• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI TINGKAT WALKABILITY PADA JALUR PEDESTRIAN DI AREA KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

N/A
N/A
Aisyah Nur Rakhmah

Academic year: 2023

Membagikan "EVALUASI TINGKAT WALKABILITY PADA JALUR PEDESTRIAN DI AREA KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI TINGKAT WALKABILITY PADA JALUR PEDESTRIAN DI AREA KAMPUS

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

AISYAH NUR RAKHMAH NRP 5015201147

DOSEN PEMBIMBING

Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc.

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan mata kuliah Metodologi Penelitian yang berjudul “Evaluasi Tingkat Walkability Pada Jalur Pedestrian di Area Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan ini sebagai salah satu syarat untuk lulus mata kuliah Metodologi Penelitian serta sebagai pengimplementasian ilmu yang telah didapat selama penulis mengenyam bangku perkuliahan di Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota. Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Ibu Rulli Pratiwi Setiawan, ST, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan tugas ini.

2. Ibu Vely Kukinul Siswanto, ST., MT., M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan tugas ini.

3. Bapak Dr. Cahyono Susetyo, ST, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dalam penyusunan tugas ini.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan tugas ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas ini berguna bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

(3)

DAFTAR ISI

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan dan Sasaran 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian 3

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah 3

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan 5

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi 5

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.5.1 Manfaat Teoritis 5

1.5.2 Manfaat Praktis 5

1.6 Kerangka Berpikir 6

BAB II 7

TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Jalur Pedestrian 7

2.2.1 Pengertian Jalur Pedestrian 7

2.2.2 Jenis Jalur Pedestrian 7

2.2.3 Prasarana dan Sarana Jalur Pedestrian Pada Kawasan Pendidikan 7

2.2 Walkability 9

2.2.1 Definisi Walkability 9

2.2.2 Tujuan Walkability 9

2.2.3 Kriteria Walkability 9

2.3 Penelitian Terdahulu 12

2.4 Sintesa Pustaka 14

BAB III 15

METODE PENELITIAN 15

3.1 Pendekatan Penelitian 15

3.2 Jenis Penelitian 15

3.3 Variabel Penelitian 15

3.4 Populasi dan Sampel 17

3.5 Teknik Pengumpulan Data 17

3.6 Teknik Analisis Data 17

3.6.1 Analisis Kriteria Walkability 18

3.6.2 Pembobotan Kriteria Walkability 18

3.6.3 Evaluasi Kondisi Eksisting 19

3.7 Tahapan/Kerangka Penelitian 20

(4)

3.8 Alur Penelitian 21

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Studi 7

Gambar 1.2 Kerangka Berpikir 9

Gambar 3.1 Alur Penelitian 25

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 17

Tabel 2.2 Sintesa Pustaka 18

Tabel 3.1 Variabel Penelitian 19

Tabel 3.2 Kriteria Walkability 22

Tabel 3.3 Variabel Aksesibilitas Jalur Difabel 23

Tabel 3.4 Variabel Ukuran Ruas Pedestrian 23

Tabel 3.5 Variabel Ketersediaan Fasilitas 24

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jalur pedestrian merupakan salah satu fasilitas umum yang difungsikan untuk kenyamanan pejalan kaki dalam aktivitas berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain dan merupakan sarana yang dapat melindungi pejalan kaki dari bahaya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 03 Tahun 2014 tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan Pasal 1 menjelaskan bahwa diperlukan prasarana dan fasilitas pejalan kaki yang disediakan di sepanjang jaringan pejalan kaki untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.

Adanya penyediaan jalur pedestrian tersebut bertujuan untuk meminimalkan masalah antara pejalan kaki dengan kendaraan lain sehingga dapat meningkatkan keselamatan bagi pejalan kaki (N. Utomo & Wahjudjanto, 2008). Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 03 Tahun 2014 Perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

Walkability merupakan suatu gagasan dalam menciptakan kawasan yang mudah dijangkau dengan berjalan kaki serta ditunjang oleh fasilitas yang lengkap (Wowor, Kumurur,

& Lefrandt, 2019). Tujuan utama dari penerapan walkability ini adalah untuk memberikan jaminan kenyamanan, keselamatan, dan keekonomisan dalam melakukan perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki. Walkability terjadi jika sebuah lingkungan atau permukiman terbangun dengan menyediakan jalur pedestrian yang nyaman dan aman sehingga mendorong orang untuk berjalan kaki, di mana jalur pedestrian tersebut dapat menghubungkan orang tersebut dengan tujuan perjalanannya serta menyediakan pemandangan yang menarik di sepanjang perjalanannya (Sondakh, 2017).

Hasil dari berbagai studi tentangwalkabilityyang telah dilakukan di kawasan kampus di Indonesia menunjukkan hasil bahwa sebagian besar kampus memiliki tingkat walkability di bawah memadai. Sebagai contoh hasil studi Antonio (2015), dalam jurnal berjudul Walkability Jalur Pedestrian by Design di Area Kampus Universitas Brawijaya Malang, disebutkan bahwa jalur pejalan kaki di area Universitas Brawijaya memiliki nilai yang tergolong rendah pada aspek kenyamanan, sedangkan studi yang dilakukan oleh Dirham (2014) menunjukkan tingkat walkability pada wilayah studi termasuk dalam kategori baik pada keseluruhan aspek.

Ketersediaan jalur pedestrian yang sesuai standar danwalkablemenjadi pertimbangan utama sirkulasi pejalan kaki di dalam sebuah lingkungan. Terwujudnya lingkungan yang walkable, yaitu lingkungan yang bersahabat bagi aktivitas berjalan kaki merupakan salah satu kunci tercapainya lingkungan yang sehat dan aktif. Lingkungan yang mendukung kegiatan berjalan kaki akan mengurangi masalah kemacetan, polusi dan kepadatan yang berlebihan dari sirkulasi bermotor (Antonio, Jenny, & Indyah, 2015).

Saat ini di Kota Surabaya khususnya di salah satu perguruan tinggi yaitu Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang menjadi salah satu tempat aktivitas perkuliahan yang aktif, di dalamnya sudah terdapat jalur pedestrian yang berupa trotoar. Jalur pedestrian ini

(8)

merupakan salah satu elemen penting terjadinya aktivitas perkuliahan serta menjadi akses pejalan kaki menuju tempat pusat pembelajaran. Dengan adanya jalur pedestrian yang memiliki rute yang mudah, jelas, dan memiliki akses langsung ke asrama, fakultas, ruang hijau, dan fasilitas lainnya diharapkan dapat mendorong aktivitas berjalan pada lingkungan kampus ITS ini. Deliniasi wilayah penelitian ini meliputi seluruh jalur pedestrian pada Kampus ITS mulai dari gerbang masuk bundaran ITS sampai gerbang Mulyosari. Area tersebut merupakan jalur pedestrian yang sering digunakan oleh banyak mahasiswa untuk melakukan aktivitas berjalan kaki untuk dapat menuju tempat destinasi dari satu gedung ke gedung lainnya bahkan untuk menuju tempat ibadah, kantin, dan fasilitas lainnya.

Berdasarkan kondisi eksisting jalur pedestrian di area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, baik pada bagian utama sekitar kawasan Masjid Manarul hingga Kantin Pusat ITS atau bagian belakang sekitar gedung Teknik Transportasi Laut hingga gedung Perencanaan Wilayah dan Kota, jalur pedestrian yang disediakan belum dapat memanjakan pejalan kaki, dengan adanya halangan di tengah jalur pedestrian berupa pohon, jalur pedestrian yang tertutup dengan rumput, belum ada peneduh di sepanjang jalur pedestrian, dan belum ada fasilitas pendukung seperti kursi atau tempat sampah. Akan tetapi, jalur pedestrian tersebut, secara dominan telah terawat dan dalam kondisi yang baik.

Maka dari itu, untuk memastikan fasilitas jalur pedestrian ini sudah ramah terhadap pedestrian maka dilakukan penelitian evaluasi tingkat walkability jalur pedestrian di area kampus ITS, agar dapat mengetahui tingkat walkability pada jalur pedestrian ini sebagai fasilitas atau wadah untuk melakukan perjalanan khususnya mahasiswa yang melakukan berjalan kaki. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan saran untuk memberikan referensi peningkatan kualitas pada jalur pedestrian di lingkungan ITS.

1.2 Rumusan Masalah

Institut Teknologi Sepuluh Nopember merupakan salah satu perguruan tinggi yang didalamnya terdapat jalur pedestrian. Jalur pedestrian ini menjadi salah satu elemen penting terjadinya aktivitas perkuliahan serta menjadi akses pejalan kaki menuju tempat pusat pembelajaran. Dengan banyaknya mahasiswa yang melakukan aktivitas berjalan kaki, jalur pedestrian pada kawasan ini perlu dievaluasi guna mengetahui tingkat walkabilitynya agar dapat menjadi referensi peningkatan kualitas lingkungan di lingkungan ITS. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“bagaimana tingkatwalkabilitypada jalur pedestrian di area Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya?”

1.3 Tujuan dan Sasaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat walkability pada jalur pedestrian di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka sasaran yang perlu dicapai adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kriteria-kriteria walkability jalur pedestrian di area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

(9)

2. Menganalisis kondisi jalur pedestrian berdasarkan kriteria walkabilitydi area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

3. Mengevaluasi kondisi jalur pedestrian di area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember berdasarkan kriteriawalkability.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Agar ruang lingkup ini tidak keluar dari pokok permasalahan yang dirumuskan, maka berikut merupakan ruang lingkup dari penelitian ini.

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Dalam melakukan penelitian ini, ruang lingkup wilayah pada studi adalah area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember dengan luas wilayah sebesar 180 hektar, dimana objek penelitiannya berupa jalur pedestrian dari gerbang utama hingga gerbang Mulyosari. Adapun batas wilayah dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai berikut:

Batas Utara : Jl. Raya ITS Batas Selatan : Jl. Keputih

Batas Timur : Jl. Hidro Dinamika Batas Barat : Jl. Raya ITS

(10)

Gambar 1.1Peta Batas Wilayah Studi Sumber: Analisis Penulis, 2022

(11)

1.4.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan pada penelitian ini adalah mengevaluasi tingkat walkabilitypada jalur pedestrian di sebuah kawasan.

1.4.3 Ruang Lingkup Substansi

Ruang lingkup substansi berguna untuk membatasi pengkajian materi yang akan dibahas, agar pembahasan penelitian dapat terfokuskan dan sesuai dengan tujuan. Pembatasan materi meliputi kondisi dari jalur pedestrian area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember dan tingkat walkability dari jalur pedestrian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat walkability jalur pedestrian di area kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember berdasarkan kriteria-kriteria tertentu.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat yang dapat dikategorikan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pengetahuan tentang kriteria-kriteria walkability dan penilaian terhadap kondisi jalur pedestrian di kawasan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi atau masukan dalam peningkatan kualitas fasilitas pedestrian di kawasan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Selain itu juga dapat menjadi pertimbangan untuk merancang infrastruktur yang berhubungan dengan kebutuhan jalur pedestrian yangwalkable.

(12)

1.6 Kerangka Berpikir

Gambar 1.2Kerangka Berpikir

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jalur Pedestrian

2.2.1 Pengertian Jalur Pedestrian

Jalur pedestrian merupakan salah satu ruang terbuka dan bagian dari suatu jalan sebagai pembatas atau ruang transisi antara jalan dengan bangunan (Shirvani, 1985). Dengan adanya jalur pedestrian dapat menghubungkan suatu aktivitas bangunan ke aktivitas lain di sebuah bangunan di kota. Sehingga kondisi jalur pedestrian berperan penting dalam meningkatkan jumlah perjalanan berjalan kaki yang dilakukan oleh pejalan kaki.

2.2.2 Jenis Jalur Pedestrian

Menurut Frans et al. (2016) jalur pedestrian yang terdapat di luar bangunan berdasarkan bentuknya terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Trotoar

Jalur khusus pedestrian berupa jalur yang terpisah dari jalan dan terletak di samping kanan-kiri dengan perbedaan perkerasan lantai.

2. Jalan Setapak

Jalur khusus pedestrian yang sempit dan hanya bisa mengakomodasi satu orang berjalan.

3. Penyebrangan

Jalur khusus pedestrian untuk menyebrang jalan pada jalur kendaraan bermotor.

4. Mall dan Plaza

Tempat terbuka dengan area perkerasan yang digunakan untuk mengikat berbagai macam kegiatan maupun mengikat beberapa massa bangunan.

2.2.3 Prasarana dan Sarana Jalur Pedestrian Pada Kawasan Pendidikan

Berdasarkan PERMEN PU 03/PRT/M/2014 prasarana jalur pedestrian adalah fasilitas utama yang berbentuk jaringan yang keberadaanya dikhususkan untuk pedestrian. Sedangkan sarana jalur pedestrian yaitu fasilitas pendukung yang terletak di jaringan pedestrian. Fasilitas pendukung ini dapat berupa bangunan pelengkap untuk menunjukkan informasi maupun alat penunjang lainnya yang keberadaanya untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pedestrian. Berikut ini adalah kriteria prasarana dan sarana jalur pedestrian berdasarkan PERMEN PU 03/PRT/M/2014 pada fungsi kawasan pendidikan:

1. Tipologi

Tipologi pada prasarana dan sarana jalur pedestrian pada kawasan pendidikan berupa trotoar atau jalur pedestrian di pinggir jalan.

2. Standar Pelayanan

Pada kawasan pendidikan minimum memiliki standar pelayanan B. Standar pelayanan B dimana pedestrian dapat berjalan dengan cepat dan nyaman tanpa terganggu dengan pedestrian lainnya. Luas jalur pedestrian minimum memiliki luas 3,6 m2 per orang dan memiliki arus pedestrian >16-23 orang per menit setiap meter.

(14)

3. Fasilitas Pedestrian

Fasilitas pedestrian pada kawasan pendidikan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Fasilitas Pelengkap; lampu, jalur hijau, buffer, shelter, tempat sampah, signage, dan tempat duduk. Berikut uraian masing-masing fasilitas pelengkap berdasarkan PERMEN PU 03/PRT/M/2014 dan PERMEN PU 30/PRT/M/2006.

1. Lampu

Lampu pada jalur pedestrian diletakkan pada luar ruang bebas jalur pedestrian. Jarak yang dimiliki antar lampu sepanjang 10 meter, ketinggian maksimal 4 meter dan menggunakan bahan dengan material yang daya tahan lama seperti beton cetak dan metal.

2. Jalur Hijau

Terdapat area khusus yang digunakan untuk perletakan beberapa elemen ruang yaitu, telepon umum, hidran air, danstreet furnitureserta jalur hijau. Jalur hijau diletakkan pada jalur amenitas dengan menggunakan bahan berupa tanaman peneduh dan lebar 150 centimeter.

3. Buffer

Pagar pengaman diletakkan pada luar ruang bebas jalur pedestrian di area yang memerlukan perlindungan pada titik tertentu. Tinggi pagar pengaman 90 centimeter, dan menggunakan bahan dengan material yang daya tahan lama seperti beton cetak dan metal.

4. Shelter

Halte/shelter dan lapak tunggu terletak di luar ruang bebas jalur pedestrian dengan jarak antar halte/shelter dan lapak tunggu pada radius 300 meter dan pada titik potensial kawasan. Dimensi halte/shelter dan tempat duduk dibuat sesuai kebutuhan, serta berbahan yang memiliki daya tahan lama seperti metal.

5. Tempat Sampah

Tempat sampah diletakkan pada luar ruang bebas jalur pedestrian.

Jarak yang dimiliki antar tempat sampah sepanjang 20 meter. Dimensi tempat sampah dibuat sesuai kebutuhan, dan menggunakan bahan dengan material yang daya tahan lama seperti beton cetak dan metal.

6. Signage

Perambuan, papan informasi dan marka diletakkan pada luar ruang bebas jalur pedestrian. Signage diletakkan sesuai dengan kebutuhan, dan tidak menyebabkan efek silau serta menggunakan bahan dengan material yang daya tahan lama seperti beton cetak dan metal.

7. Tempat Duduk

Tempat duduk diletakkan pada luar ruang bebas jalur pedestrian. Jarak yang dimiliki antar tempat duduk sepanjang 10 meter, dimensi lebar 40- 50 centimeter dan panjang 150 centimeter, dan menggunakan bahan dengan material yang daya tahan lama seperti beton cetak dan

(15)

b. Fasilitas Penyeberangan; penyeberangan sebidang c. Fasilitas Difabel

Fasilitas difabel terdiri dari ram dan jalur pemandu. Ram merupakan bidang miring yang berfungsi sebagai media alternatif bagi pengguna yang tidak dapat menggunakan tangga.

4. Akses Pedestrian

Akses pedestrian menghubungkan dari bangunan ke bangunan dan area transit transportasi umum ke bangunan.

2.2Walkability

2.2.1 DefinisiWalkability

Walkability merupakan konsep lingkungan yang dibangun dengan memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki, keterhubungan jalur serta memberikan pemandangan visual yang menarik sehingga dapat menambah minat perjalanan. Menurut Hafnizar (2017) walkability merupakan salah satu konsep penting dalam desain perkotaan yang ramah masyarakat dan kota berkelanjutan.

2.2.2 TujuanWalkability

Melihat pentingnyawalkability dalam mencapai suatu lingkungan yangwalkabledan sustainable, A Walking Strategy for Western Australia (2007–2020) menekankan perlunya menciptakan suatu lingkungan yangwalkabledengan tujuan sebagai berikut:

1. Meminimalisir ketergantungan akan penggunaan kendaraan bermotor menuju fasilitas umum.

2. Untuk menyediakan akses dan layanan yang dapat digunakan oleh semua jenis pedestrian.

3. Menciptakan akses ke fasilitas umum yang terhubung dengan jalan sehingga terciptanya suasana yang menyenangkan dan aman.

2.2.3 KriteriaWalkability

The Vision of the Walk WA: A Walking Strategy for Western Australia (2007-2020) mengatakan bahwa untuk dapat mendukung terciptanya suatu lingkungan yang walkable, terdapat 4 hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Akses

Menciptakan suatu akses yang mudah menuju ruang terbuka dengan cara berjalan kaki. Serta memastikan fasilitas dapat diakses oleh lansia, penyandang disabilitas dengan menciptakan jalur yang lebar, landai, dan dengan adanya rambu yang besar.

2. Estetika

Menciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih untuk berjalan, sehingga memiliki daya tarik dalam mendorong orang untuk menggunakannya.

3. Keamanan

(16)

Pejalan kaki harus merasa mereka dapat menikmati perjalanan di jalur yang terpelihara dengan baik dan aman yang menerapkan prinsip desain yang dapat mencegah terjadinya tindak kejahatan.

4. Kenyamanan

Pejalan kaki harus dapat merasa nyaman ketika berjalan pada suatu lingkungan. Hal ini dapat diciptakan dengan menyediakan fasilitas seperti adanya tempat duduk dan tempat sampah.

Berdasarkan US Department Health and Human (2010) ada 9 kriteria yang dapat mendukung tingkat walkability yaitu jalur pedestrian, konflik pedestrian, penyeberangan, pemeliharaan, ukuran jalur pedestrian,buffer, aksesibilitas, estetika dan peneduh. Berikut ini uraian masing-masing kriteria menurutUS Department Health and Human:

1. Ruas Pedestrian

Ruas pedestrian yang dimaksud adanya pemisah antara jalur pedestrian dengan jalur kendaraan bermotor berupa trotoar atau jalan setapak.

2. Konflik Pedestrian

Konflik pedestrian ditimbulkan antara pengendara motor dan pedestrian yang ditandai dengan seringnya pedestrian menggunakan jalur kendaraan bermotor. Beberapa penyebabnya adalah kecepatan dan volume kendaraan yang tinggi, buruknya visibilitas pedestrian, masuknya pengendara motor ke jalur pedestrian dan adanya persimpangan besar.

3. Penyeberangan

Penyeberangan adalah fasilitas yang menghubungkan antar ruang pedestrian yang berseberangan. Suatu lingkungan yang walkable jika memiliki penyeberangan yang terlihat jelas oleh pedestrian.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dimaksud oleh US Department Health and Human terdiri dari fasilitas pelengkap pedestrian. Kriteria pemeliharaan yang berupa kondisi fasilitas pelengkap yang sesuai standar dan tidak mengganggu pedestrian serta material fasilitas pelengkap yang tidak rusak.

5. Ukuran Ruas Pedestrian

Ukuran ruas pedestrian adalah lebar efektif jalur pedestrian berdasarkan standar dan dapat mengakomodasi jumlah pedestrian pada jalur pedestrian tersebut.

6. Buffer

Buffer adalah ruang pemisah antara kendaraan dan jalur pedestrian, yang memungkinkan pedestrian memakai ruang yang terpisah dan berbeda secara fisik dengan jalur kendaraan bermotor. Buffer dapat berupa jalur hijau atau pagar pengaman.

7. Aksesibilitas Jalur Difabel

Kemudahan perpindahan bagi pedestrian tanpa gangguan dengan adanya prasarana ruang untuk pedestrian ketika akan memasuki bangunan dan penyeberangan, ramp pada persimpangan dan jalur khusus bagi pengguna berkebutuhan khusus seperti pengguna kursi roda, tuna netra dan difabel.

(17)

Estetika yang dimaksud adalah kualitas lingkungan yang dapat menarik bagi pedestrian berupa pagar, bangunan, kualitas lansekap, danstreet furniture.

9. Vegetasi

Vegetasi yang dimaksud adalah keberadaan vegetasi pada jalur pedestrian yang memberikan kenyamanan bagi pedestrian untuk memberikan peneduhan.

Selain penilaian menurut US Department Health and Human, terdapat juga penilaian berdasarkan Walkability Audit Tool (2011). Berdasarkan Walkability Audit Tool (2011) terdapat 7 kriteria yang dapat mendukung tingkat walkability yaitu:

1. General information and Overall Impression

Poin pertama ini digunakan untuk mengumpulkan informasi umum tentang kawasan yang termasuk: tanggal, lokasi dan waktu, penggunaan lahan daerah, pengguna utama dari daerah, tujuan audit, kondisi cuaca selama audit, kesan keseluruhanwalkability pada kawasan.

2. Pathway

Pathway akan membahas faktor-faktor yang perlu menjadi perhatian seperti:

a. TipePathway

Perbedaaan tipe pathway dipengaruhi oleh kondisi jalan yang ada. Tipe pathway dibangun untuk memenuhi kebutuhan para pedestrian serta pengguna kendaraan dengan mempertimbangkan tingkat volume para pedestrian serta pengguna kendaraan.

b. KondisiPath

Kondisi dari suatu path merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan, perlu dipastikan bahwa kondisi path tidak berpotensi menyebabkan bahaya.

Jalur path harus dapat dirancang dengan perkerasan yang halus tidak bergelombang serta anti selip dan terbebas dari retakan atau lubang.

c. Halangan PadaPath

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah adanya halangan pada path, halangan yang dimaksud dapat berupa objek yang bersifat sementara seperti parkir sepeda, ataupun kursi. Selain penghalang yang bersifat sementara terdapat juga penghalang yang bersifat permanen seperti tiang listrik, tempat pemberhentian bus, ataupun pepohonan.

d. Konektivitas

Konektivitas suatu path merupakan bagian penting pada suatu area yang walkable, sehingga dalam proses penilaian perlu adanya perhatian terhadap hal berikut:

1. Hubungan atau koneksi antar jalurpath.

2. Hubungan antar jalur pathdengan fasilitas lain yang membentuk suatu jaringan.

3. Konektivitas jalur path dengan objek tujuan seperti sekolah, kantor ataupun daerah pertokoan.

e. Penggunaan Jalan Setapak Bagi Difabel

Karakteristik dari path atau jalur pedestrian yang perlu diperhatikan adalah dapat digunakannya jalur tersebut bagi kaum difabel, oleh sebab itu hal-hal

(18)

seperti kondisi jalur yang halus serta ketersediaan fasilitas seperti ramp ataupunhandrailmenjadi hal penting yang perlu disediakan.

3. Penyeberangan

Aspek penyeberangan yang dimaksud adalah media yang digunakan pedestrian untuk berpindah dari ruas pedestrian ke ruas pedestrian yang lain.

4. Street furniture and Signage

Daya tarik suatu daerah untuk berjalan tergantung pada keberadaan street furniture.

Street furniture yang dapat meningkatkan daya tarik suatu kawasan dapat berupa bangku taman tempat sampah ataupun toilet umum ataupun naungan pembentuk bayangan. Selain street furniture, fasilitas penanda seperti signage harus mendapat perhatian karena berfungsi untuk membimbing dan mengarahkan para pedestrian menuju lokasi tujuan mereka, selain itusignagejuga berfungsi menunjukan informasi seperti nama jalan peringatan seperti lokasi penyeberangan dan sebagainya.

5. Keamanan Pribadi

Faktor keamanan merupakan faktor yang perlu diperhatikan, dalam rangka menciptakan suatu lingkungan yangwalkable. Perasaan takut akan keamanan pribadi dapat mengurangi keinginan orang untuk berjalan pada suatu lingkungan. Faktor penerangan menjadi salah satu aspek penting untuk diperhatikan. Suatu lingkungan perlu memiliki tingkat penerangan yang baik khususnya pada malam hari, sehingga para pengguna jalan dapat melihat wajah orang lain ataupun adanya lubang atau penghalang pada jalur mereka.

6. Adjacent Traffic

Batas kecepatan dan volume lalu lintas yang melewati rute pedestrian adalah salah satu alasan utama mengapa orang tidak merasa aman atau tidak ingin berjalan kaki, sehingga perlu adanya upaya dalam membatasi kecepatan kendaraan bermotor pada kawasan.

7. Aesthetics and Amenities

Walkability suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh nilai estetika suatu kawasan, seperti adanya lansekap atau karya seni yang menarik. Selain itu kawasan tersebut juga harus bebas dari adanya sampah ataupun polusi udara.

Dalam walkability audit formsterdapat poin-poin penilaian terhadap tiap poin diatas, dengan memberikan penilaian terhadap tiap poin tersebut, akan dapat diketahui tingkat walkability suatu kawasan, sehingga dapat diketahui apakah lingkungan tersebut telah bersifat walkable atau memerlukan adanya perbaikan untuk menjadi suatu lingkungan yangwalkable.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam menyusun penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan. Masing-masing penelitian memiliki variabel yang berbeda dalam menganalisis walkability. Untuk lebih jelasnya penjabaran topik penelitian terdahulu dan variabelnya disajikan dalam tabel berikut.

(19)

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

No. Penulis Variabel Hasil Penelitian

1. Antonio Heltra Pradana, Jenny Ernawati, Indyah Martiningrum, 2016

Kenyamanan Penilaian walkability cukup

terpenuhi namun perlu perbaikan yang signifikan pada aspek kenyamanan yaitu pada peneduhan dan kapasitas jalur pejalan kaki.

Keamanan Kemenerusan 2. Dirham

Nuriawangsa, 2014 Kondisi trotoar Dengan menggunakan metode penelitian yang bersumber dari US Department of Health and Human Services, tingkat walkability pada wilayah studi termasuk dalam kategori baik dengan skor 72,21.

Kemudahan menyeberang

Konflik pejalan kaki Lebar trotoar

Estetika lingkungan Buffertrotoar terhadap jalan raya

Aksesibilitas pejalan kaki 3. Alexianus Thomas

Miten Uak, 2019

Akses Hasil penelitian menunjukkan

seluruh kriteria walkability telah terpenuhi dan sesuai dengan konsep walkability, namun fasilitas yang ada belum digunakan dan dimanfaatkan dengan baik oleh pengguna, sehingga muncul beberapa dampak negatif yang menimbulkan ketidaknyamanan, misalnya masalah sampah dan penguasaan ruang pejalan kaki untuk aktivitas lainnya yang tidak sesuai dengan fungsi pedestrian.

Estetika Keselamatan Kenyamanan

4. Shahnez Paramastri,

2018 Ruas pedestrian Hasil penelitian pada wilayah studi menunjukkan hasil cukupwalkable dengan skor 46, namun masih terdapat beberapa aspek walkability yang belum memenuhi kriteria yang standar, yaitu ruas pedestrian, konflik pedestrian, street furniture, aksesibilitas jalur difabel dan estetika masih perlu diperbaiki.

Konflik pedestrian Street furniture Pemeliharaan

Aksesibilitas jalur difabel Buffer

(20)

Estetika Vegetasi

Sumber: Analisis Penulis, 2022

2.4 Sintesa Pustaka

Hasil sintesa dari tinjauan berbagai pustaka yang telah dilakukan disusun untuk menghasilkan variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Referensi penentuan variabel penelitian dapat didapat melalui teori-teori serta penelitian terdahulu yang berkaitan denganwalkability. Berikut merupakan sintesa teori dan pustaka lainnya yang dapat menjadi sumber referensi penelitianwalkability.

Tabel 2.2Sintesa Pustaka

Pustaka Indikator Variabel Sumber

Evaluasi Tingkat WalkabilityPada Jalur Pedestrian di

Area Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya

Akses Aksesibilitas jalur difabel

US Department Health and Human (2010), PERMEN PU 03/PRT/M/2014, dan Walkability Audit Tool(2011) Ukuran ruas

pedestrian Pathway Kenyamanan Tempat

duduk/shelter US Department Health and Human

(2010) dan

PERMEN PU

03/PRT/M/2014 Signage

Tempat sampah Pemeliharaan

Keamanan Buffer US Department

Health and Human

(2010) dan

PERMEN PU

03/PRT/M/2014 Lampu penerangan

Estetika Vegetasi US Department

Health and Human

(2010) dan

PERMEN PU

03/PRT/M/2014 Street furniture

Sumber: Analisis Penulis, 2022

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah rasionalistik. Pendekatan rasionalistik merupakan pendekatan yang berdasar pada fakta empiris dan teori yang berkaitan (Muhadjir, 2002). Penelitian dengan pendekatan rasionalistik menggunakan dasar teori (grand theory) yang merupakan konsep dan parameter penelitian yang kemudian dianalisis dengan verifikasi dan komparasi data yang ada di lapangan.

Pada penelitian ini, kajian mengenai prinsip dan konsepwalkability di kawasan ITS menjadi data empirik yang menjadi kebenaran umum. Kemudian akan dirumuskan teori teori sebagai dasar dari penelitian yang berkaitan dengan konsep dan karakteristik kawasan walkability, dan dirumuskan beberapa variabel-variabel yang kemudian akan diukur secara kuantitatif sehingga dapat menghasilkan nilai terukur yang tergambarkan melalui observasi.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan gejala, peristiwa atau kejadian dengan bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat terkait fakta dan karakteristik suatu populasi.

Penelitian ini juga dapat dilihat sebagai penelitian kuantitatif dengan pemberian informasi dan analisis data yang menekankan pada data-data berupa numerik yang diolah menggunakan metode statistik (Azwar, 2010).

3.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini didapatkan melalui hasil kajian pustaka tentang substansi-substansi yang relevan dengan sasaran penelitian.

Variabel-variabel tersebut diturunkan dari indikator-indikator yang akan diteliti. Dalam hal ini variabel penelitian akan digunakan sebagai objek yang akan diteliti dalam proses analisa kuantitatif. Berikut merupakan penjabaran dari variabel penelitian yang akan digunakan berdasarkan kebutuhan sasaran penelitian berdasarkan hasil dari sintesa kajian pustaka.

Tabel 3.1Variabel Penelitian

Indikator Variabel Definisi Operasional

Akses Aksesibilitas jalur difabel Kemudahan perpindahan bagi pedestrian tanpa gangguan dengan adanya prasarana ruang untuk pedestrian ketika akan memasuki bangunan dan penyeberangan, ramp pada

(22)

persimpangan dan jalur khusus bagi pengguna berkebutuhan khusus seperti pengguna kursi roda, tuna netra dan difabel.

Ukuran ruas pedestrian Ukuran ruas pedestrian adalah lebar efektif jalur pedestrian berdasarkan standar dan dapat mengakomodasi jumlah pedestrian pada jalur pedestrian tersebut.

Pathway Kondisi jalan pada jalur

pedestrian harus dapat

dirancang dengan

perkerasan yang halus tidak bergelombang serta anti selip dan terbebas dari retakan atau lubang.

Kenyamanan Tempat duduk/shelter Ketersedian dari fasilitas

berupa tempat

duduk/pelindung yang sesuai dengan kriteria.

Signage Tanda pelengkap pada

pedestrian ways yang telah sesuai dengan pedoman.

Tempat sampah Penyedian tempat sampah sepanjang jalur pedestrian.

Pemeliharaan Pemeliharaan dari jalur pedestrian.

Keamanan Buffer Buffer area dari jalur

pedestrian.

Lampu penerangan Pemenuhan kebutuhan fasilitas jalan berupa penerangan yang sesuai dengan pedoman.

Estetika Vegetasi Vegetasi sebagai penghias

maupun pelindung dari aktivitas pejalan kaki.

(23)

Street furniture Kebutuhan infrastruktur yang lengkap sesuai dengan pedoman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014/2011 Tentang Pedoman Perencanaan,

Penyediaan, Dan

Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Keberpihakan ruas jalan terhadap moda berjalan kaki pada wilayah studi.

Sumber: Analisis Penulis, 2022

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa benda nyata, abstrak, peristiwa, ataupun gejala yang dapat menjadi sumber data dan memiliki karakter tertentu atau sama, sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat cenderung sama dari objek yang merupakan sumber data. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengguna yang menggunakan jalur pejalan kaki di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, namun populasi penelitian yang cukup luas, maka diperlukan adanya beberapa sampel dari penelitian ini yang merupakan perwakilan mahasiswa, tenaga didik, atau penghuni di Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, dimana populasi mempunyai kesempatan yang sama dan diketahui untuk terpilih sebagai subyek dan tidak memperhatikan tingkatan yang ada di populasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan sebagai input dalam melakukan proses analisa untuk mencapai tujuan dalam setiap sasaran penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Metode primer dapat dilakukan dengan observasi maupun penyebaran kuesioner, sedangkan metode sekunder dapat dilakukan melalui kajian literatur yang bersumber dari jurnal, skripsi, dan penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan berkaitan dengan sasaran yang ingin dituju pada penelitian, teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

(24)

3.6.1 Analisis Kriteria Walkability

Analisis yang dilakukan untuk menentukan kesesuaian dengan kriteria jalur pedestrian pada kawasan pendidikan mengacu pada variabel yang telah ditentukan. Berikut merupakan kriteria dariWalkability:

Tabel 3.2KriteriaWalkability

Variabel Sub Variabel Sumber

Akses Aksesibilitas jalur difabel US Department Health and Human (2010), PERMEN PU 03/PRT/M/2014, dan Walkability Audit Tool (2011)

Ukuran ruas pedestrian Pathway

Kenyamanan Tempat duduk/shelter US Department Health and

Human (2010) dan

PERMEN PU

03/PRT/M/2014 Signage

Tempat sampah Pemeliharaan

Keamanan Buffer US Department Health and

Human (2010) dan

PERMEN PU

03/PRT/M/2014 Lampu penerangan

Estetika Vegetasi US Department Health and

Human (2010) dan

PERMEN PU

03/PRT/M/2014 Street furniture

Sumber: Analisis Penulis, 2022

3.6.2 Pembobotan Kriteria Walkability

Untuk mengetahui kriteria-kriteria yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian karakteristik jalur pedestrian pada kawasan kampus ITS, diperlukan analisis pada variabel yang didapat dari hasil sintesa pustaka melalui metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan teknik analisis yang memiliki tujuan untuk mengorganisasikan suatu informasi dalam susunan secara hirarki dalam penentuan prioritas kriteria berdasarkan persepsi dari para expert atau ahli. Analisis ini digunakan untuk mengetahui bobot dari setiap kriteria yang dihasilkan dari sintesa pustaka yang berikutnya diolah menggunakansoftware Expert Choice.

Perumusan bobot dilakukan untuk menyelaraskan nilai dari setiap variabel agar dapat dilanjutkan menuju proses penilaian. Tahapan dari metode AHP ini dapat adalah sebagai berikut:

(25)

1. Merumuskan tujuan dari permasalahan penelitian yang akan dilakukan

2. Mengidentifikasi kriteria dan sub kriteria secara berhirarki yang diperoleh dari aspek dan variabel sintesa pustaka.

3. Penyebaran kuisioner yang telah dibuat, kemudian disebar kepada para expert atau stakeholder terpilih.

4. Pengolahan data Nilai perbandingan antar variabel diolah melalui software Expert Choice11 dengan perbandingan berpasangan yang diperoleh dari nilai bobot hasil kuesioner. Selanjutnya dilakukan perhitungan bobot yang menghasilkan nilai bobot.

3.6.3 Evaluasi Kondisi Eksisting

Tabel 3.3Variabel Aksesibilitas Jalur Difabel

Aksesibilitas Jalur

Difabel Skor

Tidak terdapat jalur difabel

1

Terdapat jalur difabel 2

Terdapat jalur difabel dan

ram 3

Terdapat jalur difabel dan ram yang didukung dengan fasilitas pendukung

4

Tabel 3.4Variabel Ukuran Ruas Pedestrian

Ukuran Ruas Pedestrian Skor Tidak terdapat jalur

pejalan kaki

1

Dimensi jalur pejalan kaki selebar < 1,5 meter pada satu ruas

2

Dimensi jalur pejalan kaki selebar < 1,5 meter pada dua ruas

3

Dimensi jalur pejalan kaki selebar > 150 cm pada satu ruas

4

Dimensi jalur pejalan kaki 5

(26)

selebar > 150 cm pada 2 ruas

Tabel 3.5Variabel Ketersediaan Fasilitas

Dimensi Pejalan Kaki Skor Tidak ada fasilitas pejalan

kaki

1

Terdapat fasilitas pejalan kaki berupa jalur pejalan kaki

2

Terdapat fasilitas jalur pejalan kaki dan penyeberangan

3

Terdapat fasilitas jalur pejalan kaki dan penyeberangan yang didukung dengan fasilitas pendukung

4

Terdapat fasilitas jalur pejalan kaki dan penyeberangan yang didukung dengan fasilitas pendukung yang lengkap

5

3.7 Tahapan/Kerangka Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dibahas mengenai metodologi penelitian, untuk mencapai sasaran dan tujuan maka dapat dirumuskan tahapan penelitian yang perlu dilakukan. Berikut adalah uraian tahapan penelitian:

a. Penyusunan Rumusan Masalah

Tahapan pertama merupakan penyusun rumusan masalah. Perumusan masalah merupakan proses mengidentifikasi permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

b. Studi Literatur dan Kajian Pustaka

Setelah melakukan identifikasi dan perumusan pertanyaan permasalahan, maka diperlukan berbagai studi literatur yang memiliki keterkaitan dengan topik dan tema penelitian ini. Hasil dari kajian literatur berupa teridentifikasinya komponen, indikator, variabel hingga parameter dari setiap substansi yang berkaitan dengan topik dan judul penelitian.

(27)

Pengumpulan data menyesuaikan dengan data yang dibutuhkan dari indikator dan variabel yang akan digunakan dalam melakukan analisis. Pengumpulan data terbagi menjadi dua jenis, yakni pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder.

d. Analisis Data

Tahapan utama di dalam setiap penelitian merupakan teknik analisis data yang merupakan proses untuk mendapatkan jawaban dari setiap pertanyaan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, analisis pendukung yaitu AHP, analisis kriteria, dan skoring. Dengan teknik analisis ini, diharapkan akan mendapatkan temuan-temuan yang dapat menjadi pembelajaran dalam penelitian ini selain menjawab permasalahan penelitian.

e. Penarikan Kesimpulan

Tahap terakhir pada penelitian adalah penarikan kesimpulan atau rangkuman hasil yang dicapai dari setiap sasaran yang dilakukan.

3.8 Alur Penelitian

(28)

Gambar 3.1Alur Penelitian Sumber: Analisis Penulis, 2022

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Shirvani, H. (1985).The Urban Design Process. New York. VNR Company.

Tanan, N., Wibowo, S. S., & Tinumbia, N. (2017). Pengukuran Walkability Index Pada Ruas Jalan Di Kawasan Perkotaan. Jurnal Jalan-Jembatan, 34(2).

Senjaya, S., Tri, B. J. (2017). Penilaian Kualitas Fasilitas Pejalan Kaki (Walkability Assessment).Jurnal Jalan-Jembatan, 35(1)

Kementerian Pekerjaan Umum. 2014. Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pedestrian di Kawasan Perkotaan.

Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum

Walkability Audit Tool. 2011. Perth: The Government of Western Australia Department of Transport.

Walk WA: A Walking Strategy for Western Australia 2007-2020. 2007., Government of Western Australia: Department of Sport and Recreation

Nugroho. U., Iwan, W. (2008).Analisa Tingkat Pelayanan Jalur Pejalan Kaki yang Sinergis dengan Fasilitas Transportasi Publik di Kota Surabaya. Jurnal Rekayasa Perencanaan, 4(3)

Frans, Aurina et al. 2016. Persepsi Pedestrian Terhadap Keamanan dan Kenyamanan Jalur Trotoar di Pusat Kota Amurang. Jurnal Arsitektur Daseng Unsrat Manado. 5(2):

10-23

Alexianus, T. (2019). Evaluasi Konsep Ramah Pejalan Kaki Pada Pedestrian Malioboro dengan Pendekatan Konsep Walkability.Jurnal Arsitektur, 4(1)

Referensi

Dokumen terkait

telkom, gardu listrik, dan pot bunga mengurangi lebar efektif trotoar. 3) Pejalan kaki ada yang berjalan di jalur lalu lintas kendaraan. 4) Terdapat satu fasilitas penyeberangan

Tahap pertama yaitu identifikasi kondisi fisik dan ketersediaan fasilitas yang inklusif meliputi jalur pejalan kaki, titik transit, vegetasi, tempat istirahat, perabotan jalan,