• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENURUNAN TANAH LUNAK DENGAN BEBERAPA METODE KONSOLIDASI PADA PROYEK JALAN TOL PALINDRA

N/A
N/A
SISKA SARI, S.T., M.T.

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISA PENURUNAN TANAH LUNAK DENGAN BEBERAPA METODE KONSOLIDASI PADA PROYEK JALAN TOL PALINDRA "

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENURUNAN TANAH LUNAK DENGAN BEBERAPA METODE KONSOLIDASI PADA PROYEK JALAN TOL PALINDRA

Norma Puspita1,*dan Ari Capri2

1,2)Program Studi Teknik Sipil, Universitas Indo Global mandiri (UIGM) (Jl. Jend. Sudirman No. 629 Km 3,5 Palembang)

Abstract

Based on Daily Traffic Average of Palembang - Inderalaya in 2007, traffic volume of 2 ways of Palembang City for traffic capacity had been reach at 19900 vehicles/2 ways/day. Therefore, in order to decrease traffics jam then government has built Palembang – Inderalaya Highway (Palindra). According to topography of Palembang City, it has lying on lowland areas with soft soils type which has high compressibility. The objectives of this study are to estimate soft soils settlement with various method of consolidation which are oedometer test, pre-fabricated vertical drain (PVD), and vacuum consolidation method (VCM). The results of this study showed the numbers of settlement of soft soils 1,479 m for 17,24 years in oedometer test, 1,342 m for 105 days in PVD with square pattern, and 1,354 m for 90 days in PVD with triangular pattern. Meanwhile, the numbers of settlement with VCM method have 2,250 m for 105 days with PVD square pattern, and 2,251 m for 90 days with PVD triangular pattern. Based on those results, it can be concluded that VCM triangular pattern more effective than others.

Key Words:VCM, PVD, settlement, soft soil

Paper 1

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan pesatnya perkembangan pembangunan, maka meningkat pula kebutuhan transportasi. Prasarana transportasi darat memiliki peranan penting yang terkait diantara perekonomian, sosial, politik, budaya, pertahanan dan keamanan. Menyadari pentingnya kelancaran transportasi, khususnya pada jalan raya maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Sumatera Selatan berupaya melaksanakan program- program pada sektor pembangunan dan peningkatan jalan. Salah satunya pembangunan proyek Jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya (Palindra).

Berdasarkan data Lintas Harian Rata-rata (LHR) Palembang – Indralaya Tahun 2007, volume lalu lintas kota Palembang menuju Indralaya 2 arah untuk kapasitas lalu lintas telah mencapai 19900 kendaraan/2 arah/hari. Dari data LHR ini volume kendaran kota Palembang menuju Indralaya sudah mengalami kepadatan yang mengakibatkan kemacetan panjang, maka dari itu untuk mengimbanginya dan menentukan laju peningkat lalu lintas maka dibuat jalan tol Palindra sepanjang 22 km.

Pembangunan jalan tol Palembang- Simpang Indralaya sepanjang 22 km yang berada dalam jaringan jalan Tol Trans Sumatra, terletak pada wilayah administratif Provinsi Sumatra Selatan,

tepatnya di Kabupaten Ogan Ilir. Awal proyek terletak di Jalan Lingkar Selatan Palembang, trase berada disisi timur jalan arteri Palembang-Indralaya dan akhir proyek di jalan arteri Kayu Agung- Indralaya.

Jalan Tol Ruas Palembang-Simpang Indralaya akan terdiri dari beberapa seksi, yaitu seksi Pertama Palembang-Pemulutan (7,10 km), seksi Kedua Pemulutan-KTM (4,90 km), dan seksi terakhir yaitu KTM-Simpang Indralaya (9,93 km).

Berdasarkan topografi jalan tol ruas Palindra berada diatas lahan rawa dengan jenis tanah lunak (soft soil). Menurut (Bowles, 1997), tanah lunak merupakan tanah yang memiliki konsistensi lunak dan sangat lunak dan mempunyai nilai N-SPT sebagian besar < 5 serta permeabilitas rendah. Untuk keperluan konstruksi pada tanah yang memiliki permeabilitas rendah diperlukan percepatan proses konsolidasi dengan menambahkan saluran drainase vertical (vertical drain) (Craig, 2012). Untuk mengetahui waktu dan besar penurunan tanah pada jalan Tol Palindra perlu dilakukan penelitian dan perhitungan dengan menggunakan metode penurunan tanah yaitu konvensional (preloading), Pre-fabricated Vertical Drain (PVD), danVacuum Consolidation Method(VCM). Penelitian dilakukan pada ruas jalan Tol Palembang-Simpang Indralaya Provinsi Sumatera Selatan dari sta 0 – sta 650 meter

(2)

yang terletak di jalan Perintis kemerdekaan, Kecamatan Pemulutan.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

2. TINJAUANPUSTAKA

Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan volume pada tanah jenuh yang mempunyai permeabilitas rendah secara perlahan – lahan akibat keluarnya air pori sehingga menyebabkan penurunan permukaan tanah (Soedarmo dan Purnomo, 2001). Penurunan tersebut disebabkan penambahan tegangan pada tanah akibat pembebanan terutama pembebanan dari tanah timbunan. Dengan adanya perubahan tegangan ini maka terjadi pula perubahan tegangan air pori.

Konsolidasi merupakan terdisipasinya air dari ruang pori tanah, dimana tegangan air pori itu akan kembali seperti sebelum terjadi pembebanan setelah proses konsolidasi berakhir. Akibat keluarnya air dari ruang pori tanah menyebabkan jarak antar butiran tanah semakin dekat sehingga tanah mengalami penurunan. Besarnya penurunan tanah dapat diketahui melalui teori konsolidasi 1-D Terzaghi berdasarkan pengujian Oedometer (Das dan Shoban, 2014; Puspita, 2016).

Oedometer

Pengujian Oedometer dilakukan untuk mengetahui perubahan tebal contoh tanah selama pengujian akibat penambahan tegangan vertikal.

Gambar 2. Profil Pengujian Konsolidasi

ο݁

οܪ= ͳ ൅݁ ܪ

dimana:

Angka pori pada akhir pengujian = e1= w1Gs Tebal contoh tanah pada awal pengujian = H0

Perubahan tebal selama pengujian = ∆H Angka pori pada awal pengujian = e0= e1 + ∆e

Perubahan tebal contoh tanah kemudian diplot kedalam grafik hubungan pemampatan terhadap waktu. Grafik proses konsolidasi menunjukkan 3 tahap yaitu pemampatan awal, konsolidasi primer (primary consolidation) dan konsolidasi sekunder (secondary consolidation) pada Gambar 3.

Gambar 3. Grafik Pemampatan Tanah Terhadap Waktu Pada Proses Konsolidasi

Karakteristik kemampatan tanah sangat dipengaruhi oleh koefisien kemampatan volume dan indeks kemampatan tanah. Koefisien kemampatan volume (mv) adalah perubahan volume per satuan kenaikan tegangan efektif, sedangkan indeks kemampatan (Cc) merupakan kemiringan pada bagian linier dari plot e – log σ’ atau untuk tanah lempung tak terganggu (undisturb) merupakan persamaan empiris berdasarkan nilai batas cair (Puspita, 2016).

Gambar 4. Grafik Angka PorieTerhadap Tegangan Efektifσ’

∆H

H0

Air

Partikel Padat H1

H2

(1)

(3)

݉= 1

1 +݁൬ ݁−݁ ߪ−ߪ൰ ܥ−݁

log,

భᇲ

Penurunan Konsolidasi

Penurunan konsolidasi merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh air sebagai akibat proses konsolidasi yaitu konsolidasi primer (Sc) dan konsolidasi sekunder (Ss).

ܵ = ܥܪ

1 +݁logቆߪ+ ∆ߪ ߪ

ܵܪlog൬ݐ

ݐ൰ ܥ = ܥ

1 + ݁

ܥ= ∆݁

logݐ− logݐ= ∆݁

logቀ

ቁ Dimana:

ܥ = indeks pemampatan sekunder

∆݁ = perubahan angka pori t1, t2 = waktu

݁ = angka pori pada akhir konsolidasi primer H = tebal lapisan lempung

Kecepatan Penurunan Konsolidasi

Kecepatan penurunan konsolidasi sangat dipengaruhi oleh derajat konsolidasi (U), koefisien (Cv) dan faktor waktu (Tv) konsolidasi.

Derajat konsolidasi (U) merupakan tingkat pemampatan tanah pada kedalaman tertentu terhadap volume total tanah sebelum dilakukan pembebanan.

ܷ = ݁−݁

݁− ݁ Dimana:

U = derajat konsolidasi pada waktu tertentu dengan kedalaman z, nilai U berkisar antara 0 – 1 (0 – 100%)

e0= angka pori awal sebelum terjadinya konsolidasi e1= angka pori pada akhir konsolidasi

e = angka pori pada waktu yang diminta yaitu pada waktu konsolidasi berlangsung

Koefisien konsolidasi (Cv) merupakan perbandingan koefisien permeabilitas (k) terhadap koefisien perubahan volume (mv) dan berat isi air (γw).

ܥ = ݇ ߛ݉

Faktor waktu konsolidasi (Tv) merupakan perbandingan koefisien konsolidasi dan waktu terhadap panjang aliran drainasi terpanjang (Hdr).

ܶ= ܥݐ ܪௗ௥

Drainase Vertikal (PVD)

Proses konsolidasi pada tanah lempung jenuh yang memiliki kecepatan konsolidasi dan permeabilitas rendah, dapat ditingkatkan menggunakan drainase vertikal untuk memperpendek lintasan drainasi horizontal sehingga proses disipasi tekanan air pori dapat berlangsung lebih cepat. Besarnya penurunan pada drainase vertikal dipengaruhi oleh jarang antar drainase vertikal yang biasanya dipasang dengan pola segi empat atau segi tiga.

Gambar 5. Pola Jarak Drainase Vertikal

Besarnya penurunan (S) oleh pre-fabricated vertical drain (PVD) sangat dipengaruhi oleh kondisi area disekitar PVD (smear) akibat pemasangan lembaran – lembaran PVD (Bergado, dkk., 1991, 1998). Proses konsolidasi pada PVD terjadi akibat pengaliran air pori secara 2 arah yaitu horizontal/radial dan vertikal sehingga pada penentuan besar penurunan menggunakan parameter derajat konsolidasi rata – rata (U) yang merupakan fungsi daru derajat konsolidasi vertikal (Uv) dan horizontal/radial (Ur).

ܵ=ܷ ×ܵ (12) (1 - U) = (1 - Uv)(1 - Ur) (13)

ܷ = 1 − exp(−3.54 ܶ) (14)

ܷ = 1 − expቀ−଼்ቁ (15)

ܶ =×

(16)

ߤ= lnቀ

ቁ+ቀ

− 1ቁlnቀ

ቁ−+గ ଶ௅

ଷ௤ (17) (3)

(4)

(5)

(6)

(7) (8)

(9)

(10)

(11)

(4)

dimana:

Th = faktor waktu horizontal/radial μ = faktor efek smear

D = Diameter unit PVD

= 1,13 S (pola segi empat)

= 1,05 S (pola segitiga)

ds = diameter zona terganggu (smear)

= 1.6 dw(Hird dan Moseley, 2000) dw = diameter eqivalen PVD

Kh = koefisien permeabilitas radial

= 3 Ks(Chu, dkk., 2014) Ks = koefisien permeabilitas smear L = panjang PVD

qw = kapasitas debit PVD Vacuum Consolidation Method

Metode konsolidasi menggunakan vakum pertama kali di perkenalkan oleh Kjellman pada tahun 1948 dikenal dengan nama Vacuum Consolidation Method. Metode ini awalnya belum digunakan secara luas mengingat pelaksanaan dilapangan sangat kompleks, akan tetapi seiring berkembangnya penelitian dan teknologi dekade akhir ini mulai digunakan secara luas (Chu, dkk., 2008).

Vakum adalah proses prapembebanan dengan cara memvakum pada daerah tertentu sampai tekanan udara minimum 80 kPa atau diasumsikan sama dengan 8 t/m2 sehingga air pori dan udara didalam tanah menjadi berkurang sehingga pelaksanaan prakompresi dapat dipercepat, dan penurunan karena proses kompresi sekunder dapat dikurangi sedangkan Vakum Konsolidasi adalah Pemberian tekanan vakum kepada selimut pasir yang dipasang di atas penyalir vertikal akan meningkatkan aliran air dan ini akan mempercepat proses konsolidasi. Untuk mencapai kondisi vakum, selimut tersebut harus dibungkus dengan membran.

Besar penurunan pada tanah dilakukan dengan mengasumsikan bahwa tekanan pompa (vacuum) sebagai beban tambahan.

Gambar 6.Vacuum Consolidation Method(VCM) (Chai, dkk., 2014)

3. METODOLOGI

Analisa pada penelitian ini berdasarkan data hasil pengujian laboratorium terhadap karakteristik tanah pada lokasi yang ditinjau. Pengambilan contoh tanah dilakukan pada lokasi disekitar jalan tol Palindra pada kedalaman 3 m dibawah permukaan tanah.

Pengujian yang dilakukan antara lain:

1. Kadar Air (ASTM D 2216 – 90) Untuk mengetahui kadar air tanah 2. Berat Spesifik (ASTM D – 854)

Untuk mengetahui berat jenis dan berat isi tanah 3. Analisa saringan (ASTM D – 442)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran tanah.

4. Batas Cair (ASTM D 4318)

Untuk mendapatkan nilai batas cair 5. Batas Plastis (ASTM D 4318)

Untuk mendapatkan nilai batas plastis dalam rangka untuk mengetahui besar indeks plastisitas tanah. Dimana apabila tanah tersebut memiliki IP

> 35% maka memiliki sifat plastisitas tinggi 6. Oedometer (ASTM 2435-90)

Pengujian dilakukan selama 7 hari berturut – turut dengan melakukan penambahan beban 2 kali dari besar beban sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besarnya penurunan melalui perbedaan angka pori sebelum dan setelah pengujian serta perbedaan tebal contoh tanah. Pada pengujian ini akan diketahui besar koefisien perubahan volume, koefisien konsolidasi, besar penurunan konsolidasi, dan sebagainya.

Kemudian analisa dilakukan untuk mengetahui besar penurunan dan waktu konsolidasi berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Analisa penurunan juga dilakukan pada metode PVD dan VCM.

Hasil dari ketiga analisa penurunan tersebut kemudian ditentukan metode mana yang memiliki penurunan paling besar dengan waktu penurunan paling singkat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium terhadap sampel tanah pada lokasi jalan tol Palindra diketahui memiliki kadar air rata – rata (ω) yang sangat tinggi yaitu 86,62% dengan derajat kejenuhan 96,13%, berat jenis 2,54, berat isi basah 1,45 t/m3, dan berat isi kering 0,785 t/m3. Sedangkan angka pori (e) dan tingkat prositas (n) hasil pengujian menunjukkan 2,24 dan 69,135%. berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui kondisi tanah dalam keadaan mendekati jenuh sempurna hal dikarenakan tinggi muka air pada titik yang ditinjau adalah 1 m di bawah permukaan tanah.

(5)

Tabel 1. Hasil pengujian laboratorium terhadap indeks properties tanah

No. Indeks Properties Unit Nilai

1. Kadar Air (ω) % 86.62

2. Derajat Kejenuhan (Sr) % 96.13

3. Berat Jenis (Gs) - 2.54

4. Berat isi basah (γn) t/m3 1.45 5. Berat isi kering (γd) t/m3 0.785

6. Angka pori (e) - 2.24

7. Porositas (n) % 69.135

Sedangkan hasil pengujian distribusi ukuran butiran yaitu melalui uji analisa saringan dan hidrometer, menunjukkan bahwa 99,72% butiran tanah lolos diameter saringan 0,075 mm dengan koefisien keseragaman (Cu) dan koefisien kelengkungan (Cc) adalah 1,5 dan 16,67.

Gambar 7. Grafik Distribusi Ukuran Butiran Tanah

Sementara itu untuk pengukuran konsistensi tanah terhadap batas cair (wL) pada 11, 30, dan 30 ketukan dengan nilai rata – rata 99,05%, sedangkan batas plastis (PL) 38,10%. Sehingga diketahui Indeks Plastisitas (IP) sebesar 60,95% dan berdasarkan sistem klasifikasi tanah Unified menunjukkan jenis tanah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi (CH) pada Gambar 8.

Gambar 8.Grafik Sistem Klasifikasi TanahUnifiedPada Lokasi

Jalan Tol Palindra

Sementara itu pengujian Oedometer menunjukkan perubahan tebal contoh tanah (ΔH) selama pengujian 7 hari sebesar 0,509 cm dan perubahan angka pori (Δe) 1,018. Perubahan tebal

contoh tanah selama pengujian diplot dalam grafik pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Perubahan Tebal Contoh Tanah

Dari hasil pengujian Oedometer juga diketahui besar angka pori awal sebelum pengujian (e0) 1,778, koefisien pemampatan (Cc) dan koefisien konsolidasi (Cv) sebesar 0,88 dan 0,0642 cm2/menit.

Sedangkan koefisien permeabilitas 7,08 x 10-6 cm/detik dan koefisien perubahan volume (mv) 0,049 cm2/kg.

Penurunan (Settlement)

Berdasarkan hasil pengujian Oedometer juga dapat menetukan besar penurunan pada yaitu penurunan akibat konsolidasi primer (menggunakan persamaan (5)) dan konsolidasi sekunder (menggunakan persamaan (6)). Analisa penurunan pada konsolidasi primer dengan derajat konsolidasi 90% menunjukkan besar penurunan 0,2 cm akan tetapi tidak mengalami konsolidasi sekunder. Hal ini dikarenakan pada saat pengujian contoh tanah mengalami pengembangan di akhir periode pengujian (hari ke 6 dan 7). Peristiwa ini selaras dengan nilai indeks plastisitas contoh tanah > 35 % yang mempunyai plastisitas sangat tinggi.

Gambar 10.Grafik Penurunan Konsolidasi Pada Pengujian Oedometer

Kedalaman tanah lunak berdasarkan hasil penyelidikan SPT menunjukkan kedalaman tanah keras pada lokasi yang diitinjau (Jalan Tol Palindra) berada pada kedalaman 18 m. Berdasarkan parameter koefisien konsolidasi dengan kedalaman

0 20 40 60 80 100

0.001 0.01

0.1 1

10 100

persentaselolos

Diameter(mm)

-0.6 -0.5 -0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0

0 2 4 6 8

PerubahanTebal,cm

Waktu (hari)

1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4

1100 11000

amgkapori

waktu, jam

(6)

tersebut dibutuhkan waktu konsolidasi 17,342 tahun untuk penurunan 1,479 m.

Analisa penurunan pada PVD menggunakan persamaan (12) – persamaan (17) yang dilakukan terhadap pola segiempat dan segitiga pada Tabel 2.

Tabel 2.Besar Penurunan Pada PVD segiempat t (hari) Uv 1-Uv Tr Ur 1-Ur U (%) Sc (m)

0 0 1 0 0 1 0 0

5 0,017 0,983 0,047 0,103 0,897 0,118 0,175 10 0,023 0,977 0,094 0,196 0,804 0,214 0,317 20 0,033 0,967 0,188 0,353 0,647 0,374 0,554 30 0,041 0,959 0,282 0,479 0,521 0,501 0,741 35 0,044 0,956 0,329 0,533 0,467 0,554 0,819 45 0,050 0,950 0,423 0,624 0,376 0,643 0,952 55 0,055 0,945 0,517 0,698 0,302 0,714 1,057 65 0,060 0,940 0,611 0,757 0,243 0,771 1,142 75 0,064 0,936 0,705 0,804 0,196 0,817 1,209 85 0,068 0,932 0,799 0,843 0,157 0,853 1,263 90 0,070 0,930 0,846 0,859 0,141 0,869 1,286 100 0,074 0,926 0,940 0,886 0,114 0,895 1,324 105 0,076 0,924 0,987 0,898 0,102 0,906 1,342 110 0,078 0,922 1,034 0,909 0,091 0,916 1,355

Tabel 3.Besar Penurunan Pada PVD Segitiga t (hari) Uv 1-Uv Tr Ur 1-Ur U (%) Sc (m)

0 0 1 0 0 1 0 0

10 0,023 0,977 0,109 0,227 0,773 0,245 0,363 20 0,033 0,967 0,218 0,402 0,598 0,422 0,625 30 0,041 0,959 0,327 0,538 0,462 0,557 0,824 40 0,047 0,953 0,435 0,643 0,357 0,659 0,976 50 0,052 0,948 0,544 0,724 0,276 0,738 1,092 55 0,055 0,945 0,599 0,757 0,243 0,770 1,140 65 0,060 0,940 0,708 0,812 0,188 0,823 1,219 75 0,064 0,936 0,817 0,855 0,145 0,864 1,279 85 0,068 0,932 0,925 0,888 0,112 0,895 1,325 90 0,070 0,930 0,980 0,901 0,099 0,908 1,354 100 0,074 0,926 1,089 0,924 0,076 0,929 1,375 110 0,078 0,922 1,198 0,941 0,059 0,946 1,399

Proses konsolidasi pada tanah lunak menggunakan metode PVD dengan pola segiempat dan jarak antar PVD (S) 1 m menunjukkan besar penurunan 1,342 m selama 105 hari. Sementara itu pada PVD dengan pola segitiga dan jarak antar PVD (S) 1 m besar penurunan 1,354 m selama 90 hari.

Proses konsolidasi metode VCM pada dasarnya tetap menggunakan PVD sebagai alat drainasi akan tetapi ditambahkan tekanan hisap pompa yang dihubungkan oleh PHD (pre-fabricated horizontal drain) untuk mempercepat disipasi tekanan air pori.

Pada analisa penurunan VCM ini, tekanan hisap pompa yang digunakan adalah 80 Kpa digunakan sebagai tegangan tambahan (Δσ’) pada analisa penurunan konsolidasi (persamaan (5)). Sehingga tegangan tambahan nya menjadiΔσ’ = σpasir + σtanah

timbunan + σpompa. berdasarkan hasil analisa penurunan konsolidasi diketahui besar penurunan pada VCM dengan pola segiempat 2,250 m selama 105 hari, sedangkan pada pola segitiga 2,251 m untuk waktu penurunan 90 hari.

Tabel 4. Hasil Analisa Penurunan Beberapa Metode Konsolidasi Pada Jalan Tol Palindra

Metode (U)% (Sc)

m

Waktu tahun bulan hari Oedometer

90%

1.479 17.34 208.08 6340.1 PVD

(segiempat) 1.342 0.288 3.5 105

PVD

(segitiga) 1.354 0.247 3.0 90

VCM

(segiempat) 2.250 0.288 3.5 105

VCM

(segitiga) 2.251 0.247 3.0 90

Gambar 11.Penurunan Tanah berdasarkan beberapa metode konsolidasi di Jalan Tol Palindra

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fungsi dari metode PVD tersebut ialah untuk mempercepat waktu konsolidasi dari 17,34 tahun ke 105 hari dan fungsi dari metode kombinasi VCM ialah untuk memperbesar konsolidasi dari 1,479 m ke 3,354 m. Sementara itu pola PVD yaitu segiempat dan segitiga sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu untuk mencapai konsolidasi. Sehingga dari analisa dapat diketahui pola yang lebih efektif untuk mempercepat penurunan yaitu dengan menggunakan pola segitiga.

Berdasarkan dari hasil analisa dan perhitungan beberapa metode konsolidasi sehingga diketahui metode konsolidasi yang lebih efektif untuk mempercepat dan memperbesar konsolidasi tanah yaitu metode Vacuum Consolidation Method (VCM). Hal ini ini dikarenakan pada pelaksanaan nya metode VCM ini menerapkan konsolidasi 2 arah yaitu vertikal (PVD) dan horizontal (PHD) yang dipercepat oleh tekanan hisap pompa (vacuum).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih tim peneliti sampaikan kepada PT Hutama Karya dan staff atas bantuan selama penelitian berlangsung.

0 0.5 1 1.5 2 2.5

0 50 100 150

Penurunan(m)

Waktu (hari)

PVD segiempat VCM segiempat PVD segitiga VCM Segitiga

(7)

REFERENSI

1. Bergado, D.T., Asakami, H., Alfaro, M.C., Balasubramai, A.S., 1991, Smear Effects of Vertical Drains on Soft Bangkok Clay,Journal Geotechnical Engineering, ASCE, 117:10, 1509- 1529.

2. Bergado DT, Chai JC, Miura N, and Balasubramaniam AS., 1998, PVD improvement of soft Bangkok clay with combined vacuum and reduced sand embankment preloading, Geotechnical Engineering, Southeast Asian Geotechnical Society 29 (1): 29 – 121.

3. Hird, C.C., dan Moseley, V.J., 2000, Model Study of Seepage in Smear Zones Around Vertical Drains in Layered Soil,Geotechnique, Vol 50 (1), pp 89 – 97.

4. Chai J.C., Carter J.P., and Liu M.D., 2014, Methods of vacuum consolidation and their deformation analysis, Proceeding of ICE – Ground Improvement, pp. 35 – 46.

5. Chu J., Yan S., Indraratna B., 2008, Vacuum Preloading Techniques – Recent development and Applications, GeoCongress 2008, Geosustainability and Geohazard Mitigation GPS178, pp 586 – 595.

6. Chu, J., Yan, S. dan Indraratna, B., 2014, Overview of Preloading Methods for Soil Improvement,Proceeding of The Institution of Civil Engineering: Ground Improvement, Vol 167 (3), pp 173 – 185.

7. Bowles, J.E., 1997,Analisis Dan Desain Pondasi Jilid 1, PT Erlangga, Jakarta.

8. Craig, R.F., dan Knappet, J.A., 2012, Craig’s Soil Mechanic, 8thEdition, Spon Press, Newyork.

9. Das, B.M., dan Shoban, K., 2014, Cengange Learning, Stamford, USA.

10. Puspita, N., 2016, Mekanika Tanah 1, Enim Innovation Technology, Muara Enim – Palembang.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Oseanografi Lampiran III BUKU III Fakultas : Ilmu Dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan

Besar pemampatan settlement yang terjadi adalah sebesar 1.3 meter dengan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai derajat konsolidasi U=90% selama 22.18 tahun penanaman Prefabricated