1
ANALISA PENGARUH SISTEM SCADA TERHADAP
KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20kV PADA GARDU INDUK MARABAHAN
Ahmad Ainullah1 , Moethia Faridha2 , Irfan3
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan [email protected] , [email protected] , [email protected]
Abstrak
Sistem distribusi tenaga listrik yang telah terintegrasi SCADA dapat meminimalisir gangguan yang berhubungan pada indeks keandalan jaringan distribusi listrik. Adapun indeks keandalan jaringan distribusi listrik adalah nilai System Average Interruption Frequency Index (SAIDI) merupakan jumlah rata – rata lama durasi padam pada pelanggan dalam satu tahun, System Average Interruption Duration Index (SAIFI) adalah jumlah rata – rata pemadaman yang terjadi pada pelanggan dalam satu tahun, dan Customer Average Interruption Duration Index (CAIDI) adalah indeks durasi padam pada pelanggan rata – rata dalam satu tahun
Realita di lapangan masih ada peralatan yang belum terintegrasi SCADA sehingga petugas masih mengoperasikan peralatan secara manual dan memperlambat penormalan sistem distribusi listrik. Apabila semua peralatan sistem distribusi seperti Recloser, LBS Motorize dan FIOHL dapat terintegrasi SCADA maka durasi penormalan gangguan dapat ditekan sehingga sistem distribusi tersebut dapat lebih handal. Ini berarti perlunya menganalisa peralatan listrik yang ada dijaringan distribusi apakah dapat terintegrasi dengan sistem SCADA
Peralatan yang dapat terintegrasi SCADA yaitu harus dapat dikontrol jarak jauh atau remote by dispatcher, dan dapat di monitor secara real-time.Namun kesulitan di lapangan adalah Bagaimana penerapan pengendalian Sistem Distribusi Berbasis SCADA pada Gardu Induk Marabahan, dan bagaimana menganalisis efisiensi pengaruh Sistem Distribusi Berbasis SCADA terhadap kehandalan sistem distribusi pada Gardu Induk Marabahan yang dilihat dari nilai SAIDI & SAIFI. Untuk menganalisis menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuannya adalah membuat analisa tentang bagaimana pengaruh sistem SCADA terhadap kehandalan sistem distribusi 20 kV pada Gardu Induk Marabahan.
Hasil analisis Sistem Distribusi Berbasis SCADA terhadap kehandalan sistem distribusi Gardu Induk Marabahan yaitu indeks keandalan berhasil mengalami peningkatan setelah terintegrasi dengan sistem SCADA dengan beberapa parameter indeks yaitu SAIDI, SAIFI dan CAIDI. Adapun presentase peningkatan keandalan Sistem Distribusi GI Marabahan dari hasil perhitungan dan hasil analisis, yaitu 71,32
% untuk indeks SAIDI, dan 62,97 % untuk indeks SAIFI, dan 22,54 % untuk indeks CAIDI
Kata kunci: SCADA, SAIDI, SAIFI,CAIDI
2 Latar Belakang
Salah satu penilain dari keandalan sistem distribusi tenaga Listrik adalah Jarang terjadi gangguan atau pemadaman listrik kepada konsumen.
Oleh sebab itu, maka diperlukan suatu sistem yang dapat melakukan tugas pengawasan dan pengendalian sistem distribusi secara real-time dan juga berbasis computer, sistem yang dimaksud adalah sistem SCADA (Supervisory Control dan Data Acquisition).
Pada saat perkembangan SCADA sekarang, PT PLN.(Persero) Wilayah Kalsel & Kalteng Khususnya pada Gardu Induk Marabahan, juga menerapkan sistem berbasis SCADA pada pengendalian Sistem Dsitribusi dengan mengintegrasikan seluruh peralatan seperti : Recloser, LBS Motorize dan Fault Indicator Overhead Lamp ke sistem SCADA agar dapat dengan mudah Melakukan manuver, Penormalan gangguan, maupun pemadaman Emergency yang dapat meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik.
Akan tetapi pada realita dilapangan masih ada peralatan yang belum terintegrasi SCADA sehingga petugas masih mengoperasikan peralatan secara manual dan memperlambat penormalan sistem distribusi listrik
Apabila semua peralatan sistem distribusi seperti Recloser, LBS Motorize dan FIOHL dapat terintegrasi SCADA maka durasi penormalan gangguan dapat ditekan sehingga sistem distribusi tersebut dapat lebih handal.
Tinjauan Pustaka
Gardu Induk
Gardu induk adalah sebuah bagian dari
sistem pembangkit, transmisi dan distri busi listrik. Gardu listrik mengubah tegangan listrik dari tinggi menjadi rendah, atau sebaliknya, atau untuk menjalankan beberapa fungsi penting lainnya. Antara gardu listrik dan pelanggan, tenaga listrik mengalir lewat beberapa gardu dengan tingkat tegangan listrik yang berbeda
Recloser
Recloser adalah rangkaian listrik yang terdiri pemutus tenaga pada jaringan distribusi 20 kV yang dilengkapi dengan kotak kontrol elektonik (Electronic Control Box) dan recloser ini dapat bekerja secara otomatis apabila merasakan gangguan karena recloser dilengkapi dengan relay proteksi dan juga dapat dikendalikan jarak jauh
LBS Motorize
Swich pemutus beban (Load Break Switch, LBS) merupakan saklar atau pemutus tegangan menengah 20 kV, yang dioperasikan secara elektronis.
Switch dengan penempatan di jaringan distribusi ini dioptimalkan melalui kontrol jarak jauh dan skema otomatisasi.
Fault indicator overhead Lamp FIOHL adalah indikator gangguan hubung singkat untuk aplikasi pada saluran udara tegangan menengah, SUTM 20 kV dengan prinsip kerja deteksi perubahan fluksi magnet yang
timbul karena perubahan arus mendadak dan cepat.
SISTEM SCADA
Sistem adalah gabungan dari beberapa alat atau komponen yang membentuk suatu kesatuan dan dapat bekerja bersama-sama.
Sedangkan SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control And Data Acquisition.
a. Supervisory = Monitoring b. Control = Kontrol
c. Data Acquisition = Permintaan/Pengiriman Data
Jadi, sistem SCADA adalah gabungan dari beberapa peralatan yang saling berkomunikasi untuk melakukan monitoring, pengontrolan, dan pengumpulan data dari suatu proses. Yang dapat dilakukan secara jarak jauh
Pada umumnya pengendalian sistem tenaga listrik jarak jauh terdiri atas 4 macam, yaitu :
a. Pengendalian buka/tutup perangkat pemutus, pemisah, dan start/stop dari generator.
b. Pengendalian perangkat regulator seperti pengaturan menaikkan dan menurunkan posisi tap changer.
c. Monitorng dan pengaturan beban.
d. Pengendalian yang dilakukan secara otomatis untuk pengendalian perintah berurutan, misalnya manuver jaringan.
PROSES PENGENDALIAN SISTEM BERBASIS SCADA
Sistem SCADA dapat dioperasikan dari pusat kontrol melalui komputer.
Dari tampilan pada layar komputer utama inilah dispatcher dapat melakukan pengawasan maupun pengendalian terhadap jaringan listrik, Seperti pada PT. PLN (Persero) UNIT
PELAKSANA PENGATUR
DISTRIBUSI (UP2D) KALSEL &
KALTENG. Pada saat dispatcher melakukan suatu perintah maka komputer utama mengirimkan sinyal ke remote terminal unit (RTU) melalui media komunikasi. Setelah itu RTU menerima sinyal yang dikirim dari komputer utama, maka RTU akan melaksanakan perintah tersebut ,seperti perintah membuka atau menutup PMT (Pemutus Tenaga),RECLOSER, LBS Motorize Setelah RTU melaksanakan perintah, maka RTU akan memberi tahu kepada dispatcher bahwa perintah tesebut telah dilaksanakan, yaitu dengan mengirimkan sinyal kembali komputer utama sehingga terbacalah status PMT / RCL / LBS dalam posisi terbuka atau tertutup.
SAIFI
SAIFI (System Average Interruption Duration Index) adalah adalah jumlah rata – rata pemadaman yang terjadi pada pelanggan dalam satu tahun. Secara matematis CAIDI dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Keterangan : Pemadaman pada jaringan distribusi yang dirasakan oleh
pelanggan,termasuk yang diakibat oleh gangguan atau pemeliharaan di sisi pembangkit maupun transmisi. (SE
Direksi PLN No.
SE.031.E/471/PST/1993) SAIDI
SAIDI (System Average Interruption Frequency Index) merupakan jumlah rata – rata lama durasi padam pada pelanggan dalam satu tahun. Secara matematis SAIDI dapat dihitung dengan persamaan berikut
CAIDI
CAIDI (Customer Average Interruption Duration Index) adalah indeks durasi padam pada pelanggan rata – rata dalam satu tahun
Secara matematis CAIDI dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Hasil Pembahasan
Dari hasil penelitian tentang analisa pengaruh sistem SCADA terhadap kehandalan sistem distribusi 20kV pada gardu induk marabahan maka didapat data-data yang menggambarkan kondisi sistem distribusi 20kV gardu induk marabahan sebelum dan sesudah terintegrasi SCADA.
Adapun data-data tersebut menunjukan bahwa terdapat 2 penyulang yang ada pada sistem
Jaringan Distribusi 20kV GI Marabahan, penyulang yang dimaksud adalah Penyulang MRB01 dan MRB02 penyulang-penyulang tersebut dikategorikan sebagai penyulang prioritas karena menanggung beban pusat kota dan juga melayani pusat- pusat perkantoran strategis yang ada di Kota Marabahan
Pada jaringan ini juga terdapat 5 unit LBS Motorize, 4 Recloser, 2 FIOHL dan 21 unit CO (Cut Out) serta 159 trafo distribusi. Sedangkan untuk intensitas pemadaman yang terjadi pada 2 unit penyulang pada Jaringan Distribusi 20 kV GI Marabahan sebelum dan sesudah terintegrasi dengan sistem SCADA menunjukan bahwa pemadaman yang terjadi sangat bervariasi, namun cenderung lebih mengalami penurunan pemadaman setelah terintegrasi SCADA. Data yang dilihat adalah data gangguan jaringan distribusi GI Marabahan sebelum dan sesudah terintegrasi SCADA periode Juni 2019 sampai dengan Mei 2020.
Bagaimana pengaruh penerapan Sistem Distribusi Berbasis SCADA terhadap kehandalan sistem Distribusi 20kV pada Gardu Induk Marabahan?
Penerapan pengendalian Sistem Distribusi Berbasis SCADA secara umum mempermudah petugas dilapangan karena akan lebih fokus terhadap penelusuran gangguan saja akan tetapi mengharuskan untuk kordinasi lebih intens lagi kepada dispatcher untuk memastikan agar tidak terjadi kesalahan operasi dilapangan saat penormalan
Berikut Prosedur penormalan gangguan sebelum dan sesudah menerapkan sistem SCADA :
Gambar 1. Flow Chart Penormalan gangguan sebelum menerapkan sistem SCADA
Begitupun selanjutnya penormalan pada zona 2, petugas harus bolak balik setelah melakukan penelusuran zona 2 harus kembali lagi ke depan zona 2 yaitu Recloser ataupun LBS Motorize untuk melakukan penormalan sehingga durasi pemadaman menjadi lebih lama Karena semua peralatan sistem sudah terintegrasi SCADA sehingga Dispatcher dapat memonitor kondisi penyulang di GI secara real time dan saat ada gangguan alarm akan berbunyi di HMI Dispatcher.
Saat terjadi gangguan Dispatcher mengecek semua peralatan di HMI untuk mengetahui lokasi gangguan.
Gambar 2. Flow Chart Penormalan gangguan setelah menerapkan sistem SCADA
Begitupun selanjutnya penormalan
pada zona 2, petugas hanya fokus melakukan penelusuran yang terindikasi gangguan sesuai informasi Dispatcher, saat memastikan jaringan aman petugas menghubungi Operator ULP untuk order Close PMT zona 2 menggunakan SCADA sehingga durasi gangguan dapat ditekan.
Berikut alur proses SCADA agar bisa tampil pada HMI Dispatcher.
Pembuatan Chanel Gardu Induk pada database Master Station
Gambar 3. Tampilan Gardu induk Marabahan pada HMI
Gambar 4. Tampilan Feeder MRB 02 pada HMI
Gambar 5. Tampilan Feeder MRB 02 pada HMI
Efisiensi Penerapan sistem scada terhadap kehandalan sistem distribusi GI Marabahan dengan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Jumlah pelanggan sebelum terintegrasi scada (Juni – Desember 2019)
Tabel 4. 2 Jumlah pelanggan sesudah terintegrasi scada (Januari – Mei 2020)
Tabel 4. 3 Jumlah pelanggan padam sebelum terintegrasi scada (Juni – Desember 2019)
Tabel 4. 4 Jumlah pelanggan padam sesudah terintegrasi scada (Januari – Mei 2020)
Tabel 4. 5 Detail Lama Pemadaman Sebelum Terintergrasi SCADA Masing-Masing Penyulang (Menit)
Tabel 4. 6 Total Jam Padam Sebelum Terintergrasi SCADA
Tabel 4. 7 Detail Lama Pemadaman Sesudah Terintergrasi SCADA Masing-Masing Penyulang (Menit)
Tabel 4. 8 Total Jam Padam Sesudah Terintergrasi SCADA
Berdasarkan hasil perhitungan, maka tingkat keandalan Jaringan Distribusi GI Marabahan dapat dilihat dengan cara membandingkan keandalan jaringan distribusi sebelum dan sesudah terintegrasi SCADA, dimana parameter yang digunakan adalah nilai SAIFI, SAIDI dan CAIDI.
Adapun perhitungan nilainya adalah sebagai berikut:
PERHITUNGAN SAIDI
Indeks nilai SAIDI sistem Distribusi GI Marabahan sebelum terintegrasi dengan Sistem SCADA Indeks nilai SAIDI bulan Juni 2019
SAIDI = Jumlah lama padam x jumlah pelanggan padam
Jumlah pelanggan padam
SAIDI =
23876,55 14769
SAIDI = 1,62 jam / bulan Juni 2019 Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIDI sistem Distribusi GI Marabahan sebelum terintegrasi SCADA periode bulan Juni 2019 – bulan Desember 2019, seperti yang dilampirkan pada Tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4. 9 Indeks nilai SAIDI Sebelum Terintegrasi SCADA (Periode Juni – Desember 2019)
Jadi rata rata Indeks nilai SAIDI Sebelum Terintegrasi SCADA (Periode Juni – Desember 2019) adalah 45,35 jam / 6 bulan (1 semester) , nilai ini masih sangat besar dibandingkan dengan target yang telah diberikan yaitu 8,67 jam / 6 bulan (1 semester)
Indeks nilai SAIDI sistem Distribusi GI Marabahan sesudah terintegrasi SCADA
Indeks nilai SAIDI bulan Januari 2020 SAIDI =
Jumlah lama padam x jumlah pelanggan padam
Jumlah pelanggan padam
SAIDI =
88767,13 15295
SAIDI = 5,8 jam / bulan Januari 2020
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIDI sistem Distribusi GI Marabahan sesudah terintegrasi SCADA periode bulan Januari 2020 – bulan Mei 2020, seperti yang dilampirkan pada Tabel 4.10 dibawah ini.
Tabel 4. 10 Indeks nilai SAIDI Sebelum Terintegrasi SCADA (Periode Januari – Mei 2020)
Jadi rata rata Indeks nilai SAIDI Sesudah Terintegrasi SCADA (Periode Januari – Mei 2020) adalah 13,00 jam / 6 bulan (1 semester) , nilai ini sudah mendekati dengan target yang telah diberikan yaitu 8,67 jam / 6 bulan (1 semester) dan optimis pada semester 2 dapat mencapai target
PERHITUNGAN SAIFI
Indeks nilai SAIFI Sistem Distribusi GI Marabahan sebelum terintegrasi SCADA
Indeks nilai SAIFI bulan Juni 2019
SAIFI =
jumlah pelanggan padam
Jumlah pelanggan
SAIFI =
14769 14769
SAIFI = 1 Kali padam / bulan Juni 2019
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIFI Sistem Distribusi GI Marabahan sebelum terintegrasi SCADA periode bulan Juni 2019 – bulan Desember 2019, seperti yang dilampirkan pada Tabel 4.11 Di bawah ini.
Tabel 4. 11 Indeks nilai SAIFI SebelumTerintegrasi SCADA (Periode Juni – Desember 2019)
Jadi rata rata Indeks nilai SAIFI Sebelum Terintegrasi SCADA (Periode
Juni – Desember 2019) adalah 5 kali / 6 bulan (1 semester), nilai ini belum memenuhi target yang telah diberikan yaitu 4,94 kali / tahun, namun angka ini masih bisa di tekan
Indeks nilai SAIFI Sistem Distribusi GI Marabahan sesudah terintegrasi SCADA
Indeks nilai SAIFI bulan Januari 2020
SAIFI =
jumlah pelanggan padam
Jumlah pelanggan
SAIFI =
6899 15295
SAIFI = 0,4 Kali padam / bulan Januari 2020
Dengan cara yang sama menggunakan persamaan diatas maka didapat indeks nilai SAIFI Sistem Distribusi GI Marabahan sesudah terintegrasi SCADA periode bulan Januari 2020 – bulan Mei 2020, seperti yang dilampirkan pada Tabel 4.12 Di bawah ini.
Tabel 4. 12 Indeks nilai SAIFI Sesudah Terintegrasi SCADA (Periode Januari – Mei 2020)
Jadi rata rata Indeks nilai SAIFI Sesudah Terintegrasi SCADA (Periode Januari – Mei 2020) adalah 1,8 kali / 6 bulan (1 semester), nilai ini sudah jauh memenuhi target yang telah diberikan yaitu 4,94 kali / tahun
PERHITUNGAN CAIDI
Indeks nilai CAIDI Sistem Distribusi GI Marabahan sebelum dan sesudah terintegrasi SCADA
CAIDI Sebelum SCADA =
SAIDI Sebelum SCADA
SAIFI Sebelum SCADA
CAIDI Sebelum SCADA =
45,35 5,03
CAIDI Sebelum SCADA = 9,025 Jam / tahun
CAIDI Sesudah SCADA =
SAIDI Sesudah SCADA
SAIFI Sesudah SCADA
CAIDI Sesudah SCADA =
13 1,86 CAIDI Sesudah SCADA = 6,99
Jam / tahun
Tabel 4. 13 Perbandingan indeks nilai SAIDI, SAIFI dan CAIDI sebelum dan sesudah terintegrasi SCADA
Dari table di atas menunjukkan bahwa Sistem Distribusi GI Marabahan mengalami peningkatan indeks keandalan setelah terintegrasi SCADA Tabel 4. 14 Perbandingan indeks nilai SAIDI, SAIFI dan CAIDI setelah terintegrasi SCADA dengan target PT.PLN (persero) Unit Induk Kalsel – kalteng
Dari Tabel 4.14. di atas menunjukkan bahwa Sistem Distribusi GI Marabahan mengalami peningkatan indeks keandalan setelah terintegrasi SCADA
Detail peningkatan keandalan Sistem Distribusi GI Marabahan
Untuk indeks SAIDI SAIDI =
SAIDI Sebelum – SAIDI Sesudah
X 100 % SAIDI Sebelum
SAIDI =
45,35 -
13,0 X 100
45,35 % SAIDI = 71,32 % Untuk indeks SAIFI
SAIFI =
SAIFI Sebelum -
SAIFI Sesudah X 100 SAIFI Sebelum %
SAIFI =
5,03 - 1,86
X 100 % 5,03
SAIFI = 62,97 % Untuk indeks CAIDI
CAIDI =
CAIDI Sebelum -
CAIDI Sesudah X 100 % CAIDI Sebelum
CAIDI =
9,03 - 6,99
X 100 % 9,03
CAIDI = 22,54 % ANALISIS
Dari hasil analisis, Penggunaan Sistem SCADA pada Keandalan Sistem Distribusi GI Marabahan sebagai berikut :
Sistem SCADA terbukti sangat efisien diterapkan pada pengendalian sistem Distribusi Tenaga Listrik GI Marabahan karena secara umum keandalan meningkat setelah
terintegrasi SCADA dengan parameter indeks SAIDI, SAIFI dan CAIDI.
Adapun presentase peningkatan keandalan Sistem Distribusi GI Marabahan berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisis, yaitu sebesar 71,32 % untuk indeks SAIDI , dan 62,97 % untuk indeks SAIFI, 22,54
% untuk indeks CAIDI
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh PT. PLN (persero) Unit Induk Wilayah Kalsel – Kalteng untuk indeks SAIDI, SAIFI dan CAIDI maka dapat dilihat bahwa indeks CAIDI Sistem Distribusi GI Marabahan masih dibawah Target yang ditetapkan, yakni dengan indeks nilai CAIDI sebesar 7 jam/6 bulan ( 1 Semester) , sedangkan menurut standar PT. PLN (Persero) adalah 0,85jam/6 bulan ( 1 Semester) . Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain yaitu pada penyulang MRB 01 tidak ada pemutus otomatis atau lbs motorize pada zona 2 sehingga saat terjadi gangguan langsung trip ke PMT Gardu induk sehingga banyak pelanggan padam dan durasi padam cukup lama dikarenakan saat terjadi gangguan petugas harus melakukan penelusuran dan membuka pemutus dijaringan secara manual untuk melakukan penormalan secara bertahasp karena peralatan di lapangan tidak support SCADA
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan Penggunaan Sistem SCADA pada Keandalan Sistem Distribusi GI Marabahan maka dapat diambil kesimpulan:
a. Penerapan pengendalian sistem
distribusi berbasis SCADA terbukti sangat membantu meringankan petugas di lapangan maupun pertugas Dispatcher dalam melakukan penormalan gangguan, sistem SCADA juga sangat membantu Dispatcher karena dapat memonitoring sistem secara realtime
b. Untuk efesiensi penerapan sistem SCADA terhadap kehandalan sistem ditribusi GI Marabahan adalah terbukti setelah diterapkannya sistem SCADA pada GI Marabahan kehandalan sistem distribusi GI Marabahan meningkat sebesar 71,32 % untuk indeks SAIDI , dan 62,97 % untuk indeks SAIFI, sedangkan untuk indeks CAIDI terjadi peningkatan sebesar 22,54 % ,sehingga tercapainya target kinerja SAIFI yang diberikan Unit Induk Wilayah Kalsel – kalteng kepada ULP Marabahan yang bertanggung jawab terhadap kehandalan sistem Distribusi GI Marabahan, namun pada Index SAIDI belum tercapai dari target yang telah ditentukan namun berdasarkan hasil analisa optimis pada semester 2 index SAIDI dapat mencapai target yang telah ditentukan yaitu 1,5 jam / tahun Referensi
[1] Arlisko Elektrika, P. 2017. Manual Book LBS AEP. Jakarta : PT Arlisko Elektrika Perkasa
[2] Duta Terang, R. 2018. Manual Book Recloser. Jakarta : PT Duta Terang Ruberindo
[3] Integra Teknik. 2018. Manual book Intek UC 503 G Con Datasheet.
Jakarta : PT Integra teknik Asia
[4] Schneider. 2018. Manual Book FIOHL Easergy Series 3. Jakarta : PT Schneider Indonesia
[5] SKDIR 114.K/DIR/2010. 2010.
Buku Petunjuk Batasan Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga Listrik SCADA . Jakarta [6] SPLN 59. 1985. Keandalan Pada Sistem Distribusi 20 kV dan 6 kV.
Jakarta : PT PLN (Persero)
[7] SPLN S3.001-3. 2012. Spesifikasi Remote Station. Jakarta : PT PLN (Persero)
[8] SPLN S5.002. 2008. Teleinformasi data untuk pemeliharaan instalasi sistem tenaga listrik. Jakarta : PT PLN (Persero)
[9] SPLN S5.001. 2008. Teleinformasi data untuk operasi jaringan tenaga listrik. Jakarta : PT PLN (Persero) [10] SPLN S3.001. 2008. Peralatan SCADA Sistem Tenaga Listrik.
Jakarta : PT PLN (Persero)
[11] SPLN T5.005. 2014. Gardu Induk. Jakarta : PT PLN (Persero) [12] SPLN S3. 003. 2012. Spesifikasi Motorized Pole. Jakarta : PT PLN (Persero)