• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

iii Hak Cipta pada Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang Penulis : 1. Muhammad Zainuri 2. Hermin Pancasakti 3. Sigit Febrianto 4. Hadi Endrawati 150.014 BAS

k

2017

Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt

Milik Negara

Tidak Diperdagangkan

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (3) mengamanatkan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Implementasi dari undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut yang dijabarkan melalui sejumlah peraturan pemerintan, memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, diantaranya adalah standar sarana dan prasarana. Guna peningkatan kualitas lulusan SMK maka salah satu sarana yang harus dipenuhi oleh Direktorat Pembinaan SMK adalah ketersediaan bahan ajar siswa khususnya bahan ajar Peminatan C1 SMK sebagai sumber belajar yang memuat materi dasar kejuruan.

Kurikulum yang digunakan di SMK baik kurikulum 2013 maupun kurikulum KTSP pada dasarnya adalah kurikulum berbasis kompetensi. Di dalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik serta rumusan proses pembelajaran dan penilaian yang diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Bahan ajar Siswa Peminatan C1 SMK ini dirancang dengan menggunakan proses pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang telah dirumuskan dan diukur dengan proses penilaian yang sesuai.

Sejalan dengan itu, kompetensi keterampilan yang diharapkan dari seorang lulusan SMK adalah kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Kompetensi itu dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning), dan penyelesaian masalah (problem solving based learning) yang mencakup proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Khusus untuk SMK ditambah dengan

(5)

v kemampuan mencipta. Bahan ajar ini merupakan penjabaran hal-hal yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan kurikulum yang digunakan, peserta didik diajak berani untuk mencari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Bahan ajar ini merupakan edisi ke-1. Oleh sebab itu Bahan Ajar ini perlu terus menerus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan.

Kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya sangat kami harapkan; sekaligus, akan terus memperkaya kualitas penyajian bahan ajar ini. Atas kontribusi itu, kami ucapkan terima kasih. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada kontributor naskah, editor isi, dan editor bahasa atas kerjasamanya. Mudah-mudahan, kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan menengah kejuruan dalam rangka mempersiapkan Generasi Emas seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).

Jakarta, Agustus 2017 Direktorat Pembinaan SMK

(6)

vi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I ... 1

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN LINGKUNGAN HIDUP ... 1

A. Keanekaragaman Hayati ... 1

B. Lingkungan Hidup ... 25

BAB II ... 45

PENELITIAN ILMIAH DAN KESELAMATAN KERJA ... 45

A. Penelitian Ilmiah ... 45 B. Keselamatan Kerja ... 54 BAB III ... 103 LIMBAH ... 103 A. Definisi ... 104 B. Karakteristik Limbah ... 104 C. Jenis-Jenis Limbah ... 105

D. Dampak Bagi Lingkungan ... 112

E. Penanganan Limbah ... 117 BAB IV ... 141 EKOSISTEM ... 141 A. Ekologi ... 142 B. Definisi Ekosistem ... 142 C. Komponen Ekosistem ... 144

D. Hubungan Antarkomponen Ekosistem ... 145

E. Aliran Energi yang Melintasi Ekosistem ... 146

F. Siklus Biokimia dalam Ekosistem ... 147

G. Tipe - Tipe Ekosistem ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 172

GLOSSARIUM ... 176

Indeks ... 181

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Garis Wallace ... 4

Gambar 1.2. Lamun, rumput laut dan mangrove ... 7

Gambar 1.3. Keanekaragaman ekosistem ... 8

Gambar 1.4. Keanekaragaman gen ikan pelangi ... 10

Gambar 1.5. Basa adenin, timin, guanin dan sitosin ... 11

Gambar 1.6. Ribosa dan deoksiribosa ... 11

Gambar 1.7. Rantai ulir ganda DNA (kiri) dan molekul penyusun nukleotida (kanan) ... 12

Gambar 1.8. DNA dan pengemasan dalam kromosom ... 13

Gambar 1.9. keanekaragaman jenis mangrove ... 15

Gambar 1.10. Kawasan Blok Bedul ... 16

Gambar 1.11. Jenis-jenis ikan kerapu di Indonesia... 18

Gambar 1.12. Perbedaan antara K-selected dan r-selected ... 18

Gambar 1.13. Paus Bowhead dan jenis lain ... 20

Gambar 1.14. Ikan salmon ... 22

Gambar 1.15. Ikan sebagai sumber protein hewan ... 23

Gambar 1.16. Kain tenun ... 23

Gambar 1.17. Rumah terbuat dari kayu ... 23

Gambar 1.18. Budidaya ikan ... 24

Gambar 1.19. Tanaman cangkok ... 24

Gambar 1.20. Temulawak dan mengkudu ... 25

Gambar 2.1. Penelitian lapangan dan skala laboratorium ... 46

Gambar 2. 2. Simbol bahan kimia ... 77

Gambar 2. 3. Koloni Haemophilus influenza ... 83

Gambar 2. 4. Bakteri Bacillus, Vibrio dan Staphylococcus saat diamati dengan mikroskop perbesaran 1000x ... 83

Gambar 3.1. Limbah domestik ... 106

Gambar 3.2. Limbah pabrik ... 106

Gambar 3.3. Limbah pertanian ... 107

Gambar 3.4. Limbah pertambangan ... 108

Gambar 3.5. Limbah pariwisata ... 109

(8)

viii

Gambar 3.7. Dampak limbah bagi ikan ... 112

Gambar 3.8. Kecelakaan kilang minyak di teluk meksiko ... 114

Gambar 3.9. Biota yang terkena limbah minyak ... 115

Gambar 3.10. Instalasi Pembungan Air Limbah (IPAL) di kawasan pabrik tahu ... 117

Gambar 3.11. Pengelolaan limbah sistem filter ... 118

Gambar 3.12. Bak pengendap pada pengelolaan limbah ... 118

Gambar 3.13.Trickling Filter ... 120

Gambar 3.14. Metode Activated Sludge ... 120

Gambar 3.15. Metode Water Treatment ... 121

Gambar 3.16. Tertiary Treatment ... 122

Gambar 3.17. Pengolahan Limbah Lumpur ... 123

Gambar 3.18. Penimbunan Limbah ... 123

Gambar 3.19. Skema Sistem Insinerasi ... 124

Gambar 3.20. Hasil pengolahan limbah menjadi kompos ... 125

Gambar 3.21. Hasil daur ulang limbah menjadi produk baru ... 126

Gambar 3.22. Emisi gas cerobong dari hasil kegiatan industri ... 126

Gambar 3.23. Landfill limbah B3 ... 130

Gambar 3.24. Alat Insinerasi dan mekanisme kerjanya ... 136

Gambar 4.1. Contoh Ekosistem ... 143

Gambar 4.2 Rantai makanan di laut ... 146

Gambar 4.3. Siklus air ... 147

Gambar 4.4. Siklus fosfor ... 148

Gambar 4.5. Siklus karbon ... 148

Gambar 4.6. Siklus nitrogen ... 149

Gambar 4.7. Contoh ekosistem estuari ... 151

Gambar 4.8. Contoh ekosistem pantai ... 153

Gambar 4.9. Ekosistem Pantai Berbatu ... 154

Gambar 4.10. Ekosistem pantai berlumpur ... 154

Gambar 4.11. Ekosistem Sungai ... 155

Gambar 4.12. Zona aliran deras ... 155

Gambar 4.13. Zona aliran tenang ... 156

Gambar 4.14. Coral Triangle ... 157

Gambar 4.15. Contoh ekosistem terumbu karang ... 158

(9)

ix

Gambar 4.17. Ekosistem Padang Lamun ... 160

Gambar 4.18. Biota disekitar padang lamun ... 161

Gambar 4.19. Hutan hujan tropis ... 162

Gambar 4.20. Hutan gugur ... 163

Gambar 4.21. Ekosistem tundra ... 164

Gambar 4.22. Ekosistem taiga ... 165

Gambar 4.23. Ekosistem padang rumput ... 166

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbedaan antara DNA-A, DNA-B dan DNA-Z ... 12 Tabel 2.1 Alat keselamatan kerja dan kegunaannya alat-alat ... 57 Tabel 2.2 Peralatan dasar peralatan pelindung diri yang harus ada di sebuah kapal untuk

menjamin keselamatan para pekerja ... 60 Tabel 2.3. Daftar persyaratan kualitas air minum ... 88 Tabel 2.3. Daftar persyaratan kualitas air bersih... 91

(11)

1

BAB I

KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN LINGKUNGAN HIDUP

Keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup akan lebih mudah jika dipelajari dengan menggunakan Peta Konsep berikut ini.

A.

Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat didefinisikan sebagai keragaman diantara makhluk hidup, dari berbagai sumber termasuk daratan, lautan dan ekosistem perairan lainnya serta kompleksitas ekologis dimana mereka merupakan bagiannya. Di Indonesia sendiri, pengertian keanekaragaman hayati tertera pada UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya dimana dinyatakan bahwa unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari Sumber daya Alam Nabati (tumbuhan) dan Sumber daya Alam Hewani (satwa) bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman yang ada di antara makhluk hidup yang ada di semua wilayah yaitu daratan, lautan, dan perairan atau akuatik, serta

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup yang ada di dunia. Selanjutnya kalian diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis keanekaragaman hayati, lingkungan hidup dan peran serta dalam menjaga keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup di dunia ini.

Keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup

Manfaat Komponen Penyusun Tingkat keanekaragaman Tingka t ekosist Tingka t gen Tingka t jenis Biotik Abioti k r- Selecte d K- Selecte d

(12)

2 komplek-komplek ekologi yang termasuk dari keanekaragamannya, meliputi keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem (UU Nomor 5 Tahun 1994). Keanekaragaman hayati yang terdapat di suatu wilayah bermacam-macam. Keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk kelestarian hidup organisme dan berlangsungnya daur materi (aliran energi). Walaupun begitu, tetap kuantitas dan kualitas keanearagaman hayati di suatu wilayah dapat menurun atau bahkan dapat menghilang. Keanekaragaman hayati dapat kita jaga kelestariannya serta dapat disembuhkan kembali. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah variasi organisme hidup yang mempunyai tiga pembagian tingkat, yaitu gen, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman hayati spesies hidupnya unik di suatu habitat yang khusus atau makanan yang disantapnya sangat khas. Sebagai contoh, komodo di pulau Komodo, Flores, Rinca, Gili Motang dan Panda di China hanya memakan daun bambu, dan Koala di Australia hanya memakan daun kayu putih. Keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini merupakan hasil dari evolusi alam sepanjang 3,5 miliar tahun. Para ahli memperkirakan bahwa ledakan keanekaragaman hayati dimulai sekitar 540 juta tahun yang lalu pada periode waktu Fanerozokium. Sebelumnya atau sekitar 600 tahun yang lalu kehidupan dibumi hanya terdiri dari archaea, bakteri, protozoa, dan makhluk bersel tunggal.

Banyak kajian dan laporan tentang potensi kekayaan laut hayati dan non-hayati Indonesia yang telah dipublikasikan mencakup:

1. Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota yang berasosiasi dengan ekosistim terumbu karang.

2. Laut Indonesia dan selat-selatnya merupakan alur transportasi Internasional yang ramai, menghubungkan antara Benua Asia, pantai Barat Amerika dan Benua Eropa. 3. Tiga lempeng tektonik (lempeng Eurasia; Indo-Australia dan Lempeng Pasifik),

bertemu di wilayah Indonesia. Pertemuan lempeng tektonik tersebut memicu terjadinya gunung api, serta gempa bumi. Secara bersamaan, keadaan ini merupakan prasyarat pembentukan sumber daya mineral, minyak bumi dan gas di darat maupun laut.

4. Arus laut dari Samudera Pasifik melewati Kepulauan Indonesia menuju Samudera Hindia. Karakteristik oseanografi khas Indonesia merupakan indikator muncul dan lenyapnya El-nino dan La-nina, yang mempengaruhi perubahan iklim global, dan

(13)

3 berdampak pada kemarau panjang, banjir, gagal panen, kebakaran hutan serta naik turunnya produksi perikanan.

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah disamping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta spesies endemik.

1. Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi

Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim dijumpai satu atau dua jenis pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan iklim sedang. Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.

2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas

Tumbuhan di Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The Geography of Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok flora malenesia. Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh spesies tumbuhan di bumi. Hutan hujan tropik di malenesia didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae, yaitu

(14)

pohon-4 pohon yang menghasilkan biji bersayap. Biasanya Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae adalah keruing (dipterocarus spp.), meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu kapur (Dyrobalanops aromatica).

3. Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihanny

Ketika Alfred Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia menemukan perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Ketika ia mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan perbedaan hewan di kedua daerah tersebut. Di Bali, terdapat banyak hewan yang mirip dengan hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan di Lombok hewan-hewannya mirip dengan Australia. Oleh sebab itu, Alfred Russel Wallace membuat garis pemisah yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke Utara melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan. Garis ini disebut Garis Wallace.

Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Timur).

Sumber: http://mawasangka-bagea.blogspot.co.id/

(15)

5 Ciri-ciri fauna di daerah bagian barat Indonesia (Oriental) Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan, adalah sebagai berikut.

a) Spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.

b) Berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya akan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis-jenis primata, yaitu bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan.

c) Hewan endemik, seperti:

1) Badak bercula satu di Ujung Kulon

2) Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil 3) Monyet Presbytis thomasi

4) Tarsius (Tarsius bancanus) 5) Kukang (Mycticebus coucang)

d) Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung-burung yang endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.

Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah:

a) Mamalia berukuran kecil b) Hewan berkantung

c) Tidak terdapat spesies kera

d) Jenis-jenis burung beragam warna

4. Memiliki banyak hewan dan tumbuhan langka

Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan langka. hewan langka misalnya:

a) Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) b) Harimau Jawa (Panthera tigris sondanicus) c) Macan Kumbang (Panthera pardus)

(16)

6 e) Tapir (Tapirus indicus)

f) Gajah Asia (Elephas maximus) g) Bekantan (Nasalis larvatus) h) Komodo (Varanus komodoensis) Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:

a) Sawo kecik (Manilkara kauki) b) Winong (Tertrameles nudiflora) c) Sanca hijau (Pterospermum javanicum) d) Gandaria (Bouea marcophylla)

e) Matoa (Pometis pinnata)

f) Sukun berbiji (Artocarpus communis)

5. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik

Di Indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan yang hanya ada di Indonesia. Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya. Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii (terdapat di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. Ciliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).

a. Tingkatan Keanekaragaman

Berdasarkan variasinya keanekaragaman hayati dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yakni keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman gen.

1. Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman eksositem dapat terjadi apabila terdapat suatu interaksi antara komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (mahluk tak hidup).Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Perbedaan letak geografis suatu

(17)

7 kawasan dapat menyebabkan perbedaan iklim. Perebdaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, inensitas cahaya matahari dan faktor-faktor abiotik lainnya. Perbedaan ini tentu akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora dan fauna yang hidup didalamnya. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora dan fauna yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem. Perbedaan ini telah nyata terbukti di Indonesia, dimana di Indonesia ekosistemnya dibatasi oleh garis Wallace dan Webber yang membagi Indonesia dalam tiga ekosistem yang berbeda. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia memiliki keunikan jika dibandingkan dengan negara lain, yaitu areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya.

a b

c

Sumber : http://www.seagrasswatch.org/ (a), http://www.bppp-tegal.com/ (b), dan

https://lifeinsidenature.wordpress.com/ (c)

Gambar 1.2. Lamun, rumput laut dan mangrove

Komponen-komponen yang mendukung suatu ekosistem adalah :

➢ Komponen Nonhayati (abiotik) merupakan komponen mati yang mendukung komponen biotik. Komponen abiotik merupakan media berkembang bagi komponen biotik dan dapat menjadi faktor pembatas bagi suatu organisme.

(18)

8 ➢ Komponen Hayati (biotik) meliputi semua makhluk hidup yang berdasarkan

fungsinya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni produsen, konsumen, dan pengurai.

Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut. Di bumi sendiri terdapat tiga ekosistem yang sangat mendominasi yakni ekosistem darat (gurun, padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra); ekosistem air tawar (danau dan sungai) dan ekosistem air laut (laut dan pantai).

Sumber : Campbell et al, 2005

Gambar 1.3. Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman ekosistem terbentuk dari keanekaragaman gen dan jenis, sehingga dapat digambarkan menjadi suatu urutan berikut ini:

Genkeanekaragaman gen  keanekaragaman jeniskeanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman ekosistem yang terdapat di Indonesia tidak hanya sebatas pada satu jenis ekosistem saja. Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dilihat dari berbagai ekosistem yang ada seperti ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savana dan lain-lain. Salah satu contoh kekayaan eksosistem Indonesia yang terkenal adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang di Indonesia memiliki keanaragaman hayati yang tinggi khususnya di wilayah bagian timur Indonesia (Bali, Flores, Banda, dan Sulawesi) terdapat juga di kawasan perairan Sumatera dan Jawa. Tipe terumbu karang yang dominan di Indonesia adalah tipe terumbu karang tepi banyak ditemui disepanjang pesisir Sulawesi, Maluku, Barat, Timur Papua, Madura, Bali, dan sejumlah pulau-pulau kecil lain di luar pesisir

(19)

9 Barat dan Timur Sumatera. Namun Indonesia juga menompang tipe-tipe terumbu karang lain yang bervairasi yakni :

1) Terumbu karang penghalang yang terdapat di sepanjang tepi Paparan Sunda, bagian Timur Kalimantan, dan sekitar Kepulauan Togean.

2) Tipe patch reefs yang paling baik terdapat di Kepulauan Seribu

3) Atol, di Indonesia terdapat di daerah Taka Bone Rate di Laut Flores yang merupakan atol terbesar ketiga di dunia.

Di alam bebas terumbu karang dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu perairan 21°– 29° C. Jika suhu melampau batas tersebut karang masih dapat tumbuh namun pertumbuhannya akan sangat lambat serta rawan terkena risiko coral bleaching. Hal ini dapat menjelaskan mengapa terumbu karang banyak ditemukan di kawasan tropis seperti Indonesia dan Kepulauan Karibia serta kawasan perairan sub tropis yang dilewati oleh aliran arus hangat (warm current) dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang. Selain suhu yang sesuai, banyak terumbu karang ditemukan di perairan dangkal dan bersih agar sinar matahari dapat tembus kedalam perairan yang akan digunakan oleh zooxanthelle untuk proses fotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman lebih dari 90 m.

2. Keanekaragaman gen

Keanekaragaman gen merupakan variasi dalam individu sejenis yang disebabkan oleh perbedaan genetis atau pembawa sifat yang terdapat di kromosom. Perbedaan ini dapat terjadi akibat dari bentuk penyesuaikan diri dengan lingkungan baru, hasil dari mutasi genetik ataupun perkawinan silang. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies), misalnya :

➢ Variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor

➢ Variasi jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan sebagainya

➢ Variasi jenis anjing : anjing bulldog, doberman, herder, anjing kampung, dan sebagainya

Variasi jenis bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina Allium ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang putih), Allium

(20)

10 Sumber : http://lipi.go.id/

Gambar 1.4. Keanekaragaman gen ikan pelangi

Gen mengandung materi genetik makhluk hidup. Materi genetik tersebut terdiri dari asam deoksiribonukleat. Asam deoksiribonukleat atau dikenal sebagai DNA merupakan cetak biru atau materi pewarisan dari manusia dan hampir semua makhluk hidup. Hampir setiap sel dalam organisme memiliki DNA yang sama. DNA merupakan bahan penyusun gen dan makromolekul beruntai ganda berbentuk heliks yang berfungsi sebagai pewarisan sifat yang menyimpan beragam materi genetik. Penelitian DNA pertama dilakukan oleh Friedrich Miescher pada tahun 1869. Beliau mengisolasi suatu materi yang dinamainya nuclein karena berasal dari nukleus sel darah putih. Nuclein bersifat asam sehingga disebut sebagi asam nukleat. Asam nukleat memiliki dua jenis yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA).

Tiap molekul DNA terdiri atas dua rantai panjang yang masing-masing tersusun dari empat jenis penyusun kimiawi yang disebut nukleotida. Masing-masing nukleotida terdiri atas tiga bagian, yaitu molekul organik yang disebut basa nitrogen, pentosa (gula berkarbon lima), dan gugus fosfat. Basa nitrogen ada dua yaitu basa purin dan pirimidin. Basa purin meliputi adenin dan guanin, sedangkan basa pirimidin meliputi timin dan sitosin. Dengan demikian, informasi genetik dalam DNA disandi oleh kode empat basa yaitu Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G) dan Timin (T).

Basa A berpasangan dengan T dan dihubungkan oleh dua ikatan hidrogen. Basa G berpasangan dengan C yang dihubungkan oleh tiga ikatan hidrogen. Basa A berpasangan dengan T sedangkan basa C berpasangan dengan G. Setiap basa melekat pada molekul gula deoksiribosa dan molekul fosfat. Basa, gula, dan fosfat menjadi unsur penyusun nukleotida. Nukleotida berbentuk ulir ganda yang disebut double helix (Gambar 1.3.). Struktur ulir ganda terdiri dari pasangan basa membentuk anak tangga sedangkan gula dan molekul fosfat membentuk tangkai pegangan tangga. Basa pada RNA mempunyai

(21)

11 struktur gula yang berbeda dengan DNA dimana pada RNA gula deoksiribosa akan digantikan oeh gula ribosa.

Watson dan Crick sebagai penemu model DNA yang dikenal sebagai DNA heliks B berdasarkan pola difraksi sinar-x dari rantai DNA, memberikan informasi tentang sifat heliks ganda yang dirata-ratakan berdasarkan penyusunnya. Meskipun demikian, hasil studi difraksi sinar-x pada DNA terdehidrasi menunjukkan bentuk DNA yang berbeda disebut A-DNA. Bentuk tersebut muncul saat kelembaban relatif kurang dari 75%. Struktur DNA-A, adalah heliks ganda tangan kanan yang terdiri dari untaian antiparalel. Heliks A lebih lebar dan lebih pendek dari heliks B, dan pasangan basa lebih miring terhadap poros heliks. Bentuk Heliks A tidak terbatas pada DNA dalam kondisi dehidrasi. Daerah rangkap ganda RNA dan beberapa pasangan RNA-DNA juga mempunyai bentuk heliks ganda yang sangat mirip dengan DNA A. Posisi kelompok ribosa 2'-hidroksil mencegah RNA membentuk struktur heliks Watson-Crick B karena adanya hambatan sterik.

Gambar 1.5. Basa adenin, timin, guanin dan sitosin

(22)

12 Alexander Rich dan rekan-rekannya menemukan jenis heliks DNA ketiga pada saat mereka menyelesaikan struktur dCGCGCG. Mereka menemukan heksanukleotida ini membentuk dupleks untaian antiparalel yang disatukan oleh pasangan dasar Watson-Crick, yang mengejutkan, adalah bahwa heliks ganda mempunyai arah yang berlawanan dengan sifat belok kanan striktur DNA A dan B. Fosfat pada struktur tulang belakang DNA zigzag; Oleh karena itu, mereka menyebut bentuk baru ini sebagai struktur DNA-Z. Bentuk DNA-Z diadopsi oleh oligonukleotida pendek yang memiliki urutan pirimidin bolak-balik dan purin. Konsentrasi garam yang tinggi akan meminimalkan tolakan elektrostatik antara tulang punggung fosfat, yang lebih dekat satu sama lain pada DNA-A dan DNA-B. Dalam kondisi umum, kebanyakan DNA berada dalam bentuk B. Meskipun peran biologis Z-DNA masih dalam penelitian, keberadaannya secara grafis menunjukkan bahwa DNA adalah molekul dinamis yang bersifat fleksibel. Perbedaan antara DNA-A, DNA-B dan DNA-Z dirangkum dalam Tabel.

Gambar 1.7. Rantai ulir ganda DNA (kiri) dan molekul penyusun nukleotida (kanan)

Tabel 1.1 Perbedaan antara DNA-A, DNA-B dan DNA-Z

No Karakter DNA-B DNA-B DNA-Z

1 Rantai Antiparalel Antiparalel Antiparalel

2 Jenis helix Belok Kanan Belok Kanan Belok Kiri

3 Bentuk keseluruhan Panjang dan

sempit Pendek dan lebar

Elongasi dan sempit

4 Jumlah basa per kelokan 10 11 12

5 Jarak antar basa yang berdekatan 0.34 nm 0.23 nm 0.38 nm

(23)

13

No Karakter DNA-B DNA-B DNA-Z

7 Diameter heliks 2.0 nm 2.3 nm 1.8 nm

8 Kemiringan 10 200 90

Materi genetik eukariot tersusun atas kromosom yang berisi DNA dikemas dengan kompak melalui ikatan pada histon dan membentuk kromatin. Panjang genom organisme dan kesetaraannya dengan satuan ukuran yang biasa kita gunakan telah diteliti oleh Dickerson dkk sesuai perhitungan dibawah ini :

1 bp ≈ 0.33 nm 1 kb ≈ 0.33 µm 1 Mb ≈ 0.33 mm

1 Gb ≈ 0.33 m

Genome sekuen manusia terdiri atas :

- Ukuran Total : 2,858,160,000 bp - Gen penyandi Protein : sekitar 20,500

- Protein penyandi exons : sekitar 220,000; meliputi 1.2% genom - Elemen Transposable : sekitar 45% genom

- Sekuen Tandem repetitive : beberapa % - Heterokromatin : beberapa % - Tidak diketahui : setengah - Conserved : sekitar 5%

(24)

14 3. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis dapat terjadi apabila terdapat variasi spesies (jenis) yang biasanya membentuk populasi dalam suatu kawasan ekosistem. Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Keragaman jenis dapat dicontohkan sebagai berikut:

a) Famili Fellidae : kucing, harimau, singa

b) Famili Palmae : kelapa, aren, palem, siwalan, lontar

c) Famili Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang kapri

d) Familia graminae : rumput teki, padi, jagung

e) Genus Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan (Ipomoea crassicaulis)

f) Genus Ficus : pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon Preh (Ficus ribes)

Salah satu contoh yang banyak terdapat di Indonesia adalah keanekaragaman jenis mangrove di blok bedul yang memiliki konsentrasi mangrove terbesar di Jawa. Kawasan hutan mangrove Blok Bedul terletak di sebelah selatan Kabupaten Banyuwangi dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Kawasan hutan mangrove Blok Bedul merupakan ekosistem mangrove terbesar dan terlengkap di pulau Jawa. Terdapat 21 dari 27 jenis mangrove di kawasan ini dan jumlah spesies mangrove sejati yang ditemukan sebanyak 14 jenis yakni Acrosticum aureum, Bruguiera cylindrical, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agaliocha, Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris. Hasil identifikasi terdapat spesies mangrove yang dikatagorikan langka secara global namun merupakan jenis umum setempat yaitu Ceriops decandra dan Scyphiphora hydrophyllacea. dalam penelitiannya menemukan jenis mangrove yang dijumpai pada blok Bedul ini ada lima jenis yaitu Rhizopora apiculata Blume, Rhizopora mucronata Lam, Ceriops tagal C.B Rob, Excoecaria agaliocha L dan, Acrosticum aureum L.

(25)

15 Rhizopora apiculata (a) Rhizopora mucronata (b)

Avicennis marina (c) Sonneratia alba (d)

Sumber : https://es.wikipedia.org/ (a), http://www.naturalmedicinefacts.info/ (b), https://alchetron.com/ (c), dan http://picssr.com/ (d)

Gambar 1.9. keanekaragaman jenis mangrove

Kelima spesies tersebut termasuk dalam famili Rhizoporaceae (Rhizopora apiculata Blume, Rhizopora mucronata Lam, Ceriops tagal C.B rOB), dan Pteridaceae (Acrosticum aureum L.). Ceriops tagal mempunyai persebaran yang luas karena habitat yang mendukung kehidupannya juga lebih luas. Kerapatan mangrove pada tingkat semai 587 individu/ha, pada tingkat pancang 927 individu/ha, pada tingkat pohon 1.507 individu/ha sehingga total kerapatan mangrove adalah 3.021 individu/ha. Sedangkan berdasarkan hasil inventarisasi oleh Balai TNAP tahun 1999, kerapatan total mangrove di Bedul adalah 8.398 individu/ha yang terdiri dari kerapatan tingkat semai 517 individu/ha, tingkat pancang 6.400 individu/ha, dan tingkat pohon 1.481 individu/ha. Vegetasi yang cukup dominan dari Ceriops tagal menunjukkan bahwa jenis tersebut memiliki toleransi yang lebih luas terhadap perubahan faktor lingkungan dibandingkan jenis-jenis lainnya. Kawasan Blok Bedul juga menjadi habitat aneka satwa seperti monyet, biawak, burung bangau, elang, dan blibis. Beberapa potensi lain yang dimiliki oleh kawasan hutan

(26)

16 mangrove blok bedul adalah pantai laut lepas Samudra Hindia, penangkaran penyu pantai Ngagelan.

Mangrove adalah jenis tanaman yang hidup dan tumbuh di sekitar pasang surut pantai. Jadi, pertumbuhan pohon jenis ini sangat bergantung dari pasang surut air laut. Banyak masyarakat yang sebenarnya salah mengartikan sebutan pohon bakau untuk mangrove, karena istilah bakau sendiri adalah salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Sedangkan istilah mangrove ditujukan untuk segala tanaman tropis yang memiliki karakteristik dapat hidup dan tumbuh di daerah pinggiran pantai. Tumbuhan mangrove ini cukup unik karena kemampuannya hidup di antara daratan dan lautan. Pada kondisi yang sesuai, mangrove akan membentuk kawasan hutan yang produktif dan ekstensif.

Beberapa manfaat yang sangat berguna yang bisa didapatkan jika kita melakukan teknik budidaya dan pemeliharaan yang baik, kita dapat memanfaatkan pohon mangrove untuk kepentingan rumah tangga dan industri.

Sumber : http://indoturs.com/

Gambar 1.10. Kawasan Blok Bedul

Cara budidaya mangrove dilakukan dengan tahap awal mengumpulkan buah mangrove untuk dijadikan bibit tanaman mangrove. Bibit mangrove berasal dari tumbuhan mangrove yang ada di lokasi setempat untuk memastikan kondisi tanahnya yang sesuai. Dapat juga menanam buahnya, tetapi kemungkinan berhasil sekitar 20-30% saja, atau bisa juga dengan cara menyemaikan bibitnya dengan kemungkinan 60-80%. Untuk memperoleh bibit yang baik, pengumpulan buah mangrove dapat dilakukan pada bulan September hingga Maret. Cara menanam atau menyemai dengan baik, harus memperhatikan beberapa hal. Pemilihan tempat sangat penting untuk diperhatikan, seperti tanah yang lapang dan datar, dan pastikan terendam air saat pasang, sehingga tidak memerlukan penyiraman.

(27)

17 Selain pemilihan tempat, pembuatan bedeng persemaian juga harus diperhatikan, bedeng diberi naungan ringan bisa dari daun nipah dan sejenisnya, kemudian media bedengan berasal dari tanah lumpur di sekitarnya, dibuat dengan ukuran 1×5 meter atau 1×10 meter dengan ketinggian berkisar 1 meter. Untuk melakukan pembibitan dan penanaman, pertama-tama dibuat lubang pada plastik atau botol mineral sebelum diisi tanah, agar air yang berlebihan dapat keluar. Kemudian, buah dapat disemaikan langsung ke dalam kantong plastik atau botol air mineral yang sudah berisi tanah. Untuk buah bakau, lebih baik terlebih dahulu menyimpan di tempat yang teduh dan ditutupi karung basah selama 5-7 hari untuk menghindari batang bibit.

Ada beberapa faktor lingkungan yang berperan penting untuk menentukan pertumbuhan pohon mangrove ini, diantaranya adalah fisiografi pantai, pasang surut, gelombang dan arus, iklim (cahaya, curah hujan, suhu, angin), tanah, oksigen terlarut, salinitas, dan hara. Untuk memelihara dan menjaga pohon mangrove ini dapat dilakukan dengan membuat penyangga pada batang tumbuhan mangrove baru dengan menggunakan batang dari kayu atau bambu yang kemudian ditalikan pada batang tanaman dan ditancapkan pada sekitar tanaman mangrove itu tumbuh. Cara lain adalah dengan melakukan pengawasan rutin karena kemungkinan akan hadirnya pihak-pihak lain yang bisa merusak kawasan ekosistem pohon mangrove.

Indonesia kaya akan berbagai jenis ikan. Komoditas ikan bernilai ekonomi tinggi yang menjadi primadona untuk diekspor adalah ikan kerapu dan ikan napoleon. Indonesia merupakan pengekspor kerapu hidup terbesar di dunia dengan tujuan utama ke Hongkong, Malaysia, dan Singapura. Produksi kerapu Indonesia pada tahun 2015 mencapai Rp 1,37 triliun. Ikan kerapu umumnya dipelihara di keramba jaring apung yang ditempatkan di laut. Budidaya kerapu sebagian besar terdapat di Sumatera, Maluku, dan Papua. Harga ikan kerapu hidup tanpa cacat mencapai Rp 1,2 juta per kg di pasar Hongkong, sehingga mendorong masyarakat berburu kerapu di alam untuk dipelihara ataupun langsung dijual. Permasalahannya, untuk mendapatkan kerapu hidup tersebut menggunakan obat bius sianida. Padahal, penggunaan sianida dapat merusak terumbu karang yang menjadi habitat dan tempat reproduksi ikan kerapu sendiri. Penangkapan kerapu alam makin menjadi-jadi dan berkembang menjadi hal yang membahayakan karena belum semua jenis kerapu bisa dibudidayakan. Species kerapu seperti kerapu sunu merah dan totol biru merupakan sebagian jenis kerapu yang hanya bisa berkembang biak di alam bebas. Apakah kamu mengetahui dan dapat membedakan jenis ikan kerapu dari alam dan dari budidaya?

(28)

18 Sumber: KKP, 2016

Gambar 1.11. Jenis-jenis ikan kerapu di Indonesia

b. K-Selected dan r-Selected

Keanekaragaman hayati juga dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar menurut life history strategies tiap individu yakni K-selected dan r-selected. K-selected dan r-selected merupakan strategi hidup suatu spesies dengan menggabungkan aspek-aspek bagaimana organisme tersebut bereproduksi, strategi untuk dapat bertahan hidup serta bagaimana organisme tersebut berinteraksi dan bersaing dengan organisme lain dalam ekosistemnya. Penggunaan K dan r merupakan persamaan matematis yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan suatu populasi sedangkan penggunaan istilah selected mengacu pada ciri-ciri yang digunakan oleh organisme untuk mengoptimalkan laju pertumbuhan populasi maupun mengoptimalkan daya dukung.

Sumber : www.biologyexams4u.com/

(29)

19 1. K-selected

Spesies yang termasuk dalam kelompok ini merupakan spesies yang berevolusi pada kondisi lingkungan yang stabil dan terprediksi. Spesies ini berfokus pada kelangsungan hidup individu genetik yang sama (kualitas keturunan), sehingga umumnya pertumbuhan populasinya tidak melebihi daya dukung lingkungan mereka. Dengan kata lain spesies pada kelompok ini berfokus terhadap kualitas keturunan yang mereka hasilkan. Salah satu ciri khas dari spesies K-selected adalah induk akan merawat bayinya setelah lahir hingga akhirnya dapat bertahan hidup sendiri kelak dan masa kehamilan yang panjang. Mamalia laut merupakan salah satu contoh dari spesies yang termasuk dalam kelompok K-selected. Mereka menjadikan laut (dan perairan lainnya) sebagai tempat hidup dan mencari makan.

Menurut para ahli, semua mamalia laut berasal dari darat tetapi telah berevolusi agar dapat beradaptasi dengan lingkungan lautan, salah satu contohnya adalah pada spesies Paus. Paus purba berevolusi pada pertengahan tempo Eocene, kira-kira 50 juta tahun yang lalu. Salah satu paus terawal yang telah punah adalah Basilosaurus yang mempunyai kepala kecil bermoncong menonjol dan bergigi. Basilosaurus mempunyai panjang 25 meter. Fosil menunjukkan bahwa paus berasal dari hewan daratan berkuku, mungkin dari hewan seperti Mesonychid (serigala yang tinggal di pesisir pantai) yang berangsur-angsur kembali tinggal di laut sekitar 50 juta tahun yang lalu. Satu lagi kemungkinan hewan lain yang berubah menjadi paus, adalah Ambulocetus, mamalia berukuran anjing laut, sepanjang 3 meter seberat 325 kilogram. Dalam kebanyakan paus, kematangan reproduksi terjadi akhir, biasanya pada 7 sampai 10 tahun. Paus berkembang biak musiman, biasanya di perairan tropis yang hangat dan betina biasanya memiliki satu anak setiap 1-3 tahun. Masa kehamilan berkisar 9-18 bulan.

Paus Bowhead (Balaena mysticetus) adalah salah satu dari 76 spesies dari bangsa paus, dan mamalia laut. Paus Bowhead adalah salah satu mamalia laut hidup dengan usia terpanjang didunia, dapat mencapai usia hingga 200 tahun. Sama halnya dengan yang lain paus ini hidupnya juga berkelompok. Paus ini hidupnya tidak suka bergerombol, dalam kelompoknya biasanya terdiri dari tiga ekor saja.

Ikan paus adalah hewan mamalia, ia juga berkembang biak dengan cara melahirkan (vivipar) sama dengan kebanyakan mamalia lainnya. Perkembangbiakan secara seksual terjadi antara paus jantan dan betina. Paus betina akan hamil, lalu melahirkan anak. Perkembangbiakan paus tidak sama dengan perkembangbiakan ikan hiu karena mereka

(30)

20 bertelur dan merupakan salah satu ikan (pisces). Paus memiliki cara berkembangbiak yang sama dengan lumba-lumba.

Pada umumnya mencapai umur dewasa sekitar 6-12 tahun. Masa kehamilan paus bowhead berkisar 3-6 tahun dan berlangsung selama musim dingin. Ketika bayi paus lahir, secara naluriah dia akan berenang kepermukaan, dengan bantuan sirip induknya. Setelah 30 menit dari kelahiranya, bayi paus sudah dapat berenang, dan memiliki berat sekitar 1 ton, serta panjang mencapai 4-6 meter. Paus mencapai masa pubertas ketika telah berumur 6 tahun.

Ibu paus hanya akan memiliki satu bayi dan kemudian merawatnya selama setahun penuh, ini berarti tingkat reproduksi paus sangat kecil. Namun, paus muda cenderung memiliki kesempatan yang sangat bagus untuk bertahan hidup hingga dewasa. Fakta bahwa satu-satunya predator untuk paus adalah manusia. Umumnya paus ramah di alam, namun ketika musim kawin sang jantan akan bersaing untuk memperebutkan betinanya. Kematian akibat perkelahian ini sangat jarang terjadi. Tujuan perkelahian ini hanyalah untuk menentukan siapa yang lebih kuat. Paus betina sangat reseptif terhadap jantan selama musim kawin. Mereka menyukai suara yang dihasilkan oleh paus jantan. Namun, setelah paus jantan kawin dengan betina, paus jantan cenderung pergi. Betina juga bersedia untuk kawin lagi dan lagi dengan jantan yang berbeda.

Sumber: http://philippines.liketimes.me/

Sumber: http://philippines.liketimes.me/

(31)

21 Semua paus melahirkan anaknya. Anak paus dilahirkan dengan sirip mereka muncul pertama. Masa kehamilan ikan paus berkisar antara 10 sampai 16 bulan, itu akan tergantung pada jenis spesies ikan paus. Ukuran bayi paus akan tergantung pada spesies dan ukuran ibu. Sebuah pedoman umum adalah bahwa anak ikan paus akan menjadi sekitar seperempat dari panjang ibu. Pada beberapa keturunan yang lebih besar seperti paus biru akan lebih besar saat lahir dari paus lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa paus dapat memiliki rentang hidup antara 40 sampai 100 tahun.

2. r-selected

Spesies r-selected hidup di bawah kondisi yang tidak stabil dan tak terduga, yang mengarah ke strategi berfokus pada produksi individu genetik yang sama (kuantitas keturunan). Kelinci, misalnya, menunjukkan perkembangan seksual yang pesat, tingkat kesuburan tinggi, kematian bayi yang tinggi, jarak antar kelahiran yang rendah, hidup singkat, ukuran umumnya kecil, careless parential, kurang kohesi kelompok, dan persaingan kurang untuk sumber daya karena secara historis, mereka berevolusi dalam kondisi tidak stabil. Populasi makhluk hidup dengan strategi hidup r atau r-selected disebut juga dengan populasi oportunistik (opportunistic population) karena kemungkinan besar akan ditemukan dalam lingkungan yang bervariasi, dimana kepadatan populasi berubah-ubah, atau dalam habitat terbuka di mana individu kemungkinan besar menghadapi sedikit persaingan. Dengan kata lain spesies yang termasuk dalam kelompok ini lebih fokus terhadap kuantitas keturunan yang dapat mereka hasilkan. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang tidak stabil. Salah satu contoh spesies akuatik yang termasuk dalam kelompok r-selected adalah ikan salmon.

Siklus hidup ikan salmon bermula di perairan tawar (sungai), disini telur-telur ikan salmon menetas (biasanya pada bulan November). Tingkat kematian ikan salmon pada tahap ini sangat besar. Dari total jumlah telur yang dibuahi, lebih kurang setengahnya yang berhasil menetas. Ikan salmon yang baru menetas ini dinamakan “Alevin” yang hidup di antara tumpukan kerikil di dasar sungai dengan memakan plankton. Setelah persediaan makanan habis, alevin akan keluar dari kerikil dasar sungai (bulan Mei/Juni), pada tahap ini ikan salmon dinamakan “Fry”. Fry kemudian tumbuh dan berkembang menjadi “Smolt” yang kemudian bergerak ke muara sungai menuju ke lautan lepas. Tahun pertama hidup di lautan merupakan tahap kritis ikan salmon menghadapi pemangsanya. Ikan salmon akan kembali lagi ketempat dimana mereka menetas untuk melakukan proses reproduksi. Ikan salmon yang hidup berkoloni (berkumpul dalam jumlah yang sangat

(32)

22 banyak) dengan ikan salmon lainnya untuk bermigrasi kembali ke perairan tawar yaitu sungai. Sesampainya di hulu sungai (atau tempatnya ditetaskan), dalam keadaan lelah ikan salmon akan menggali tanah di dasar sungai membuat lobang (25-30 cm) untuk sarang dengan menggunakan ekornya. Di lobang itulah ikan salmon betina mengeluarkan telur 3.000-8.000 butir dan kemudian dibuahi oleh sperma ikan salmon jantan. Kedua ikan salmon akan tinggal beberapa hari disekitar sarang tersebut hingga akhirnya mati kehabisan energi.

Sumber : http://www.gisymbol.com/

Gambar 1.14. Ikan salmon c. Manfaat Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati yang terdapat di dunia merupakan suatu berkah bagi penghuninya. Hal ini karena selain memberikan keberagaman spesies, juga memberikan banyak manfaat positif dan saling menguntungkan satu sama lain. Dalam hal ini manusia banyak diuntungkan karena bisa menjadi sumber pangan, sumber sandang, sumber papan, sumber pendapatan, sumber keilmuan sumber obat-obatan, dan masih banyak lagi.

1. Sumber pangan merupakan hal yang paling banyak dibutuhkan sebab akan menompang keberlangsungan hidup manusia. Manusia memerlukan sumber pangan baik dari hewan maupun tumbuhan agar dapat bertahan hidup. Beberapa jenis sumber pangan yang banyak digunakan oleh manusia antara lain :

a) Bahan makanan yang berfungsi sebagai makanan pokok, seperti padi, jagung, gandum, sagu, umbi, singkong, dan talas.

b) Bahan makanan yang berfungsi sebagai lauk-pauk, seperti ikan, ayam, sapi, kambing, dan udang.

c) Bahan makanan yang berfungsi sebagai sayuran, seperti bayam, kangkung, kubis, sawi, tomat, wortel, buncis, kacang panjang, dan jagung.

(33)

23 d) Bahan makanan berfungsi sebagai buah-buahan, seperti mangga, apel, durian,

rambutan, pepaya, pisang, alpokat, nenas, stroberi, kelengkeng, dan lain sebagainya.

Sumber : www.manfaat.co.id/

Gambar 1.15. Ikan sebagai sumber protein hewan

2. Sumber sandang merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. banyak pakaian yang kita gunakan sehari-hari berasal dari hewan ataupun tumbuhan yang sudah diolah sedemikian rupa seperti kapas, ulat sutera, bulu binatang, dan lain-lain.

Sumber : https://destinasilomboktengah.wordpress.com/

Gambar 1.16. Kain tenun

3. Sumber papan juga merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk dapat hidup. Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok yang digunakan sebagai tempat tinggal. Banyak bahan-bahan yang digunakan untuk membangun rumah berasal dari kayu, batu, pasir, semen, dan bahan-bahan alami lainnya.

Sumber : https://www.satujam.com/

(34)

24 4. Sumber pendapatan. Saat ini banyak orang yang telah memanfaatkan

keanekaragaman hayati untuk dikembangkan dan dijadikan sebagai jenis usaha baru. Beberapa diantaranya adalah bertani, berdagang, beternak (memelihara ayam petelur, sapi perah), usaha budidaya ikan baik tawar maupun laut, dan sebagainya. Tanaman juga banyak dimanfaatkan sebagai jenis usaha baru seperti perkebunan kelapa sawit, tanaman hias, buah-buahan, tanaman perkebunan, seni ukir pada beberapa jenis kayu, teh kemasan, dan lain-lain.

Sumber : www.bibitikan.net/

Gambar 1.18. Budidaya ikan

5. Sumber Keilmuan. Dengan tingginya tingkat keanekaragaman hayati di Indonesia tentu menguntungkan semakin menambah pengetahuan mengenai keanekaragaman hayati. Salah satu contohnya yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah usaha pengembiakan secara vegetatif buatan seperti mencangkok, menempel, menyambung, merunduk, dan stek.

Sumber : www.pupusdaun.wordpress.com/

(35)

25 6. Sumber bahan obat-obatan. Beberapa hewan dan tumbuhan yang terdapat di alam

pasti mempunyai banyak manfaat bagi manusia. Tidak hanya sebagai bahan konsumsi tetapi juga banyak yang dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Beberapa contoh diantaranya adalah :

a) Buah mengkudu (pace) diketahui berkhasiat untuk mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit lainnya.

b) Remujung dan tempuyung diketahui berkhasiat untuk menghancurkan batu ginjal.

c) Temulawak dapat ntuk obat sakit kepala dan masuk angin, obat sakit maag dan obat sembelit.

d) Seledri bisa dipakai sebagai Obat Asam Urat.

e) Belimbing dapat mejadi obat kolestrol tinggi dan penurun darah tinggi. f) Daun sirih untuk obat gatal-gatal.

g) Bekicot sebagai sumber protein.

h) Cacing tanah berkhasiat untuk mengobati penyakit tipus.

Sumber : http://makassar.tribunnews.com/ (kiri) dan http://www.sarankesehatan.com/ (kanan)

Gambar 1.20. Temulawak dan mengkudu

B.

Lingkungan Hidup

Keanekaragaman yang terdapat di alam bebas baik keanekaragaman darat, air tawar maupun laut secara alami akan membetuk suatu kesatuan yang disebut dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup yang saling mempengaruhi satu sama lain termasuk manusia. Hal yang harus dipahami betul dalam konsep lingkungan hidup adalah hubungan antar mahkluk, benda, daya, dan keadaannya harus memiliki suatu keseimbangan agar terhindar dari dampak-dampak negatif yang mungkin dapat terjadi seperti bencana alam. Salah satu contoh nyata adanya interaksi dalam lingkungan hidup

(36)

26 adalah hubungan antara manusia dengan terumbu karang. Manusia membutuhkan eksistensi terumbu karang yang sehat agar dapat menghasilkan ikan-ikan yang sehat dan berkualitas dan sebaliknya terumbu karang membutuhkan campur tangan manusia untuk menunjang eksistensinya di alam bebas.

Untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan diperlukan suatu kebijakan dan penetapan program-program pengelolaan lingkungan hidup demi kesejahteraan masyarakat banyak. Dalam melaksanakan atau merealisasikan program-program tersebut maka perlu dilakukan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan program tersebut. Kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan tuntutan reformasi di bidang lingkungan hidup, antara lain:

a) Penegakan hukum lingkungan secara konsekuen dan penyelesaian kasus-kasus lingkungan secara cepat, mudah, dan tuntas,

b) Pembentukan kerja sama antardaerah perbatasan dalam penanganan masalah pengelolaan lingkungan hidup dengan pola kemitraan antara masyarakat, organisasi sosial (LSM), dunia usaha, dan pemerintah,

c) Pemberian insentif dan disinsentif,

d) Menggalang kemitraan antara masyarakat, LSM, dunia usaha, dan pemerintah dengan membuka kran komunikasi seluas-luasnya melalui sapta peran,

e) Dalam mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum, perlu dilaksanakan pembangunan yang berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang,

f) Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan maka dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu dilaksanakan upaya pencegahan, pengawasan, pengendalian, dan pemulihan kerusakan lingkungan hidup tanpa meninggalkan konsep Segitiga Pembangunan Berkelanjutan yaitu ekologi, sosial, dan pembangunan.

g) Dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu terus ditumbuhkembangkan peran dan partisipasi aktif masyarakat mulai dari perencanaan sampai pengawasan pengelolaan lingkungan hidup.

Melindungi lingkungan hidup dari kerusakan akibat berbagai upaya aktivitas pembangunan perlu adanya upaya pengelolaan lingkungan hidup. Upaya pengelolaan

(37)

27 lingkungan hidup dapat dilaksanakan melalui kegiatan tujuh Program Pokok dan enam Program Penunjang. Program pokok pengelolaan lingkungan hidup adalah: (1). Program inventarisasi dan evaluasi sumber daya alam dan lingkungan hidup. (2). Program penyelamatan hutan, tanah, dan air. (3). Program rehabilitasi lahan kritis. (4). Program pembinaan dan pengelolaan lingkungan hidup. (5). Program pengendalian pencemaran lingkungan. (6). Program pembinaan daerah pantai. (7). Program pengembangan sumber daya manusia.

Adapun program penunjang dalam pengelolaan lingkungan hidup adalah: (1) Program penelitian dan pengembangan lingkungan hidup. (2) Program pembinaan perambah hutan. (3) Program pengembangan informasi lingkungan hidup. (4) Program pembinaan dan pengembangan partisipasi generasi muda dan wanita. (5) Program pembinaan dan pengembangan organisasi lingkungan hidup. (6) Program penerapan dan pengembangan hukum lingkungan (Bapedalda Jawa Tengah, 1999:8). Untuk melaksanakan atau merealisasikan program-program tersebut perlu dilakukan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan program tersebut. Kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan tuntutan reformasi di bidang lingkungan hidup, antara lain: a) Penegakan hukum lingkungan secara konsekuen dan penyelesaian kasus-kasus lingkungan secara cepat, mudah, dan tuntas. b) Pembentukan kerja sama antardaerah dalam penanganan masalah pengelolaan lingkungan hidup dengan pola kemitraan antara masyarakat, organisasi sosial (LSM), dunia usaha, dan pemerintah. c) Pemberian insentif dan disinsentif. d) Menggalang kemitraan antara masyarakat, LSM, dunia usaha, dan pemerintah dengan membuka kran komunikasi seluas-luasnya melalui sapta peran. e) Dalam mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum, perlu dilaksanakan pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan kebutuhan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. f) Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan maka dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu dilaksanakan upaya pencegahan, pengawasan, pengendalian, dan pemulihan kerusakan lingkungan hidup tanpa meninggalkan konsep Segitiga Pembangunan Berkelanjutan yaitu ekologi, sosial, dan pembangunan. g) Dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu terus ditumbuhkembangkan peran dan partisipasi aktif masyarakat mulai dari perencanaan sampai pengawasan pengelolaan lingkungan hidup.

(38)

28 Upaya yang dapat dilakukan dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan Lingkungan Alam tujuannya adalah meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dengan prioritas pada upaya konservasi, rehabilitasi, dan preservasi sumber daya alam (air, tanah, dan hutan) dengan sasaran areal hutan lindung, lahan kritis, dan sumber air permukaan maupun air tanah. Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan di atas meliputi: (1) penanganan penurunan kualitas lahan bekas pertambangan rakyat; (2) penyelamatan hutan, tanah, dan air; (3) pemantapan data dasar kawasan lindung, peningkatan pengelolaan kawasan lindung dengan meningkatkan peran serta masyarakat; (4) sosialisasi Perda kawasan lindung; (5) kegiatan konservasi, rehabilitasi, dan preservasi tanah, air, dan lahan; (6) peningkatan pemantauan penggunaan air permukaan maupun air bawah tanah, baik untuk keperluan industri maupun jasa lainnya.

b. Pengelolaan Lingkungan Buatan, tujuannya adalah meningkatkan pengelolaan kawasan Lingkungan yang menjadi ruang bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat sehingga tidak menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, terutama pada lingkungan perkotaan, lingkungan perumahan, dan lahan-lahan budidaya. Kegiatannya meliputi: penanganan penurunan kualitas lahan lingkungan perkotaan dan lingkungan perumahan dan lahan-lahan budidaya.

c. Pengelolaan Lingkungan Sosial, tujuannya adalah memadukan dan mensinergikan dimensi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan dalam kegiatan pembangunan, dengan sasaran keterpaduan daya dukung lingkungan alam, daya tampung lingkungan buatan dan daya dukung lingkungan sosial. Kegiatannya meliputi: (1) peningkatan kemitraan pengelolaan lingkungan; (2) peningkatan kesadaran masyarakat; (3) mediasi penyelesaian masalah.

d. Pengendalian Pencemaran Lingkungan, tujuannya adalah peningkatan pengendalian pencemaran lingkungan baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama pencemaran udara, limbah padat, limbah cair, dan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3). Kegiatannya meliputi: (1) monitoring dan pengendalian kualitas udara, perairan, pembuangan limbah cair, padat dan bahan beracun dan berbahaya (B3); (2) meningkatkan penanganan kasus-kasus pencemaran.

(39)

29 e. Pengembangan Sistem Informasi Lingkungan, tujuan pembangunan ini adalah

tersedianya data lingkungan yang mudah diakses oleh masyarakat, swasta, dunia usaha, dan Dinas/Instansi. Kegiatan program ini berupa pemgembangan sistem informasi lingkungan yang relevan dengan kebutuhan.

f. Penegakan Hukum Lingkungan, tujuannya adalah meningkatkan pengaturan pengelolaan lingkungan hidup, pemberian sanksi yang tegas atas perusak lingkungan Iewat penegakan hukum lingkungan serta sosialisasi atas peraturan-peraturan yang ada. Kegiatannya meliputi: (1) pembuatan peraturan-peraturan-peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan yang relevan dengan kebutuhan; (2) upaya penindakan secara hukum terhadap perusak lingkungan dan memberdayakan aparat.

1. Peraturan Perundangan tentang Lingkungan Hidup a. Kebijakan dan Peraturan Perundangan

Kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha atau kegiatan aparatur pemerintah dan masyarakat, dalam rangka mencapai kelancaran dan peterpaduan dalam upaya mencapai tujuan. Kebijakan dapat dibedakan sebagai kebijakan internal dan eksternal, tertulis dan tidak tertulis, sedang lingkup kebijakan adalah lingkup nasional dan lingkup daerah. Masing-masing lingkup kebijakan berdasarkan kewenangan dan luasan cakupan adalah, kebijakan nasional, kebijakan umum, kebijakan pelaksana, dan kebijakan teknis. Kebijakan internal atau manajerial adalah kebijakan yang hanya mempunyai kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintahan sendiri. Kebijakan eksternal adalah kebijakan yang mengikat masyarakat atau kebijakan publik. Dalam menyusun kebijakan hendaknya diperhatikan beberapa hal yaitu:

➢ Berpedoman pada kebijakan yang lebih tinggi ➢ Konsisten dengan kebijakan lain yang berlaku ➢ Berorientasi pada kepentingan umum

➢ Jelas, tepat dan tidak menimbulkan kekaburan arti dan maksud ➢ Dirumuskan secara tertulis.

1) Kebijakan Nasional

Kebijakan Nasional merupakan kebijakan negara yang bersifat fundamental dan strategis dalam pencapaian tujuan Nasional/Negara, sebagaimana tertera dalam Pembukaan UUD 1945. Adapun wewenang penetapan kebijakan nasional berada pada

(40)

30 MPR maupun Presiden bersama-sama dengan DPR. Kebijakan nasional di bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan. Bentuk kebijakan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundangan berdasarkan UUD khususnya pasal 33 ayat 3, Undang - Undang Lingkungan Hidup No. 23 tahun 1997 pengganti UU No. 4 tahun 1982, Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Salah satu contoh kebijakan Nasional untuk menjaga lingkungan laut adalah larangan penggunaan Cantrang. Cantrang adalah salah satu jenis Alat Penangkapan Ikan (API) yang masuk dalam kelompok pukat tarik berkapal (boat or vessel seines). Sejumlah nelayan khususnya yang berada di sekitar Jawa Tengah mengenal istilah cantrang atau dogol atau pukat dogol sebagai pukat kantong yang dioperasikan di dasar perairan, terutama untuk menangkap ikan-ikan demersal dan hewan-hewan dasar lainnya. Cantrang biasanya disamakan dengan demersial danish seine yang dipakai nelayan di dunia barat. Pukat dogol atau cantrang sendiri berbeda dengan pukat harimau (trawl), karena cantrang tidak ditarik kecuali sepanjang tali utamanya saja. Larangan Penggunaan API Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia mulai diberlakukan sejak 2015, berdasarkan pertimbangan kelangsungan ekosistem laut Indonesia (Permen Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015). Dampak negatif dari penggunaan cantrang sebagai alat tangkap ikan adalah :

➢ Hasil tangkapan cantrang tidak selektif dengan komposisi hasil tangkapan yang menangkap semua ukuran ikan, udang, kepiting, serta biota lainnya. Biota-biota yang belum matang gonad dan memijah yang ikut tertangkap tidak dapat berkembang biak menghasilkan individu baru. Kondisi ini menyebabkan deplesi stok atau pengurangan stok sumber daya ikan, hasil tangkapan akan semakin berkurang.

➢ Biota yang dibuang akan mengacaukan data perikanan karena tidak tercatat sebagai hasil produksi perikanan. Analisis stok sumber daya perikanan pun menjadi kurang akurat sehingga menyebabkan tidak sesuainya kebijakan pengelolaan dan kenyataan kondisi sumber daya perikanan.

➢ Pengoperasian cantrang yang mengeruk dasar perairan dalam dan pesisir tanpa terkecuali merusak terumbu karang dan lokasi pemijahan biota laut. Meskipun Cantrang menghindari Terumbu Karang, tetapi kelompok-kelompok kecil karang hidup yang berada di dasar perairan akan ikut tersapu.

(41)

31 ➢ Sumber daya ikan di perairan laut Indonesia akan mengalami degradasi akibat

padatnya aktivitas penangkapan dari berbagai daerah termasuk penggunaan alat tangkap cantrang. Fishing ground (lokasi penangkapan) nelayan akan ikut berpindah dan menjauh, serta biaya operasional penangkapan semakin tinggi.

(a) Kebijakan Umum

Kebijakan umum merupakan kebijakan Presiden yang lingkupnya menyeluruh dan bersifat nasional, yaitu ketentuan-ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD 1945, ketetapan MPR dan undang-undang untuk mencapai tujuan nasional atau Negara. Kebijakan umum tertulis dalam bentuk peraturan dapat berupa peraturan Pemerintah (PP), Keppres atau Inpres.

(b) Kebijakan Pelaksana

Kebijakan pelaksanaan merupakan penjabaran dari kebijakan umum sebagai strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang tertentu. Wewenang penetapan kebijakan pelaksanaan berada pada Menteri /Pejabat lain setingkat Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND). Kebijakan pelaksanaan yang tertulis dalam bentuk peraturan perundangan dapat berupa Peraturan, Keputusan atau instruksi dari pejabat tersebut, contoh; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-03/MENLH/1/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2006 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Kegiatan Rumah Pemotongan Hewan.

(c) Kebijakan Teknis

Kebijakan teknis merupakan penjabaran dari kebijakan pelaksanaan yang memuat pengaturan teknis di bidang tertentu. Wewenang penetapan kebijakan teknis ini berada pada Menteri dan/atau Direktur Jenderal maupun pimpinan LPND. Bentuk kebijakan teknis dapat berupa keutusan, instruksi atau surat edaran dari pejabat tersebut., seperti; Kepmen PE No. 1256 K/008/M. PE/1996 (Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL Untuk Kegiatan Pertambangan Dan Energi), SK Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 (Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Menyusun AMDAL).

(42)

32 2) Kebijakan Lingkup Daerah

(a) Kebijakan Umum

Kebijakan umum pada lingkup daerah merupakan kebijakan Pemerintah Daerah sebagai pelaksanaan asas desentralisasi ataupun otonomi daerah dalam rangka usaha mengatur urusan rumah tangga daerah. Kebijakan ini memuat ketentuan yang bersifat menyeluruh dan strategis dalam lingkup daerah yang bersangkutan. Wewenang penetapan kebijakan umum di daerah tingkat provinsi berada pada Gubernur bersama DPRD provinsi, sedangkan pada daerah tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh bupati/walikota bersama dengan DPRD. Kebijakan umum pada tingkat daerah berbentuk peraturan daerah (Perda) untuk tiap-tiap tingkat pada daerah yang bersangkutan.

(b) Kebijakan Pelaksanaan

Kebijakan pelaksanaan pada lingkup daerah sesuai dengan pemerintahan di daerah. Dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi/ tugas pembantuan dan otonomi daerah bentuk kebijakannya berupa keputusan Kepala Daerah dan instruksi Kepala Daerah.

(c) Kebijakan Teknis

Kebijakan teknis pada lingkup daerah merupakan realisasi teknis kebijakan pelaksanaan. Kebijakan teknis dapat berupa kebijakan dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, asas tugas pembantuan. Kewenangan penetapan kebijakan departemen atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal, instruksi Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal pada tingkat provinsi.

b. Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup

Peraturan Perundangan Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Yang memberikan pengertian bahwa Lingkungan Hidup: Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pada PP LH No. 4 Tahun 1982 dinyatakan Lingkungan Hidup merupakan sistem yg meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non-hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Gambar

Gambar 1.1. Garis Wallace
Gambar 1.2. Lamun, rumput laut dan mangrove
Gambar 1.4. Keanekaragaman gen ikan pelangi
Gambar 1.5. Basa adenin, timin, guanin dan sitosin
+7

Referensi

Dokumen terkait