• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Hayati

Dalam dokumen Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt (Halaman 11-35)

Keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup akan lebih mudah jika dipelajari dengan menggunakan Peta Konsep berikut ini.

A. Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati dapat didefinisikan sebagai keragaman diantara makhluk hidup, dari berbagai sumber termasuk daratan, lautan dan ekosistem perairan lainnya serta kompleksitas ekologis dimana mereka merupakan bagiannya. Di Indonesia sendiri, pengertian keanekaragaman hayati tertera pada UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya dimana dinyatakan bahwa unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari Sumber daya Alam Nabati (tumbuhan) dan Sumber daya Alam Hewani (satwa) bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem. Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman yang ada di antara makhluk hidup yang ada di semua wilayah yaitu daratan, lautan, dan perairan atau akuatik, serta

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat mengetahui dan menjelaskan tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup yang ada di dunia. Selanjutnya kalian diharapkan mampu menjelaskan jenis-jenis keanekaragaman hayati, lingkungan hidup dan peran serta dalam menjaga keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup di dunia ini.

Keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup

Manfaat Komponen Penyusun Tingkat keanekaragaman Tingka t ekosist Tingka t gen Tingka t jenis Biotik Abioti k r- Selecte d K- Selecte d

2 komplek-komplek ekologi yang termasuk dari keanekaragamannya, meliputi keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem (UU Nomor 5 Tahun 1994). Keanekaragaman hayati yang terdapat di suatu wilayah bermacam-macam. Keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk kelestarian hidup organisme dan berlangsungnya daur materi (aliran energi). Walaupun begitu, tetap kuantitas dan kualitas keanearagaman hayati di suatu wilayah dapat menurun atau bahkan dapat menghilang. Keanekaragaman hayati dapat kita jaga kelestariannya serta dapat disembuhkan kembali. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah variasi organisme hidup yang mempunyai tiga pembagian tingkat, yaitu gen, spesies, dan ekosistem. Keanekaragaman hayati spesies hidupnya unik di suatu habitat yang khusus atau makanan yang disantapnya sangat khas. Sebagai contoh, komodo di pulau Komodo, Flores, Rinca, Gili Motang dan Panda di China hanya memakan daun bambu, dan Koala di Australia hanya memakan daun kayu putih. Keanekaragaman hayati yang terjadi saat ini merupakan hasil dari evolusi alam sepanjang 3,5 miliar tahun. Para ahli memperkirakan bahwa ledakan keanekaragaman hayati dimulai sekitar 540 juta tahun yang lalu pada periode waktu Fanerozokium. Sebelumnya atau sekitar 600 tahun yang lalu kehidupan dibumi hanya terdiri dari archaea, bakteri, protozoa, dan makhluk bersel tunggal.

Banyak kajian dan laporan tentang potensi kekayaan laut hayati dan non-hayati Indonesia yang telah dipublikasikan mencakup:

1. Lautan Indonesia merupakan wilayah Marine Mega-Biodiversity terbesar di dunia, memiliki 8.500 species ikan, 555 species rumput laut dan 950 species biota yang berasosiasi dengan ekosistim terumbu karang.

2. Laut Indonesia dan selat-selatnya merupakan alur transportasi Internasional yang ramai, menghubungkan antara Benua Asia, pantai Barat Amerika dan Benua Eropa. 3. Tiga lempeng tektonik (lempeng Eurasia; Indo-Australia dan Lempeng Pasifik),

bertemu di wilayah Indonesia. Pertemuan lempeng tektonik tersebut memicu terjadinya gunung api, serta gempa bumi. Secara bersamaan, keadaan ini merupakan prasyarat pembentukan sumber daya mineral, minyak bumi dan gas di darat maupun laut.

4. Arus laut dari Samudera Pasifik melewati Kepulauan Indonesia menuju Samudera Hindia. Karakteristik oseanografi khas Indonesia merupakan indikator muncul dan lenyapnya El-nino dan La-nina, yang mempengaruhi perubahan iklim global, dan

3 berdampak pada kemarau panjang, banjir, gagal panen, kebakaran hutan serta naik turunnya produksi perikanan.

Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah disamping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental, australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta spesies endemik.

1. Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi

Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman hayati yang tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim dijumpai satu atau dua jenis pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan iklim sedang. Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.

2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas

Tumbuhan di Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The Geography of Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok flora malenesia. Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh spesies tumbuhan di bumi. Hutan hujan tropik di malenesia didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae, yaitu

pohon-4 pohon yang menghasilkan biji bersayap. Biasanya Dipterocarpaceae merupakan tumbuhan tertinggi. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae adalah keruing (dipterocarus spp.), meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu kapur (Dyrobalanops aromatica).

3. Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihanny

Ketika Alfred Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia menemukan perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Ketika ia mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan perbedaan hewan di kedua daerah tersebut. Di Bali, terdapat banyak hewan yang mirip dengan hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan di Lombok hewan-hewannya mirip dengan Australia. Oleh sebab itu, Alfred Russel Wallace membuat garis pemisah yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke Utara melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan. Garis ini disebut Garis Wallace.

Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Timur).

Sumber: http://mawasangka-bagea.blogspot.co.id/

5 Ciri-ciri fauna di daerah bagian barat Indonesia (Oriental) Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan, adalah sebagai berikut.

a) Spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.

b) Berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya akan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis-jenis primata, yaitu bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan.

c) Hewan endemik, seperti:

1) Badak bercula satu di Ujung Kulon

2) Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil 3) Monyet Presbytis thomasi

4) Tarsius (Tarsius bancanus) 5) Kukang (Mycticebus coucang)

d) Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung-burung yang endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.

Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah:

a) Mamalia berukuran kecil b) Hewan berkantung

c) Tidak terdapat spesies kera

d) Jenis-jenis burung beragam warna

4. Memiliki banyak hewan dan tumbuhan langka

Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan langka. hewan langka misalnya:

a) Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) b) Harimau Jawa (Panthera tigris sondanicus) c) Macan Kumbang (Panthera pardus)

6 e) Tapir (Tapirus indicus)

f) Gajah Asia (Elephas maximus) g) Bekantan (Nasalis larvatus) h) Komodo (Varanus komodoensis) Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:

a) Sawo kecik (Manilkara kauki) b) Winong (Tertrameles nudiflora) c) Sanca hijau (Pterospermum javanicum) d) Gandaria (Bouea marcophylla)

e) Matoa (Pometis pinnata)

f) Sukun berbiji (Artocarpus communis)

5. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik

Di Indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan yang hanya ada di Indonesia. Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan sekitarnya. Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii (terdapat di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. Ciliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).

a. Tingkatan Keanekaragaman

Berdasarkan variasinya keanekaragaman hayati dapat dibedakan dalam tiga tingkatan yakni keanekaragaman ekosistem, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman gen.

1. Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman eksositem dapat terjadi apabila terdapat suatu interaksi antara komponen biotik (makhluk hidup) dan komponen abiotik (mahluk tak hidup).Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Perbedaan letak geografis suatu

7 kawasan dapat menyebabkan perbedaan iklim. Perebdaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, inensitas cahaya matahari dan faktor-faktor abiotik lainnya. Perbedaan ini tentu akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora dan fauna yang hidup didalamnya. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora dan fauna yang sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah keanekaragaman tingkat ekosistem. Perbedaan ini telah nyata terbukti di Indonesia, dimana di Indonesia ekosistemnya dibatasi oleh garis Wallace dan Webber yang membagi Indonesia dalam tiga ekosistem yang berbeda. Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, Indonesia memiliki keunikan jika dibandingkan dengan negara lain, yaitu areal tipe Indomalaya yang luas, juga tipe Oriental, Australia, dan peralihannya.

a b

c

Sumber : http://www.seagrasswatch.org/ (a), http://www.bppp-tegal.com/ (b), dan

https://lifeinsidenature.wordpress.com/ (c)

Gambar 1.2. Lamun, rumput laut dan mangrove

Komponen-komponen yang mendukung suatu ekosistem adalah :

➢ Komponen Nonhayati (abiotik) merupakan komponen mati yang mendukung komponen biotik. Komponen abiotik merupakan media berkembang bagi komponen biotik dan dapat menjadi faktor pembatas bagi suatu organisme.

8 ➢ Komponen Hayati (biotik) meliputi semua makhluk hidup yang berdasarkan

fungsinya dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni produsen, konsumen, dan pengurai.

Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut. Di bumi sendiri terdapat tiga ekosistem yang sangat mendominasi yakni ekosistem darat (gurun, padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra); ekosistem air tawar (danau dan sungai) dan ekosistem air laut (laut dan pantai).

Sumber : Campbell et al, 2005

Gambar 1.3. Keanekaragaman ekosistem

Keanekaragaman ekosistem terbentuk dari keanekaragaman gen dan jenis, sehingga dapat digambarkan menjadi suatu urutan berikut ini:

Genkeanekaragaman gen  keanekaragaman jeniskeanekaragaman ekosistem Keanekaragaman ekosistem yang terdapat di Indonesia tidak hanya sebatas pada satu jenis ekosistem saja. Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia dapat dilihat dari berbagai ekosistem yang ada seperti ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis, ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savana dan lain-lain. Salah satu contoh kekayaan eksosistem Indonesia yang terkenal adalah ekosistem terumbu karang. Terumbu karang di Indonesia memiliki keanaragaman hayati yang tinggi khususnya di wilayah bagian timur Indonesia (Bali, Flores, Banda, dan Sulawesi) terdapat juga di kawasan perairan Sumatera dan Jawa. Tipe terumbu karang yang dominan di Indonesia adalah tipe terumbu karang tepi banyak ditemui disepanjang pesisir Sulawesi, Maluku, Barat, Timur Papua, Madura, Bali, dan sejumlah pulau-pulau kecil lain di luar pesisir

9 Barat dan Timur Sumatera. Namun Indonesia juga menompang tipe-tipe terumbu karang lain yang bervairasi yakni :

1) Terumbu karang penghalang yang terdapat di sepanjang tepi Paparan Sunda, bagian Timur Kalimantan, dan sekitar Kepulauan Togean.

2) Tipe patch reefs yang paling baik terdapat di Kepulauan Seribu

3) Atol, di Indonesia terdapat di daerah Taka Bone Rate di Laut Flores yang merupakan atol terbesar ketiga di dunia.

Di alam bebas terumbu karang dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu perairan 21°– 29° C. Jika suhu melampau batas tersebut karang masih dapat tumbuh namun pertumbuhannya akan sangat lambat serta rawan terkena risiko coral bleaching. Hal ini dapat menjelaskan mengapa terumbu karang banyak ditemukan di kawasan tropis seperti Indonesia dan Kepulauan Karibia serta kawasan perairan sub tropis yang dilewati oleh aliran arus hangat (warm current) dari daerah tropis seperti Florida, Amerika Serikat dan bagian selatan Jepang. Selain suhu yang sesuai, banyak terumbu karang ditemukan di perairan dangkal dan bersih agar sinar matahari dapat tembus kedalam perairan yang akan digunakan oleh zooxanthelle untuk proses fotosintesis. Pertumbuhan karang pembentuk terumbu pada kedalaman 18 – 29 m sangat lambat tetapi masih ditemukan hingga kedalaman lebih dari 90 m.

2. Keanekaragaman gen

Keanekaragaman gen merupakan variasi dalam individu sejenis yang disebabkan oleh perbedaan genetis atau pembawa sifat yang terdapat di kromosom. Perbedaan ini dapat terjadi akibat dari bentuk penyesuaikan diri dengan lingkungan baru, hasil dari mutasi genetik ataupun perkawinan silang. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis (spesies), misalnya :

➢ Variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau, kelapa kopyor

➢ Variasi jenis padi : IR, PB, Rojolele, Sedani, Barito, Delangu, Bumiayu, dan sebagainya

➢ Variasi jenis anjing : anjing bulldog, doberman, herder, anjing kampung, dan sebagainya

Variasi jenis bunga mawar : Rosa gallica, Rosa damascene, Rosa canina Allium ascolicum (bawang merah), Allium sativum (bawang putih), Allium

10 Sumber : http://lipi.go.id/

Gambar 1.4. Keanekaragaman gen ikan pelangi

Gen mengandung materi genetik makhluk hidup. Materi genetik tersebut terdiri dari asam deoksiribonukleat. Asam deoksiribonukleat atau dikenal sebagai DNA merupakan cetak biru atau materi pewarisan dari manusia dan hampir semua makhluk hidup. Hampir setiap sel dalam organisme memiliki DNA yang sama. DNA merupakan bahan penyusun gen dan makromolekul beruntai ganda berbentuk heliks yang berfungsi sebagai pewarisan sifat yang menyimpan beragam materi genetik. Penelitian DNA pertama dilakukan oleh Friedrich Miescher pada tahun 1869. Beliau mengisolasi suatu materi yang dinamainya nuclein karena berasal dari nukleus sel darah putih. Nuclein bersifat asam sehingga disebut sebagi asam nukleat. Asam nukleat memiliki dua jenis yaitu asam deoksiribonukleat (DNA) dan asam ribonukleat (RNA).

Tiap molekul DNA terdiri atas dua rantai panjang yang masing-masing tersusun dari empat jenis penyusun kimiawi yang disebut nukleotida. Masing-masing nukleotida terdiri atas tiga bagian, yaitu molekul organik yang disebut basa nitrogen, pentosa (gula berkarbon lima), dan gugus fosfat. Basa nitrogen ada dua yaitu basa purin dan pirimidin. Basa purin meliputi adenin dan guanin, sedangkan basa pirimidin meliputi timin dan sitosin. Dengan demikian, informasi genetik dalam DNA disandi oleh kode empat basa yaitu Adenin (A), Sitosin (C), Guanin (G) dan Timin (T).

Basa A berpasangan dengan T dan dihubungkan oleh dua ikatan hidrogen. Basa G berpasangan dengan C yang dihubungkan oleh tiga ikatan hidrogen. Basa A berpasangan dengan T sedangkan basa C berpasangan dengan G. Setiap basa melekat pada molekul gula deoksiribosa dan molekul fosfat. Basa, gula, dan fosfat menjadi unsur penyusun nukleotida. Nukleotida berbentuk ulir ganda yang disebut double helix (Gambar 1.3.). Struktur ulir ganda terdiri dari pasangan basa membentuk anak tangga sedangkan gula dan molekul fosfat membentuk tangkai pegangan tangga. Basa pada RNA mempunyai

11 struktur gula yang berbeda dengan DNA dimana pada RNA gula deoksiribosa akan digantikan oeh gula ribosa.

Watson dan Crick sebagai penemu model DNA yang dikenal sebagai DNA heliks B berdasarkan pola difraksi sinar-x dari rantai DNA, memberikan informasi tentang sifat heliks ganda yang dirata-ratakan berdasarkan penyusunnya. Meskipun demikian, hasil studi difraksi sinar-x pada DNA terdehidrasi menunjukkan bentuk DNA yang berbeda disebut A-DNA. Bentuk tersebut muncul saat kelembaban relatif kurang dari 75%. Struktur DNA-A, adalah heliks ganda tangan kanan yang terdiri dari untaian antiparalel. Heliks A lebih lebar dan lebih pendek dari heliks B, dan pasangan basa lebih miring terhadap poros heliks. Bentuk Heliks A tidak terbatas pada DNA dalam kondisi dehidrasi. Daerah rangkap ganda RNA dan beberapa pasangan RNA-DNA juga mempunyai bentuk heliks ganda yang sangat mirip dengan DNA A. Posisi kelompok ribosa 2'-hidroksil mencegah RNA membentuk struktur heliks Watson-Crick B karena adanya hambatan sterik.

Gambar 1.5. Basa adenin, timin, guanin dan sitosin

12 Alexander Rich dan rekan-rekannya menemukan jenis heliks DNA ketiga pada saat mereka menyelesaikan struktur dCGCGCG. Mereka menemukan heksanukleotida ini membentuk dupleks untaian antiparalel yang disatukan oleh pasangan dasar Watson-Crick, yang mengejutkan, adalah bahwa heliks ganda mempunyai arah yang berlawanan dengan sifat belok kanan striktur DNA A dan B. Fosfat pada struktur tulang belakang DNA zigzag; Oleh karena itu, mereka menyebut bentuk baru ini sebagai struktur DNA-Z. Bentuk DNA-Z diadopsi oleh oligonukleotida pendek yang memiliki urutan pirimidin bolak-balik dan purin. Konsentrasi garam yang tinggi akan meminimalkan tolakan elektrostatik antara tulang punggung fosfat, yang lebih dekat satu sama lain pada DNA-A dan DNA-B. Dalam kondisi umum, kebanyakan DNA berada dalam bentuk B. Meskipun peran biologis Z-DNA masih dalam penelitian, keberadaannya secara grafis menunjukkan bahwa DNA adalah molekul dinamis yang bersifat fleksibel. Perbedaan antara DNA-A, DNA-B dan DNA-Z dirangkum dalam Tabel.

Gambar 1.7. Rantai ulir ganda DNA (kiri) dan molekul penyusun nukleotida (kanan)

Tabel 1.1 Perbedaan antara DNA-A, DNA-B dan DNA-Z

No Karakter DNA-B DNA-B DNA-Z

1 Rantai Antiparalel Antiparalel Antiparalel

2 Jenis helix Belok Kanan Belok Kanan Belok Kiri

3 Bentuk keseluruhan Panjang dan

sempit Pendek dan lebar

Elongasi dan sempit

4 Jumlah basa per kelokan 10 11 12

5 Jarak antar basa yang berdekatan 0.34 nm 0.23 nm 0.38 nm

13

No Karakter DNA-B DNA-B DNA-Z

7 Diameter heliks 2.0 nm 2.3 nm 1.8 nm

8 Kemiringan 10 200 90

Materi genetik eukariot tersusun atas kromosom yang berisi DNA dikemas dengan kompak melalui ikatan pada histon dan membentuk kromatin. Panjang genom organisme dan kesetaraannya dengan satuan ukuran yang biasa kita gunakan telah diteliti oleh Dickerson dkk sesuai perhitungan dibawah ini :

1 bp ≈ 0.33 nm 1 kb ≈ 0.33 µm 1 Mb ≈ 0.33 mm

1 Gb ≈ 0.33 m

Genome sekuen manusia terdiri atas :

- Ukuran Total : 2,858,160,000 bp - Gen penyandi Protein : sekitar 20,500

- Protein penyandi exons : sekitar 220,000; meliputi 1.2% genom - Elemen Transposable : sekitar 45% genom

- Sekuen Tandem repetitive : beberapa % - Heterokromatin : beberapa % - Tidak diketahui : setengah - Conserved : sekitar 5%

14 3. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis dapat terjadi apabila terdapat variasi spesies (jenis) yang biasanya membentuk populasi dalam suatu kawasan ekosistem. Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama atau familia yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Keragaman jenis dapat dicontohkan sebagai berikut:

a) Famili Fellidae : kucing, harimau, singa

b) Famili Palmae : kelapa, aren, palem, siwalan, lontar

c) Famili Papilionaceae : kacang tanah, kacang buncis, kacang panjang, kacang kapri

d) Familia graminae : rumput teki, padi, jagung

e) Genus Ipomoea : ketela rambat (Ipomoea batatas) dan kangkungan (Ipomoea crassicaulis)

f) Genus Ficus : pohon beringin (Ficus benjamina) dan pohon Preh (Ficus ribes)

Salah satu contoh yang banyak terdapat di Indonesia adalah keanekaragaman jenis mangrove di blok bedul yang memiliki konsentrasi mangrove terbesar di Jawa. Kawasan hutan mangrove Blok Bedul terletak di sebelah selatan Kabupaten Banyuwangi dan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Kawasan hutan mangrove Blok Bedul merupakan ekosistem mangrove terbesar dan terlengkap di pulau Jawa. Terdapat 21 dari 27 jenis mangrove di kawasan ini dan jumlah spesies mangrove sejati yang ditemukan sebanyak 14 jenis yakni Acrosticum aureum, Bruguiera cylindrical, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera sexangula, Ceriops decandra, Ceriops tagal, Excoecaria agaliocha, Rhizopora apiculata, Rhizopora mucronata, Scyphiphora hydrophyllacea, Sonneratia alba dan Sonneratia caseolaris. Hasil identifikasi terdapat spesies mangrove yang dikatagorikan langka secara global namun merupakan jenis umum setempat yaitu Ceriops decandra dan Scyphiphora hydrophyllacea. dalam penelitiannya menemukan jenis mangrove yang dijumpai pada blok Bedul ini ada lima jenis yaitu Rhizopora apiculata Blume, Rhizopora mucronata Lam, Ceriops tagal C.B Rob, Excoecaria agaliocha L dan, Acrosticum aureum L.

15 Rhizopora apiculata (a) Rhizopora mucronata (b)

Avicennis marina (c) Sonneratia alba (d)

Sumber : https://es.wikipedia.org/ (a), http://www.naturalmedicinefacts.info/ (b), https://alchetron.com/ (c), dan http://picssr.com/ (d)

Gambar 1.9. keanekaragaman jenis mangrove

Kelima spesies tersebut termasuk dalam famili Rhizoporaceae (Rhizopora apiculata Blume, Rhizopora mucronata Lam, Ceriops tagal C.B rOB), dan Pteridaceae (Acrosticum aureum L.). Ceriops tagal mempunyai persebaran yang luas karena habitat yang mendukung kehidupannya juga lebih luas. Kerapatan mangrove pada tingkat semai 587 individu/ha, pada tingkat pancang 927 individu/ha, pada tingkat pohon 1.507

Dalam dokumen Disusun dengan huruf Times New Roman, 11 pt (Halaman 11-35)

Dokumen terkait