• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR: ANALISIS DATA EBOSI LAHAN DAN ANGKUTAN SEDIMEN MELAYANG SUNGAI

N/A
N/A
Salma Nurhaliza

Academic year: 2023

Membagikan "TUGAS AKHIR: ANALISIS DATA EBOSI LAHAN DAN ANGKUTAN SEDIMEN MELAYANG SUNGAI"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat motivasi, rahmat dan hidayah kosmis-Nya, penulis dapat berhasil menyelesaikan dan melaporkan tugas akhir ini, sesuai prosedur yang berlaku. Tugas Akhir ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang ilmu pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan, khususnya untuk mengakomodasi pengetahuan teoritis (“pengetahuan dasar”) dengan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan proyek di lapangan (“pengetahuan pokok”). , yang sarat dengan berbagai permasalahan dan persoalan interdisipliner, yang muncul sebagai. Selain itu, Tugas Akhir ini dalam konteks formal juga dimaksudkan untuk memenuhi keinginan Kurikulum Pendidikan Tinggi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil, bidang kajian hidro, Universitas Islam.

Dalam melaksanakan tugas akhir dan menyelesaikan penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, antara lain. Dengan ucapan terima kasih dan simpati kepada semua yang secara langsung atau tidak langsung menyumbang kepada tugas akhir penu.

6. Gambar 5.4 ( Peta Slope ) 93
6. Gambar 5.4 ( Peta Slope ) 93

Pengaruh erosi yang tinggi dapat dilihat dengan mat a

PREDIKSI SUMBER SEDIMEN (EROSI)

Dalam situasi ini, penghancuran agregat tanah dipercepat oleh kekuatan air itu sendiri yang menghancurkan dan membusuk. Rusaknya agregat tanah tersebut akan menyumbat pori-pori tanah sehingga mengakibatkan berkurangnya infiltrasi. Air yang mengalir di atas permukaan kerak bumi mempunyai energi untuk mengikis dan mengangkut partikel-partikel yang telah hancur baik oleh air hujan maupun limpasan permukaan.

Partikel-partikel yang hancur disimpan di pohon-pohon, di cekungan, kolam dan beberapa diangkut ke anak-anak sungai dan di sungai-sungai besar di mana sedimen diangkut. Dan ketika partikel-partikel tersebut sampai pada suatu reservoir maka kecepatan aliran turbulensinya berkurang sehingga partikel yang berukuran besar akan mengendap terlebih dahulu, partikel yang lebih halus dapat melanjutkan, dapat juga mengendap di bagian lain dasar reservoir dekat bendungan dan sebagian lagi akan melewati saluran keluar. . ("knalpot"),.

Berkurangnya produktifitas lahan

Berkurangnya aliran air sungai-sungai dan mata air

Kualitas air terganggu terutama untuk keperluan

Dapat meningkatkan bahaya banjir, baik frekwensi

Mengurangi umur waduk akibat pendangkalan karena

  • Erosi Percikan ("Splash Erosion")
  • Erosi Permukaan ("Overland Flow")

Sebagaimana dijelaskan di atas, dampak air hujan merupakan fase erosi yang pertama dan terpenting (Hudson, 1976). Angka Reynold dan Froude merupakan indeks tingkat keparahan aliran, begitu pula kemampuan limpasan permukaan untuk merusak tanah. Semakin besar nilai angka Re dan Fr maka semakin besar pula kemampuan limpasan permukaan dalam mengikis permukaan tanah.

Hanya ketika mencapai kecepatan tertentu limpasan permukaan mampu mengikis tanah, yaitu jika energi limpasan permukaan lebih besar dari hambatannya. Dalam hal ini, aliran permukaan tanah mengangkut tanah yang rusak akibat dampak air hujan (di daerah talang) ke dalam air.

Perkenbangan erosi selokan (Morgan, 1979)

  • EROSI DIPERCEPAT DAN EROSI DIPERBOLEHKAN
  • sifat fisik tanah,
  • Pencegehan terjadinya selokan,
  • penurunan bahan organik, 5. kehilangan sat hara tanaman
    • FAKTOR YAHG MEMPENGARUHI EROSI OLEH AIR
  • f((Erosivitas),(Erodibilitas)) (2 5)
    • PENGUKURAN LANGSUNG EROSI LAHAN DI LAPANGAN
    • PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN MUSGRAVE EQUATION
    • PREDIKSI EROSI LAHAN DENGAN FORMULA USLE (PUKT)

Pro mi terjadi terutama pada tanah miring yang kedalaman efektifnya dangkal, dan pada teras yang baru dibangun (Utomo, dkk., 1983) atau teras yang tidak dirawat dengan baik. Artinya erosi akan dipengaruhi oleh sifat hujan, sifat tanah, derajat dan panjang lereng, keberadaan penutup tanah berupa vegetasi dan aktivitas manusia yang bersangkutan. Sebagai faktor yang menentukan nilai energi, ditinjau dari curah hujan, limpasan permukaan, angin, kemiringan lereng, ketinggian.

Pengukuran jumlah tanah yang hilang dapat dilakukan pada petak erosi kecil atau tempat penyimpanan mini (“sub-DAS”). Namun jika terlalu luas, karena banyak variabel pada area yang diamati, kita hanya bisa mengukur jumlah tanah yang tererosi. Untuk mengukur jumlah tanah yang terkikis, dibangun tangki penampung tanah yang diangkut atau tangki Thompson di dasar area pengamatan.

Apabila kita melakukan pengukuran pada lahan pertanian, maka bangunan tersebut harus dapat dipindahkan setelah dilakukan pengukuran, agar bangunan tersebut terbuat dari semen. Jika hanya ingin mengukur jumlah lahan yang hilang, metode ini dapat disederhanakan, seperti yang dilakukan oleh peneliti CIAT di Kolombia (Howler, Utomo, W.H., 1994). Upaya menghitung atau meramalkan erosi dengan menggunakan data faktor erosi sudah ada sejak lama, yaitu sejak Zingg yang pada tahun 1940 menyelidiki pengaruh lereng terhadap erosi.Zingg (1940) mencari hubungan antara tingkat kecuraman dan panjang lereng. erosi. luas lahan yang hilang, para ahli lainnya (Smith, 1941; Smith dan Whitt, 1947; Van Doren dan Bartelli, 1956), dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti ketahanan tanah (“erodibilty”) dan penggunaan lahan (“pengelolaan lahan”).

Faktor-faktor tersebut kemudian dievaluasi dan dikonsolidasikan, serta ditambahkan parameter curah hujan sehingga diperoleh persamaan empiris Musgrave (Musgrave, 1947), yang pada saat itu diambil dari nama ketua USDA SCS. Penelitian dan upaya terus dilakukan untuk mengukur faktor-faktor erosi ini, dan akhirnya Wischmeier dan Smith mengusulkan suatu bentuk pada tahun 1958. S = pengaruh kemiringan permukaan tanah yaitu angka perbandingan antara besarnya erosi pada lahan penelitian dengan tanah baku yang rata.

Faktor K (erodibilitas tanah)

Curah hujan dengan jumlah dan intensitas tertentu dapat menimbulkan derajat erosi yang berbeda jika jatuh pada dua jenis tanah yang berbeda. Kemudahan erosi tanah disebut “erodibilitas” tanah, yang dalam persamaan umum kehilangan tanah disebut indeks erodibilitas tanah (K). Klasifikasi erodibilitas ditunjukkan pada tabel 3.3.

Ketahanan tanah terhadap daya rusak dari luar

Kemampuan tanah untuk menyerap air (infiltrasi dan

  • Faktor LS (panjang lereng dan kemiringan)

Demikian pula semakin sulit tanah menyerap air maka semakin besar limpasan permukaan, semakin besar pula massa tanah yang tererosi dan terangkut, sehingga nilai K juga semakin tinggi. Cara yang memberikan hasil terbaik tentunya dengan perhitungan langsung kehilangan tanah aktual (di lapangan) pada standar kemiringan dan panjang lereng. Kemudian dengan mengetahui erosivitas hujan (jumlah indeks erosivitas yang menyebabkan erosi) kita dapat menghitung indeks erodibilitas tanah, K, me.

Selain itu, dengan menggunakan data sifat-sifat tanah ini, Wisch Meier (1971) mengembangkan suatu ("nomograf erodibilitas") (Gambar 3.1) untuk memperkirakan indeks erodibilitas tanah. Untuk menggunakan nomogram erodibilitas tanah, perlu diperhatikan struktur dan sifat fisik tanah serta ukurannya, yang kemudian dibagi menjadi 4 kelas (Tabel 3.4). Untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan, maka sangat diperlukan kajian korelasi antara nilai erodibilitas yang diperoleh dari nomografi dan percobaan lapangan.

Di Indonesia, beberapa peneliti juga mencoba menggunakan nomograf erodibilitas untuk memperkirakan indeks erodibilitas tanah (misalnya, Ambar dan Syarifuddin, 1979; Utomo dan Mahmud, 1983). Bols (1979) dan Utomo 1985 melakukan pengukuran indeks erodibilitas tanah DAS Brantas dengan menggunakan percobaan lapangan kemudian membandingkannya dengan hasil estimasi nomograf erodibilitas. Hasil yang diperoleh (tabel 3.6) menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dengan kedua metode tersebut tidak jauh berbeda.

Panjang lereng dan faktor kemiringan tanah atau faktor topografi pada kondisi lapangan sebenarnya sangat bervariasi, sedangkan faktor LS pada rumus USLE didasarkan pada hasil percobaan pada petak standar. Pada dasarnya, semakin curam kemiringannya, semakin tinggi persentase kemiringannya, maka semakin cepat pula laju limpasan permukaan. Pada kejadian kedua, dimana tanah tersingkap, curah hujan yang sedikit sekalipun dapat merusak tanah dan kemudian massa tanah yang hancur tersebut ikut terangkut.

Tabel 3.4 Klasifikasi struktur yang menggunakan Nomograph
Tabel 3.4 Klasifikasi struktur yang menggunakan Nomograph

Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi

  • METODE PENDEKATAN
  • KEADAAN UMUM DAS KALI SERANG HULU

Banyaknya hujan yang dicegat oleh tajuk tanaman. Selain dipengaruhi oleh jenis tanaman, hal ini juga sangat ditentukan oleh pencemaran tanaman. Data pada Tabel 3.10 menunjukkan bahwa dengan intersepsi oleh tajuk daun, air hujan yang sampai ke permukaan tanah bisa lebih kecil dibandingkan. Dalam hal ini melalui pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah. tanah terhadap kerusakan air hujan dan. limpasan permukaan, dan sebaliknya meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah sehingga limpasan dapat dikurangi.

Hal ini terjadi karena adanya perbaikan pada properti. pembentukan struktur, peningkatan porositas yang menyebabkan peningkatan infiltrasi dan perkolasi. Jadi pada dasarnya tidak mungkin mendapatkan satu nilai C untuk suatu jenis tanaman yang berlaku pada semua wilayah dan kondisi. Penggunaan nilai C untuk setiap jenis tanaman di negara dengan sistem tanam yang sangat beragam juga menghadapi kesulitan.

Dari Tabel 3.13 juga terlihat bahwa pengelolaan kontur hanya efektif pada tanah tidak miring. Penelitian dan analisis data ini memerlukan penggunaan metode pengumpulan data sekunder yang tepat. Analisis erosi pada sub DAS dengan USLE, melakukan analisis korelasi erosi tanah dan data sekunder sedimen tersuspensi (“suspended load”).

Hal ini dilakukan agar permasalahan makro dan mikro erosi dan sedimentasi dapat diketahui dengan jelas dan dijadikan acuan. Daerah tangkapan air Sungai Serang dipantau di pos AWLR (“Pencatatan Ketinggian Air Otomatis”) Kedung Ombo, kondisi daerah tangkapan air umumnya berbukit. Namun hasil angkutan sedimen yang berasal dari hulu Sungai Serang – Kedung Ombo berasal dari data tahun 1979.

Tabel 3.10 Limpasan permukaan pada berbatfai m»™ 4-
Tabel 3.10 Limpasan permukaan pada berbatfai m»™ 4-

Mediteran merah kuning dan Grumusol dari batu bekuan

  • Perhitungan Erosi Lahan Sub-DAS kali Serang
  • PEHYUSUNAH KRITERIA EROSI DAN PEMETAAH
    • Peabuatan bangunan da. penahan
    • Pembuatan teras
    • Sebagai indikasi kerusakan DAS dapat diketahui da ri tingkat erosi dan tingkat sedimennya ("rate sedi

Selain itu, kondisi tanah di daerah aliran sungai Serang Hulu dapat dibedakan sebagai berikut. Dari Badan Meteorologi dan Geofisika (Stasiun Hidrometri DAS Kedung Ombo), Proyek Utama Pengembangan Kawasan Sungai Jratunseluna (Dept.PU) Semarang dan Balai Penelitian Pengembangan Air (Dept.PU) Bandung serta Balai Penelitian Tanah Bogor, diperoleh data- data sekunder yang termasuk; peta topografi, peta geologi,. S8_.4k vl03COv|ppCOCO—CO8CD4kv| £882 8 CDCCDggcDCOCDCOCOCOCOCDCD » g g g » CD CD CD CD CO CD CD CD CD CD g CD CO CO CO CO CD CO 03 CD CD CD CD CO CD CO g CO CO CO CD CO CO CO CD CO CO CD CO CO CO CO gCOCOCDCOCD coCO *XCOCO*gcDCOCOCOCOCDCDCOCOCOXXXxCDCD3sTsXXXXXCO»»""XXXCOCOXXXXWCO""%\CDX0)tl)X^McoS»^)CXCO.

Rumus USLE untuk memprediksi besarnya erosi yang akan terjadi tidak menghitung besarnya “hasil sedimen”, sehingga memerlukan suatu metode dari data yang ada untuk dapat membuat keterhubungan, sehingga metode tersebut adalah link (“tautan”) ke jumlah perkiraan. Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum, diketahui rata-rata nilai SDR wilayah sungai di Indonesia berkisar antara 10-25. Nilai SDR yang tinggi (SDR > 25%) menunjukkan bahwa kerusakan terjadi dengan cepat di daerah tangkapan air dimana tingkat “hasil sedimen” cukup tinggi dibandingkan dengan erosi yang sama.

Permasalahan sedimentasi pada waduk tidak lepas dari dampak erosi pada daerah tangkapan air, oleh karena itu pencegahan erosi sangatlah penting bagi seluruh wilayah/daerah tangkapan air. Pencegahan dan pengendalian erosi dan sedimentasi di Waduk Kedung Ombo dapat kita masukkan dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah seluruh daerah aliran sungai, hal ini dapat dilaksanakan. Selain mempunyai keuntungan utama dalam menyimpan sedimen, check dam mempunyai keuntungan tambahan. tempat penyediaan air bagi masyarakat dan peternakan b.tempat pengembangan perikanan dan peternakan. tempat rekreasi dan olah raga d.irigasi untuk sawah baru yang telah selesai dibangun. sumber Dept.PU, laporan akhir Waduk Wonogiri).

Kesenjangan dapat terbentuk akibat proses yang terjadi. dan akhirnya menjadi erosi. yang berbentuk seperti bendungan yang terbuat dari tanah. di seberang jurang, aku dan aku yang bertindak sebagai. bangunan kendali guny drop atau jurang. dxBagian tengah badan pelimpah diperkuat dengan pasa-. sumber Dept.PU, laporan akhir Waduk Wonogiri). Teras merupakan suatu bangunan pencegah erosi yang dibuat dengan cara memotong/memperkecil panjang lereng dan membuat tanggul/punggung bukit serta saluran air pada lahan miring. Teras yang dibuat khusus d<. kemiringan lereng, jenis usaha pertanian/komoditas. sumber Dept.PU, laporan akhir Waduk Wonogiri).

Indikasi sedimen sebesar 2,53 mm/tahun menunjukkan adanya erosi yang cukup berbahaya pada daerah aliran sungai (DAS) (biasanya angka 1 mm/tahun merupakan batas maksimum yang diperbolehkan). Dan upaya konservasi tanah di DAS selama ini, untuk mencegah terjadinya erosi yang berlebihan, belum berhasil.

5.3, gambar 5.4 dan gambar 5.5).
5.3, gambar 5.4 dan gambar 5.5).

Wontgiri^\^osi/Sedimentasi di Catchment Area Uaduk

Serba Lnwa Kedung Ombo di Kabupaten Grobogan Prop ins i

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Ramus Besar Bahasa

Sarwoko, Metode Analisis Transport Sedimen sebagai tolak

Sudarminto, Cekdam dan Benduntf lerha rnn» p

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

I UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Gambar

6. Gambar 5.4 ( Peta Slope ) 93
Tabel 3.1 menunjukan bahwa makin besar intensitas hujan, makin besar kemungkinan terjadinya erosi
Tabel 3.1 Hubungan antara intensitas hujan dan kehilangan
Tabel 3.3 ^sifikasi^ilai^epekaan erosi tanah (Dangler
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan adalah data spasial penutupan lahan, kemiringan lerengan, tingkat bahaya erosi dan, menejemen lahan, secara garis besar tahapan analisis spasial lahan

Erosi tanah merupakan kejadian alam yang pasti terjadi dipermukaan daratan bumi. Besarnya erosi sangat tergantung dari faktor-faktor alam ditempat terjadinya erosi tersebut, akan tetapi saat ini manusia juga berperan penting atas terjadinya erosi. Adapun faktor-faktor alam yang mempengaruhi erosi adalah erodibilitas tanah, karakteristik landskap dan iklim. Akibat dari adanya pengaruh manusia dalam proses peningkatan laju erosi seperti pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya dan/atau pengelolaan lahan yang tidak didasari tindakan konservasi tanah dan air menyebakan perlunya dilakukan suatu prediksi laju erosi tanah sehingga bisa dilakukan suatu manajemen lahan. Manajeman lahan berfungsi untuk memaksimalkan produktivitas lahan dengan tidak mengabaikan keberlanjutan dari sumberdaya lahan.