SIKLUS HIDUP LALAT BUAH
Dhiva Aulia Winda Utami210210103060 Genetika Kelas A
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember
Jl. Kalimantan Nomor 37 Krajan Timur Tegalboto Jember 68121 [email protected]
ABSTRAK
Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan jenis lalat yang sangat mudah ditemukan dan memiliki siklus hidup yang sangat cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tahapan metamorfosis, melakukan pemeliharaan dan menentukan karakter morfologi dari Drosophila melanogaster. Media pemeliharaan yang digunakan yakni wadah kaca bening dan buah pisang.
Penelitian diawali dengan melakukan penangkapan dan identifikasi lalat buah. Pengamatan dilakukan selama satu minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam satu minggu pengamatan lalat telah melewati tahapan metamorfosis sempurna, dimulai pada hari pertama terdapat beberapa lalat yang memasuki masa perkawinan (kopulasi), hari kedua sudah ada telur tetapi karna ukurannya kecil tidak dapat dilihat dengan kasat mata, terlihatnya pada hari ke dua muncul larva yang berukuran kecil (larva instar 1), hari ke tiga larva berubah menjadi lebih besar (larva instar 2) dan hari ke empat larva lebih besar dari pada hari sebelumnya (larva instar 3), hari kelima larva tidak bergerak dan memasuki fase pupa menempel pada plastik penutup wadah, dan berwarna kecoklatan, pada hari ketujuh muncul lalat muda yang masih belum mengepakkan sayapnya, serta tubuhnya yang masih berwarna pucat
Keywords: Lalat buah (Drosophilla melanogaster), pisang, metamorfosis
PENDAHULUAN
Serangga adalah kelas dengan spesies terbanyak dalam phylum artopoda dibandingkan dengan jumlah spesies yang terdapat pada semua phylum lainnya. Jumlah spesies serangga yang telah diketahui sekitar 625.000 sampai 1.500.000 dan jumlah yang belom di indentifikasi lebih dari 10 juta spesies serangga (Ristiyanto ,2020: 28-29).
Salah satu dari sekian banyak jenis serangga yakni lalat buah (Drosophila melanogaster).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan suatu organisme sejenis serangga yang merupakan pemakan jamur terutama pada buah (Cambell, 1987:
281). Lalat buah merupakan serangga yang paling mudah berkembang biak, biasanya proses metamorfosis lalat buah hanya berlangsung selama 5 – 7 hari saja tergantung dengan ketersediaan media dan suhu ruangan. Dalam satu kali perkawinan lalat buah bisa menghasilkan ratusan telur yang nantinya akan berkembang menjadi imago. Karakteristik yang seperti inilah yang
menjadikan lalat buah sangat cocok untuk dilakukan kajian – kajian genetika (Aliaga et al., 2018).
Lalat buah karna termasuk kedalam jenis serangga bagian tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian besar yakni kepala, thorax, dan abdomen. Kepala pada lalat buah berfungsi sebagai pusat mekanisme atau berperan seperti otak pada mamalia. Pada bagian kepala lalat terdapat sepasang mata majemuk, sepasang antenna tipe plumosa, serta alat mulu tipe penghisap. Bagian thorax pada lalat buah terbagi menjadi tiga ruas yakni mesothorax, protorax, dan metatorax, pada bagian abdomennya terdapat 5 ruas – ruas dengan garis hitam yang seperti membentuk batas antara ruas satu dengan ruas lainnya, abdomen ini berfungsi untuk menampung saluran pencernaan serta alat reproduksi bagi lalat buah (Aliaga et al., 2018).
Karakteristik selanjutnya yakni tubuh lalat buah betina biasanya lebih besar jika dibandingkan dengan tubuh lalat buah jantan, lalat jantan memiliki sisir kelamin (sex comb) sedangkan lalat betina tidak memiliki sex comb. Pada bagian ujung atau posterior lalat betina berwarna gelap dan runcing sedangkan pada jantan tumpul dan tidak berwarna gelap (Aliaga et al., 2018).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mengalami metamorfosis sempurna yakni dimulai dengan telur, melewati beberapa tahap instar larva, yakni lava instar 1 – larva instar 2 – larva instar 3, kemudian memasuki masa prepupa, lalu
pupa dan menjadi lalat dewasa (imago).
Telur lalat berukuran sangat kecil dan sulit untuk diamati dengan mata telanjang.
Biasanya berbentuk lonjong berwarna putih transparan dan biasanya pada bagian ujungnya terdapat filamen – filamen yang mencegah telur tidak tenggelam dalam medium. Larva berwarna putih kekuningan berbentuk bulat panjang dan salah satu jungnya runcing. Pada fase ini biasanya sangat aktif memkan sehingga sangat cepat mengalami pertumbuhan bentuk dan melakukan beberapa kali molting (Azhar, 2021).
METODE
Penelitian dimulai dengan menangkap lalat buah, dilakukan dengan cara memasukkan satu buah pisah kedalam wadah kaca bening, kemudian diletakkan di tempat terbuka agar lalat bisa masuk, ketika didalam wadah sudah terdapat sekitar 20 ekor lalat buah, wadah kaca ditutup menggunakan plastik, di eratkan dengan karet gelang, dan pada bagian atasnya di beri lubang menggunakan jarum pentul agar lalat yang ada di dalam tidak kekurangan oksigen, kemudian lakukan pengamatan setiap hari dengan mencatat apa saja perubahan yang terjadi. Setelah satu minggu praktikan melakukan pengamatan terhadap telur, larva dan imago dengan cara mengambil salah satu wadah kultur, menentukan umur kultur tersebut (berapa hari) dan perhatikan stadium pertumbuhan yang ada didalam wadah tersebut. Untuk pengamatan larva, ambil larva dengan kuas
dan amati dibawah mikroskop, amatilah bagian spirakelnya atau saluran udara di kiri dan kanan tubuhnya serta amati bagian mulutnya. Untuk pengamatan imago menggunakan etherizer pertama memindahkan imago ke etherizer kemudian beri beberapa tetes ether, tunggu hingga lalat terbius dan amatilah bagian – bagian apa saja yang terlihat dibawah mikoskop.
HASIL PENGAMATAN
Gambar 1. Penangkapan lalat buah
Pada hari pertama praktikan menyiapkan alat dan bahan yang berupa wadah kaca, dan buah pisang yang hampir busuk. Kemudian hari selanjutnya Kamis, 8 September 2022 melakukan penangkapan lalat dengan cara meletakkan buah pisang kedalam wadah kaca dan menyimpan wadah tersebut di tempat – tempat yang banyak dihampiri oleh lalat misalnya bak sampah ataupun tempat yang lembab. Setelah di diamkan selama beberapa jam terlihat seperti pada gambar 1 lalat mulai masuk kedalam wadah, setelah di lihat sudah terdapat sekitar 20 lalat buah praktikan kemudian menutup permukaan atas wadah dengan menggunakan plastik yang di eratkan dengan karet gelang. Tidak lupa juga pada plastiknya dibuat lubang – lubang kecil
dengan jarum agar lalat buah yang ada didalam wadah bisa tetap hidup.
Gambar 2. Proses perkawinan Pada malam hari, dihari yang sama dengan waktu penangkapan lalat, terlihat seperti gambar 2 terdapat beberapa lalat yang mulai melakukan proses perkawinan.
Lalat jantan terlihat mengitari atau mengelilingi disekitar lalat betina kemudian menyatukan bagian posterior lalat jantan dan lalat betina, pada saat seperti ini disebut dengan proses kopulasi.
Gambar 3. Fase larva instar 1 Dua hari berlalu tidak terdapat perubahan pada wadah kultur, akan tetapi praktikan merasa bahwa selama beberapa hari tersebut lalat betina mulai bertelur, akan tetapi karena telur lalat buah ini berwarna transparan dan ukurannya sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. dan sulit diamati oleh praktikan.
Mulai terlihat perubahan pada hari ketiga
dimalam hari muncul beberapa larva yang keluar dari cangkang telur dengan ukuran yang sangat kecil seperti pada gambar 3 diatas. pada fase ini larva yang terlihat disebut dengan larva instar 1.
Gambar 4. Fase larva instar 2 Kemudian keesokan harinya, Minggu, 11 September 2022 larva yang awalnya terlihat sangat kecil ukurannya berubah menjadi lebih besar daripada sebelumnya. Pada fase ini larva yang terlihat pada gambar 4 disebut dengan larva instar 2.
Sama dengan fase larva instar 1, pada larva instar 2 pergerakannya juga masih sangat aktif bergerak dan memakan.
Gambar 5. Fase larva instar 3 Pada malam hari di hari yang sama dengan fase larva instar 2 praktikan mengamati bahwa ukuran larva menjadi semakin besar jika dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dapat dilihat pada gambar 5 perbedaan ukurannya antara larva instar 2
dan larva instar 3 sangat terlihat dengan jelas. Akan tetapi beberapa jam setelah ukurannya membesar pergerakan larva ini semakin melambat dan terdapat beberapa larva yang mulai diam tidak bergerak bagian tubuhnya mulai kecoklatan tetapi jika dipegang bagian tubuh nya masih lunak.
Pada fase ini praktikan menganggap bahwa larva instar 3 tadi mulai memasuki fase pre pupa.
Gambar 6. Fase pupa
Pada hari Senin, 12 September 2022 tampak jelas seperti di gambar 6, larva telah memasuki fase pupa. Hal yang menandakan bahwa larva telah berada di fase pupa yakni larva sudah tidak mengalami pergerakan, pada bagian luar larva berubah warna menjadi kuning kecoklatan yang pekat, serta biasanya menempel di permukaan atas wadah. Keesokan harinya Selasa 13 September 2022 masih belum ada perubahan pada larva, dan pada wadah kultur terlihat semakin banyak pupa yang terbentuk akan tetapi imago didalam wadah satu persatu mulai mati karena siklus hidup lalat ini akan selesai jika telah beberapa kali mengalami perkawinan dan di dalam wadah sudah sedikit tersisa asupan makanan untuk lalat maka lalat – lalat dewasa akan mati.
Tetapi pada praktikum kali ini di wadah
kultur masih terdapat beberapa imago serta larva yang masih hidup sehingga praktikan bisa melanjutkan pengamatan morfologi imago lalat buah dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui apa saja perbedaan secara morfologi antara lalat jantan dan lalat betina, bagaimana morfologi larva dan apa saja bagian – bagian yang terlihat pada fase pupa.
Gambar 7. Pengamatan larva Pada hari Rabu, 13 September 2022 praktikan mengamati larva, pupa dan imago secara berkelompok menggunakan alat bantu mikroskop. Dapat terlihat pada gambar 7 pengamatan larva bagian – bagian yang teramati yakni alat mulut yang terdiri dari sepasang kait (hook) yang berfungsi untuk menyerap sisa – sisa sari makanan pada buah pisang, alat pengait ini terdapat pada bagian anterior dan pada bagian posteriornya terdapat beberapa pasang spirakel atau alat plat spiracular yang warnanya hitam dan seperti titik atau bulatan diujungnya, dan dapat terlihat juga pada bagian abdomennya bersegmen dan berwarna putih kekuningan karna larva yang digunakan yakni larva dengan ukuran yang paling besar yang ada di wadah kultur. Larva yang digunakan ini sepertinya berada pada fase larva instar 3 oleh sebab itu terdapat bagian yang
berwarna kuning pada abdomennya karna mungkin nantinya larva ini akan mulai memasuki fase pre – pupa, kemudian dilanjutkan memasuki fase pupa.
Gambar 8. Pengamatan pupa Pengamatan selanjutnya yakni seperti yang terlihat di gambar 8 dilakukan pengamatan pada fase pupa, dengan bagian – bagian yang teramati yakni terbentuk kutikula yang mengeras dan berwarna kecoklatan serta sudah tidak terdapat pergerakan di dalam pupa tersebut.
Gambar 9. Pengamatan imago jantan Pengamatan terakhir seperti pada gambar 9 dilakukan pengamatan terhadap imago lalat buah, dimulai dengan mengambil lalat buah menggunakan dua buah selang berbeda ukuran yang pada bagian tengahnya di batasi oleh kasa kemudian imago di letakkan di dalam cawan petri kemudian dilakukan pembiusan menggunakan etherizer yang diletakkan
diatas kapas kemudian dimasukkan kedalam cawan petri yang sebelumnya sudah terdapat imago lalat buah. Tujuan dilakukan bius yakni agar lalat tidak terbang ketika diamati.
Bagian yang dapat teramati yakni terdapat tiga bagian utama pada serangga yakni bagian kepala, thorax dan abdomen.
Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk yang berwarna merah, sepasang antenna, serta alat mulut. Pada bagian thorax dapat terlihat dengan jelas bagian yang diamati yakni prothorax (kaki bagian depan) femur (ruas kaki yang paling panjang), tibia (sama seperti femur hanya bentuknya lebih ramping), tarsus (bagian ujung kaki serangga). Pada bagian abdomen yang terlihat jelas yakni pada bagian ujung posterior lalat yang bentuknya tumpul dan bermodifikasi menjadi edeacus (alat perkawinan), serta di abdomennya terdapat 5 segmen yang berupa garis berwarna hitam, dan ukuran dari imago jantan lebih kecil apabila dibandingkan dengan imago betina.
PEMBAHASAN
Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan serangga yang termasuk salah satu kelas avertebrata pada filum arthopoda yang memiliki bagian tubuh yang terdiri dari tiga bagian yakni kepala, thorax dan abdomen. Kepala lalat buah berfungsi sebagai pusat mekanisme atau pusat pengendalian seluruh aktivitas lalat, selayaknya otak pada mamalia. Bagian kepala terdiri dari sepasang antenna dan sepasang mata majemuk serta alat mulut.
Tipe antenna lalat buah yakni Plumosa
merupakan tipe antenna yang bentuknya seperti bulu. Lalat buah memiliki sepasang mata majemuk yang terdiri dari ribuan sub unit ommatidium, sehingga dari kumpulan sub unit ommatidium ini lalat dapat mengenali lingkungannya secara mozaik (Jawkar et al., 2020). Lalat memiliki tipe alat mulut spons penghisap, fungsi dari alat mulut dengan tipe spons penghisap ini yakni mampu mengubah makanan yang memiliki tekstur keras menjadi lunak, setelah makanannya menjadi lunak kemudian lalat menghisapnya (Flatt, 2020).
Pada bagian thorax lalat buah terdapat tiga segmen yang terdiri dari prothorax, mesothorax dan metathorax, serta terdapat sepasang sayap. Setiap segmen thorax terdapat sepasang kaki yang berfungsi sebagai alat gerak, bagian atas prothorax disebut pronotum. Sepasang sayap pada lalat buah dapat ditemukan pada segmen mesothorax, sayap depan pada lalat buah tereduksi sebagai alat keseimbangan pada saat terbang (halter), mengetahui arah, serta sebagai alat pendengaran. Bagian thorax biasanya tersusun atas eksoskeleton dan integument yang kuat, pada integument ini terdapat berbagai saraf yang dapat menerima rangsangan cahaya, tekanan, bunyi, temperature, angin, dan bau (Flatt, 2020).
Lalat buah memiliki ciri morfologi yang berbeda antara jantan dan betina. Hal ini dapat dilihat terutama pada bagian abdomennya. Pada abdomen jantan terdiri dari 3 – 5 segmen, ukuran tubuhnya lebih
kecil daripada betina, pada ujung abdomennya lebih tumpul dan tidak berwarna gelap, serta memiliki sisir kelamin (sex comb) pada kakinya yang berfungsi membantu selama proses perkawinan (Landis et al., 2020). Sedangkan pada lalat betina memiliki 6 - 7 segmen, dan tubuhnya cenderung lebih besar dengan ujung abdomen berwarna gelap dan runcing, serta tidak memiliki sisir kelamin (sex comb).
Fungsi utama abdomen pada lalat buah adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat produksi (Ristiyanto, 2020).
Lalat buah (Drosophila melanogaster) mengalami metamorfosis sempurna dalam siklus hidup yang sangat singkat sekitar 12 hari pada suhu kamar dan kadar oksigen yang cukup, siklus hidup lalat ini akan semakin pendek jika terdapat di kondisi lingkungan yang tidak mendukung (Perveen, 2018). Siklus hidup lalat buah melalui empat tahap pada siklus hidupnya yakni telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat dewasa akan memakan cairan fermentasi di dalam buah yang busuk. Perkembangbiakan lalat dimulai ketika lalat jantan dan lalat betina telah mencapai kematangan dan melakukan perkawinan (kopulasi) ketika menangkap sinyal feromone jarak pendek dari lalat betina, biasanya lalat jantan akan merayu lalat betina dengan cara membentangkan sayapnya pada sudut 900 dan menari di sekitar lalat betina sembari mengepakkan sayapnya (Pujiastuti et al., 2020). Lama proses perkawinan biasanya bergantung pada seberapa kali lalat telah
melakukan perkawinan. Apabila telah terjadi fertilisasi antara lalat jantan dan betina pada masa ini terdapat dua periode yakni periode embrionik dan post-embrionik (Landis et al., 2020).
Periode embrionik dimulai setelah lalat betina bertelur sampai pada saat larva muda menetas dari telur. Telur lalat biasanya diletakkan di atas sisa – sisa makanan. Telur berukuran 0,5 mm dan berbentuk lonjong.
Telur dilapisi oleh dua lapisan, lapisan yang pertama terdapat selaput vitelin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan lapisan kedua terdapat selaput tipis kuat (korion) dibagian luar dan anterior terdapat dua tangkai tipis.
Permukaan korion tersusun atas lapisan kitin yang kaku, berwarna putih transparan. Pada salah satu ujung telur terdapat filamen seperti pengait atau bagian yang seperti sendok yang berfungsi untuk menjaga agar telur tetap berada diatas permukaan makanan dan tidak tenggelam karena biasanya telur lalat berukuran sangat kecil sehingga sulit untuk dilihat dengan mata telanjang Telur akan menetas menjadi larva kecil dalam waktu 24 jam setelah peletakan, pada tahapan larva biasanya akan sangat aktif memakan jadi pertumbuhannya semakin cepat.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan periode post-embrionik, yang dibagi menjadi tiga tahap larva, pupa, dan imago. Larva berwarna putih dan terdapat segmen pada tubuhnya, bentuknya seperti cacing, mulut berwarna hitam dengan bentuk
kait. Larva lalat buah mengalami dua kali molting yang melalui beberapa tahapan instar larva yakni larva instar 1 ketika baru saja keluar dari telur dengan waktu perkembangan selama 24 jam, masa larva instar 2 pada saat setelah mengalami proses molting yang pertama dengan waktu perkembangan selama 24 jam, dan masa larva instar 3 setelah mengalami molting kedua dengan waktu perkembangan selama 48 jam. Perbedaan antara larva instar 1,2 dan 3 dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang semakin besar pada tahapan instar yang semakin tinggi. Setelah mencapai kematangan penuh atau pada masa terakhir larva instar 3 pergerakan larva sudah mulai lambat dan ukuran larva mulai memendek, pada tahap inilah larva memasuki tahap prepupa. Pada tahap ini biasanya bagian tubuhnya apabila ditekan masih terasa lunak dan secara morfologi tidak tampak lagi pergerakan (diam), sedangkan secara fisiologinya larva terus berkembang. Setelah fase prepupa kemudian memasuki fase pupa ditandai dengan adanya perubahan warna tubuh yang menggelap dan segen tubuh mulai terlihat dengan jelas. Pada fase pupa terjadi organogenesis (proses pembentukan organ)
Setelah fase prepupa kemudian memasuki fase pupa yang ditandai dengan adanya perubahan warna tubuh yang menggelap dan segmen tubuh mulai terlihat dengan jelas. Pada fase pupa terjadi organogenesis atau proses pembentukan organ (Sari et al, 2020). Proses perkembangan pupa sampai menjadi dewasa
membutuhkan waktu 4 hari. Pada awalnya pupa berwarna kuning muda, bagian kutikula mengeras dan berpigmen, semakin lama warna pupa semakin menggelap coklat kegelapan. Kemudian setelah fase pupa akan memasuki fase eksoli dimana imago keluar dari pupa, selama fase eksoli ini lalat buah menyerupai bentuk lalat dewasa tetapi ukurannya lebih kecil dengan sayap belum terbentang, serta warna tubuhnya pucat, sehari setalah fase eksoli lalat masuk ke fase imago (lalat buah dewasa).
Hasil pengamatan lalat buah selama seminggu telah berhasil menunjukkan siklus hidup lalat buah yang memngalami metamorfosis sempurna, dimulai pada hari pertama Rabu, 7 September 2022 praktikan mempersiapkan alat dan bahan berupa wadah kultur dari wadah kaca bekas selai dan buah pisang yang hampir busuk, selanjutnya Kemudian hari selanjutnya yakni Kamis pada tanggal 8 September 2022 melakukan penangkapan lalat kira – kira dalam satu wadah harus terdpat sekitar 20 ekor lalat buah,.
Pada malam hari, dihari yang sama dengan waktu penangkapan lalat, terlihat beberapa lalat yang mulai melakukan proses perkawinan. Dua hari berlalu tidak terdapat perubahan pada wadah kultur, akan tetapi praktikan merasa bahwa selama beberapa hari tersebut lalat betina mulai bertelur, akan tetapi karena telur lalat buah ini berwarna transparan dan ukurannya sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. dan sulit diamati oleh praktikan.
Mulai terlihat perubahan pada hari ketiga dimalam hari muncul beberapa larva yang keluar dari cangkang telur dengan ukuran yang sangat kecil. Pada fase ini larva yang terlihat disebut dengan larva instar 1.
Kemudian keesokan harinya, yakni pada hari minggu 11 September 2022 larva yang awalnya terlihat sangat kecil ukurannya berubah menjadi lebih besar daripada sebelumnya. Pada fase ini larva disebut dengan larva instar 2. Sama dengan fase larva instar 1, pada larva instar 2 pergerakannya juga masih sangat aktif bergerak dan memakan. Pada malam hari di hari yang sama dengan fase larva instar 2 praktikan mengamati bahwa ukuran larva menjadi semakin besar jika dibandingkan dengan yang sebelumnya. Akan tetapi beberapa jam setelah ukurannya membesar pergerakan larva ini semakin melambar dan terddat beberapa larva yang mulai diam tidak bergerak bagian tubuhnya mulai kecoklatan tetapi jika dipegang bagian tubuh nya masih lunak. Pada fase ini praktikan menganggap bahwa larva instar 3 tadi mulai memasuki fase pre pupa.
Pada hari senin 12 September 2022 larva telah memasuki fase pupa. Hal yang menandakan bahwa larva telah berada di fase pupa yakni larva sudah tidak mengalami pergerakan (diam), pada bagian luar larva berubah warna menjadi kuning kecoklatan yang pekat, serta biasanya menempel di permukaan atas wadah. Keesokan harinya pada hari selasa 13 September 2022 masih belum ada perubahan pada larva, dan pada
wadah kultur terlihat semakin banyak pupa yang terbentuk akan tetapi imago didalam wadah satu persatu mulai mati. Tetapi pada praktikum kali ini di wadah kultur masih terdapat beberapa imago serta larva yang masih hidup sehingga praktikan bisa melanjutkan pengamatan morfologi imago lalat buah dengan menggunakan mikroskop untuk mengetahui apa saja perbedaan secara morfologi antara lalat jantan dan lalat betina, bagaimana morfologi larva dan apa saja bagian – bagian yang terlihat pada fase pupa.
Lalat buah (Drosophila melanogaster) pertama kali diperkenalkan oleh Morgan dan Castel pada tahun 1990 dan diketahui bahwa pada lalat ini dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran, serta sebagai hewan uji coba dalam pembelajaran genetika karena terdapat beberapa alasan antara lain; lalat buah ini sangat mudah diperoleh, hanya dengan meletakkan buah yang busuk pada suatu wadah dan di diamkan selama beberapa menit, nanti dengan sendirinya lalat buah akan terlihat disekitar wadah tersebut.
ukurannya sangat kecil, mempunyai siklus hidup yang pendek sehingga mudah untuk dipelihara, tidak membutuhkan biaya dalam jumlah yang besar, tidak membahayakan praktikan, dalam satu kali proses perkawinan mampu memproduksi banyak sekali keturunan dengan beragam fenotip, kromosom pada lalat buah masih sangat sederhana yakni hanya terdiri dari empat pasang kromosom, tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks.
Lalat betina memiliki sepasang kromosom X
yang homolog, sedangkan lalat jantan mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y, sehingga pada lalat jantan tidak mengalami crossing-over. Alasan terakhir yakni lalat buah mempunyai banyak sekali mutan, lalat buah strain normal (wild type) memiliki mata merah, tubuh berwarna kuning kecoklatan, tubuh berwarna kecoklatan dengan sayap yang menutupi tubuh lalat dengan sempurna, terdapat berbagai macam mutase yang dapat terjadi contohnya sephia (se), ebony (e), vestigial (vg), curled (cu), black vestigial (bvg) dan lain sebagainya (Suharsono dan Nuryadin, 2019).
Pada praktikum acara pertama ini dengan judul pengamatan siklus hidup lalat buah (Drosophila melanogaster) memerlukan beberapa alat dan bahan.
Adapun alat yang digunakan yakni mikroskop, kaca benda, cawan petri, 3 buah wadah kaca bekas selai, kuas, 6 buah selang yang berbeda ukuran. Tiga selang dengan ukuran diameter 1 cm dan panjang 15 cm, tiga selang sisanya dengan ukuran diameter 0,7 cm dengan panjang 13 cm. Adapun bahan yang digunakan yakni lalat yang telah diamati selama seminggu harus terdapat larva, pupa dan imagonya, etherizer, ether, kain kasa, kapas.
Fungsi dari alat dan bahan ini telah sesuai untuk membantu praktikan selama kegiatan praktikum berlangsung. Yakni fungsi alat yang pertama mikroskop digunakan untuk mengamati larva, pupa dan imago untuk melihat dengan jelas bagian -
bagian morfologinya untuk selajutnya di identifikasi lalat imago yang diamati termasuk lalat jantan atau lalat betina.
Selanjutnya yakni kaca benda, kaca benda berfungsi untuk meletakkan larva dan pupa sebelum kemudian diamati di bawah mikroskop. Kemudian cawan petri, cawan petri berfungsi sebagai media tempat meletakkan larva imago yang akan dibius menggunakan etherizer sebelum diamati di bawah mikroskop. Wadah kaca bekas selai berfungsi untuk media perkembangbiakan lalat selama seminggu. Kuas berfungsi untuk mengambil larva lalat serta pupa agar larva dan pupa tidak secara lansung bersentuhan dengan tangan.
Selang dengan berbagai ukuran digunakan untuk menangkap lalat dewasa yang terdapat di dalam kultur dengan cara menggabungkan dua selang yang berbeda dengan bagian ujung penggabungan selang dibatasi dengan kain kasa. Sedangkan fungsi bahan yang pertama yakni lalat imago, larva dan pupa sebagai bahan utama yang akan diteliti, etherizer berfungsi untuk membius lalat, etherizer dituang keatas kapas kemudian kapas dan lalat imago dimasukkan kedalam cawan petri. Kain kasa berfungsi untuk membantu dalam menangkap lalat imago yang terdapat didalam wadah kultur sebagai penghalang agar tidak langsung terhirup ataupun tertelah oleh praktikan.
Kapas berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan etherizher yang nantinya akan digunakan untuk membius lalat.
Pada praktikum kali ini tidak terdapat kegagalan selama proses praktikum berlangsung maupun pengamatan siklus hidup yang dilakukan secara mandiri selama seminggu di rumah masing – masing praktikan. Akan tetapi karena minimnya informasi dan informasi yang diberikan secara mendadak terdapat beberapa alat maupun bahan yang terlewat untuk disiapkan oleh praktikan. Hal ini bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk asisten maupun praktikan agar acara selanjutnya berlangsung lebih baik lagi.
KESIMPULAN
Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan serangga yang paling banyak digunakan untuk pembelajaran genetika karena siklus hidupnya yang sangat singkat dan mengalami metamorfosis sempurna, dimulai pada saat imago jantan dan betina telah mencapai kematangan yang penuh maka keduanya akan melakukan perkawinan (kopulasi) yang kemudian menghasilkan telur dalam jumlah yang sangat banyak, telur dalam beberapa jam peletakanakan menetas menjadi larva, pada tahap ini larva sangat aktif memakan, larva melewati tiga tahapan instar, dan mengalami dua kali molting.
Ketika larva telah mencapai kematangan penuh gerakannya akan semakin lambat dan memasuki fase pre pupa, kemudian fase pupa dan menjadi imago dalam beberapa hari
DAFTAR PUSTAKA
Aliaga, I, M., Jasper, H., Lemaitre, B.
2018. Anatomy and Physiology of the Digestive Tract of Drosophila melanogaster. PubMed Central Journal Intenational. 210 (2): 357- 396.
Azhar, A, F., Manurung, B., Sudibyo, M.
2021. Pengenalan Lalat Buah Bactrocera spp. 8 - 15
Campbell. (1987). BIOLOGI Edisi Kelima – Jilid 1. 228
Flatt, T. 2020. Life - History Evolution and the Genetics of Fitness Components in Drosophila melanogaster.
PubMed Central Journal Intenational. 214(1):3-48. doi:
10.1534/genetics.119.300160.
Jawkar, A., Nongthomba, U. 2020. Indirect flight muscles in Drosophila melanogaster as a Tractable Model to Study Muscle Development and Disease. PubMed Central Journal Intenational. 64 (1-2-3):167-173.
doi: 10.1387/ijdb.190333un.
Landis, G, N., Doherty, D., Tower, J. 2020.
Analysis of Drosophila melanogaster lifespan. PubMed Central Journal Intenational.
2144:47-56. doi: 10.1007/978-1- 0716-0592-9_4.
Perveen, F, K. 2018. Drosophilla melanogaster Model for Recent Advances in Genetics and
therapeutics. Croatia : National and University Library in Zegreb.
Pujiastuti, Y., Irsan, C., Herlinda, S., Kartini, L., Yulistin, E. 2020.
Keanekaragaman dan Pola Keberadaan lalat Buah (Diptera : terphiritidae) di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Entomologi indonesiai. Vol 17 (3). 125 -135.
Ristiyanto. (2020). Artopoda Penular Penyakit Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit. 28 – 29.
Sari, D, E., Nilawati,S., Mutmainna, I., Yustisia, D. 2020. Identifikasi
hama Lalat Buah (Diptera : terphiritidae) pada beberapa tanaman Hortikultura. Jurnal Agrominasia. Vol 5 (1). 4-8
Suharsono., Nuryadin, E (2019). Pengaruh Suhu Terhadap Siklus hidup Lalat Buah (Drosphila Melanogaster).
Journal Bioeksperimen. Vol. 5 (2).
114-120