearah perbaikan.16 Hukuman bersifat menghentikan sesuatu perbuatan.17

Definisi lain dikemukakan oleh Langeveld, sebagaimana dikutip oleh Sadulloh mengatakan bahwa hukuman adalah suatu perbuatan yang dengan sadar, sengaja menyebabkan penderitaan bagi seseorang biasanya yang lebih lemah, dan dipercayakan kepada pendidik untuk dibimbing dan dilindungi, dan hukuman tersebut diberikan dengan maksud anak benar-benar merasakan penderitaan tersebut. Hukuman diberikan karena anak berbuat kesalahan, anak

15M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 12

16 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2011), 31

17 Oemar hamalik, Proses Belajar Mengajar, 163

(35)

melanggar suatu aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikannya hukuman, anak tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, dengan hukuman diberikan sebagai suatu pembinaan bagi anak untuk menjadi pribadi susila.18

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang mempunyai dampak tidak menyenangkan, baik terhadap jasmani maupun rohani yang dijatuhkan secara sadar dan sengaja untuk membuatnya menuju kearah yang perbuatan yang lebih baik dari perbuatan semula. Begitu pula dengan guru. Hukuman diberikan dengan maksud sebagai upaya mendisiplinkan guru terhadap peraturan yang berlaku.

b. Macam-Macam Punishment (Hukuman)

Macam-macam punishment dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Punishment preventif

Yaitu punishment yang dilakukan dengan maksud agar tidak atau jangan terjadi pelanggaran. Punishment itu bermaksud untuk mencegah agar jangan sampai terjadi pelanggaran sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran itu dilakukan. Contoh: pujian, penghargaan, dan hadiah.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa preventif juga bisa dikatakan reward bagi guru agar dalam setiap kegiatan menjadi lebih termotivasi. Hukuman di sekolah dilakukan bukan sebagai

18 Sadulloh, Pedagogik (Bandung: Alfabeta,2014), 124

(36)

pembalasan, tetapi dibuat untuk memperbaiki guru-guru yang sering datang terlambat dan pulang lebih awal.

2) Punishment represif

Yaitu punishment yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah diperbuat. Jadi, punishment ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau kesalahan.19

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa hukuman represif disebut juga alat pendidikan refresif. Alat pendidikan bertujuan untuk menyadarkan seseorang kembali kepada hal-hal yang benar, yang baik dan tertib. Alat pendidikan represif diadakan bila terjadi sesuatu yang yang dianggap bertentangan dengan peraturan-peraturan, atau sesuatu perbuatan yang dianggap melanggar peturan. Misalnya, pemberitahuan, teguran, dan hukuman.

c. Tujuan Punishment

Maksud orang memberi hukuman itu bermacam-macam. Hal ini sangat bertalian erat dengan pendapat orang tentang hukuman.

1) Teori pembalasan

Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalas dendam terhadap kalainan pelanggaran yang telah dilakukan seesorang.

Dan teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan disekolah.

19 Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan, 189

(37)

2) Teori perbaikan

Hukuman diadakan membasmi kejahatan. Jadi, hukuman itu untuk memperbaiki sipelanggar agar jagan berbuat kesalahan lagi. Teori ini bersifat pedagogis karena bermaksud memperbaiki sipelanggar, naik lahiriyah maupun batiniyah.

3) Teori perlindungan

Hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Adanya hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan pelanggar.

4) Teori ganti kerugian

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu.

5) Teori menakut-nakuti

Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya.20

20 Ngalim purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, 186-189

(38)

3. Kajian Teori Disiplin a. Pengertian Disiplin

Dalam kamus besar bahasa indonesia, disiplin diartikan sebagai ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan.21 Selain itu, sofyan tsauri mengemukakan bahwa disiplin berasal dari akar kata

“disciple” yang berarti belajar. Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang melakukan sesuatu menjadi lebih baik.

Disiplin adalah tindakan manajemen yang mendorong terciptanya ketaatan pada standar-standar organisasi.22 Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan kata lain pendisiplinan karyawan adalah suatu suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya.23

Disiplin merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang

21 Tim Penyusun Kamus Pusat Dan Pengembangan Bahasa.

22 Marwansyah, Manajemen SDM (Bandung: Alfabeta, 2012), 410

23 Sondang. P Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 305

(39)

yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak.

Kedisiplinan dapat diartikan bilamana karyawan datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan baik, mematuhi semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku.24

Siagian mengartikan disiplin sebagai tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memilih tuntutan berbagai ketentuan tertentu.25 Untuk mendukung lancarnya suatu pekerjaan, maka diperlukan adanya disiplin kerja. Disiplin kerja tidak lepas dari sebuah sikap ketaatan seseorang terhadap suatu aturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi yaitu menggabungkan diri dalam organisasi itu atas dasar adanya kesadaran dan keinsyafan bukan karena adanya unsur paksaan.

Dari beberapa pendapat di atas, dikatakan bahwa disiplin terbentuk dari adanya kesadaran dan kesediaan seesorang dalam mentaati semua aturan dan norma yang telah ditetapkan. Hal ini berarti bahwa kedisiplinan terbentuk bukan dari suatu keterpaksaan tetapi harus dari kesadaran seseorang sehingga pelaksanaanya disiplin tidak hanya karena adanya hukuman bagi sipelanggar namun terbentuk dari adanya rasa tanggung jawab yang dimiliki orang tersebut. Dengan terbentuk rasa disiplin dalam diri setiap orang,

24 Abdurrahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: Rineka cipta, 2006). 172

25 Sondang Siagian, Manjemen Sumber Daya Manusia (Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010) 287

(40)

maka hal tersebut dapat meningkatkan gairah kerja dan tujuan organisasi maupun individu akan terlaksana dengan baik.

b. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin sebenarnya dimaksudkan untuk memenuhi tujuan-tujuan dari disiplin itu sendiri sehingga pelaksanaan kerja menjadi efektif dan efisien. Pada dasarnya disiplin kerja bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang teratur, tertib dan pelaksanaan pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana sebelumnya.

Menurut Reza Aryanto yang dikutib oleh Rusmiati dalam buku Sofyan Tsauri mengemukankakan tujuan dilaksankannya disiplin kerja sebagai berikut:

1) Pembentukan sikap kendali diri yang positif. Sebuah organisasi sangat mengharapkan para pegawainya memiliki sikap kendali yang positif, sehingga ia akan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya sendiri tanpa harus ada aturan yang akan memaksanya dan ia pun akan memiliki kesadaran untuk menghasilkan produk yang berkualitas tanpa perlu banyak diatur oleh atasaanya.

2) Pengendalian kerja. Agar pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai berjalan efektif dan sesuai dengan tujuan dari organisasi, maka dilakukan pengendalian kerja dalam bentuk standar dan tata tertib yang diberikan oleh organisasi.

(41)

3) Perbaikan sikap. Perubahan sikap dapat dilakukan dengan memberikan orientasi, pelatihan, pemberlakukan sanksi dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan pegawai.26

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka disiplin bertujuan untuk memperbaiki efektivitas dan mewujudkan kemampuan kerja pegawai dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi.

c. Fungsi Disiplin

Disiplin kerja sangat dibutuhkan oleh setiap guru. Disiplin menjadi prasarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan membuat para guru mendapatkan kemudahan dalam bekerja. Dengan begitu akan menciptakan suasana kerja yang kondusif dan mendukung usaha pencapaian tujuan.

Pendapat tersebut di pertegas oleh pernyataan Tulus Tu‟u yang dikutib dari Sofyan Tsauri yang mengemukakan beberapa fungsi disiplin, antara lain:

1) Menata kehidupan bersama 2) Membangun kepribadian 3) Melatih kepribadian 4) Hukuman

5) Menciptakan lingkungan kondusif27

26 Sofyan Tsauri, MSDM, 132-133.

27 Ibid., 135.

(42)

Disiplin berfungsi mengatur kehidupan bersama, dalam suatu kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan yang terjalin antara individu satu dengan yang lainnya menjadi lebih baik dan lancar.

d. Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Banyak faktor yang mempengaruhi tegaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan. Menurut Gouzali Saydan dalam buku Sofyan Tsauri menyebutkan faktor-faktor tersebut sebagai berikut:

1) Besar kecilnya pemberian kompensasi

2) Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan 3) Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan 4) Keberanian pemimpin dalam mengambil tindakan

5) Ada tidaknya pengawasan pimpinan

6) Ada tidaknya perhatian kepada para karyawan

7) Diciptakannya kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.28

b. Kajian Teori Tentang Hubungan Reward Terhadap Disiplin Guru

Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk meningkatkan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng- asosiaasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan

28 ibid., 136

(43)

suatu perbuatan yang baik secara berulang-ualng. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.

Reward yang diberikanpun harus secara adil dan bijak. Jika tidak, reward malah menimbulkan rasa cemburu dan persaingan yang tidak sehat serta memicu rasa sombong bagi pegawai yang memperolehnya. Tidak pula membuat seseorang terlena dalam pujian dan hadiah yang diberikan sehingga membuatnya lupa diri.

Oleh karena itu, prinsip keadilan sangat dibutuhkan dalam pemberian reward.

Disiplin pada hakekatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal.29 Beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan dalam bekerja diantaranya :

a) Gaya kepemimpinan yang mendidik para karyawan agar taat dengan aturan - aturan perusahaan

29 Sedarmayanti, sumber daya manusia dan produktivitas kerja (Bandung: penerbit CV Mandar Maju, 2003),221

(44)

b) Pimpinan harus mampu menciptakan suasana motivasi yang kondusif dalam unit kerja

c) Komunikasi yang efektif dengan pimpinan

d) Karyawan harus mengetahui peraturan - peraturan perusahaan yang telah ditetapkan

e) Adanya reward

f) Adanya kompensasi / upah.30

Dari keenam faktor - faktor yang mempengaruhi disiplin diatas terlihat bahwa reward merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi kedisiplinan. Reward merupakan hadiah, penghargaan atau imbalan yang bertujuan agar seseorang menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja yang telah dicapai. Reward mutlak diperlukan dalam suatu perusahaan baik dalam hal yang bersifat teknis, dalam satuan kerja atau kelompok kerja. Pemberian reward kepada karyawan dengan harapan adanya perbaikan dan perkembangan dalam dunia kerja yang secara otomatis memajukan perusahaan dan mampu bersaing dengan kompetiter lainnya.

c. Kajian Teori Tentang Hubungan Punishment Terhadap Disiplin Guru

Punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan reward merupakan bentuk reinforcement yang

30Dita Asriani, Pengaruh Reward Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pt. Citra Riau Sarana Kabupaten Kuantan Singingi (Online) Http:// Jom.Unri.Ac.Id, Diakases Tanggal 03 Agustus 2016.

(45)

positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.31 Tujuan punishment adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.

Dalam memberikan punishment hendaknya seperti konsepsi hukuman atau punishment yang berasal dari bahasa latin “punire

yang berarti menjatuhkan hukuman pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Hukuman atau punishment diapakai sebagai upaya peningkatan kedisiplinan diri, memotivasi belajar dan perbaikan perilaku. Dari pengertian tersebut, nampak dengan jelas bahwa punishment tidak sebatas pada menjatuhkan hukuman pada guru karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran, melainkan juga untuk peningkatan kedisiplinan guru, memotivasi kerja dan perbaikan perilaku (moralitas).32

Jadi, punishment sebagai bentuk penguatan negatif yang diberikan kepada guru untuk perbaikan dan penghindaran perilaku menyimpang secara sosial atau peningkatan kedisiplinan serta sebagai stimulus pembangkit semangat motivasi kerja.

31 Haryanto, Desain Pembelajaran Yang Demokratis Dan Humanis, 271

32Samsul Farit, “Kedisiplinan Guru Dalam Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui Penerapan Reward Dan Punishment Di SMP Negeri 4 Situbondo Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2012/2013”, (Skripsi, STAIN Jember, Jember, 2013), 59

Gambar

Tabel 1.2  Interpretasi Nilai “r”
tabel  (          ≥        ),  berarti  korelasi  bersifat  signifikan,  artinya  instrumen  tes  dapat  dikatakan  “valid”

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Ambunten Kabupaten Sumenep.. Dampak Psikologis

Skripsi berjudul “ Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan Peran Kader Posyandu di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember ” telah diuji dan disahkan

Untuk mengetahui apakah dengan memberikan reward dan punishment merupakan cara yang paling efektif dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas V di MI

Pemberian reward dan punishment kepada guru dan tenaga kependidikan berpengaruh terhadap etos kerja, dapat memotivasi dan meningkatkan hasil kinerja serta

Konsistensi dalam hal pembagian tugas, pemberian reward dan punishment serta pelatihan kemandirian sedari kecil dengan cara mengambil makanan sendiri, membereskan mainan

Bentuk koefesien regresi untuk variabel reward dan punishment menunjukkan arah hubungan yang positif, yaitu jika variabel reward dan punishment ditingkatkan, maka akan

Upaya Meningkatkan Disiplin Guru Dalam Kehadiran Mengajar Di Kelas Melalui Penerapan Reward And Punishment Di SMP Negeri 6 Dumai.. Pembelajar: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan dan

PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS V SD NEGERI 1 KEJOBONG PURBALINGGA GRANT OF REWARD AND PUNISHMENT FOR IMPROVING