2 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan refraksi merupakan gangguan pada mata yang paling umum. Hal ini terjadi apabila mata tidak mampu memfokuskan bayangan dengan jelas, sehingga penglihatan menjadi kabur, dimana kadang-kadang keadaan ini sangat berat sehingga menyebabkan gangguan pada penglihatan. Kelaianan refraksi terdiri dari rabun jauh, rabun dekat, dan astigmatisma. Kelainan refraksi dapat diatasi dengan memberikan alat tambahan yang dapat membantu mata memfokuskan sinar seperti kacamata dan lensa kontak.(3)
Kelainan refraksi pada anak merupakan suatu permasalahan yang harus segera ditanggulangi. Keterlambatan melakukan koreksi refraksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena 30% informasi diserap dengan melihat dan mendengar. Anak-anak yang mengalami kelainan refraksi sering tidak mengeluhkan gangguan penglihatan.
Mereka hanya menunjukkan gejala-gejala yang menandakan adanya gangguan penglihatan melalui perilaku mereka sehari-hari. Sebagai sosok yang dianggap paling dekat dengan anak, orangtua dituntut untuk memiliki kemampuan deteksi dini kelainan refraksi dan pencarian bantuan yang tepat. Dengan perilaku tersebut diharapkan koreksi refraksi dapat segera dilakukan untuk menghasilkan visus optimal.(4) Mata merupakan organ penglihatan yang diciptakan Tuhan dan
3
merupakan salah satu organ vital yang penting nilainya. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, sering kali kesehatan mata kurang diperhatikan sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan. Salah satu gangguan pengelihatan yang sering terjadi ialah kelainan refraksi.(1)
Data World Health Organization (WHO), ada lebih dari 285 juta penduduk
dunia mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta diantaranya mengalami kebutaan, 124 juta dengan low vision serta 153 juta mengalami gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak terkoreksi. Sebanyak 90 persen penyandang gangguan penglihatan dan kebutaan ini hidup di negara dengan pendapatan rendah, yang jika dibiarkan begitu saja tanpa ada tindakan apapun, maka jumlah penderita gangguan penglihatan dan kebutaan ini akan membengkak menjadi dua kali lipat pada tahun 2020.(2)
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Seseorang harus dapat menyerap, mengolah dan memahami informasi yang didapat dari penginderaanya. Sumber pengetahuan dapat berasal dari media informasi cetak, elektronik, penyuluhan atau seminar dan pengalaman baik pribadi maupun orang lain.(2)
Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang sangat tergantung pada kemampuannya mengakses sumber informasi dan kemampuan menyerap, mengolah dan memahami suatu informasi.
4
Pengetahuan sangat diperlukan untuk membentuk suatu sikap dan tindakan meskipun tindakan tidak selalu harus didasari pada pengetahuan. Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan memiliki ketahanan lebih lama daripada yang tidak didasari pengetahuan (misalnya dengan paksaan).
Sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku sehatnya. Perilaku yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan Pembangunan Kesehatan. Sikap dan perilaku orangtua disamping berpengaruh terhadap kesehatannya sendiri, juga berpengaruh terhadap anak-anaknya yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab sendiri terhadap kesehatannya. Sikap dan perilaku orangtua yang baik tentang kelainan refraksi, akan dapat mencegah gangguan penglihatan pada anak.(4)
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bagian dari upaya promotif dan preventif untuk mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada dan mencegah timbulnya penyakit serta membantu di dalam mengatasi masalah kesehatan yang harus diberikan secara berkesinambungan.(5) Pengetahuan orangtua yang baik sangat dibutuhkan untuk upaya pencegahan kelainan refraksi pada anak.
Dari data studi penelitian yang dilakukan penulis pada periode Januari- Februari terdapat 82 pasien yang mengalami kelainan refraksi diantaranya 25 pasien anak-anak, 30 pasien remaja dan 27 pasien dewasa. Sementara pada periode Maret-April adalah terdapat 118 pasien yang mengalami kelainan refraksi diantaranya 65 pasien anak-anak, 23 pasien remaja, 30 pasien dewasa.
5
Terjadi kenaikan yang signifikan mengenai kelaianan refraksi pada anak, berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti topik penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orangtua dengan Kelainan Refraksi Pada Anak di Optik Aryati”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang pada penelitian ini, permasalahan yang ada yaitu meningkatnya angka kejadian kelainan refraksi pada anak di Optik Aryati.
Pada penelitian ini dapat di identifikasi masalahnya yaitu “Apakah ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang tua dengan Kelainan Refraksi di Optik Aryati?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Kelainan Refraksi di Optik Aryati.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ubungan kelaianan pengetahuan Orang tua dengan Refraksi pada Anak
b. Untuk mengetahui Hubungan Sikap Orang Tua dengan Kelaianan Refraksi pada Anak.
6 D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Orang Tua
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi kepada orang tua tentang pentingnya kelainan refraksi pada anak agar dapat melakukan pencegahan dan memeriksakan mata anaknya apabila ada gejala kelaianan refraksi sehingga tidak terganggu prestasi belajarnya jika kelainan refraksi.
b. Bagi Optik
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai edukasi mengenai pencegahan kelaianan refraksi pada pasien optik.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian bisa digunakan sebagai acuan untuk memberikan pengetahuan yang optimal dalam meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat melalui promosi Kesehatan dalam penanganan kasus kelainan refraksi dilingkungan masyarakat.