• Tidak ada hasil yang ditemukan

~Ahmad Khaerul Kholidi~

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "~Ahmad Khaerul Kholidi~"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

Bagaimana proses adat untuk menarik perhatian para bangsawan dan rakyat biasa suku Sasak di Desa Banyu Urip. Apa makna merik bagi para bangsawan dan rakyat jelata suku Sasak di Desa Banyu Urip? Tradisi merari pada masyarakat Lombok di Desa Banyu Urip dikaitkan dengan upacara penyerahan aji krama secepatnya.

Tradisi Menarik Masyarakat Mulia dan Masyarakat Biasa Suku Sasak di Lombok (Studi Kasus di Desa Banyu Urip Kecamatan Praya Barat Kab. Kedua, bagi masyarakat Desa Banyu Urip menarik untuk melihat sikap maskulin seorang pria terhadap uraikan, karena dia berhasil mengambil seorang laki-laki (kabur) dari gadis yang dicintainya.

Tabel 4 : Lembaga Pendidikan Desa Banyu Urip, 30
Tabel 4 : Lembaga Pendidikan Desa Banyu Urip, 30

Rumusan Masalah

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Kajian Pustaka

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai tradisi merik masyarakat Sasak Lombok yang bersifat bangsawan dan rakyat jelata. Dalam tulisannya, Husnul Hasanah membahas tentang karya bande angen yang mengangkat tema gejolak hati dedare Sasak. Karya tari ini merupakan koreografi kelompok yang terinspirasi dari. Perkembangan Islam di Lombok Kajian Islam di Lombok Abad ke-20”, disertasi ini membahas tentang bagaimana masyarakat Lombok menerima Islam dengan sangat mudah dan damai pada abad ke-16, sehingga Islam dapat berkembang dengan baik tanpa konflik dan kekerasan.

Dalam skripsi ini Magpurah membahas mengenai upacara perang topat yang merupakan salah satu upacara yang mengalami proses akulturasi. 11Iwan Mulyawan, Perkembangan Islam di Lombok (Studi Islam di Lombok Abad XX), skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2009. Buku ini membahas tentang masyarakat Sasak Bayan di Lombok dengan fokus pada konflik ideologi antara dua agama. kelompok budaya: ketika orang Telu menjadi Islam nominal, sedangkan dalam lima tahun orang menjadi Muslim sempurna.

Harfin Zuhdi, Praktek Merariq di Wajah Sosial Masyarakat Sasak (IAIN Mataram: Lembaga Publikasi Kajian Islam & Masyarakat, 2012). Sebelum masuknya Islam, kebudayaan suku Sasak diwarnai oleh ajaran aliran atau agama lokal yang dianutnya, mulai dari animisme, dinamisme, Budha, Boda hingga Hindu Dharma. Agen pembudayaan nilai-nilai Islam dalam budaya Sasak tidak lepas dari keberhasilan para guru ulung, ustaz-ustaz dan tokoh masyarakat Sasak.14.

Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tulisan ini akan mencoba melihat sisi lain dari fenomena tradisi yang menarik minat masyarakat bangsawan dan masyarakat awam suku Sasak di Lombok, studi kasus di Desa Banyu Urip yang fokus pada penelitian ini. gambaran pokok proses tradisi yang menarik masyarakat bangsawan dan masyarakat awam untuk memaknai dan memahami makna yang menarik.

Kerangka Teori

Proses pembiasaan ini berkaitan dengan pola perilaku yang merupakan cerminan makna perilaku masyarakat, yang apabila dilanggar akan mengakibatkan ketidakharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari berbagai kajian terhadap buku-buku dan skripsi di atas, penulis berpendapat menarik jika masyarakat menjadi subjek yang menarik untuk menerima karya-karya yang membahas tentang tradisi ini. Untuk menganalisis perkawinan masyarakat Lombok atau Sasak, penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Victor Turner bahwa perkawinan merupakan suatu perilaku yang dilakukan bukan sekedar rutinitas, melainkan suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan keyakinan agama pada kekuatan dan kekuatan mistik. 17 Turner memang menunjukkan perbedaan antara ritual dan ritual.upacara.

Ritual mengacu pada perilaku atau tindakan yang dilakukan sebagai bentuk keyakinan agama, sedangkan ritus mengacu pada tindakan yang dilakukan sebagai bentuk keyakinan agama, sedangkan ritual mengacu pada tindakan dalam konteks sosial. 17 Dikutip dalam Moh Soehadha, “Teori Antropologi Hermetik Geerts dalam Kajian Agama”, dalam Perspektif Antropologi Kajian Agama (Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga, 2009, hal. 56. Menarik Masyarakat dari Ritual Lombok akan dianalisis dengan bantuan teori proses simbolis Turner18, yaitu studi tentang bagaimana simbol memobilisasi tindakan sosial dan melalui proses memperoleh dan memberikan makna kepada masyarakat dan individu.

Teori ini memungkinkan kita melihat bagaimana masyarakat melakukan, melanggar, dan memanipulasi norma dan nilai yang diungkapkan dalam kepentingan ritualnya, yaitu kepentingan Merarik di Desa Banyu Urip. Untuk mengatasi kendala penelitian yang mendalam dalam mendeskripsikan struktur dan sifat simbol perkawinan (merarik) dalam tradisi masyarakat Lombok di Desa Banyu Urip atau Sasak, maka perlu melihat pengklasifikasian simbol menurut Victor Turner. Penulis akan menerapkan konsep simbol Turner dalam mengklasifikasikan bentuk-bentuk perkawinan antara bangsawan dan rakyat jelata.19 Ritual perkawinan masyarakat Desa Banyu Urip memegang peranan penting dalam hubungan sosial.

Perilaku individu dan masyarakat Desa Banyu Urip dalam melaksanakan ritual perkawinan merupakan suatu bentuk perilaku yang akan.

Metode Penelitian

Dengan demikian, selain berperan sebagai pengamat, peneliti juga mempunyai peran dalam hal keterlibatan dalam kegiatan kepentingan adat yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam penelitian ini peneliti terlebih dahulu melakukan observasi terhadap kegiatan proses atraksi masyarakat di Desa Banyu Urip. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa informan mengidentifikasi orang-orang lain yang lebih mengetahui tradisi budaya baik masyarakat bangsawan maupun masyarakat awam sebagai informan selanjutnya.

Wawancara ditujukan kepada Kepala Desa Banyu Urip, Kepala Marga dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya yang tidak secara langsung menjadi ketua atau anggota, baik pada lembaga adat maupun lembaga pemerintah yang berkaitan dengan upacara perkawinan adat. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi dan melengkapi data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data sebelumnya.22. Penggalian data yang dilakukan oleh berbagai informan bertujuan untuk memperoleh informasi seluas-luasnya tentang Desa Banyu Urip dan tradisi-tradisinya yang ada di masyarakat, lebih khusus lagi kaitannya dengan tradisi-tradisi yang menarik dari kalangan bangsawan dan masyarakat awam.

Data primer yang digunakan diperoleh dari observasi di Desa Banyu Urip dan wawancara kepada sesepuh, tokoh masyarakat dan perangkat desa guna mengungkap informan tentang Desa Banyu Urip dan tradisi masyarakatnya, khususnya tentang tradisi merari yang relevan. Selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara kepada kiai dan tokoh budaya untuk mengetahui lebih jauh asal muasal tradisi merarik. Selain data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari prinsip dan dokumentasi Desa Banyu Urip, serta buku, majalah, jurnal dan literatur lain yang berkaitan dengan peneliti.

Sedangkan analisis eksplanatori bertujuan untuk mengungkap makna proses tradisi merari dan mengapa tradisi ini selalu ada dan dilakukan oleh setiap orang yang menikah.

Sistematika Pembahasan

Kemudian dilakukan pembahasan inti permasalahan pada Bab III yaitu tradisi Merarik di desa Banyu Urip yang meliputi pengertian dan sejarah tradisi Merarik, serta proses terbentuknya masyarakat Merarik yang terdiri dari bangsawan dan rakyat jelata. Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti akan menulis tentang pandangan masyarakat terhadap praktik menarik masyarakat bangsawan dan masyarakat awam, serta maknanya berdasarkan teori Victor Turner. Proses menarik kalangan bangsawan dan rakyat jelata sebelum dan sesudah menikah di Desa Banyu Urip.

Dalam proses perkawinan antara bangsawan dan rakyat jelata dalam proses adat merarik di desa Banyu Urip pada dasarnya sama saja. Namun ketika bangsawan menikah dengan sesama bangsawan maka proses perkawinannya akan lebih padat dengan nuansa adat dan stratifikasi sosialnya juga akan semakin tinggi, sebaliknya ketika rakyat jelata menikah dengan rakyat jelata yang tidak mempunyai gelar, maka proses perkawinannya biasa saja. Proses perkawinan masyarakat Sasak di desa Banyu Urip terdiri dari beberapa proses, yang pertama adalah midang mendatangi rumah gadis tersebut dengan maksud untuk menemuinya karena cinta.

Sedangkan apabila perkawinan dilakukan antara masyarakat biasa yang bukan dari kalangan bangsawan, maka perkawinan tersebut dilakukan dengan proses yang biasa saja, berbeda dengan masyarakat bangsawan yang harus mengikuti adat istiadat suku Sasak khususnya di Desa Banyu Urip. Pertama, perkawinan antar rakyat jelata tidak dikaitkan dengan gelar bangsawan, sehingga bila proses perkawinan dilakukan oleh kaum bangsawan biasanya diakhiri dengan proses perkawinan biasa yang tidak terlalu terikat dengan aturan adat marga Sasak. Banyak orang tua yang tidak merestui perkawinan anaknya karena jika anaknya menikah dengan bangsawan padahal anaknya rakyat jelata, maka akibatnya anaknya selalu dipandang rendah oleh mereka yang menyandang gelar bangsawan.

Sehingga banyak orang tua yang menyuruh anaknya menikah dengan sesama golongan, yakni rakyat jelata.

Kritik dan Saran

Pasalnya tren globalisasi yang semakin maju dan berkembang sangat mempengaruhi budaya Sasak khususnya dalam hal perkawinan. Bahan Ajar Muatan Lokal, Gumi Sasak, Ciri Terpadu SD/MI Kelas IV Lombok Timur, "PRIMA GUNA 2009. Pernikahan Masa Kuliah, Kajian Pemikiran Mohammad Fauzal Adhim Dalam Perspektif Hukum Pernikahan Islam, Skripsi, Yogyakarta, Fakultas Hukum Syariah, UIN SUKA, 2006.

Kebudayaan sebagai barometer peradaban; Kajian Peran Kebudayaan Dalam Membangun Kebudayaan Global, Jurnal Maddana Sejarah dan Ilmu Budaya, BMJ SKI Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Suka Yogyakarta. Tinjauan Islam Terhadap Tradisi Ritual Sebelum dan Sesudah Akad Nikah di Kecamatan Kalijambe Kabupaten Seragen Provinsi Jawa Tengah, disertasi, Yogyakarta, Fakultas Syariat dan Hukum Islam, UIN SUKA, 2010. Pandangan Hukum Islam Tentang Ritual Sebelum dan Sesudah Nikah Bagi calon pengantin (studi kasus di Desa Katekan Ngadirejo, Temanggung), disertasi, Fakultas Syariah Yogyakarta, UIN SUKA, 2008.

Pergantian Simbol Ritual Pernikahan Jawa (Studi Ritual Pernikahan Jawa di Dusun Karang Tengah, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), Disertasi, Yogyakarta, Fakultas Ushuluddin, Ilmu Agama dan Pemikiran Islam, UIN SU12KA, 2012KA, 2012. Belajar Menjadi Komunitas Tradisional Suku Sasak Pembayun Sorong Serah Aji Krame Lombok Timur, PRIMA GUNA, C1. Referensi Muatan Lokal Gumi Sasak dalam Sejarah untuk SD/MI Lombok Timur, Kerjasama Yayasan Kebudayaan Sasak Lestari, 2007.

Besejati artinya beberapa laki-laki yang diutus dari keluarga laki-laki untuk pergi ke kampung pihak perempuan untuk memberitahukan bahwa gadis di kampung laki-laki itu dalam keadaan sehat.

Wawancara Kepada Tokoh Masyarakat

Mengapa gelar kebangsawanan seorang laki-laki tidak habis masa berlakunya jika ia menikah dengan perempuan bukan bangsawan, sedangkan perempuan bangsawan yang menikah dengan laki-laki bukan bangsawan tidak kehilangan gelar bangsawannya bagi keturunannya?

Wawancara Kepada Masyarakat Desa Banyu Urip

Suasana saat para tamu undangan mencicipi makan siang di rumah mempelai pria, di Dusun Pekat, Desa Banyu Urip. Saat peneliti menyaksikan proses acara nyongkolan bersama salah satu pemuda desa Banyu Urip.

RiwayatPendidikan

Gambar

Tabel 4 : Lembaga Pendidikan Desa Banyu Urip, 30

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di lakukan oleh peneliti yang sudah di bahas dalam bagian analisis dan pembahasan maka penulis