Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 314
ANALISIS DETERMINAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA : 1991-2020
1Iffa Khaerunnisa Azzahro, 2Jalu Aji Prakoso
1,2Fakultas Ekonomi Universitas Tidar
Email : [email protected] [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the independent variables, namely poverty, LFPR, and unemployment, on economic growth in Indonesia. The data used is secondary data in the form of time- series data from 1991 to 2020. This study uses the Error Correction Model (ECM) approach. The analysis results show that the LFPR and unemployment variables in the short and long term have no significant effect on economic growth. At the same time, the variable of poverty in the short term and long term has a significant influence on economic growth.
Keywords: Poverty, LFPR, Unemployment, Economic Growth
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yakni kemiskinan, TPAK, dan pengangguran terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dengan kurun waktu dari tahun 1991 sampai 2020. Penelitian ini menggunakan pendekatan Error Correction Model (ECM). Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel TPAK dan pengangguran dalam jangka pendek dan jangka panjang tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan variabel kemiskinan dalam jangka pendek dan jangka panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kata Kunci: Kemiskinan, TPAK, Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu penanda yang digunakan untuk menilai kinerja perekonomian suatu negara. Pertumbuhan ekonomi memperkirakan dampak lanjutan dari kemajuan ekonomi yang dimulai dari satu periode kemudian ke periode berikutnya. Suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sangat mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang stabil karena pertumbuhan ekonomi yang stabil dapat mengatasi permasalahan dalam perekonomian seperti kemiskinan, ketenagakerjaan, pengangguran, dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan. Dengan demikian, suatu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mampu memberikan efek yang tinggi terhadap bidang-bidang lain, karena ketika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi, pembayaran publik akan meningkat sehingga cenderung dialokasikan untuk pembiayaan pembangunan perekonomian. Dengan demikian, pertumbuhan
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 315
ekonomi merupakan kebutuhan pokok suatu negara untuk mensejahterakan penduduknya (Asnidar, 2018).
Di negara berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi memiliki dua komponen penghambat, yaitu SDM dan pengumpulan modal. SDM yang dimaksud adalah pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan tenaga kerja, sedangkan pengumpulan modal yang dimaksud adalah upah yang diperoleh suatu wilayah. Selain itu, Indonesia memiliki populasi terbesar keempat di dunia. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini, penduduk Indonesia mencapai 271.349.889 jiwa. Hal ini menyebabkan Indonesia tak luput dari permasalahan-permasalahan perekonomian yang ada, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi berubah-ubah setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh banyak sektor, dimana sektor tersebut merupakan akumulasi dari aktivitas yang dilakukan oleh penduduk suatu negara. Artinya, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada aktivitas penduduknya.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun sejak krisis moneter pada tahun 1998 menunjukkan bahwa tingkat perekonomian di Indonesia terus berkembang. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia selama ini belum memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kemiskinan, ketimpangan dan meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakatnya, pembangunan ekonomi yang diharapkan semata-mata ditentukan dari laju pencapaian pertumbuhan yang tinggi, namun juga dari aspek kesejahteraan masyarakat secara luas.
Tabel 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1991-2020 Tahun Pertumbuhan
Ekonomi Tahun Pertumbuhan Ekonomi
1991 7.0 2006 5.5
1992 6.5 2007 6.3
1993 6.5 2008 6.0
1994 11.8 2009 4.6
1995 8.2 2010 6.2
1996 7.8 2011 6.2
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 316
1997 4.7 2012 6.0
1998 -13.1 2013 5.6
1999 0.8 2014 5.0
2000 4.9 2015 4.9
2001 -0.9 2016 5.0
2002 4.4 2017 5.1
2003 4.7 2018 5.2
2004 5.0 2019 5.0
2005 5.7 2020 -2.1
Sumber : Badan Pusat Statistik (berbagai edisi)
Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia setiap tahunnya dari tahun 1991 sampai 2020 mengalami perubahan. Hal ini terjadi dikarenakan adanya proses pembangunan. Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter yang membuat pertumbuhan ekonomi di Indonesia cenderung akan mengalami penurunan sebesar 4,70% laju pertumbuhan ekonomi pada tahun berikutnya 1998 mengalami penurunan yang sangat luar biasa sebesar -13,1%. Pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi kembali berkembang meskipun masih rendah jika dibandingkan dengan tahun 1997. Tetapi seiring berjalannya waktu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai membaik dan meningkat pada tahun 2000 sebesar 4,9%. Selama 4 tahun, tepatnya tahun 2005 sampai tahun 2008 perekonomian Indonesia berkembang cukup signifikan (rata-rata di atas 5%), membuat Indonesia pada saat itu secara finansial cukup diperhatikan oleh perekonomian dunia.
Pada tahun 2009 menurun lagi sebesar 4,6%. Kemudian pada tahun berikutnya 2010 naik kembali sebesar 6,2%. Pada tahun 2011-2015 laju pertumbuhan ekonomi semakin menurun, tetapi pada tahun berikutnya mengalami kenaikan kembali. Pada saat 2020 laju pertumbuhan ekonomi turun sebesar -2,1% , hal ini dikarenakan adanya virus corona sehingga semua aktivitas perekonomian terganggu.
Masalah-masalah kependudukan yang mempengaruhi perekonomian di Indonesia diantaranya adalah kemiskinan, TPAK dan pengangguran. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan, karena kemiskinan dapat membuat seseorang atau sekelompok orang tidak dapat memenuhi hak-hak dasarnya seperti terpenuhinya kebutuhan pangan, pendidikan, pekerjaan,
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 317
kesehatan dan berbagai kebutuhan lainnya. Selain itu, kemiskinan juga dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu negara. Kemiskinan yang tinggi akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan ekonomi menjadi lebih menonjol secara signifikan sehingga berimplikasi pada pembangunan ekonomi yang terhambat. Masyarakat miskin memiliki daya beli yang rendah sehingga efek multiplier pun menjadi kecil yang akan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi lambat (Utami, 2020).
Semakin besar jumlah penduduk di Indonesia, semakin banyak pula jumlah angkatan kerja.
Semakin tinggi jumlah angkatan kerja maka semakin tinggi pula tingkat partisipasi tenaga kerja.
Apabila pertumbuhan tingkat partisipasi tenaga kerja semakin besar dan tidak diimbangi dengan aksesibilitas pembukaan usaha, maka akan terjadi disparitas. Masalah kesepatan kerja memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi, dimana ketika kesempatan kerja meningkat maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin meningkat (Safitri dan Ariusni, 2019).
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pengangguran. Bertambahnya jumlah penduduk setiap tahunnya selain menyebabkan angkatan kerja meninngkat juga akan menyebabkan pengangguran, karena jika pertambahan angkatan kerja tidak dibarengi dengan perluasan usaha, maka akan menyebabkan pengangguran karena tenaga kerja tidak dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi akan menyebabkan stabilitas ekonomi nasional terganggu. Oleh karena itu, setiap negara selalu menjaga agar tingkat penganggurannya selalu berada dalam batas yang wajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1991 hingga 2020. Selain itu, juga mengkaji apakah variabel-variabel yang digunakan secara simultan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM).
METODE PENELITIAN
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 318
Sumber Data dan Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) periode 1991-2020. Data yang digunakan adalah data time series. Objek dalam penelitian ini menggunakan Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebagai variabel terikat atau dependent. Kemudian variabel Kemiskinan (X1), TPAK (X2), dan Pengangguran (X3) sebagai variabel bebas atau independent. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Indonesia.
Definisi dan Operasional Variabel Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2010:9) pertumbuhan ekonomi memperkirakan pencapaian dan kemajuan suatu perekonomian. Dimulai dari satu periode kemudian ke periode berikutnya, kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat, hal ini karena perluasan faktor-faktor produksi baik dari segi jumlah maupun kualitas. Salah satu cara untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah Produk Domestik Bruto atau Produk Domestik Regional Bruto (Pambudi, 2013).
Pada umumnya, persamaan yang sering digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi adalah rumus dengan metode hitung atau metode aritmatik, yaitu menghitung pertambahan GNP atau PDB (perkapita) dari satu tahun ke tahun lainnya. Rumusnya adalah :
𝐺𝑔𝑛𝑝 = 𝐺𝑁𝑃𝑛−𝐺𝑁𝑃𝑛−1
𝐺𝑁𝑃𝑛−1 𝑥 100%
Dimana :
Ggnp = Pertumbuhan Ekonomi GNPn = GNP tahun berikutnya GNPn-1 = GNP tahun lalu
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah ekonomi yang sulit untuk diperbaiki. Kemiskinan membuat seorang individu tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan hidupnya. Menurut Lembaga Penelitian SMERU (2001) dalam Arif (2018) orang miskin memandang bahwa kemiskinan adalah suatu kondisi ketika seseorang kehilangan kepercayaan, jatuh ke dalam ketergantungan, terpaksa menerima perlakuan kasar dan hinaan, dan diabaikan ketika mencari
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 319
bantuan. SMERU juga mengungkapkan perngertian lain kemiskinan yaitu kegagalan individu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan meningkatkan kualitas hidupnya. Kemiskinan muncul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan alat produksi, kemiskinan juga diidentikkan dengan mentalitas tertentu, budaya hidup, dan lingkungan tertentu dalam suatu masyarakat.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut Sukirno (2004), angkatan kerja adalah jumlah tenaga kerja yang ada dalam perekonomian pada waktu tertentu. Angkatan kerja terdiri dari kelompok kerja dan kelompok pengangguran yang mencari pekerjaan, sedangkan yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja adalah orang-orang yang masih sekolah, kelompok yang mengurus rumah tangga, dan kelompok lain atau menerima pendapatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang merupakan angkatan kerja.
Pengangguran
Menurut Sukirno, (2010:472) pengangguran adalah seseorang yang digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat kompensasi tertentu, namun tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan adalah tingkat pengangguran terbuka. Tingkat pengangguran terbuka adalah tingkat kuantitas pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam satuan persen (%).
Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi kesalahan atau ECM (Error Correction Model) oleh Engle-Granger yang diolah menggunakan software E-views 10. Tahapan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu uji stasioneritas, uji kointegrasi, Error Correction Model (ECM), dan uji asumsi klasik. Secara sistematis model dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = f (Kemiskinan, TPAK, Pengangguran)
(1)
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 320
Model persamaan jangka panjangnya adalah :
𝐄𝐆𝐭 = 𝛂𝟎+ 𝛂𝟏𝐊𝐞𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧𝐭+ 𝛂𝟐𝐓𝐏𝐀𝐊𝐭+ 𝛂𝟑𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐫𝐚𝐧𝐭+ 𝛆𝐭 (2)
Sedangkan model persamaan jangka pendeknya adalah :
𝐃(𝐄𝐆𝐭) = 𝛂𝟎+ 𝛂𝟏𝐃(𝐊𝐞𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧𝐭) + 𝛂𝟐𝐃(𝐓𝐏𝐀𝐊𝐭) + 𝛂𝟑𝐃(𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐫𝐚𝐧𝐭) + 𝛂𝟒𝐄𝐂𝐓 + 𝛆𝐭 (3)
Dimana :
Y = Laju Pertumbuhan Ekonomi
Kemiskinan = Presentase Penduduk Miskin TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Pengangguran = Presentase Pengangguran Terbuka
EGt = Laju Pertumbuhan Ekonomi
D(EGt) = Laju Pertumbuhan PDB yang didifferensiasi 1st
D(Kemiskinant) = Presentase Penduduk Miskin yang didifferensiasi 1st D(TPAKt) = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang didifferensiasi 1st D(Penganggurant) = Presentase Pengangguran Terbuka yang didifferensiasi 1st ECT = Error Correction Term
𝛆𝐭 = Error Term
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Stasioneritas
Uji stationer dalam penelitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Jika nilai ADF lebih rendah dari nilai kritis maka bersifat tetap atau stasioner, tetapi jika nilai ADF lebih tinggi dari nilai kritis maka bersifat tidak stasioner.
Tabel 2. Hasil Uji Stasioneritas Akar Unit (level) Variabel Nilai
ADF
Nilai Kritis MacKinnon
Prob. Ket.
1% 5% 10%
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 321
EG -216.162 -3.699.871 -2.976.263 -2.627.420 0.2239 Tidak Stasioner Kemiskinan -
1.034.40 -3.699.871 -2.967.263 -2.627.420 0.726 Tidak Stasioner
TPAK -
2.747.84 -3.679.322 -2.967.767 -2.622.989 0.0784 Stasioner 10%
Pengangguran -
1.820.42 -3.699.871 -2.976.767 -2.622.989 0.3636 Tidak Stasioner Sumber : Data olahan eviews 10
Tabel 3. Hasil Uji Derajat Integrasi (1st difference) Variabel Nilai ADF Nilai Kritis MacKinnon
Prob. Ket.
1% 5% 10%
D1_EG -5.764.051 -3.699.871 -2.976.253 -2.627.420 0.0001 Stasioner D1_Kemiskinan -3.803.802 -3.699.871 -2.976.263 -2.627.420 0.0078 Stasioner D1_TPAK -6.792.538 -3.689.194 -2.971.853 -2.625.121 0 Stasioner D1_Pengangguran -3.924.810 -3.689.194 -2.971.853 -2.625.121 0.0057 Stasioner
Sumber : Data olahan eviews 10
Hasil uji akar unit (level) pada Tabel 2 menunjukkan bahwa semua variabel tidak stasioner karena nilai ADF lebih tinggi dari nilai kritisnya (nilai probabilitasnya lebih tinggi dari tingkat signifikansi α = 1%, 5%, dan 10%) kecuali pada variabel TPAK yang stasioner pada α = 10%.
Karena asumsi stasioneritas tidak terpenuhi pada derajat nol atau I(o), maka seluruh variabel akan diuji dengan uji derajat integrasi pada tingkat 1st difference.
Hasil uji derajat integrasi (1st difference) pada Tabel 3 menunjukkan bahwa semua variabel stasioner pada tingkat signifikansi α = 1%, 5%, dan 10% karena nilai ADF lebih negatif (lebih rendah) dari nilai kritisnya.
2. Uji Kointegrasi
Uji kointegrasi bertujuan untuk menguji residual regresi apakah sudah stasioner atau belum stasioner. Uji ini hanya dapat dilakukan dengan variabel-variabel terkait dan memiliki derajat
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 322
integrasi yang sama. Uji kointegrasi juga menunjukkan adanya hubungan jangka panjang pada variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 4. Hasil Uji Akar Unit terhadap Residual Persamaan Jangka Panjang Tingkat Level
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.926757 0.0055 Test critical values: 1% level -3.679322
5% level -2.967767
10%
level -2.622989
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Sumber : Data olahan eviews 10
Hasil uji kointegrasi pada Tabel 4 menunjukkan bahwa residual stasioner pada tingkat signifikansi signifikansi α = 1%, 5%, dan 10%, sehingga dapat dikatakan bahwa semua variabel terkointegrasi yang berarti terdapat hubungan jangka panjang antar variabel dan dapat membentuk model jangka pendek ECM.
3. Hasil Estimasi ECM
Setelah lolos kointegrasi, tahap selanjutnya adalah membentuk persamaan Error Correction Model (ECM). Pendekatan Error Correction Model (ECM) digunakan pada data time series yang ditentukan untuk mengetahui pergerakan dinamis jangka pendek dan jangka panjang.
Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut : Model jangka pendek :
D(EG) = α0 + α1D(Kemiskinan) + α2D(TPAKt) + α3D(Penganggurant) + α4ECT + εt (1)
D(EG) = − 0.169632 −
1.367986Kemiskinant− 1.398735TPAKt− 0.370625Penganggurant− 0.693149ECT +
εt (2)
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 323
Model jangka panjang :
EG = α0+ α1Kemiskinant+ α2TPAKt+ α3Penganggurant+ εt (1)
EG = 101.1095 − 0.472637Kemiskinant− 1.356582TPAKt+ 0.208463Penganggurant+ 𝜀𝑡 (2)
Tabel 5. Hasil Estimasi ECM Jangka Pendek
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.169632 0.665421 -0.254924 0.8010
D1_KEMISKINAN -1.367986 0.386089 -3.543192 0.0017 D1_TPAK -1.398735 1.061930 -1.317163 0.2002 D1_PENGANGGURAN -0.370625 0.782151 -0.473853 0.6399 RESID01_ECT(-1) -0.693149 0.205065 -3.380152 0.0025 R-squared 0.587560 Mean dependent var -0.313793 Adjusted R-squared 0.518820 S.D. dependent var 4.977860 S.E. of regression 3.452999 Akaike info criterion 5.471949 Sum squared resid 286.1569 Schwarz criterion 5.707690 Log likelihood -74.34326 Hannan-Quinn criter. 5.545780 F-statistic 8.547570 Durbin-Watson stat 1.625226 Prob(F-statistic) 0.000195
Sumber : Data olahan eviews 10
Tabel 6. Hasil Estimasi ECM Jangka Panjang
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 101.1095 75.16544 1.345159 0.1902
KEMISKINAN -0.472637 0.186580 -2.533159 0.0177 TPAK -1.356582 1.139820 -1.190172 0.2447
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 324
PENGANGGURAN 0.208463 0.363390 0.573661 0.5711 R-squared 0.252537 Mean dependent var 4.616667 Adjusted R-squared 0.166291 S.D. dependent var 4.182565 S.E. of regression 3.819003 Akaike info criterion 5.641422 Sum squared resid 379.2043 Schwarz criterion 5.828248 Log likelihood -80.62132 Hannan-Quinn criter. 5.701189 F-statistic 2.928105 Durbin-Watson stat 1.525398 Prob(F-statistic) 0.052459
Sumber : Data olahan eviews 10
Pengaruh Variabel Kemiskinan terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel kemiskinan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -1.367986 dan probabilitas sebesar 0.0017 yang signifikan pada α=5%
(0.05). Dalam jangka panjang, variabel kemiskinan juga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang juga dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar --0.472637 dan probabilitas sebesar 0.0177 yang signifikan pada α=5% (0.05). Artinya, dalam jangka pendek dan jangka panjang variabel kemiskinan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut UNDP (1996) dalam Mukarramah, dkk (2019) hubungan antara tingkat kemiskinan dan pembangunan manusia, secara spesifik jumlah orang miskin juga akan mempengaruhi pembangunan manusia. Karena orang-orang yang masuk dalam perkumpulan ini pada umumnya memiliki keterbatasan dalam unsur-unsur produksi, sehingga akses dalam kegiatan ekonomi terhambat. Dampaknya, dalam memenuhi kebutuhan dasarnya mereka akan kesulitan apalagi dalam memenuhi kebutuhan lainnya seperti pendidikan, kesejahteraan dan lain-lain. Maka pada daerah-daerah di Indonesia dengan banyak orang miskin akan sulit dalam keberhasilan mencapai pembangunan manusianya. Padahal, pembangunan manusia akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pengaruh Variabel TPAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel TPAK berpengaruh
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 325
negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari nilai koefisien sebesar -1.398735 dan probabilitas sebesar 0.2002 yang tidak signifikan pada α=5% (0.05).
Dalam jangka panjang, variabel TPAK juga berdampak negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang juga dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -1.356582 dan probabilitas sebesar 0.2447 yang tidak signifikan pada α=5% (0.05). Artinya, dalam jangka pendek dan jangka panjang TPAK tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Edwin, dkk (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, TPAK, dan Rasio Beban Ketergantungan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi” dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa TPAK tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi. TPAK tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan penduduk sangat erat kaitannya dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja dan salah satu komponen yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia, bila digunakan secara ideal maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adanya penyebaran penduduk yang tidak seimbang antara satu daerah dengan daerah lainya di Indonesia menyebabkan tidak seimbangnya pemanfaatan tenaga kerja secara regional dan sektoral sehingga akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh Variabel Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel pengangguran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0.370625 dan probabilitas sebesar 0.6399 tidak signifikan pada α=5% (0.05). Tetapi dalam jangka panjang, variabel pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yang juga dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0.208463 dan probabilitas sebesar 0.5711 yang tidak signifikan pada α=5% (0.05).
Artinya, dalam jangka pendek dan jangka panjang pengangguran tidak berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Heni, dkk (2018) sesuai dengan hukum okun (okun’s law) yang menyatakan adanya pengaruh empiris antara pengangguran dengan output dalam siklus bisnis. Hasil empiris menunjukkan bahwa penambahan satu point pengangguran akan menurunkan GDP sebesar 2 persen. Ini menyiratkan bahwa ada dampak negatif antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi, serta sebaliknya.
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 326
Apabila pertumbuhan ekonomi di Indonesia berkembang, akan meningkatkan minat terhadap barang dan jasa. Peningkatan minat ini secara tidak langsung akan membuka lapangan kerja baru di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran bergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Jika peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak dinikmati merata oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia, hal itu juga akan meningkatkan jumlah pengangguran.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, variabel Kemiskinan pada tahun penelitian berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas jangka pendek dan jangka panjang yang signifikan pada taraf signifikansi 5%. Variabel TPAK pada tahun periode penelitian tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas jangka pendek dan jangka panjang yang tidak signifikan pada taraf signifikansi 5%. Variabel Pengangguran pada tahun penelitian penelitian tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini dilihat dari nilai probabilitas jangka pendek dan jangka panjang yang tidak signifikan pada taraf signifikansi 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Asnidar. (2018). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ) dan Inflasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Samudra Ekonomika, 2(1), 1–12.
Badan Pusat Statistik. (2013-2020). Kemiskinan dan Ketimpangan Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (2014-2020). Produk Domestik Bruto Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (2016-2020). Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Edwin, Junaidi, dan Adi. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Penduduk, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, dan Rasio Ketergantungan terhadap Pertunbuhan Ekonomi Provinsi Jambi. Jurnal Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, 6(5), 1-10.
Heni, Lorentino, dan Rian. (2019). Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Jumlah Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Magelang tahun 1996- 2017. Directory Journal of Economic, 1(2), 182-194
Novriansyah, M. A. (2018). Pengaruh pengangguran dan kemiskinan Terhadap pertumbuhan ekonomi Di provinsi gorontalo. Gorontalo Development Review, 1(1), 59-73.
Doi Artikel : 10.46306/vls.v2i1.104 327
Pambudi, E. W., & Miyasto, M. (2013). Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah. Diponegoro Journal of Economics, 51-61.
Safitri, A., & Ariusni. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan Daerah, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Barat. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Pembangunan, 1(3), 351–364.
Sukirno, Sadono. (2004). Makro Ekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. (2010). Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Utami, Farathika putri. (2020). Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia , Kemiskinan dan Pengangguran terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Samudra Ekonomika, 4(2), 101–113.
Yolanda, C., & Zulkarnain, M. (2019). Analisis Pengaruh Belanja Modal dan IPM Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan di Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Samudra Ekonomika, 3(2), 105-117.