Makna Agama dan Ruang Lingkupnya ([email protected])
Akuntansi Komputer Universitas Gunadarma
ABSTRACK
Indonesia is a heterogeneous nation. This situation has a big chance of social conflict if there is low tolerance, political interests and fanaticism. Religion is an important reference for a person's life to guide their daily life. The scope is in the form of aspects of belief or aqidah, namely belief in Allah and everything He says to believe. The diverse environment in each region makes religion a benchmark for behavior. As a set of God's rules given to humans to obtain goodness in life in this world and the afterlife, it is clear that religion is closely related to human life. The strong relationship between religion and human life has become proof that religion is a teaching that every human believes in that can teach goodness, peace and harmony in life.
Keywords: Religion, Scope, Guideline
ABSTRAK
Indonesia adalah bangsa yang heterogen. Keadaan ini berpeluang besar terhadap konflik sosial jika sikap toleran yang rendah, kepentingan politik dan fanatisme. Agama menjadi acuan penting bagi kehidupan seseorang untuk menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-harinya. Ruang lingkup berupa Aspek keyakinan atau aqidah yakni keimanan kepada Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini. Lingkungan yang beragam pada tiap daerah menjadikan agama sebagai tolak ukur berprilaku. Sebagai seperangkat aturan Tuhan yang diberikan kepada manusia unluk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan di dunia dan akhirat, nyata jelas kalau agama begitu erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kuatnya hubungan agama dengan kehidupan manusia telah menjadi bukti bahwa Agama merupakan suatu ajaran-ajaran yang dipercayai setiap manusia yang dapat mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan harmonisasi di dalam kehidupan.
Kata Kunci: Agama, Ruang Lingkup, Pedoman
PENDAHULUAN
Ruang lingkup merupakan penjelasan mengenai batasan sebuah subjek yang ada di dalam sebuah masalah. Jika diartikan secara luas, ruang lingkup merupakan sebuah batasan. Batasan yang dimaksud disini dapat berupa faktor yang diteliti seperti halnya materi, waktu, tempat, dan lain sebagainya. Sedangkan makna dalam arti yang sempit, ruang lingkup adalah suatu hal atau materi.
tiap kategori dapat dijelaskan setiap ruang lingkupnya. Misalnya saja yaitu ruang lingkup suatu agamaa memiliki batasan cakupan akhlak, cara beribadah, peraturan-peraturan yang harus ditaati(syariah), dan aspek beribadah.
Menurut Emil Salim, ruang lingkup didefinisikan dalam bentuk benda, pengaruh, dan suasana yang dirasakan di sekitar kita. Ruang lingkup sebagai urusan yang ingin berhubungan dengan
kehidupan manusia. Mulai dari masalah politik ekonomi, benda, alam semesta, sosial, dan lain sebagainya yang bisa diangkat.
Menurut Otto Soemarwoto, ruang lingkup merupakan segala hal yang terjadi sesuatu disekitar yang bersifat provokasi pada kelangsungan hidup. Selain itu, Ia juga menyebutkan bila ruang lingkup tidak terbatas jumlahnya.
Secara sederhana, pengertian agama dapat dilihat dari sudut kebahasaan (etimologis) dan sudut istilah (terminology). Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan terasa lebih mudah daripada mengartikan agama dari sudut istilah karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengandung muatan subyektivitas dari orang yang mengartikannya. Atas dasar ini maka tidak mengherankan jika muncul beberapa ahli yang tidak tertarik mendefinisikan agama.H.Mukti Ali, seorang pakar Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia pernah mengatakan, barangkali tidak ada kata yang paling sulit didefinisikan dan diberi pengertian selain dari kata agama. Pernyataan ini didasarkan kepada tiga alasan, pertama karena pengalaman agama itu adalah soal batin dan subjektif, yang juga individualistis; kedua, barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosioanal daripada membicarakan agama, karena itu membahas agama itu selalu dengan emosi yang kuat sekali sehingga sulit memberikan arti kata agama itu; dan ketiga,konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama itu sendiri. (Nata 2011) Agama memang menyangkut hubungan manusia dengan sesuatu yang mutlak gaib, sedangkan kemampuan manusia dengan akalnya terbatas. Di samping itu tidak dapat dipungkiri, bahwa agama merupakan sesuatu yang melekat dalam kehidupan manusia dan masyarakat, yang gejala- gejalanya cukup bervariasi antara satu dengan yang lainnya, sehingga sulit untuk memberikan pengertian yang bisa diterima secara umum.
Pengertian agama dari segi bahasa dapat kita ikuti antara lain uraian yang diberikan Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata din dari bahasa Arab dan kata ‘religi’ dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata Sanskrit. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun dari dua kata, a= tidak dan gam= pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci, dan agama- agama memang mempunyai kitab suci.
Selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Pengertian ini tampak menggambarkan salah satu fungsi agama sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia.
Selanjutnya din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, mendudukan, patuh, utang, balasan, dan kebiasaan. Pengertian ini juga sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya terdapat peraturan- peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi penganu agama yang bersangkutan. Selanjutnya agama juga menguasai diri seseorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran- ajaran agama. Agama lebih lanjut membawa utang yang harus diayar oleh para penganutnya. Paham kewajiban dan kepatuhan ini selanjutnya membawa kepada timbulnya paham balasan. Orang yang menjalankan kewajiban dan patuh kepada perintah agama akan mendapatkan balasan yang baik dari Tuhan. Sedangkan orang yang tidak menjalankan kewajiban dan ingkar terhadap perintah Tuhan akan mendapat balasan yang menyedihkan.
Adapun kata religi berasal dari bahasa Latin. Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang mengandung arti mengumpulkan dan
membaca. Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang mengandung kumpulan cara- cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran- ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan, dan agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan.1
Dari beberapa definisi tersebut, akhirnya Harun Nasution menyimpulkan bahwa intisari yang terkandung dalam istilah- istilah di atas ialah ikatan. Agama memang mengandung arti ikatan yang harus di pegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari- hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak dapat dtangkap oleh pancaindera. (Nasution 1979)
Pembahasan
Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Agama juga didefiniskan sebagai suatu sistem nilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan ke arah keselamatan hidup, Maka tidak mudah mendefenisikan agama. Termasuk mengelompokkan seseorang apakah ia terlibat dalam suatu agama atau tidak. Mungkin seseorang dianggap termasuk pengikut suatu agama tetapi ia mengingkarinya. Mungkin sebaliknya seseorang mengaku memeluk sebuah agama, padahal sesungguhnya sebagian besar pemeluk agama tersebut mengingkarinya.
Agama (religion) dalam pengertiannya yang paling umum dapat diartikan sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian. Dalam pengertian ini semua orang adalah makhluk religius, karena tak seorangpun dapat hidup tanpa suatu sistem yang mengaturnya dan tetap dalam kondisi sehat.2 Dalam bahasa alquran agama disebut juga dengan ”din”. Kata din yang berasal dari akar bahasa Arab dyn mempunyai banyak arti pokok, yaitu: keberhutangan, kepatuhan, kekuasaan bijaksana, dan kecenderungan alami dan tendensi. Dalam keadaan seseorang mendapatkan dirinya berhutang kesimpulannya ialah bahwa orang itu menundukkan dirinya dalam arti menyerah dan patuh kepada hukum dan peraturan yang mengatur hutang. Demikian juga dalam artian yang terbatas kepada yang berpiutang.
Sebuah agama biasanya melingkupi tiga persoalan pokok, yaitu :
1. Keyakinan (credial), yaitu keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini pengatur dan pencipta alam.
2. Peribadatan (ritual), yaitu tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan ketundukannya.
3. Sistem nilai (Value) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya atau alam.
Agama Islam merupakan agama yang di dalamnya mengandung berbagai aspek ajarannya. Untuk mencapai tujuan agama Islam, maka dibentuklah pengajaran yang berupa segi-segi yang bersangkut paut dengan duniawi dan segi-segi berhubungan ukhrawi. Maka ruang lingkup agama Islam meliputi :
1 Fauzan Nur Aksa,Modul Pendidikan Agama Islam,Unimal Prees(2015), hlm.39
2 Fauzan Nur Aksa,Modul Pendidikan Agama Islam,Unimal Prees(2015), hlm.31
a. Hablum minallah, (hubungan manusia dengan Tuhannya)3
Hubungan inii bersifat vertical, mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, meliputi kepercayaan dan penyembahan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan sistem iman dan sistem ibadah yang pertama disebut rukun Iman, sedangkan yang kedua rukun Islam
b. Hablum minannaas (hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar)
Hubungan ini bersifat horizontal, yang mengatut hubungan manusia dengan sesame manusia serta hubungannya dengan alam sekitar/lingkungan. Sebab itu, Islam mempunyai ajaran-ajaran tentang sosial, ekonomi, politik, seni, budaya, pernikahan, warisan, peperangan, kesehatan, dan lain sebagainya.
Dari dua sifat hubungan manusia tersebut, maka pembidangan Agama Islam menurut Prof. Dr.
Mahmud Syaltut dalam bukunya Al Islam Aqidah wa Syari’ah, adalah bahwa Muhammad SAW menerima dari tuhannya dasar pokok ajaran Islam menyangkut akidah dan syaria’hnya yaitu Al Qur’an karim. Al Qur’an di kalangan umat muslim merupakan sumber hukum utama untuk mengenal ajaran pokok tentang Islam. Dari Al Qur’an itulah, diketahui bahwa Islam mempunyai dua bidang utama dari ajarannya yang tidak ditemukan hakikatnya dan maknanya, kecuali dalamm jiwa dan kehidupannya, yaitu akidah dan ibadah.
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya guna diajarkan kepada manusia. Ia dibawa secara estafet dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dan dari suatu angkatan ke angkatan berikutnya. Ia adalah rahmat, hidayat dan petunjuk bagi manusia yang berkelana dalam kehidupan duniawi, merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah.
Adapun Islam dalam kurun sebelum bisalah Muhammad SAW. sifatnya lokal. Ia hanya untuk kepentingan bangsa dan daerah tertentu, dan terbatas pula periodenya. para rasul yang mengajarkan Islam itu laksana mata mata rantai yang sambung-bersambung, tapi mereka dalam satu kesatuan tugas yaitu tugas ketuhanan (risalah Ilahiyah) membawa pengajaran dan peringatan kepada manusia. Disamping itu dilengkapi dengan hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan dari Allah berdasar atas hajat dan kebutuhan bangsa dan daerah itu. Akhirnya, ketika Islam datang ke pangkuan risalah Muhammad SAW. ia menjadi agama universal agama untuk seluruh manusia.
Sebab itu risalah Muhammad SAW. ia mengumandangkan dakwahnya kepada seluruh ras dan bangsa yang ada di bumi, dan akan disampaikan kepada manusia yang paling penghabisan di akhirat zaman.
Dilihat dengan arti agama diatas maka sesungguhnya pengertian agama menjadi sangat luas. Tiada seorangpun yang tidak menganut suatu ajaran agama. Boleh jadi seseorang menyatakan dirinya tidak beragama namun pada hakikatnya ia telah membuat suatu ajaran tertentu menjadi agamanya.
Ditinjau dari sumbernya agama dibagi dua, yaitu agama wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia oleh Allah Sang Pencipta melalui Malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Wahyu-wahyu dilestarikan melalui Al-Kitab, suhuf (lembaran-lembaran bertulis) atau ajaran lisan.
Agama bukan wahyu bersandar semata-mata kepada ajaran seorang manusia yang dianggap memiliki pengetahuan tentang kehidupan dalam berbagai aspeknya secara mendalam contohnya agama Budha yang berpangkal pada ajaran Sidharta Gautama dan Confusianismeyang berpangkal pada ajaran Kong Hu Cu.4 Meskipun pada umumnya tidak diakui secara formal, sesungguhnya banyak aliran-aliran yang diahut oleh manusia berlaku pula sebagai agama bukan wahyu.
3 Afadman Hamid,Pengertian,Tujuan, dan Ruang Lingkup Studi Ilmu Pendidikan dan Agama Islam, hlm. 11
4 Ahmad Mustafa R, Ruang dan lingkup agama islam, Pustaka Express, hlm.54
Dalam aspek keaslian wahyu agama-agama terdapat sebuah persoalan yang patut dicermati.
Adakalanya suatu agama wahyu dalam perjalanan sejarahnya mengalami ditorsi-distorsi karena kurang terjaganya pengamanan wahyu. Wahyu yang dilestarikan dalam tradisi lisan dapat mengalami penyimpangan dengan adanya usaha untuk mengubah ajaran dari warna aslinya. Oleh karena itu boleh jadi dalam agama disebut juga agama wahyu terbawa didalamnya ajaran-ajaran manusia pula.
Ditinjau dari misi penyebarannya ada agama misionari dan agama bukan misionari. Agama misionari adalah yang menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajaran –ajarannya kepada manusia lainnya. Agama bukan misionari adalah agama yang tidak menuntut penganutnya untuk menyebarkan ajarannya kepada orang lain. Jadi cukup disebarkan kepada lingkungan tertentu yang menjadi misi utamanya. Agama Islam sangat jelas dan tegas menekankan aspek misionari. Akan tetapi pada kenyataannya hampir semua agama saat ini menjadi agama misionari.
Dalam masyarakat yang berprularisme banyak peristiwa yang terjadi dan berlangsung di sekitar manusia dan terjadi pada dirimanusia, tetapi tidak dapat dipahami oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut pendapat mereka, mereka merasakan hidup dan kehidupan penuh kegaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak berdaya. Untuk menguatkan diri, mereka mencari perlindungan pada kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai alam gaib yaitu Dewa atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka dengan para Dewa atau Tuhan menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan Dewa-Dewa atau Tuhan itu terjalin dalam berbagai segi kehidupan: sosial, ekonomi, kesenian dan sebagainya. Kepercayaan dan sistem hubungan manusia dengan para Dewa atau Tuhan ini membentuk sistem agama. Karena itu, dalam masyarakat sederhana mempunyai hubungan erat dalam agama. Gambaran ini berlaku di seluruh dunia.
Kenyataan ditemukannya berbagai macam agama dalam masyarakat sejak dahulu hingga kini membuktikan bahwa hidup di bawah sistem keyakinan adalah tabiat yang merata pada manusia.
Tabiat ini telah ada sejak manusia lahir sehingga tak ada pertentangan sedikit pun dari seseorang yang tumbuh dewasa dalam sebuah sistem kehidupan. Agama-agama yang berbeda- beda tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat tersebut.
Susunan jagat raya yang demikian mengagumkan telah menggiring manusia kepada keberadaan Sang Pencipta yang Maha Sempurna.
Pendapat bahwa kemunculan alam ini sebagai sebuah proses kebetulan sangat tidak memuaskan hati manusia dari masa ke masa. Bahkan teori-teori tentang tentang peluang tidak dapat menjawab proses-proses penciptaan pada makhluk bersel satu sekalipun yang merupakan bagian yang amat kecil dalam penciptaan. Keberadaan Sang Pencipta lebih mendatangkan rasa tentram pada intelek manusia.
Watak-watak yang ada pada seluruh unsur alam ini baik yang mati maupun yang hidup lebih mengagumkan lagi. Proses terjadinya hujan, pergerakan planet-planet mengelilingi matahari, burung-burung yang mengudara dengan ringannya dan mengembara ke berbagai belahan dunia menempuh jarak puluhan ribu kilometer, keunikan lebah menata masyarakatnya dan lain-lainnya, seakan-akan mencerminkan sikap ketundukan kepada hukum universal yang diletakkan Sang Pencipta di alam raya ini. Oleh karena itu, penyembahan manusia kepada Pencipta adalah suatu
bagian dari karekteristik penciptaan itu sendiri sebagaimana penciptaan satelit mengorbit pada planetnya.
Keteraturan seluruh elemen alam ini membangkitkan kesadaran bahwa kehidupan manusia pun smemerlukan keteraturan tersebut. Penerimaan manusia pada sebuah sistem aturan hidup terus berlangsung dari masa ke masa. Agama adalah suatu bentuk sistem tersebut yang kehadirannya berlangsung sejak lama di berbagai sudut bumi dengan bentuk yang berbeda-beda. Kekhasan watak manusia memunculkan dimensi yang berbeda-beda pada hukum-hukumnya. Penyimpangan atas hukum alam menyebabkan kehancuran fisik dan penyimpangan pada hukum manusia yang dapat menyebabkan kehancuran fisik dan juga sosial.
Dimensi pahala dan dosa serta hari pembalasan terdapat pada hampir semua agama yang ada di dunia. Dimensi ini secara luas diterima manusia bahkan dalam cara berpikir modern sekalipun.
Paham materialisme yang menganggap materi sebagai hakikat yang abadi di alam ini justru tidak mendapat tempat di dunia modern.
Akal yang sempurna akan senantiasa menuntut kepuasan berpikir. Oleh karena itu, pencarian manusia terhadap kebenaran agama tak pernah lepas dari muka bumi ini. Penyimpangan dari sebuah ajaran agama dalam sejarah kehidupan manusia dapat diketahui pada akhirnya oleh pemenuhan kepuasan berpikir manusia yang hidup kemudian. Nabi Ibrahim a.s. dikisahkan sangat tidak puas menyaksikan bagaimana manusia mempertuhankan benda-benda mati di alam ini seperti patung, matahari, bulan, dan bintang. Demikian pula Nabi Muhammad SAW, pada akhirnya memerlukan tahannus karena jiwanya tak dapat menerima aturan hidup yang dikembangkan masyarakat Quraisy di Mekkah yang mengaku masih menyembah Tuhan Ibrahim. Seiring dengan sifat-sifat mendasar pada diri manusia itu Alqur’an dalam sebagian besar ayat-ayatnya menantang kemampuan berpikir manusia untuk menemukan kebenaran yang sejati sebagaimana yang dibawa dalam ajaran islam. Keteraturan alam dan sejarah bangsa-bangsa masa lalu menjadi obyek yang dianjurkan untuk dipikirkan. Perbandingan ajaran antar berbagai agama pun diketengahkan Alqur’an dalam rangka mengokohkan pengambilan pendapat manusia.5
Akibat adanya proses berpikir ini, baik itu merupakan sebuah kemajuan atau kemunduran, terjadilah perpindahan (transformasi) agama dalam kehidupan manusia. Tatkala seseorang merasa gelisah dengan jalan yang dilaluinya kemudian ia menemukan sebuah pencerahan, maka niscaya ia akan memasuki dunia yang lebih memuaskan akal dan jiwanya itu. Ketenangan adalah modal dasar dalam upaya mengarungi kehidupan pribadi. Padahal masyarakat itu adalah kumpulan pribadi-pribadi. Masyarakat yang tenang, bangsa yang cerah sesungguhnya lahir dari keputusan para anggotanya dalam memilih jalan kehidupan.
JJuhji Juhji, Wawan Wahyudin, Eneng Muslihah, Nana Suryapermana, Pengertian, ruang lingkup manajemen, dan kepemimpinan pendidikan Islam
Jurnal Literasi Pendidikan Nusantara 1 (2), 111-124, 2020, hlm.9
Kesimpulan
Ruang lingkup merupakan penjelasan mengenai batasan sebuah subjek yang ada di dalam sebuah masalah. Jika diartikan secara luas, ruang lingkup merupakan sebuah batasan. Batasan yang dimaksud disini dapat berupa faktor yang diteliti seperti halnya materi, waktu, tempat, dan lain sebagainya. Sedangkan makna dalam arti yang sempit, ruang lingkup adalah suatu hal atau materi.
tiap kategori dapat dijelaskan setiap ruang lingkupnya. Misalnya saja yaitu ruang lingkup suatu agamaa memiliki batasan cakupan akhlak, cara beribadah, peraturan-peraturan yang harus ditaati(syariah), dan aspek beribadah. Agama merupakan sebuah realitas yang senantiasa melingkupi manusia. Agama muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Agama juga didefiniskan sebagai suatu sistemnilai yang diakui dan diyakini kebenarannya dan merupakan jalan ke arah keselamatan hidup, Islam mengajarkan kepada setiap umatnya agar dapat memanfaatkan fitrah-Nya untuk berpikir kritis dan memahami ruang lingkup- ruang lingkup yang terdapat pada agama islam. Dengan dibekali oleh akal, manusia dapat menjelajahi berbagai pemikiran-pemikiran yang belum terpecahkan.
Daftar Referensi