BAB 2
Alga Mikroskopis Perairan Laut
Kelompok 6 : Karina Putri Yasinta, Miftahul Hafshah Dewinda, Qanitah Belicha Adristi, Resty Puspa Ramadanti, Reyno Ahmad Febrian
Gambar 1.Ilustrasi alga mikroskopis (Sumber:www.kompasiana.com)
KAJIAN TEORI
Mikroalga merupakan mikroorganisme yang hidup di lingkungan berair, baik air laut maupun air tawar, dan mampu melakukan fotosintesis. Selain berperan sebagai penyumbang oksigen bagi organisme lainnya di perairan, mikroalga juga berperan sebagai rantai makanan terbawah, yaitu sumber makanan bagi ikan-ikan kecil di lautan dalam. Sebagian besar mikroalga termasuk ke dalam eukariot dan sisanya berupa prokariot. Secara umum, mikroalga laut dikenal dengan sebutan fitoplankton. Secara kasat mata, mikroalga dapat dibedakan berdasarkan warna selnya. Warna dari sel alga akan dipengaruhi oleh jenis pigmen fotosintesis dominan yang dikandung oleh alga tersebut (Putri et al., 2019).
Morfologi dan Klasifikasi :
Berbagai jenis alga yang hidup di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton. Sebagian besar dari fitoplankton merupakan anggota dari divisi Chlorophyta (alga hijau). Chlorophyta (alga hijau)
karotin dan xantofil, bersifat kosmopolit, terutama hidup di perairan yang cahayanya cukup seperti di kolam dan danau dalam (Fauziahet al., 2015 ).
Susunan tubuh Chlorophyta bervariasi baik dalam ukuran, bentuk maupun susunannya, bisa berupa uniseluler dan motil (Chlamydomonas), uniseluler dan non motil (Chlorella), sel senobium (Volvox), koloni tak beraturan (Tetraspora), dan filamen (bercabang:
Oedogonium, tidak bercabang:Pithophora) (Fauziahet al., 2015).
Fungsi Ekologis :
Alga berperan sebagai salah satu parameter ekologi yang dapat memberikan gambaran keadaan perairan dan termasuk komponen biotik penting dalam metabolisme badan air, karena merupakan mata rantai primer di dalam rantai makanan ekosistem perairan Samudra dalam (Harmokoet al., 2017). Alga mempunyai banyak kelebihan sebagai tolak ukur biologis, yaitu mampu menunjukkan tingkat ketidakstabilan ekologi dan mengevaluasi berbagai bentuk pencemaran (Marwazi, 2016).
Fotosintesis :
Mikroalga termasuk mikroorganisme fotosintetik yang memiliki kemampuan menggunakan sinar matahari dan karbon dioksida untuk reproduksi sel-sel tubuhnya dan menghasilkan biomassa serta menghasilkan sekitar 50% oksigen yang ada di atmosfer. Mikroalga melakukan fotosintesis dengan cara yang mirip dengan tumbuhan hijau lainnya, seperti tanaman. Mikroalga memiliki pigmen fotosintetik seperti klorofil yang terletak dalam kloroplas di dalam sel mereka. Klorofil adalah pigmen yang dapat menyerap cahaya matahari. Setelah penangkapan cahaya, energi cahaya digunakan untuk mengubah karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) menjadi glukosa (C6H12O6) dan oksigen (O2). Mikroalga menggunakan siklus Calvin (atau siklus Calvin-Benson) untuk mengubah CO2 menjadi glukosa. Glukosa yang dihasilkan dalam fotosintesis digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan, metabolisme, dan reproduksi mikroalga.
Mikroalga yang mempunyai laju pertumbuhan baik akan lebih aktif dalam melakukan fotosintesis dan mengkonversi CO2 menjadi biomassa sehingga produktivitas biomassa menjadi tinggi (Abdurrachmanet al., 2013).
Adaptasi Terhadap Lingkungan :
Mikroalga merupakan salah satu agen biologi akuatik yang dapat tumbuh dalam kondisi pertumbuhan alternatif dengan kondisi daya adaptasi yang kuat. Mikroalga dapat ditemukan di banyak habitat perairan seperti kolam, sungai, danau, laut bahkan air limbah. Persyaratan faktor lingkungan yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme ini cukup lebar mulai dari beragamnya kisaran suhu, pH, salinitas dan
(Cyanophyta). Salah satu penyebabnya yaitu meningkatnya aliran nutrien seperti fosfor yang terkandung di dalam deterjen ke perairan tersebut. Dengan demikian habitatnya akan didominasi oleh salah satu kelompok mikroalga ini yang dapat menurunkan kelarutan oksigen di perairan tersebut. Disamping itu kelompok mikroalga ini memiliki racun yang dapat membunuh organisme lain yang ada di perairan tersebut (Salim, 2022).
Penggunaan dalam Riset dan Industri:
Didasarkan pada perkembangan bioteknologi saat ini dan biodiversitas mikroalga yang tinggi, mikroalga dapat dikembangkan menjadi bahan baku berbagai produk baru yang dapat diaplikasikan di berbagai bidang termasuk industri pangan, energi dan farmasi.
Jenis produk yang dihasilkan dari produksi biomassa mikroalga bervariasi, mulai dari produk pangan, pakan, hingga fine chemical, termasuk trigliserida yang dapat dikonversi menjadi biodiesel.
Mikroalga mengandung unsur-unsur penting yang sangat bermanfaat, misalnya protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat sehingga bisa dijadikan sebagai sumber bioenergi.
Mikroalga mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan baku penghasil biofuel. Beberapa biofuel yang dapat dihasilkan dari mikroalga yaitu biohidrogen, biodiesel, bioetanol, dan biogas (Mirandaet al., 2014)
Titik Lokasi dan Metode Sampling :
Titik lokasi sampling pada pengamatan kali ini dilakukan di tiga titik yang berbeda di Pantai Ancol, Jakarta Utara. Lokasi sampling dilakukan di Pantai Indah, Pantai Lagoon, dan Pantai Carnaval yang terletak di Ancol, Jakarta Utara. Metode sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan plankton net secara horizontal.
HASIL PENGAMATAN Alga
Coelastrumsp.
Perbesaran 10x
Photograph by Enzo Azzarello at Natura Mediterraneo posted
TAKSONOMI
Kerajaan :Plantae Divisi :Chlorophyta Kelas :Chlorophyceae Bangsa :Sphaeropleales Suku :Scenedesmaceae Marga :Coelastrum Jenis :Coelastrumsp.Sumber :https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
DESKRIPSI MORFOLOGI
Ditemukan di Pantai Indah Ancol, Jakarta Utara dengan metode horizontal. Pada gambar pengamatan di atas dapat terlihat bahwaCoelastrumsp. hidup berkoloni dan non motil.
Coelastrum sp. memiliki bentuk seperti bintang. Pada struktur tubuhnya terlihat rongga-rongga. Coelastrum sp. berwarna hijau yang menunjukkan Coelastrum sp.
memiliki klorofil. Ukuran tubuh Coelastrum sp. sangat kecil. Terdapat tonjolan (bulat) yang timbul dari selubung mucilaginous.
Coelastrum sp. adalah genus dari alga hijau yang termasuk dalam kelompok Chlorophyta, yang merupakan anggota dari kingdom Plantae. Coelastrum sp. dapat terdiri dari sel tunggal atau membentuk koloni sel-sel yang tersusun dalam susunan tertentu. Sel berbentuk oval jika dilihat dari samping, berbentuk bulat jika dilihat dari atas. Beberapa Coelastrumsp. memiliki ruang antar sel, ruang antar sel berbentuk bulat hingga segitiga. ruang antarsel biasanya besar dan berbentuk banyak sisi, sel-sel dipangkas dan bersegi enam dengan sisi lateral yang sedikit cekung, kutub sel dengan dinding sel yang mengeras, pinggiran lurus hingga sedikit cekung. Dinding sel pada Coelastrum sp tampak halus dan sedikit tebal. Coelastrum sp. adalah alga hijau, yang berarti mereka mengandung pigmen hijau, klorofil, yang digunakan untuk fotosintesis.
Kloroplas tunggal dan parietal dengan pirenoid tunggal. Beberapa spesies Coelastrum sp. memiliki flagela, yaitu struktur panjang dan tipis yang berfungsi untuk pergerakan.
Coelastrum sp. bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan koloni anak di dalam salah satu atau semua sel induk. Sel berukuran 30 μm dan jika berkoloni bisa mencapai kurang lebih 100 μm (Jayalakshami, 2020).
HABITAT
Coelastrum sp. ditemukan di Pantai Indah Ancol, Jakarta Utara. Coelastrum sp.
planktonik dan kosmopolitan di habitat air tawar dari lingkungan Arktik hingga tropis dan seringkali melimpah dalam kondisi eutrofik (Guiry, 2013). MeskipunCoelastrumsp.
biasanya hidup di air tawar, namun Coelastrum sp. dapat ditemukan di air laut yang memiliki salinitas rendah.
KEBERMANFAATAN
Sebagian besar alga, termasuk Coelastrum sp. melakukan fotosintesis, yang berarti mereka menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Ini dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas air dan mendukung organisme lain yang membutuhkan oksigen dalam ekosistem perairan. Coelastrum sp. dapat memiliki potensi sebagai sumber pangan manusia atau hewan. Mereka mengandung nutrisi seperti protein, serat, dan vitamin. Namun, penggunaan alga sebagai makanan masih dalam pengembangan.
Potensi sebagai pakan untuk ternak akuatik, seperti ikan dan udang, karena mereka dapat menjadi sumber nutrisi yang baik untuk hewan-hewan ini (García-Garibay, 2014).
HASIL PENGAMATAN Alga
Mycrocystissp.
Perbesaran 10x
(Barry H. Rosen, USGS)
TAKSONOMI
Kerajaan :Bacteria Divisi : Cyanobacteria Kelas : Cyanophyceae Bangsa : Chroococcales Suku : Microcystaceae Marga :Microcystis Jenis :Microcystissp.Sumber :https://www.catalogueoflife.org/
DESKRIPSI MORFOLOGI
Microcystis sp. ditemukan pada titik pantai indah, Ancol, Jakarta Utara. Metode yang digunakan yaitu horizontal. Sel sel Microcystis sp. tersusun dalam koloni koloni yang awalnya berbentuk bola. Setiap koloni terdiri atas ribuan sel individu yang sangat kecil yang berbentuk bola. Microcystis sp. terlihat berwarna gelap akibat vakuola gas yang terletak di dalam sel.Microcystissp. adalah non motil.
Microcystis sp. adalah alga yang dominan di sistem perairan baik dalam kondisi terjadi eutrofikasi maupun tidak karena Microcystis sp. hidup pada kondisi perairan yang tercemar berat beberapa penelitian selalu menyebutkan bahwaMicrocystissp. mampu hidup pada kondisi suhu 36 (Iri, 2020). Microcystis sp. adalah sejenis blue-green algae (Cyanobacteria) yang biasa tumbuh di permukaan air. Pada kondisi blooming, Microcystis dapat menghasilkan racun yang disebut microcystin yang terutama dikeluarkan ke air pada saat sel tersebut mati dan pecah. Microcystis sp. mempunyai sifat toksik tinggi baik terhadap tumbuhan maupun hewan sampai dapat menyebabkan kematian. Microcystis terdiri dari sel-sel kecil (diameternya hanya beberapa mikron) yang tidak memiliki selaput individual. Sel-sel tersebut biasanya tergabung menjadi koloni besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang yang awalnya berbentuk bulat, namun kemudian mulai kehilangan bentuk menjadi tak teratur. Warna protoplasnya adalah biru-hijau terang, tampak gelap atau coklat karena efek optik vesikel yang terisi oleh gas; karakteristik ini dapat digunakan untuk mengenali genus ini. Sedangkan perkembang biakannya secara asextual / vegetatif dengan cara membelah diri dengan membentuk akinete, endospore, nanocysta, exospora dan untuk filament dengan membentuk hormogon, hormospore (Syafira, 2018).
HABITAT
Microcystis sp. seringkali berkembang biak di perairan hangat, keruh, dan bergerak lambat yang tinggi nitrogen atau fosfor (perairan eutrofik.. Mereka membutuhkan intensitas cahaya yang cukup untuk melakukan fotosintesis, yang menghasilkan mekar.
Microcystis sp. dapat eksis sebagai sel tunggal atau dalam koloni besar yang mengandung banyak sel, dan kemampuan mereka untuk mengatur daya apung adalah kunci dominasi mereka terhadap perairan eutrofik Mereka umumnya ditemukan di air tawar, dan dapat menghasilkan neurotoksin dan hepatotoksin peptida, seperti MicrocystindanCyanopeptolin(Iri, 2020).
KEBERMANFAATAN
Peranan Microcystis sp. ini merugikan bagi manusia dari segi blooming. Blooming Cyanobacteria dapat menyebabkan oksigen dalam air berukuran dan menghalangi masuknya cahaya matahari. Microcystis sendiri dapat menjadi indikator kondisi perairan.
Bila terjadi Blooming, artinya perairan tersebut mengandung kadar anorganik yang tinggi seperti sulfat (Nur, 2020).
HASIL PENGAMATAN Alga
Actinastrumsp.
Perbesaran 10x
(Janina Kownacka)
TAKSONOMI
Kerajaan :Plantae Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Bangsa : Chlorococcales Suku : Scenedesmaceae Marga :Actinastrum Jenis :Actinastrumsp.Sumber :https://www.itis.gov/
DESKRIPSI MORFOLOGI
Actinastrum sp. ditemukan pada titik pantai lagoon, Ancol, Jakarta Utara. Metode yang digunakan yaitu horizontal. Actinastrum sp. membentuk koloni kecil yang berbentuk bintang terdiri dari empat sel. Sel-sel nya lebih panjang dan terlihat silindris memanjang.
Actinastrum sp. sebagian besar hidup berkoloni dan tidak mempunyai selubung lendir.
Setiap sel nya mengandung satu kloroplas yang memanjang.Actinastrumsp. tidak motil.
Actinastrum sp. adalah alga yang memiliki ciri, yaitu tubuhnya berbentuk seperti bintang, ada juga yang berbentuk seperti cerutu, dan selnya disusun memancar dalam koloni (Lukitasariet al., 2014).
HABITAT
Actinastrum sp. dilaporkan ditemukan di habitat perairan di seluruh dunia (kecuali di daerah beriklim Arktik dan sub-Arktik) yang penyebarannya luas. Hal ini ditemukan di fitoplankton di parit, rawa, kolam, danau, dan sungai yang lambat. Mereka sangat umum di kolam air tawar eutrofik, danau, dan sungai (Van Vuuren, S. J.,et al., 2006).
KEBERMANFAATAN
Actinastrum sp. melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Ini membantu menjaga kualitas air dan memberikan sumber oksigen bagi organisme akuatik lainnya. Actinastrum sp. adalah bagian dari jaringan makanan di perairan tawar. Organisme planktonik sepertiActinastrumsp. menjadi sumber makanan bagi hewan akuatik, termasuk zooplankton dan beberapa jenis ikan (Reynolds, 2016)
HASIL PENGAMATAN Alga
Dinoflagellatasp.
Perbesaran 10x
(Widiarti, R., & Adi, A. P. W., 2015)
TAKSONOMI
Kerajaan :Chromista Divisi : Dinophyta Kelas : Dinoflagellata Bangsa : Gonyaulacales Suku : Ceratiaceae Marga :Ceratium
Jenis :Dinoflagellatasp.
Sumber : https://www.catalogueoflife.org/
DESKRIPSI MORFOLOGI
Dinoflagellatasp. ditemukan di titik Pantai Indah, Ancol, Jakarta Utara. Metode sampling yang digunakan adalah dengan cara horizontal.Dinoflagellatasp. merupakan organisme uniseluler yang umumnya motil dan mempunyai kemampuan untuk bergerak.
Dinoflagellata sp. hidup secara soliter. Pada beberapa spesies, Dinoflagellata mempunyai sel berbentuk bulat dan berkumpul satu sama lain, tetapi bentuk fisik dari Dinoflagellatasp. yang terlihat pada mikroskop terlihat berbentuk oval.
Pada umumnya, Dinoflagellata sp. berukuran kecil, hidup tunggal, dan jarang membentuk rantai. Sama halnya dengan diatom, Dinoflagellata sp. berkembang biak melalui proses pembelahan (Nybakken dalam Florensia, 2016). Berdasarkan kebiasaan hidupnya dan lokasi flagelnya, Dinoflagellata sp. dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yakni Desmokontae dan Dinokontae. Pada Desmokontae, terdapat dua flagellata yang semuanya berlokasi pada ujung (anterior) sel. Sedangkan Dinokontae, kedua flagelnya mempunyai lokasi yang berbeda, ada flagella transversal (melintang) yang terdapat dalam alur (groove) yang mengitari pinggang sel, dan ada pula flagela longitudinal dalam alur membujur dan memanjang hingga keluar sel bagaikan ekor (Nontji dalam Florensia, 2016).
HABITAT
Dinoflagellatasp. ditemukan di titik Pantai Indah, Ancol, Jakarta Utara.Dinoflagellatasp.
termasuk organisme uniseluler yang membentuk komponen penting dari plankton dan memiliki peranan besar di perairan laut, air payau, dan air tawar. Mayoritas Dinoflagellata sp. adalah spesies planktonik dan bentik yang hidup bebas, tetapi Dinoflagellata sp. juga memiliki spesies yang dapat bersimbiosis dan parasit bagi ekosistem perairan. Kebanyakan Dinoflagellata sp. yang hidup bebas memiliki kemampuan fotosintesis karena ditemukan di zona eufotik. Sedangkan bagi Dinoflagellata sp. heterotrof dan tahap kista biasanya terjadi di bawah zona ini atau di sedimen air dangkal dengan tingkat cahaya yang lebih rendah (Sari S, N. I., 2023).
KEBERMANFAATAN
Dinoflagellata sp. memegang peranan penting sebagai produsen primer di perairan.
Dinoflagellatasp. merupakan pakan alami bagi ikan-ikan yang bernilai ekonomis (Seygita et al., 2015). Dinoflagellata (Dinophyceae) merupakan salah satu kelompok fitoplankton dan terdapat di seluruh perairan laut. Beberapa jenis Dinoflagellata dalam kondisi sangat berlimpah dan menghasilkan racun dapat berbahaya dan merusak ekosistem perairan.
Dalam keadaan blooming, Dinoflagellata epibentik dapat merugikan dan menyebabkan perubahan warna air laut menjadi merah, merah kecoklatan hijau atau kuning hijau, bahkan putih, dan peristiwa tersebut dapat disebut dengan istilah Harmful Algal Bloom (HAB) (Ruff dan Lewis dalam Nopriaet al., 2015).
HASIL PENGAMATAN Alga
Crucigeniasp.
Perbesaran 10x
(Handayani bintang,2015)
TAKSONOMI
Kerajaan :Plantae Divisi : Clorophyta Kelas : Trebouxiphyceae Bangsa : Incertae sedisSuku : Trebouxiphyceae incertae sedis
DESKRIPSI MORFOLOGI
Crucigeniasp. ditemukan di titik Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara. Metode sampling yang digunakan adalah dengan cara horizontal. Crucigenia sp. terdiri dari empat sel berbentuk segitiga, sel-selnya tersusun dalam formasi silang dan menempel erat di sepanjang dinding yang bersebelahan, seringkali menyisakan ruang kosong kecil, mencolok, persegi di tengahnya. PadaCrucigeniasp. tidak ada tahap motil yang terjadi.
Crucigenia sp. biasanya hidup berkoloni, tetapi pada mikroskop terlihat hidup secara soliter.
Crucigenia sp. memiliki sel-sel berbentuk tabung panjang yang membentuk trichome, mirip dengan sebagian besar cyanobacteria. Trichome ini dapat terlihat seperti untaian atau filamen yang panjang. Trichome-trichome dari Crucigenia sp. biasanya tersusun dalam bentuk gulungan spiral yang khas. Mereka dapat membentuk struktur spiral yang terlihat seperti pita berkerut.Trichome ini terdiri dari sel-sel individu yang mengandung pigmen fotosintesis, seperti klorofil, dalam dinding sel mereka. (Asai R, 2013)
HABITAT
Crucigenia sp. ditemukan di titik Pantai Carnaval, Ancol, Jakarta Utara. Crucigenia sp.
dapat ditemukan di berbagai habitat air tawar, seperti danau, sungai, kolam, rawa, dan bahkan di tanah yang lembab di sekitar habitat air (Ramsy agha, 2022).
KEBERMANFAATAN
Seperti cyanobacteria lainnya, Crucigenia sp. melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Ini dapat membantu meningkatkan kualitas air dan memberikan oksigen yang diperlukan oleh organisme akuatik. Cyanobacteria, termasuk beberapa spesies Crucigenia sp. yang mungkin memiliki kemampuan untuk mengambil logam berat dan senyawa berbahaya dari lingkungan air. Oleh karena itu, mereka dapat digunakan dalam proses bioremediasi untuk membersihkan air dari polutan (Rai,2016).
Abdurrachman, Okryreza., Meitiandari M., Luqman B. 2013. Pengikatan Karbon Dioksida Dengan Mikroalga ( Chlorella vulgaris, Chlamydomonas Sp.,SpirullinaSp.) Dalam Upaya Untuk Meningkatkan Kemurnian Biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2(4). Hal. 212-216.
Fauziah, S. M., & Laily, A. N. 2015. Identifikasi mikroalga dari divisi chlorophyta di waduk sumber air jaya dusun krebet Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang.
Bioedukasi: Jurnal Pendidikan Biologi, 8(1), 20-22.
Florensia, C. (2016). Struktur Komunitas Plankton Di Estuari Cipatireman Pantai Sindangkerta Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
García-Garibay M., L. Gómez-Ruiz, A.E. Cruz-Guerrero, E. Bárzana. (2014).Ensiklopedia Mikrobiologi Pangan:Single Cell Protein | The Algae. London : Academic Press.
Harmoko, H., Triyanti, M., & Aziz, L. 2018. Eksplorasi Mikroalga Di Sungai Mesat Kota Lubuklinggau.Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 13(2).
Iri, B., N., R. 27 Juni 2020. Microcystis adalah : morfologi atau ciri ciri, habitat, peranan, . FPIK Universitas Brawijaya. Microcytis Adalah: Morfologi atau Ciri-Ciri, Habitat, Peranan - Melek Perikanan. dicari pada 27 September 2023.
Jayalakshmi, Panangattu & John, Jose. (2020). A systematic account of Scenedesmaceae (Sphaeropleales) from Periyar River, Kerala. International Journal of Botany Studies.Vol. 5(6). Hal. 582-588.
Lukitasari, M., Purwati, E., & Pujiati, P. (2014). Analysis of Variety and Identification of Microscopic Algae in Rice Field Areas Manguharjo Madiun. InProceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning(Vol. 12, No. 1, pp. 754-760).
Marwazi, M. 2016.Analisis Kualitas Air Kolam Budidaya Ikan Air Tawar Balai Benih Ikan Batu Kumbung Menggunakan Bioindikator Alga Untuk Pengembangan Praktikum Botani Tingkat Rendah(Doctoral dissertation, Universitas Mataram).
Michael Guiry di Guiry, MD & Guiry, GM 10 Juli 2013. AlgaeBase . Publikasi elektronik seluruh dunia, Universitas Nasional Irlandia, Galway. http://www.algaebase.org ; dicari pada 26 September 2023.
Nur., J. (2020). Contoh Cyanobacteria dan Peranannya Dalam Kehidupan Manusia.
https://www.melekperikanan.com/2020/06/microcytis-adalah-ciri-ciri-habitat.htm l; dicari pada 27 September 2023.
Putri, D. S., Marianah, M., & Ihromi, S. (2019). Isolasi Mikroalga Laut Dari Pantai Mapak Pulau Lombok.Jurnal Agrotek Ummat,5(2), 91-96.
Rai, P. K., & Lee, S. S. (2016). "Bioremediation of wastewater by cyanobacteria: Removal of heavy metals and by-products." In Cyanobacteria (pp. 191-206). IntechOpen.
Reynolds, C. S. (2016). "The ecology of phytoplankton." Cambridge University Press.
Salim, Mohamad Agus. 2022. Mikroalga Dalam Riset Biologi. Bandung : Yayasan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Multiliterasi.
Sari S, N. I. (2023). Distribusi Dan Keanekaragaman Kista Dinoflagellata Berdasarkan Morfologi Dan Genetik Di Tiga Muara Sungai Bagian Selatan Perairan Sulawesi Selatan= Distribution and Diversity of Dinoflagellate Cysts Based on Morphology and Genetics in The Three Estuaries of the Southern Part, South Sulawesi Waters (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Seygita, V., Thamrin., dan Siregar, Y., 2015. Analisis Kelimpahan dinoflagellata bentik beracun di Perairan Teluk Bayur Sumatra Barat,Dinamika Lingkungan Indonesia,2 (2) pp. 38-45.
Syafira., H. (2018). Media pertumbuhan, intensitas cahaya dan lama penyinaran yang efektif untuk kultur Microcystis hasil isolasi dari waduk sutami di laboratorium.
Malang : Universitas Brawijaya.
Van Vuuren, S. J., et al. (2006). Easy Identification of the Most Common Freshwater Algae.
Widiarti, R., & Adi, A. P. W. (2015). Dinoflagellata bentik yang berpotensi toksik di rataan terumbu Pulau Pahawang Besar dan Pulau Kelagian Kecil, Lampung. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Tahunan XII. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia, Banda Aceh, 10-12.