• Tidak ada hasil yang ditemukan

analisis determinan yang mempengaruhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "analisis determinan yang mempengaruhi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL (Studi Pada Perusahan Manufaktur Subsektor Farmasi Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) Tahun 2013-2017) Disusun Oleh:

Alief Mustikaweni [email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia Nama Pembimbing:

Dr. Siti Aisjah, S.E., M.Si., CSRS., CFP.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia ABSTRACT

This research purpose is to examined the effect of determinant profitability, tangibility asset, firm size, growth opportunity, and Non-debt tax shield (NDTS) to capital structure pharmacy firms which has listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2013- 2017 period. Pharmacy firms has developed very greatly in Indonesia because of Indonesia’s growing population and government program to increase the health on citizens through National Health Assurance / Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). This research using sample of 7 companies which have listed at the Indonesia Stock Exchange. The research uses explanatory quantitative method and multiple linear regression as the analyzing tool. The findings shown that profitability, firm size and NDTS have effect on firm’s capital structure. While tangibility asset and growth opportunity do not have effect on firm’s capital structure.

Keywords: Capital Structure, Pharmacy Firm, Profitability, Tangibility Asset, Firm Size, Growth Opportunity, Non-debt tax shield (NDTS).

1. Pendahuluan

Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan peningkatan ekonomi yang terus bertumbuh tiap tahunnya. Salah satu dampak dari tingginya jumlah dan pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya

kebutuhan akan produk-produk kesehatan dan medis. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan akan membentuk suatu peluang usaha.

Peluang usaha tersebut mendorong perusahaan untuk selalu mampu

(2)

menjaga kinerja perusahaannya guna meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap produk-produknya. Guna mempertahankan kinerja dan sebagai tujuan jangka panjangnya, suatu perusahaan diharuskan untuk mampu membuat perencanaan yang baik dan pengambilan keputusan yang tepat.

Perencanaan terhadap struktur modal pada manajemen keuangan diperlukan guna mencapai nilai perusahaan secara maksimum dengan biaya modal yang paling minimum.

Pada pengembangan bisnis atau ekspansi, perusahaan membutuhkan sumber dana sebagai modalnya.

Pemenuhan sumber dana ini dapat berasal dari sumber daya internal maupun sumber daya eksternal. Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017) menyatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan dalam menentukan sumber dana yang akan digunakan yakni pertimbangan biaya modal (Cost of capital), biaya kebangkrutan dan berbagai biaya lain.

Hasil penelitian dari Chang, Chen dan Liao (2014) tentang variabel- variabel struktur modal di China. Hasil penelitian menjelaskan bahwa variabel

yang paling berpengaruh adalah variabel profitabilitas (Profitability) dan variabel aset berwujud (Asset tangibility). Serta variabel yang berpengaruh tidak signifikan adalah variabel pajak (NDTS).

Sedangkan Hang, Geyer- Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl pada tahun 2017 melakukan penelitian mengenai studi mengenai variabel- variabel yang mempengaruhi struktur modal perushaan pada 100 perusahaan yang pernah diteliti sebelumnya.

Variabel – variabel yang digunakan antara lain Asset tangibility, Non-debt tax shield (NDTS), Firm growth, Growth opportunities, Firm size, Earnings volatility dan Profitability.

Hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian tersebut adalah asset tangibility berpengaruh paling besar pada struktur modal dan profitabilitas berpengaruh paling kecil.

Ramli, Latan dan Solovida (2017) melakukan penelitian menggunakan struktur modal sebagai variabel dependen. Untuk variabel- variabel independen “Firm specific”

antara lain aset berwujud, kesempatan untuk tumbuh, ukuran perusahaan,

(3)

likuiditas, risiko bisnis dan NDTS.

Sedangkan variabel-variabel independen “Country specific” yang digunakan antara lain perkembangan pasar modal, pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, dan tingkat inflasi.

Penelitian ini membagi objek penelitian menjadi dua panel, Panel A (sampel perusahaan di Indonesia) dan Panel B (sampel perusahaan di Malaysia).

Perusahaan–perusahaan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah tujuh sampel perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sub sektor farmasi yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun buku 2013-2017.

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal masih merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena berbagai perbedaan hasil.

Dari latar belakang penelitian, maka permasalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Apakah profitabilitas (profitability) berpengaruh

secara signifikan terhadap struktur modal?

2. Apakah aset berwujud (asset tangibility) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal?

3. Apakah ukuran perusahaan (firm size) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal?

4. Apakah kesempatan untuk tumbuh (growth opportunity) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal?

5. Apakah Non-Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal?

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh secara signifikan profitabilitas (Profitability) terhadap struktur modal.

2. Menganalisis pengaruh secara signifikan aset berwujud (asset tangibility) terhadap struktur modal.

3. Menganalisis pengaruh secara

(4)

signifikan ukuran perusahaan (firm size) terhadap struktur modal.

4. Menganalisis pengaruh secara signifikan kesempatan untuk tumbuh (growth opportunity) terhadap struktur modal.

5. Menganalisis pengaruh secara signifikan Non-Debt Tax Shield (NDTS) terhadap struktur modal.

2. Landasan Teori dan Hipotesis Profitabilitas (Profitability)

Brigham dan Houston (2011) menyatakan bahwa Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran untuk menilai sejauh

mana perusahaan mampu

menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Trade-off theory menyatakan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan modal sendiri.

Pecking Order Theory menyatakan bahwa semakin baik profitabilitas perusahaan, maka semakin rendah proporsi utang yang dimiliki dibandingkan dengan proporsi ekuitasnya. Bagi perusahaan, profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan

badan usaha tersebut.

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menggunakan proporsi utang yang relatif kecil, karena kebutuhan dana perusahaan dapat dipenuhi dari sumber dana internalnya. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chang, Chen, dan Liao (2014), dimana profitabilitas berpengaruh secara positif terhadap struktur modal.

Hipotesis 1: Profitabilitas (Profitability) berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan.

Aset Berwujud (Asset Tangibility) Aset Berwujud (Asset Tangibility) adalah rasio perbandingan antara aset tetap berwujud (minus aset tidak berwujud) dengan total aset. Aset berwujud bersifat jangka panjang atau secara relatif memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka waktu panjang (Niswonger, Reeve, Warren dan Fees, 2010).

Semakin tinggi jumlah aset berwujud dalam total aset yang dimiliki perusahaa, maka semakin mempermudah perusahaan untuk mendapatkan utang karena aset

(5)

berwujud tersebut dapat digunakan sebagai jaminan bagi kreditur.

Pernyataan ini didukung oleh ketiga hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chang, Chen, dan Liao (2014); Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017); Ramli, Latan dan Solovida (2017). Ketiga hasil penelitian tersebut sama-sama berkesimpulan bahwa aset berwujud berpengaruh positif terhadap struktur modal.

Hipotesis 2: Aset berwujud (Asset tangibility) berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan.

Ukuran Perusahaan (Firm Size) Menurut Niswonger (2010) ukuran perusahaan diartikan sebagai skala untuk klasifikasi besar kecilnya perusahaan. Skala ukuran perusahaan terbagi atas 3 kategori yaitu: (1) Perusahaan besar (Large firm), (2) Perusahaan menengah (Medium size firm), dan (3) Perusahaan kecil (Small firm). Untuk menentukan ukuran perusahaan dapat menggunakan sejumlah cara, antara lain: total aset yang dimiliki perusahaan, log total aset, nilai saham pada bursa dan cara- cara lainnya (Lessy, 2016).

Perusahaan yang memiliki ukuran (firm size) yang besar memiliki arus kas bebas (free cash flow) yang relatif tinggi. Apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana untuk aktivitasnya, maka akan memilih sumber pendanaan internal yaitu laba ditahan (retained earnings).

Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017); serta penelitian yang dilakukan oleh Latan dan Solovida (2017), dimana ukuran perusahaan memiliki pengaruh secara negatif terhadap struktur modal.

Hipotesis 3: Ukuran perusahaan (Firm size) berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan.

Kesempatan untuk Tumbuh (Growth Opportunity)

Menurut De Vries (2010) kesempatan untuk tumbuh (Growth opportunity) adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan melakukan investasi di masa mendatang. Perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang tinggi lebih memilih menggunakan saham sebagau sumber pendanaan,

(6)

dengan harapan para pemegang saham dapat menikmati pertumbuhan saham tersebut. Perusahaan dengan harapan prospek pertumbuhan yang tinggi harus mampu memaksimalkan penggunaan sumber dana eksternalnya.

Perusahaan yang memiliki kesempatan tinggi untuk melakukan pertumbuhan cenderung memiliki permasalahan arus kas bersih lebih kecil namun keputusan biaya utang (Cost of debt) yang lebih besar.

Kesempatan untuk tumbuh (Growth opportunity) mempengaruhi tingkat pendapatan perusahaan melalui penjualan. Semakin tinggi kesempatan untuk tumbuh, maka berdampak kepada kebutuhan pendanaan yang semakin besar. Selain itu, pergerakan pada variabel ini juga memberikan sinyal terhadap pihak internal (manajemen perusahaan) dan eksternal perusahaan (pemegang saham, pemberi kredit dan masyarakat). pernyataan ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Chang, Chen, dan Liao (2014), serta pada hasil penelitian Latan dan Solovida (2017). Kedua hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa kesempatan untuk tumbuh

memiliki pengaruh secara negatif terhadap struktur modal.

Hipotesis 4: Kesempatan untuk tumbuh (Growth opportunity) berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan.

Non-Debt Tax Shield (NDTS)

Altuntas, Berry-Stölzle dan Wende (2015) menyatakan bahwa Non-Debt Tax Shield (NDTS) diartikan sebagai jumlah besarnya biaya non kas yang dapat menimbulkan penghematan pajak dan digunakan sebagai dasar untuk mengurangi utang.

NDTS adalah rasio depresiasi terhadap total aset yang dimiliki perusahaan.

Walaupun NDTS tidak termasuk dalam biaya-biaya yang berkaitan dengan utang, NDTS berperan sebagai substitusi untuk pengurang pajak dan berpengaruh negatif terhadap utang.

Berkenaan dengan teori trade-off, disebutkan bahwa NDTS berpengaruh negatif terhadap utang, karena alternatif sumber pengurang pajak akan mempengaruhi rasio sumber dana eksternal perusahaan yang kemudian akan mempengaruhi keputusan struktur modalnya.

Nilai depresiasi yang tinggi

(7)

menunjukkan perusahaan memiliki aset tetap yang tinggi. Semakin tinggi aset tetap yang diinvestasikan, maka jumlah depresiasi akan semakin tinggi dan semakin besar manfaat dari pengurangan pajak. Sehingga sumber dana internal yang dimiliki akan semakin besar dan berakibat pada rendahnya kebutuhan dana eksternal berupa utang. Hipotesis ini didukung oleh ketiga hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chang, Chen, dan Liao (2014); Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017); Latan dan Solovida (2017). Ketiga hasil penelitian tersebut sama-sama menyatakan bahwa Non-Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan.

Hipotesis 5: Non-Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh positif terhadap struktur modal perusahaan.

Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian

Sumber: Berbagai Sumber Diolah, 2019

3. Metode

Jenis penelitian yang dilakukan pada skripsi ini adalah penelitian eksplanatori (Explanatory) dengan pendekatan kuantitatif (Quantitative approach). Penelitian ini mengadopsi penelitian replikasi (Replication research). Penelitian ini berdasar pada 11 perusahaan sebagai populasi dan mengerucut menjadi 7 perusahaan karena menerapkan Purposive sampling yang membatasi pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu.

Penelitian ini digunakan data sekunder dan Metode pengumpulan data menggunakan metode studi dokumentasi.

Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

Variabel terikat (Dependent variable) pada penelitian ini adalah struktur modal. Brigham dan Houston (2011) merumuskan DER sebagai berikut:

𝐷𝐸𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%

Variabel bebas (Independent variables) pada penelitian ini antara lain:

(8)

Profitabilitas

Rasio profitabilitas adalah ukuran untuk mengetahui seberapa jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya. Rasio profitabilitas diproksikan dengan rasio Return on Equity (ROE). ROE dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2011:425):

𝑅𝑂𝐸 = 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥 100%

Aset berwujud (Asset Tangibility) Aset berwujud berhubungan dengan jumlah kekayaan (Asset) yang dapat dijadikan jaminan (collateral), hal ini dipandang sebagai cara untuk mengurang risiko kreditur. variabel aset berwujud (Asset tangibility) dirumuskan sebagai berikut (Jansen, 2014):

𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 = 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%

Ukuran Perusahaan (Firm Size) Menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dihitung dengan skala total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, total aset, dan rata-rata total aset. Ukuran

perusahaan dihitung dengan rumus (Chang et al, 2014):

𝐹𝑖𝑟𝑚 𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑜𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 Kesempatan untuk tumbuh (Growth Opportunity)

Growth opportunity disebut juga sebagai kesempatan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. Kesempatan untuk tumbuh diproksikan dengan total penjualan dan dihitung dengan (Hang et al, 2017):

𝐺𝑟𝑜𝑤𝑡ℎ 𝑜𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡𝑢𝑛𝑖𝑡𝑦

= 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡 − 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡 − 1

𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡 − 1 𝑥 100%

Non-Debt Tax Shield (NDTS)

Non-Debt Tax Shield (NDTS) merupakan besarnya biaya non kas yang menyebabkan penghematan pajak dan digunakan sebagai modal untuk mengurangi utang. NDTS merupakan instrumen pengganti atau substritusi untuk biaya bunga (Interest expense), yang akan mengurangi perhitungan pajak atas laba yang diperoleh perusahaan. Latan dan Solovida (2017) menyatakan bahwa semakin besar nilai NDTS semakin besar pula jumlah pengurangan pajak yang bisa dihindari

(9)

perusahaan. Variabel NDTS dirumuskan sebagai berikut (Ramli et al, 2017):

𝑁𝐷𝑇𝑆 = 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 𝑥 100%

Metode Analisis Data Uji statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan tentang gambaran objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Priyatno, 2016). Data yang dilihat dari analisis statistik deskriptif yaitu meliputi jumlah data penelitian, nilai minimal, nilai maksimal, rata-rata, dan standar deviasi.

Menurut Priyono (2016) Uji asumsi klasik adalah uji prasyarat yang dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan analisis data. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi data yang akan digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Analisis regresi merupakan studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan salah satu atau lebih variabel independen dengan tujuan untuk mengestimasi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2011).

Persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut (Ghozali, 2011):

Y = a + b1X1 + b2X2 + … + bnXn

Keterangan:

Y = Variabel

dependen (nilai yang diprediksikan)

X1, X2, Xn = Variabel Independen

a = Konstanta

(nilai Y apabila nilai X1, X2, Xn

= 0)

b1,b2, dan bn = koefisien regresi (nilai peningkatan maupun penurunan)

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Uji statistik deskriptif berkaitan dengan proses pengumpulan,

(10)

penyajian, dan peringkasan berbagai karakteristik data, sehingga dapat menggambarkan karakter-karakter sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 1 Uji Statitistik Deskriptif

Sumber: Hasil Output SPSS Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat normal atau tidaknya data yang dianalisis. Pada penelitian ini digunakan analisis statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dan Grafik Normal P-P Plot

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan hasil pada tabel 4.8 diketahui bahwa nilai Asymp.sig (2-

tailed) sebesar 0,063, lebih besar dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Gambar 1 Grafik Normal P-P Plot

Sumber: Hasil Output SPSS

Hasil normlitas juga dapat diinterpretasikan dari gambar 4.2 grafik normal P-P Plot. Sebaran titik- titik dari grafik normal P-P Plot cenderung mendekati garis lurus dengan persebaran yang tidak terlalu jauh.

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan terdapat adanya korelasi yang cukup kuat di antara variabel – variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang cukup kuat antara

(11)

variabel – variabel independennya.

Identifikasi statistik yang dapat dilakukan untuk melihat gejala multikolinieritas adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan uji multikolinieritas dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel independen yang digunakan pada penelitian tidak terjadi multikolinieritas, sehingga model regresi layak untuk digunakan.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui hubungan (Correlation) yang terjadi antara anggota-anggota sampel penelitian yang tersusun dalam rangkaian waktu (Data time series).

Pengujian yang umum dilakukan untuk mengetahui adanya auto-korelasi adalah menggunakan uji statistik Durbin – Watson (DW). Dari

pengujian DW yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Hasil Output SPSS

Nilai Durbin-Watson yang didapat berada di area bebas autokorelasi, karena nilai Durbin-Watson lebih besar dari nilai dU dan lebih kecil dari nilai 4-dU (1,8029 < 2,1971).

Gambar 2 Letak Nilai Durbin Watson

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan hasil uji autokorelasi tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

(12)

model regresi pada penelitian terjadi ketidaksamaan varians (Variance) dari residu (residual) hasil pengamatan yang dilakukan.

Tabel 5 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas yang telah dilakukan, seluruh variabel independen mempunyai hasil nilai signifikansi >

0,05 maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa dari model regresi yang digunakan pada penelitian ini tidak terdapat heteroskedastisitas.

Gambar 3 Grafik Scatterplot

Sumber: Hasil Output SPSS

Sebaran titik-titik dari grafik Scatterplot tidak membentuk suatu

pola atau alur tertentu dan menyebar.

Dari hasil interpretasi grafik Scatterplot dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada data yang diuji.

Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 6 Hasil Analisis Koefisien Regresi

Sumber: Hasil Output SPSS

Berdasarkan perolehan hasil pada tabel, hasil pengujian analisis regresi linear berganda dijelaskan melalui persamaan berikut ini:

Y = = a + 𝛽1 ROE+ 𝛽2 Asset.tang + 𝛽3 Size + 𝛽4 Growth.opt + 𝛽5 NDTS Y= 109,257 - 0,156 ROE - 0,048 Asset.tang - 5,709 Size - 0,314 Growth.opt + 0,868 NDTS

Koefisien Determinasi

(13)

Koefisien determinasi (Adjusted R Square) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model yang digunakan untuk menerangkan variasi dari variabel - variabel independen.

Tabel 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Hasil Output SPSS

Dari hasil uji koefisien determinasi (Adjusted R Square) pada penelitian ini diperoleh nilai sebesar 0,642. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas, aset berwujud, ukuran perusahaan, kesempatan untuk tumbuh dan NDTS mempengaruhi struktur modal (DER) sebesar 64,2%, sedangkan sebesar 35,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas lain yang tidak termasuk pada penelitian ini.

Pengujian Hipotesis Uji Kelayakan (Uji F)

Uji kelayakan (Uji F) digunakan untuk menguji hipotesis nol, bahwa koefisien determinasi majemuk dalam populasi R2 sama dengan nol.

Tabel 8 Tabel ANOVA

Sumber: Hasil Output SPSS

Dari tabel tersebut diperoleh nilai F hitung sebesar 13,217 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil dari nilai signifansi 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan bahwa model regresi sudah layak untuk digunakan.

Pembahasan

Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan disimpulkan bahwa Profitabilitas berpengaruh negatif namun signifikan terhadap struktur modal. Dari hasil penelitian tersebut dapat dimaknai bahwa keputusan pengambilan modal perusahaan- perusahaan manufaktur subsektor farmasi yang diteliti tidak dipengarushi

MODEL F Sig.

Regressio

n 13,217 0,000

MODEL R Square Adjusted R Square Regression 0,695 0,642

Model t Sig. Keterangan (Constant) 4,828 0,000 Profitability -4,516 0,000 Signifikan

Asset tang 0,693 0,494 Tidak Signifikan Firm size -3,597 0,001 Signifikan

Growth

Opoortunity -1,333 0,193 Tidak Signifikan NDTS -2,92 0,007 Signifikan

(14)

secara signifikan dari variabel profitabilitas. penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hang, Geyer- Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017) juga berkesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap keputusan struktur modal perusahaan. Semakin tinggi profit yang dihasilkan, maka perusahaan akan lebih memilih menggunakan pendanaan dari sumber internalnya yaitu menggunakan laba yang diperoleh perusahaan.

Hal ini sejalan dengan teori struktur modal yakni Pecking Order Theory. Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk menggunakan sumber dana internal daripada harus menggunakan sumber dana eksternal atau utang.

Pengaruh Aset Berwujud terhadap Struktur Modal

Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai untuk kegiatan operasional perusahaan. Aset tetap dapat digunakan seagai jaminan (Collateral) untuk memperoleh utang. Hal ini sejalan dengan trade-off theory yang

menyatakan bahwa perusahaan mendapat manfaat utang dengan adanya aset berwujud sebagai jaminan, namun memiliki risiko kebangkrutan yang harus dihadapi.

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel aset berwujud berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan struktur modal. Karena nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 sehingga terdapat kurang dari 95% kemungkinan aset berwujud berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil ini belum mampu membuktikan hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “Aset berwujud (Asset tangibility) berpengaruh positif terhadap struktur modal

Hasil ini bertolak belakang dengan ketiga penelitian terdahulu, dimana variabel aset berwujud berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Keberadaan aset tetap pada perusahaan-perusahaan sampel tidak mempengaruhi keputusan modal perusahaan, walaupun dengan adanya aset yang dapat mempermudah

(15)

memperoleh utang.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berpengaruh neatif tetapi signifikan terhadap struktur modal.

Ukuran perusahaan tidak mempengaruhi keputusan pendanaan terhadap struktur modalnya. Hal ini sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap keputusan modal, karena perusahaan yang berukuran kecil dan menengah juga memiliki akses terhadap utang.

Perusahaan yang lingkupnya lebih besar tentunya membutuhkan modal yang besar untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualannya.

Pengaruh negatif ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ramli dan Solovida (2017) serta penelitian yang dilakukan oleh Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017). Perusahaan besar memiliki kecenderungan untuk

mendapat tingkat pengembalian (Return) yang tinggi sehingga mendapat peluang lebih untuk memperoleh utang. Sedangkan perusahaan yang berukuran lebih kecil cenderung memiliki hambatan dalam memperoleh modal internal, sehingga membutuhkan tambahan modal dari pihak eksternal (Ramli dan Solovida, 2017).

Pengaruh Kesempatan untuk Tumbuh terhadap Struktur Modal Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan disimpulkan bahwa kesempatan untuk tumbuh berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan struktur modal. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chang, Chen dan Liao (2014) serta penelitian yang dilakukan oleh Ramli dan Solovida (2017). Hasil ini sejalan dengan trade-off theory dan pecking order theory yang sama-sama menyatakan bahwa estimasi dan pertumbuhan penjualan pada perusahaan berpengaruh atas keputusan struktur modal. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan

(16)

Stöckl (2017) mendapatkan hasil positif terhadap pengaruh variabel kesempatan untuk tumbuh terhada struktur modal.

Kesempatan untuk tumbuh berpenaruh secara tidak signifikan terhadap struktur modal karena nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 sehingga terdapat kurang dari 95%

kemungkinan kesempatan untuk tumbuh mempengaruhi struktur modal.

Semakin tinggi kesempatan untuk tumbuh akan menurunkan struktur modal perusahaan, begitupun sebaliknya. Semakin tinggi kesempatan untuk tumbuh dapat dimaknai bahwa perusahaan memiliki fleksibilitas dalam melakukan investasi secara optimal dikarenakan manajer perusahaan dapat mengurangi utang terhadap pihak eksternal dan mendapat modal dari internal seperti saham.

Pengaruh Non-Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal

Berdasarkan hasil uji hipotesis terlihat bahwa variabel Non-Debt tax shield (NDTS) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hang, Geyer-Klingeberg, Rathgeber dan Stöckl (2017), serta penelitian yang dilakukan oleh Ramli dan Solovida (2017). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Chang, Chen dan Liao (2014) berkesimpulan bahwa variabel NDTS berpengaruh secara negatif terhadap keputusan struktur modal perusahaan. Hasil ini sesuai dengan trade-off theory yang menyatakan bahwa NDTS berpengaruh secara negatif terhadap struktur modal.

Sehingga apabila terjadi peningkatan pada NDTS maka terjadi penurunan terhadap struktur modal, begitupun sebaliknya.

5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

1. Profitabilitas (ROE) berpengaruh secara negatif namun signifikan terhadap struktur modal.

2. Aset berwujud (Asset.tang) berpengaruh secara negatif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal.

3. Ukuran perusahaan (Size) berpengaruh secara negatif

(17)

namun signifikan terhadap struktur modal.

4. Kesempatan untk tumbuh (Growth.opt) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap struktur modal.

5. Non-Debt tax shield (NDTS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

Saran

1. Bagi Manajemen Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi manajemen perusahaan farmasi dalam pengambilan keputusan mengenai penentuan struktur modal.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya a. Memperhitungkan variabel

- variabel eksternal

b. Pada penelitian ini didapat hasil determinasi variabel terhadap struktur modal sebesar 64,2%. Maka pada penelitian di masa yang akan datang diharapkan terdapat modifikasi terhadap variabel-variabel independen penelitian.

6. Daftar Pustaka

Altuntas, Muhammed, et al (2015). ‘Does one size fit all? Determinants of insurer capital structure around the globe’, Journal of Banking and Finance, Vol 61, pp. 251- 271.

Ardalan, Kavous. (2017). ‘Capital structure theory: Reconsidered’, Research in International Business and Finance, Vol 39, pp. 696-710.

Badan Penjelenggara Kesehatan Nasional (BPJS). 2017. Laporan pengelolaan program tahun 2017 & Laporan keuangan tahun 2017 (Auditan).

Brigham, Eugene F. & Houston. (2011).

Fundamentals of Financial Management. Boston, Massachusetts: Cengage Learning.

Chang, Chun; Chen, Xin & Liao, Guanmin. (2014). ‘What are the reliably important detrminants of capital structure in china?’, Pacific-Basin Finance Journal, Vol 30, pp. 87-113.

De Vries, Annalien. (2010). ‘The effect of firm characteristics and economic factors on the capital structure of South African listed industrial firms’, Thesis.

(18)

Stellenbosch University, South Africa.

Dewi, Putu Sri Mae Yanti & Wirama, Dewa Gede. (2017). ‘Pecking order theory: Pengaruh profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan pada keputusan pendanaan perusahaan’, E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 18, pp. 2423-2450.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS 19 (Edisi kelima).

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hang, Markus; Geyer-Klingeberg, Jerome;

Andreas, Rathgeber & Stöckl, Stefan. (2017). ‘Measurement matters—A meta-study of the determinants of corporate capital structure’, The Quarterly Review of Economics and Finance, Vol 68, pp. 211-225.

Jansen, Axel. (2014). ‘Firm-specific determinants of Dutch Capital Structure: The impact of the 2008 financial crisis’, Thesis.

University of Twente, Enschede.

Kishtainy, Niall; Abbot, George; Farndon, John; Kennedy, Frank;

Meadway, James; Wallace, Christopher & Weeks, Markus.

(2012). The Economics Book:

Big Ideas Simply Explained.

New York: DK Publishing.

Landau, Sabine &Everitt Brian S (2004) A handbook of statistical analyses using SPSS. Washington DC:

Chapman & Hall/CRC Press.

Lessy, Devi Anggriyani (2016). ‘Pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas, profitabilitas dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia’, Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Li, Larry & Islam Silvia Z (2018), ‘Firm and industry specific determinants of capital structure:

Evidence from the Australian market’, International Review of Economics and Finance, pp 1- 13.

Matemilola, B.T; Bany-Ariffin, A.N;

Azman-Saini, W.N.W & Nassir, Annuar Md (2018), ‘Does top managers experienceaffect firm’s capital structure?’, Research in International Business and Finance, Vol 45, pp. 488-498.

Nasution (2012). Metode Riset: Penelitian ilmiah (Edisi 1). Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Krisnadwipayana (2020); Rajabi et al.. The highest indicator presents the problem in the high category of physics concepts, and the lowest indicator visualizes the