• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAT PENGAMBILAN SAMPLE KELAUTAN (EKSPLORASI)

N/A
N/A
Dodi Tri Putra Sitompul 2004113327

Academic year: 2023

Membagikan "ALAT PENGAMBILAN SAMPLE KELAUTAN (EKSPLORASI)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PAPER

“ALAT PENGAMBILAN SAMPLE KELAUTAN (EKSPLORASI)”

DOSEN PENGAMPU Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si

DISUSUN OLEH

Irfan Nurdiansyah 2004125778

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper yang berjudul

“Alat Pengammbilan Sample Kelautan (Eksplorasi)”. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu, Bapak Dr. Ir. Efriyeldi, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Eksplorasi Sumberdaya Hayati laut.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan paper. Semoga paper ini dapat berguna bagi penulis dan rekan-rekan dimasa yang akan datang.

Pekanbaru, Oktober 2023

Irfan Nurdiansyah

(3)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Eksplorasi adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal, termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam, batubara, mineral, gua, air, ataupun informasi. Dalam konteks riset ilmiah, eksplorasi adalah salah satu dari tiga bentuk tujuan riset, sedangkan tujuan lainnya ialah penggambaran (deskripsi) dan penjelasan (eksplanasi).

Eksplorasi laut tidak hanya peluang untuk inovasi dan penemuan lintas disiplin.

Tetapi juga kunci untuk mempertahankan sumber daya laut dalam menghadapi tekanan yang meningkat dari manusia di seluruh dunia. Lautan memainkan peran penting dalam mendukung kehidupan di Bumi. Mulai dari udara yang kita hirup dan makanan yang kita makan hingga pola cuaca dan iklim. Pemahaman kita tentang lautan masih terbatas. Eksplorasi laut adalah tentang membuat penemuan, mencari hal-hal yang tidak biasa dan tidak terduga.

Sebagai langkah pertama dalam proses ilmiah, pengamatan dan dokumentasi yang cermat dari aspek biologi, kimia, fisik, geologis, dan arkeologis laut yang diperoleh dari eksplorasi menetapkan tahap untuk penelitian dan pengambilan keputusan di masa depan Dalam hal ini, eksplorasi adalah usaha untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu fenomena. Definisi sumberdaya alam hayati adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang merupakan komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme

(4)

Eksplorasi dalam riset ilmiah sering kali bersifat multidisiplin, melibatkan berbagai bidang ilmu seperti biologi, kimia, fisika, sosiologi, dan psikologi. Metode eksplorasi dapat meliputi wawancara, survei, observasi lapangan, dan eksperimen laboratorium. Hasil dari eksplorasi ini dapat membantu dalam mengidentifikasi variabel, hipotesis, dan teori yang relevan, yang nantinya dapat diuji dan dianalisis secara lebih mendalam dalam tahapan penelitian berikutnya.

Eksplorasi juga berperan penting dalam inovasi dan pengembangan teknologi.

Dengan memahami fenomena baru dan kompleks, peneliti dapat mengembangkan teknologi dan metode baru yang lebih efisien dan efektif. Misalnya, eksplorasi dalam bidang kedokteran dapat membantu dalam pengembangan obat dan terapi baru, sementara eksplorasi dalam bidang teknologi informasi dapat membuka jalan untuk inovasi dalam komputasi dan kecerdasan buatan

(5)

II. ALAT PENGAMBILAN SAMPLE KELAUTAN

2.1. Pukat-hela (Trawl)

Pukat-hela (trawl) udang di perairan tengah atau pelagis adalah seperangkat alat yang digunakan untuk menangkap ikan yang berada di antara permukaan laut dan dasar laut, umumnya jauh dari dasar laut. Kadang-kadang, pukat-hela (trawl) udang di perairan tengah dikonfigurasikan dengan pelampung untuk melakukan penangkapan di lapisan permukaan yang dangkal. Pukat-hela (trawl) udang di perairan tengah terdiri dari badan berbentuk kerucut, biasanya terbuat dari empat panel, diakhiri dengan kantong dengan sayap lateral memanjang ke depan dari bukaan. Pukat-hela (trawl) udang di perairan tengah dan pukat-hela (trawl) udang dasar (lihat lebih lanjut) mempunyai banyak bagian yang sama, meskipun berbeda dalam dimensi dan bentuk karena perbedaan objek penangkapan ikan dan sistem operasi hidrodinamiknya. Pukat-hela (trawl) udang di tengah perairan dirancang untuk menangkap ikan di kolom tengah perairan, oleh karena itu harus mampu melakukan manuver cepat dengan tetap menjaga mulut jaring tetap terbuka. Hal ini tercermin dari perbedaan badan jaring, tali-temali, bahkan pintu pukat.

2.2. Jaring Cincin

(6)

Jaring cincin terdiri dari kantong bertautan halus yang dipasang pada mulutnya, atau bukaannya, pada cincin logam. Jaring itu sendiri dimasukkan ke dalam botol atau stoples tempat plankton yang tidak disaring dan bahan partikulat lainnya dikumpulkan. Jaring biasanya dipasang secara vertikal untuk tujuan non-kuantitatif dari suatu platform, seperti kapal atau dermaga . Kapal tersebut juga dapat ditarik, meskipun tidak memiliki alat untuk mengendalikan perjalanannya melalui kolom air, yang ditentukan oleh gaya hidrodinamik yang dihasilkan secara alami selama penarik atau pengangkutan. Aplikasi penarik sebagian besar bersifat non- kuantitatif.

2.3. Jaring Bongo

Telur ikan yang terapung atau tersuspensi serta larva yang baru menetas sering ditangkap dengan jaring Bongo. Ukuran mata jaringnya sangat halus, berkisar antara 20 µm sampai dengan 1000 µm (1 mm), sehingga memungkinkan tertangkapnya telur dan larva dengan ukuran orde 1-20 mm. Jaring tersebut, dipasang pada kuk yang kaku, dapat ditarik dari permukaan ke dekat dasar untuk pengambilan sampel di seluruh kolom air. Untuk mendapatkan sampel kuantitatif fitoplankton , zooplankton , invertebrata lain, dan ikan besar, penting untuk memperkirakan volume air yang disaring selama pengambilan sampel.

Kebanyakan jaring bongo dan jaring cincin dipasang dengan pengukur

(7)

aliran mekanis atau elektronik yang ditempatkan di mulut jaring untuk mengukur volume air yang disaring.

2.4. Jaring Neuston

Struktur jaring menampung dua pelampung yang di antaranya terdapat rangka jaring yang dapat disesuaikan berukuran 80x30cm. Strukturnya terbuat dari baja tahan karat AISI 316. Rangka baru dirancang untuk jaring plankton dengan velcro ganda, sehingga memudahkan untuk memasang dan melepas jaring. Strukturnya memungkinkan pemasangan jalur utama. Seluruhnya menggunakan triple frame (aksesori) yang terdiri dari frame pertama berukuran 80x30cm, diikuti oleh 2 frame berukuran 80x50cm, untuk mengambil sampel pada 3 kedalaman berbeda. Jaring jenis ini ditarik di permukaan untuk mengambil sampel neutron . Neuston adalah organisme yang berasosiasi dengan permukaan air, yang didukung oleh tegangan permukaan. Ilmuwan dapat menentukan jumlah organisme per satuan volume air yang disaring.

2.5. Jaring Insang

Jaring insang (Gill net) adalah jaring ikan dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya dengan perkataan lain. Jumlah mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada arah panjang jaring. Pada bagian atas lembaran jaring dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu daya apung dari pelampung yang bergerak keatas dan pemberat serta berat jaring yang bergerak kebawah, maka jaring akan terentang

(8)

2.6. Hamon

Alat pengambil Hamon merupakan alat yang direkomendasikan untuk mengambil sampel makroinfauna bentik dari substrat kasar. Pegangan ini terdiri dari bingkai persegi panjang yang membentuk penyangga stabil untuk ember pengambilan sampel yang dipasang pada lengan berputar. Saat mencapai dasar laut, ketegangan pada kawat dilepaskan yang mengaktifkan penangkapan. Ketegangan pada kawat selama pengangkutan kemudian menggerakkan lengan berputar melalui putaran 90°, mendorong ember sampel melewati sedimen. Pada akhir pergerakannya, bucket ditempatkan pada pelat baja berlapis karet miring, sehingga menyegelnya sepenuhnya. Hal ini mengakibatkan sedimen menggelinding ke dasar ember sampel, sehingga mengurangi risiko terbentuknya kerikil menjadi terperangkap di antara tepi depan ember dan pelat penahan sampel, sehingga mencegah sebagian sampel tersapu. Pemberat dipasang pada pegangan untuk meminimalkan pergerakan lateral rangka penyangga selama pengumpulan sampel.

Kelemahan dari pengambilan Hamon adalah sampel sedimen tercampur

selama proses pengumpulan dan pengambilan, sehingga menghalangi pemeriksaan atau sub-sampling pada permukaan sedimen yang tidak terganggu.

(9)

KESIMPULAN

Semua metode penangkapan fisik pada dasarnya bersifat selektif. Ikan kecil bisa melewati jaring besar, ikan besar bisa berenang lebih cepat dari pukat-hela (trawl) udang, jaring insang akan menangkap ikan terutama dengan kisaran ukuran tertentu. Ikan mungkin bereaksi berbeda terhadap alat penangkapan ikan sehubungan dengan spesies, ukuran, keadaan biologis, kondisi lingkungan termasuk cahaya sekitar dan kebisingan akustik, dan banyak faktor lainnya. Inilah sebabnya mengapa organisme dibagi lagi karena kebutuhan praktis, karena pendekatan pengambilan sampel dan ukuran sampel yang sesuai untuk satu kelompok sering kali tidak sesuai untuk kelompok lain. Perbedaan teknik yang tepat untuk kelompok organisme dengan ukuran berbeda telah memberikan kontribusi besar terhadap kurangnya studi tentang lebih dari satu pengelompokan taksonomi di lokasi tertentu. ketika kesimpulan-kesimpulan yang bertentangan mengenai pola- pola pada berbagai kelompok organisme berbeda, jarang diketahui apakah pola- pola tersebut benar-benar bervariasi antar kelompok atau sekadar mencerminkan perbedaan dalam upaya pengambilan sampel. Pemilihan sampler yang sesuai merupakan kompromi antara berbagai faktor.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Steele, JH; Thorpe, SA; Turekian, KK (Ed.). (2001). Ensiklopedia ilmu kelautan. Pers Akademik: San Diego, CA (AS). 6 jilid. hal748-749

https://oceanexplorer.noaa.gov/explorations/07philippines/logs/oct5/media/bongo nets_600.html

https://id.scribd.com/document/339468901/Eksplorasi-Sumberdaya-Hayati-Laut https://www.coastalwiki.org/wiki/Sampling_tools_for_the_marine_environment

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Surini (2013) tentang variabilitas suhu permukaan laut kaitannya dengan daerah penangkapan ikan pelagis kecil di perairan Teluk Lampung menunjukkan bahwa

Hasil ini menun- jukkan bahwa pada kedalaman tersebut merupakan habitat ikan pelagis di perairan Laut Arafura dimana densitas ikan pelagis kecil di perairan dangkal atau dekat

Hasil ini menun- jukkan bahwa pada kedalaman tersebut merupakan habitat ikan pelagis di perairan Laut Arafura dimana densitas ikan pelagis kecil di perairan dangkal atau dekat

Sumberdaya ikan yang tertangkap dengan trawl di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 Perairan Arafura terdiri dari ikan demersal, pelagis kecil, cumi/sotong (cephalopoda),

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu mengatur penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela di perairan

Oleh karena alasan tersebut diharapkan dengan kebijakan pelarangan API pukat hela (trawl) di wilayah pengelolaan perikanan republik indonesia maka sumberdaya ikan dan

Hasil ini menun- jukkan bahwa pada kedalaman tersebut merupakan habitat ikan pelagis di perairan Laut Arafura dimana densitas ikan pelagis kecil di perairan dangkal atau dekat

Kajian Standing Stock Ikan Pelagis Kecil dan Demersal Serta Hubungannya Dengan Kondisi Oseanografi di Laut Cina Selatan Perairan Indonesia.. Bogor: Sekolah