• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN METODE PEMBAYARAN ZAKAT BAGI MUZAKKI DI ERA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN METODE PEMBAYARAN ZAKAT BAGI MUZAKKI DI ERA "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN METODE PEMBAYARAN ZAKAT BAGI MUZAKKI DI ERA

DIGITAL

(Studi pada: Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya )

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Affan Irhamsyah 155020500111038

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2019

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PREFERENSI YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN METODE PEMBAYARAN ZAKAT BAGI MUZAKKI DI ERA

DIGITAL

(Studi pada: Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya)

Yang disusun oleh :

Nama : Affan Irhamsyah

NIM : 155020500111038

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 13 September 2019

Malang, 20 September 2019 Dosen Pembimbing,

Aminnullah Achmad Muttaqin, M.Sc. Fin.

NIP. 2016078711241001

(3)

Analisis Faktor-Faktor Preferensi yang Mempengaruhi Keputusan Metode Pembayaran Zakat Bagi Muzakki di Era Digital (Studi pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Brawijaya) Affan Irhamsyah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang Email : Irhmsyhaffan@gmail.com

ABSTRAK

Keberadaan Indonesia sebagai Negara berkembang tidak terlepas dari permasalahan kemiskinan yang memiliki efek domino terhadap munculnya permasalahan lainnya. Islam memiliki instrumen utama sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan the have kepada the have not yaitu zakat. Namun pengumpulan zakat di Indonesia hingga saat ini belum maksimal dengan angka pengumpulan 3,5% di tahun 2018. Melihat gaya hidup masyarakat Indonesia yang telah melibatkan teknologi dalam aktivitas sehari-hari maka Badan Amil Zakat Nasional memberikan perhatian untuk melakukan penghimpunan zakat secara digital melalui financial technology (fintech). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor preferensi yang mempengaruhi keputusan metode pembayaran zakat muzakki di era digital yang menggunakan fintech. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik sampling purposive sampling bagi dosen dan tenaga kependidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang tergolong muzakki. Penelitian ini menggunakan analisis partial least square regression (PLS-R). Hasil dari penelitian ini adalah faktor pengetahuan teknologi dan pengetahuan zakat belum membuktikan adanya pengaruh terhadap keputusan membayar zakat secara digital namun faktor gaya hidup dan kepuasan memiliki pengaruh untuk muzakki memilih membayar zakat secara digital.

Kata kunci: Kemiskinan, Zakat digital, Financial technology, Keputusan preferensi

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia.

Menurut data pertumbuhan yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik tahun 2010, penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa dan yang beragama Islam sebesar 207.176.162 atau sekitar 87% dari populasi yang ada. Namun, keberadaan Indonesia sebagai Negara Berkembang tidak lepas dari banyaknya permasalahan di Bidang Ekonomi. Salah satu permasalahan nyata yang dihadapi bangsa Indonesia adalah disparitas pendapatan dan kemiskinan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 2018, jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia sebesar 25,67 juta orang atau 9,66% dari jumlah populasi yang ada. Kemiskinan merupakan permasalahan yang berbahaya karena memiliki efek domino terhadap kehidupan, misalnya adalah tingkat kriminalitas, pengangguran, hingga dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Islam mempunyai instrumen utama yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan the have kepada the have not, yaitu zakat (BAZNAS, 2014). Zakat merupakan instrumen yang dilakukan untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan. Pengumpulan zakat secara tradisional dilakukan oleh amil dengan cara mengunjungi muzakki dengan sistem pintu ke pintu atau pihak muzakki yang mengunjungi amil. Terdapat sebuah masalah ketika amil mengalami kesulitan mengumpulkan zakat karena hal teknis seperti jarak yang jauh untuk mengunjungi muzakki, amil tidak memiliki cukup waktu, kesulitan transportasi, dan sebagainya.

Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengatakan, potensi zakat di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan data penelitian dari BAZNAS sebesar Rp. 230 triliun. Namun, di tingkat nasional zakat dikumpulkan oleh lembaga badan amil resmi hanya mencapai Rp 8 triliun atau sekitar 3,5% dari potensi yang ada. Hal ini menandakan bahwasannya penghimpunan dana zakat dirasa masih kecil jika dibandingkan dengan potensi yang ada.

Perkembangan teknologi digital meningkat di beberapa negara. Era digital di Indonesia ditandai dengan peningkatan penggunaan Internet oleh masyarakat. Menurut laporan Asosiasi Penyelenggara

(4)

Jasa Internet Indonesia (2017), jumlah konsumen Internet di Indonesia telah mencapai 143,26 juta orang atau, dengan kata lain, lebih dari 50% masyarakat Indonesia mampu mengakses Internet.

Gambar 1 Infografis Pengguna Internet di Indonesia Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)

Hal ini memberikan arti bahwasannya pengembangan sistem zakat nasional harus memanfaatkan perkembangan teknologi informasi sebagai perangkat akselerasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi manajemen zakat, dan untuk meningkatkan manfaat zakat yang akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. Memanfaatkan teknologi untuk pengelolaan zakat merupakan inovasi untuk meningkatkan pengumpulan dan distribusi dari potensi yang sudah ada Saat ini sudah terdapat banyak platform fintech yang memberikan layanan zakat seperti ZakatPay dan muzaki.baznas.go.id (Baznas), zakat.or.id (Dompet Dhuafa), www.rumahzakat.org (Rumah Zakat) sedekahonline.com (Daarul Qur'an), Buka Lapak, Shopee, Matahari Mall, dan kitabisa.com. Jumlah zakat layanan melalui fintech ini mendorong muzakki agar berminat membayar zakat atau menyisihkan pendapatan untuk zakat. Penggunaan teknologi dalam pengelolaan dana zakat juga diperkuat dengan rencana strategis yang telah disusun sebelumnya. BAZNAS (2016) menyatakan bahwa teknologi informasi adalah salah satu topik utama untuk pengelolaan zakat nasional.

Menurut Arifin P. (Ketua BAZNAS, 2019), pada tahun 2017 pihak BAZNAS telah memberikan perhatian lebih terhadap pengumpulan zakat via digital . Pada tahun tersebut pengumpulan zakat via digital telah mencapai 2% dari total pengumpulan zakat yang ada, pada tahun 2018 mencapai 6%.

Kemudian BAZNAS menargetkan pada tahun 2019 dan 2020 masing-masing mencapai 15% dan 30%.

Menurutnya literasi digital harus lebih difokuskan agar penerapan pembayaran zakat via digital dapat dilakukan lebih maksimal.

Pemahaman Muzakki mengenai literasi digital dalam hal ini layanan zakat melalui fintech merupakan salah satu faktor preferensi yang dimiliki untuk melakukan pembayaran zakat. Menurut Kotler (2000), preferensi menunjukkan kesukaan konsumen untuk memilih berbagai pilihan dari produk atau jasa yang ada. Sehingga saat ini secara umum terdapat dua metode pembayaran zakat yaitu, pembayaran zakat secara tradisional (pembayaran zakat langsung diberikan kepada amil) dan yang kedua melalui konsep digital (muzakki memanfaatkan kehadiran layanan pembayaran zakat menggunakan fintech).

Melalui pilihan yang ada, muzakki dihadapkan dengan preferensi untuk menggunakan salah satu metode pembayaran yang ada. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi preferensi muzakki memilih pembayaran zakat yang cocok bagi dirinya. Pada akhirnya tidak ada yang salah apakah muzakki menggunakan metode pembayaran secara tradisional atau secara digital. Harapannya melalui penelitian ini dapat mengukur faktor-faktor preferensi yang paling berpengaruh sehingga menentukan pilihan muzakki untuk menggunakan salah satu metode pembayaran zakat yang ada. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Analisis Faktor-Faktor Preferensi yang Mempengaruhi Keputusan Metode Pembayaran Zakat Bagi Muzakki di Era Digital”

(5)

B. KAJIAN PUSTAKA Konsep Zakat

Menurut Al-Qardawi (1999), kata “Al-Zakat” telah disebutkan sebanyak tiga puluh kali dalam Al- Quran. Secara harfiah, zakat berarti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Sedangkan ditinjau menurut istilah fiqih, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya atau disebut asnaf. Dalam Al-Quran dan hadis disebutkan beberapa kata zakat, sebagaimana firman Allah dalam QS At-Taubah[9]: 103 :

﴾١٠٣﴿ ٌميِلَع ٌعيِمَس ُ ّ َو ْمُهﱠل ٌنَكَس َكَتَﻼَص ﱠنِإ ْمِهْيَلَع ِّلَص َو اَهِب مِهيِّك َزُت َو ْمُهُرِّهَطُت ًةَقَدَص ْمِهِلا َوْمَأ ْنِم ْذُخ Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan

menyucikan mereka.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang memiliki dimensi sosial. Pelaksanaan zakat tidak hanya dilakukan untuk membatalkan kewajiban sebagai seorang Muslim, tetapi diharapkan akan mampu memberikan kontribusi solusi untuk masalah-masalah sosial, terutama kemiskinan. (Tim Divisi Kepatuhan dan Kajian Dampak LAZ al-Azhar, 2017:4).

Konsep Financial Technology

Menurut Bank Indonesia, Financial Technology adalah penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang menghasilkan produk, layanan, teknologi, dan/atau model bisnis baru serta dapat berdampak pada stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, dan/atau efisiensi, kelancaran, keamanan, dan keandalan sistem pembayaran. Fintech juga didefinisikan sebagai inovasi teknologi dalam layanan keuangan yang dapat menghasilkan model-model bisnis, aplikasi, proses atau produk-produk dengan efek material yang terkait dengan penyediaan layanan keuangan (Financial Stability Board, 2017). Menurut Aaron et al.

(2017), Fintech didefinisikan sebagai aplikasi teknologi digital untuk masalah-masalah intermediasi keuangan.

Ada dua faktor utama yang menggerakkan terjadinya evolusi dalam inovasi teknologi finansial (Bernanke, 2009; Awrey, 2013; de Haan, et al, 2015; Financial Study Board, 2017a; dan 2017b), yaitu:

kekuatan permintaan (demand side) dan kekuatan penawaran (supply side). Faktor yang bersumber dari sisi permintaan antara lain adalah : Pertama, pergeseran preferensi konsumen yang mempengaruhi permintaan (demand) konsumen terhadap inovasi.

Akses internet yang mudah dan kemampuan pengguna jaringan internet bertransaksi real-time telah mendorong ekspektasi yang tinggi terutama mengenai kenyamanan, kecepatan, biaya yang lebih murah, dan kemudahan penggunaan layanan keuangan. Selain itu, perubahan preferensi juga terjadi karena pengaruh faktor demografi yang mendorong permintaan, seperti angka melek teknologi yang meningkat dari kelompok yang memang tumbuh dengan teknologi digital (digital natives) dan para generasi milenial.

Kedua, Inovasi teknologi dalam layanan keuangan berkembang dengan pesat dan dengan cara-cara baru serta memanfaatkan model-model bisnis yang berbeda (He, et al., 2017). Menurut majalah the Economist (Edisi 9 Mei 2015), menyebutkan bahwa kemajuan teknologi dalam jasa keuangan ini berpotensi mendemokratisasi keuangan. Paling tidak kombinasi sejumlah teknologi yang bersamaan dengan perangkat akses bagi konsumen, seperti ponsel dan perangkat seluler lainnya yang terhubung ke internet telah menambah dimensi baru bagi dunia digital. Konektivitas yang lebih besar memungkinkan bentuk baru dalam penyediaan layanan.

Sementara itu, faktor penggerak dari sisi penawaran adalah perubahan regulasi keuangan dan struktur pasar, terutama pasca krisis keuangan global 2008-2009. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Chisti dan Barberies (2016) dalam tulisannya pada the fintech book : kelahiran dan munculnya fintech berakar dalam krisis keuangan, dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhdap sistem perbankan. Sehingga muncul inovasi keuangan untuk mengatasi hal tersebut. Penyedia layanan Fintech hadir menawarkan layanan baru dan segar pada biaya yang lebih rendah, melalui platform yang dirancang dengan baik.

(6)

Konsep Pengumpulan Zakat Melalui Financial Technology

Perkembangan era digital telah menciptakan peluang dan ancaman bagi lembaga amil Zakat di Indonesia. Gaya hidup masyarakat tidak terlepas dengan teknologi yang memerlukan lembaga amil zakat perlu berubah untuk menyesuaikan layanan zakat yang mudah diakses ke muzakki melalui pemanfaatan teknologi informasi. Munculnya fintech untuk memfasilitasi kegiatan usaha dapat digunakan pula dalam promosi, pengumpulan dan pelaporan Zakat. Dian F. dan Khozin Z. (2018), dalam penelitiannya mengenai Do we need financial technology for collecting zakat? Mencoba memberikan analisis manajemen SWOT penerapan fintech dalam pengumpulan zakat. Diantaranya memiliki strength yaitu : (1) Akses layanan zakat lebih mudah dan cepat, (2) Menjangkau masyarakat perkotaan dan perdesaan, (3) Biaya transaksi lebih murah dan lebih efisien, (4) Sistem manajemen secara real time, dan (5) Jumlah transaksi yang besar.

Konsep Era dan Masyarakat Digital

Era digital adalah suatu masa dimana proses yang terjadi dari industri berbasis ekonomi informasi bergeser menggunakan komputer atau perangkat teknologi sebagai media atau komunikasi. Lau (2003) mendefinisikan digital era sebagai suatu masa di mana ada akses yang luas, siap dan mudah untuk berbagi dan penggunaan informasi dalam elektronik dapat diakses. Pengambilan dan pengiriman informasi bergantung pada keberadaan internet. Era saat ini sering disebut sebagai era informasi dan komunikasi seperti yang disebut di banyak penelitian mengenai pengumpulan, pengolahan dan pengiriman informasi (Bahman, 1991).

Pada dasarnya sebutan masyarakat era digital telah melekat dengan sendirinya pada situasi masyarakat yang telah ada. Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan dan tuntutan terhadap teknologi informasi. Perkembangan dinamika kemanusiaan menempatkan perkembangan teknologi informasi dalam konteks masyarakat era digital menjadi suatu kenyataan bahkan keharusan.

Ku dan Soulier, 2009; Wilson (2004) yang dikutip Li et al., (2007) menyebutkan karakteristik digital natives sebagai orang yang ‘opportunistic’ dan ‘omnivorous’ yang menikmati sesuatu dalam lingkungan yang serba online; menyukai kolaborasi dari satu orang ke orang lain (secara berjejaring); multitasking;

menyukai proses kerja secara pararel; menyukai sesuatu yang berbentuk gambar interaktif dibanding dengan teks; menyukai bekerja sebagai suatu ‘games’; mengharapkan suatu penghargaan, puas dengan sesuatu yang serba instan; akses secara random (hypertext).

Konsep Preferensi

Preferensi konsumen merupakan suatu sikap konsumen terhadap satu pilihan merek produk yang terbentuk melalui evaluasi atas berbagai macam merek dalam berbagai pilihan yang tersedia. Kotler dan Keller, (2009). Sedangkan menurut Frank (2011), preferensi adalah proses merengking seluruh hal yang dapat dikonsumsi dengan tujuan memperoleh preferensi atas suatu produk maupun jasa. Preferensi pelanggan terdiri atas empat komponen pokok yakni masukan (stimuli), susunan hipotesis (susunan persepsi melalui proses belajar), hasil tanggapan atau keputusan membeli dan karakteristik-karakteristik eksogen Howard (1998). Masukan merupakan stimuli atau dorongan yang dirasakan oleh pelanggan, dan dorongan dapat bersifat komersial dan sosial.

Preferensi pelanggan dipengaruhi oleh lima karakteristik yaitu karakteristik budaya, sosial, pribadi, ekonomi dan psikologis. Pemasar tidak dapat mengendalikan karakteristik-karakteristik seperti ini tetapi hanya memperhitungkan implementasi dari masing-masing karakteristik tersebut secara jelas dapat digambarkan pada tabel dibawah ini:

(7)

Tabel 1. Karakteristik-Karakteristik yang Mempengaruhi Preferensi Pelanggan Budaya Pribadi Ekonomi Psikologi Sosial

Nilai Umur Pendapatan Motivasi

Sikap Pekerjaan Jenis Usaha Persepsi Prinsip Gaya Hidup Tabungan Pengetahuan

Norma Kepuasan

Sumber : Howard dan Seth (2002)

Menurut Howard dan Sheth (2002) bahwa karakteristik yang paling mendasar mempengaruhi preferensi pelanggan dalam pengambilan keputusan secara eksplisit ditentukan oleh lima karakteristik yaitu budaya, sosial, pribadi, ekonomi dan psikologis. Secara rinci disebutkan bahwa karakteristik budaya ditentukan oleh nilai-nilai dasar, sikap, prinsip dan norma-norma yang harus dipahami dalam mementaskan budaya perilaku yang telah tertanam.

C. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer, dan individu sebagai unit analisa (Singarimbun, 1995). Pendekatan kuantitatif dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data, dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai hubungan antar variabel penelitian.

Responden Penelitian

Lingkungan akademis diambil menjadi latar penelitian ini, karena pada penelitian sebelumnya belum ada yang membahas preferensi muzakki pada sebuah ruang lingkup populasi yang akademis. Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dijadikan sebuah populasi penelitian dan yang termasuk sampelnya adalah yang tergolong menjadi muzakki di dalamnya.

Pengukuran Variabel

Untuk pengukuran variabel pengetahuan teknologi, pengetahuan zakat, gaya hidup dan kepuasan digunakan indikator-indikator yang diukur dalam skala likert dimana penelitian ini mempunyai nilai 1 sampai 5. Nilai tersebut dipilih berdasarkan respon responden atas pernyataan yang dibuat secara rinci.

Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Dosen dan Tenaga Kependidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

Menurut Arikunto (2010) bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Menurut Sukmadinata (2016) untuk penelitian korelasional jumlah sampel (n) sebanyak 30 individu telah dipandang cukup. Hal ini sama seperti yang dikatakan Gay et al., (2009) minimal sampel yang diterima pada penelitian korelasional adalah 30 responden.

(8)

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner. Kuesioner menurut Sugiyono (2016) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada sampel penelitian.

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2014) instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dengan demikian, penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mengukur informasi secara lengkap mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.

Metode Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan (Sugiyono, 2016).

Pada penelitian ini menggunakan model Partial Least Square yang diolah dengan aplikasi Smart PLS 3.0. Dengan menggunakan aplikasi Smart PLS 3.0, maka dapat dilakukan penganalisaan dengan menggunakan metode Partial Least Square Regression (PLS-R). Karena metode Partial Least Square ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode analisis regresi biasa. Keunggulan dari metode Partial Least Square (PLS) ini antara lain adalah dapat menganalisa model yang menggunakan data berupa skala likert.

Pada tahapan analisisnya dibagi menjadi ; (1) Uji Outer Model dan (2) Uji Inner Model. Analisis Outer Model adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya. Outer Model juga dapat dikatakan sebagai model Partial Least Square yang mendefinisikan tentang bagaimana suatu indikator dapat berhubungan dengan variabel latennya (Solimun dan Fernandes, 2017). Sedangkan pada analisis Inner Model dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan antara variabel laten (Solimun dan Fernandes, 2017).

D. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang berdasarkan 36 responden yang didapatkan peneliti pada penelitian ini dikategorikan dalam beberapa kelompok antara lain meliputi jenis kelamin, pernah membayar zakat atau tidak, dan pernah mendengar pembayaran zakat melalui fintech atau tidak. Agar dapat lebih mudah dipahami, maka peneliti menggunakan gambar dalam mengelompokkan responden dalam kategori yang telah ditentukan.

Gambar 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan data di atas dapat diketahui jika dari jumlah keseluruhan responden sebanyak 36 orang, responden yang berjenis kelamin laki-laki merupakan yang terbanyak dengan jumlah 22 orang dan

(9)

persentase sebesar 61%. Angka tersebut menggambarkan lebih dari setengah responden pada penelitian ini merupakan laki-laki. Sedangkan responden perempuan sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 39%.

Gambar 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah Membayar Zakat Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan data di atas dapat diketahui jika dari jumlah keseluruhan responden sebanyak 36 orang, responden yang pernah melakukan pembayaran zakat sebanyak 36 orang atau 100% dari sampel yang ada. Hal ini seperti metode purposive sampling yang diinginkan oleh peneliti bahwa responden tergolong sebagai muzakki.

Gambar 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pernah Mendengan Pembayaran Zakat Melalui Fintech

Sumber : Data primer diolah, 2019

Berdasarkan data di atas dapat diketahui jika dari jumlah keseluruhan responden sebanyak 36 orang, responden yang tidak pernah mendengar pembayaran zakat melalui fintech sebanyak 20 orang dan persentase sebesar 55%. Angka tersebut menggambarkan lebih dari setengah responden pada penelitian ini tidak pernah mendengar pembayaran zakat melalui fintech. Sedangkan responden yang pernah mendengar pembayaran zakat melalui fintech sebanyak 16 orang dan persentase sebesar 45%.

Uji Outer Model

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa measurement (model pengukuran) yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliable). Analisa Outer Model ini untuk mengetahui hubungan antar variabel laten dengan item-item pertanyaannya, atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap item pertanyaan berhubungan dengan variabel latennya.

Tiga kriteria pengukuran digunakan dalam teknik analisa data menggunakan SmartPLS untuk menilai model. Tiga pengukuran itu adalah Convergent validity, Composite Reliability, dan Discriminant validity. Nilai convergent validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai corvergent validity digunakan untuk mengetahui validitas suatu konstruk.

Item pertanyaan dikatakan valid jika nilai loading faktor di atas 0,5 (nilai Original Sample), dan nilai probabilitas (P values) di bawah 0,05. Berikut ini adalah hasil uji validitas:

(10)

Gambar 6 Hasil Uji Convergent Validity

Sumber : Data primer diolah dengan SmartPLS, 2019

Gambar di atas menunjukkan hasil perhitungan uji outer loading dengan menggunakan SmartPLS pada item-item pertanyaan untuk ke lima variabel. Hasil dapat diketahui bahwa untuk ke lima variabel semua item valid. Hal ini karena nilai loading faktor (pada kolom Original sample) lebih dari 0,5.

Reliabilitas instrumen penelitian dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan composite reliability dan koefisien cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability maupun cronbach alpha di atas 0,70 (Nunnaly, 1996 dalam Ghozali, 2011:43). Berikut merupakan data hasil analisis dari pengujian composite reliability maupun cronbach alpha:

Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas dan Nilai Average Variance Extracted

Cronbach's

Alpha Composite Reliability

Average Variance Extracted (AVE) Pengetahuan

Teknologi (X1) 0.918 0.934 0.641

Pengetahuan

Zakat (X2) 0.952 0.959 0.723

Gaya Hidup (X3) 0.907 0.926 0.613

Kepuasan (X4) 0.861 0.893 0.516

Keputusan

Preferensi (Y) 0.939 0.948 0.587

Sumber : Data primer diolah dengan SmartPLS, 2019

Hasil pengujian berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hasil composite reability maupun cronbach alpha menunjukan nilai yang memuaskan yaitu nilai masing-masing variabel diatas nilai minimum 0,70. Hal tersebut menunjukan konsistensi dan stabilitas instrumen yang digunakan adalah baik. Dengan kata lain semua konstruk atau variabel penelitian ini sudah menjadi alat ukur yang fit, dan semua pertanyaan yang digunakan untuk mengukur masing-masing konstruk memiliki reliabilitas yang baik.

Tabel 3 Uji Disciminant Validity Melihat Nilai Cross-Loading

Pengetahuan Teknologi

(X1) Pengetahuan

Zakat (X2) Gaya

Hidup (X3) Kepuasan

(X4) Keputusan

Preferensi (Y)

X1.1 0.830 0.717 0.725 0.582 0.626

X1.2 0.822 0.696 0.718 0.688 0.725

X1.3 0.831 0.683 0.709 0.630 0.633

(11)

X1.4 0.795 0.679 0.703 0.594 0.650

X2.1 0.699 0.781 0.722 0.619 0.661

X2.2 0.767 0.837 0.718 0.647 0.634

X2.3 0.756 0.852 0.750 0.740 0.725

X2.4 0.803 0.919 0.863 0.822 0.809

X3.1 0.835 0.826 0.869 0.809 0.818

X3.2 0.613 0.598 0.756 0.638 0.700

X3.3 0.860 0.877 0.889 0.811 0.880

X3.4 0.769 0.762 0.803 0.611 0.615

X4.1 0.605 0.656 0.711 0.749 0.645

X4.2 0.506 0.679 0.588 0.748 0.658

X4.3 0.718 0.738 0.716 0.752 0.702

X4.4 0.491 0.548 0.842 0.531 0.478

Y1.1 0.657 0.603 0.575 0.661 0.686

Y1.2 0.707 0.656 0.665 0.752 0.779

Y1.3 0.725 0.703 0.711 0.780 0.843

Y1.4 0.740 0.734 0.805 0.756 0.865

Sumber : Data primer diolah dengan SmartPLS, 2019

Discriminant validity dapat diukur dengan melihat nilai Cross loading. Jika semua item pertanyaan mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dengan masing-masing konstruknya dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi item pertanyaan pada blok konstruk pada kolom lainnya, maka disimpulkan bahwa masing-masing indikator dalam blok adalah penyusun konstruk dalam kolom tersebut. (Haryono, 2017:421).

Melalui beberapa contoh hasil Discriminant validity cross loading, dapat diketahui rata-rata item pertanyaan mempunyai koefisien korelasi yang lebih besar dengan masing-masing konstruknya dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi item pertanyaan pada blok konstruk pada kolom lainnya, maka disimpulkan bahwa masing-masing item pertanyaan dalam blok adalah penyusun konstruk dalam kolom tersebut.

Karena berdasar uji Convergent Validity, uji reliabilitas, dan nilai AVE sudah didapat item-item dan variabel yang layak, dan analisis Discriminant validity menggunakan nilai Cross loading sudah menunjukkan hasil yang baik, maka analisis SEM PLS tetap layak untuk dilanjutkan.

Uji Inner Model

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antar konstruk, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square dan uji t serta signifikansi koefisien parameter jalur struktural.

Tabel 4 Uji R-Square

R Square R Square Adjusted

Keputusan Preferensi (Y) 0.880 0.864 Sumber : Data primer diolah dengan SmartPLS, 2019

Berdasarkan Tabel di atas menunjukan bahwa nilai R-square variabel Keputusan preferensi sebesar 0,880. Nilai R square sebesar 0,880 memiliki arti bahwa variabilitas konstruk Keputusan preferensi yang dapat di jelaskan oleh variabilitas konstruk Pengetahuan Teknologi, Pengetahuan Zakat, Gaya hidup, dan Kepuasan sebesar 88% sedangkan sisanya 12% dijelaskan oleh variabel lain di luar yang diteliti.

Semakin besar angka R-square menunjukan semakin besar variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persamaan strukturalnya.

(12)

Dalam tahap pengujian hipotesis ini, maka akan di analisis apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis yang diajukan dilakukan dengan melihat path coefficients yang menunjukkan koefisien parameter dan nilai signifikansi t statistik.

Signifikansi parameter yang diestimasi dapat memberikan informasi mengenai hubungan antar variabel- variabel penelitian. Batas untuk menolak dan menerima hipotesis yang diajukan yaitu menggunakan probabilitas 0,05. Tabel di bawah ini menyajikan output estimasi untuk pengujian model struktural:

Tabel 5 Uji Hipotesis Berdasarkan Path Coefficient

Original Sample

(Koefisien) T Statistic P Value Pengetahuan Teknologi (X1) →

Keputusan Preferensi (Y) 0.124 0.829 0.408

Pengetahuan Zakat (X2) → Keputusan

Preferensi (Y) 0.068 0.363 0.717

Gaya Hidup (X3) → Keputusan Preferensi

(Y) 0.390 2.157 0.031

Kepuasan (X4) → Keputusan Preferensi

(Y) 0.399 3.025 0.003

Sumber : Data primer diolah dengan SmartPLS, 2019

Setelah melakukan uji path coefficient maka hasil analisis hipotesis yang telah disusun sebelumnya adalah sebagai berikut :

a) Pada hipotesis 1 disebutkan jika variabel Pengetahuan Teknologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Setelah dilakukan regresi menggunakan SmartPLS maka dapat diketahui jika nilai t hitung < t tabel (0.829 < 1.96) dan memiliki probability values sebesar 0.408 yang berarti lebih besar dari α

= 0.05, sehingga variabel Pengetahuan Teknologi tidak memiliki pengaruh terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

b) Pada hipotesis 2 disebutkan jika variabel Pengetahuan Zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Setelah dilakukan regresi menggunakan SmartPLS maka dapat diketahui jika nilai t hitung < t tabel (0.363 < 1.96) dan memiliki probability values sebesar 0.717 yang berarti lebih besar dari α

= 0.05, sehingga variabel Pengetahuan Zakat tidak memiliki pengaruh terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak.

c) Pada hipotesis 3 disebutkan jika variabel Gaya Hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Setelah dilakukan regresi menggunakan SmartPLS maka dapat diketahui jika nilai t hitung > t tabel (2.157 > 1.96) dan memiliki probability values sebesar 0.031 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05, sehingga variabel Gaya Hidup memiliki pengaruh terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Kemudian, Nilai koefisien (kolom Original sample) positif sebesar 0.390 artinya berpengaruh positif, yaitu jika gaya hidup meningkat maka keputusan preferensi membayar zakat melalui fintech juga meningkat.

d) Pada hipotesis 4 disebutkan jika variabel Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Setelah dilakukan regresi menggunakan SmartPLS maka dapat diketahui jika nilai t hitung > t tabel (3.025 > 1.96) dan memiliki probability values sebesar 0.003 yang berarti lebih kecil dari α = 0.05, sehingga variabel Kepuasan memiliki pengaruh terhadap variabel Keputusan Preferensi Metode Pembayaran Zakat. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Kemudian, Nilai koefisien (kolom Original sample) positif sebesar 0.399 artinya berpengaruh positif, yaitu jika kepuasan meningkat maka keputusan preferensi membayar zakat melalui fintech juga meningkat.

(13)

E. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari pengetahuan teknologi, pengetahuan zakat, gaya hidup dan kepuasan terhadap keputusan preferensi metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital. Untuk memulai penelitian, peneliti menyusun item-item pertanyaan terlebih dahulu yang nantinya akan digunakan untuk menampung jawaban-jawaban dari responden. Setelah melakukan analisis secara statistik, peneliti akan membahas secara deskriptif pengaruh dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen untuk melihat dan menjawab hipotesis yang sebelumnya sudah dirumuskan serta juga akan membahas secara deskriptif hasil penelitian ini dengan teori yang ada sebelumnya.

Pengetahuan Teknologi dan Pengetahuan Zakat

Pada penelitian ini dinyatakan bahwa variabel pengetahuan teknologi dan variabel pengetahuan zakat tidak berpengaruh positif terhadap keputusan preferensi metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital. Walaupun hal ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Howard dan Sheth (2002) bahwasannya variabel pengetahuan memiliki pengaruh terhadap keputusan preferensi seseorang, dan juga menurut penelitian Deasy T., dan Lilik R. (2018) dengan judul The Analysis of Surabaya Muzakki’s Preference for Zakat Payment through Zakat Digital Method bahwa faktor pengetahuan memiliki pengaruh terhadap pembayaran zakat secara digital. Namun jika melihat teori yang lain oleh Nugroho J.

Setiadi (2013), faktor pengetahuan tidak termasuk dalam mempengaruhi keputusan preferensi seseorang. Menurutnya yang dominan dalam menentukan preferensi seseorang adalah faktor budaya, kebiasaan, dan nilai-nilai yang ada di lingkungan sekitarnya.

Apabila ditinjau lebih dalam menurut Howard dan Sheth (2002), faktor pengetahuan yang merupakan salah satu faktor pada aspek psikologis dalam preferensi memiliki kepekaan dalam menerima berbagai stimulus dalam perubahan-perubahan. Hal ini menandakan bahwa faktor pengetahuan yang pada penelitian ini belum bisa membuktikan pengaruh pada keputusan preferensi dapat terjadi perubahan pada waktu yang akan datang ditinjau dari perubahan-perubahan psikologis individunya.

Gaya Hidup

Pada Variabel Gaya Hidup dinyatakan bahwa memiliki pengaruh positif terhadap keputusan preferensi metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital. Faktor gaya hidup dan pekerjaan yang merupakan bagian dari aspek pribadi pada teori preferensi sangat menentukan dalam mempengaruhi perilaku individu dalam mengambil keputusan preferensi (Jhingan, 2000). Kesamaan jenis pekerjaan dan juga kebiasaan dalam penggunaan fintech diasumsikan menjadi akibat variabel gaya hidup dapat memberikan pengaruh positif pada keputusan preferensi metode pembayaran zakat oleh muzakki di era digital.

Hal ini juga seperti pada temuan di penelitian sebelumnya Aulia Rachman & Annisa Nur Salam (2018) yang berjudul The Reinfrorcement of Zakat Management Through Financial Technology System dan Dian Friantoro & Khozin Zaki (2018) yang berjudul Do wee need financial technology for collecting zakat? melalui studi literatur mengenai penggunaan fintech disarankan dalam pengumpulan zakat di Indonesia karena potensi gaya hidup masyarakat Indonesia yang menggunakan aspek teknologi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat lebih menjangkau muzakki yang kesulitan dalam membayar zakat ke BAZ/LAZ.

Kepuasan

Pada Variabel Kepuasan dinyatakan bahwa memiliki pengaruh positf terhadap keputusan metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital. Hal ini diasumsikan dapat terjadi karena responden merasa puas dalam penggunaan layanan fintech yang memberikan pengaruh antara kepuasan dan keputusan preferensi membayar zakat melalui fintech. Jika ditinjau dari segi teori, menurut Howard dan Sheth (2002) bahwa faktor gaya hidup yang merupakan aspek psikologis pada seseorang dalam melakukan preferensi memiliki pengaruh terhadap keputusan preferensi. Hal ini juga sama seperti yang dikemukakan oleh Nugroho J. Setiadi (2013) bahwa pada keputusan preferensi seseorang dipengaruhi oleh faktor kepercayaan dan faktor ini muncul akibat adanya kepuasan dari diri sendiri atau orang lain terhadap produk atau jasa tersebut.

Jika ditinjau dari penelitian terdahulu, hal ini sama seperti penelitian dari penelitian Deasy T., dan Lilik R. (2018) dengan judul The Analysis of Surabaya Muzakki’s Preference for Zakat Payment through Zakat Digital Method. Bahwa faktor kepuasan memiliki pengaruh seseorang untuk mau menggunakan kembali pembayaran zakat secara digital.

(14)

F. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh variabel pengetahuan teknologi, pengetahuan zakat, gaya hidup, dan kepuasan terhadap keputusan metode pembayaran zakat bagi muzakki maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

a) Faktor Pengetahuan Teknologi yang merupakan bagian dari aspek psikologis dalam menentukan preferensi seseorang memiliki kepekaan dalam perubahan di masa yang akan datang. Pada penelitian ini belum membuktikan bahwasannya pengetahuan memiliki pengaruh terhadap keputusan preferensi metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital. Perubahan individu responden dapat memungkinkan perubahan yang mengakibatkan berpengaruhnya faktor pengetahuan terhadap keputusan preferensi membayar zakat secara digital.

b) Faktor Pengetahuan Zakat belum membuktikan memberikan pengaruh terhadap keputusan preferensi dalam membayar zakat secara digital. Sama halnya pada faktor pengetahuan teknologi hal ini dapat berubah karena pengetahuan merupakan bagian dari aspek psikologis yang memiliki kepekaan terhadap perubahan tergantung dari individunya.

c) Faktor gaya hidup merupakan salah satu faktor bagian dari aspek pribadi pada teori preferensi yang sangat menentukan dalam mempengaruhi perilaku individu dalam mengambil keputusan preferensi. Pada penelitian ini faktor gaya hidup memiliki hubungan berpengaruh postif terhadap keputusan preferensi metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital.

Hal ini diasumsikan karena responden pada penelitian ini memiliki kesamaan pekerjaan dan kebiasaan penggunaan layanan fintech.

d) Faktor kepuasan dalam penelitian ini memiliki hubungan berpengaruh positif terhadap keputusan preferensi metode pembayaran zakat bagi muzakki di era digital. Hal ini diasumsikan karena responden merasa puas dengan penggunaan layanan fintech yang mengakibatkan munculnya kepercayaan untuk mau menggunakan fintech kembali namun pada layanan pembayaran zakat secara digital.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan beberapa saran antara lain:

a) Ditinjau dari segi gaya hidup penggunaan fintech dalam pembayaran zakat memiliki potensi untuk terus dikembangkan melihat gaya hidup masyarakat yang sudah sangat dekat dengan keberadaan teknologi. Namun pengetahuan mengenai pembayaran zakat via digital dirasa masih kurang. Ada baiknya jika pihak seperti BAZNAS dan KNKS (Komite Nasional Keuangan Syariah) melaukan sosialisasi yang lebih masif terkait pembayaran zakat via digital agar penghimpunan pembayaran zakat yang ada dapat lebih ditingkatkan.

b) Ditinjau dari segi kepuasan dalam menggunakan fintech ekosistem pembayaran menggunakan fintech dapat dijaga atau lebih ditingkatkan agar pengguna lebih puas sehingga gaya hidup atau kebiasaan menggunakan fintech akan membuat pengguna ingin mencoba untuk menggunakan fintech sebagai metode pembayaran zakat.

c) Untuk penelitian selanjutnya, ada baiknya dapat mengambil responden penelitian yang lebih banyak dengan cakupan wilayah lebih luas agar lebih akurat dalam mewakilkan sebuah populasi.

d) Untuk penelitian selanjutnya, ada baiknya jika melakukan penelitian lanjutan dari tema yang sudah diangkat ini. Jika pada penelitian ini membahas mengenai analisis faktor-faktor preferensi terhadap keputusan metode pembayaran zakat bagi muzakki, maka penelitian selanjutnya dapat mengangkat tema yang berkaitan dengan bagaimana respon muzakki yang telah menggunakan fintech dalam pembayaran zakat. Dalam hal ini dapat menggunakan teori unified theory of acceptance and use of technology (UTAUT).

(15)

G. DAFTAR PUSTAKA

APJII. 2017. Infografis : Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet di Indonesia. Retrieved 18 February 2019, 09.16, from https://apjii.or.id/content/read/39/342/Hasil-Survei-Penetrasi-dan-Perilaku- Pengguna-Internet-Indonesia-2017.

Atika, Nur. 2017. Optimalisasi Strategi Pengelolaan Zakat Sebagai Sarana Mencapai Kesejahteraan Masyarakat Pada Badan Amil Zakat Nasional Kab. Maros. Makasar: UIN Alauidin.

Azeez, Abdul Ibn Baaz. 2004. The Book of Zakaah. Islam House Publications.

Badan Pusat Statistik. 2017. Retrieved 9 November 2018, 10.13, from https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/07/17/persentase-penduduk-miskin-maret-2017- mencapai-10-64-persen.html.

Bank Indonesia. 2017. Retrieved 10 November 2018, 19.42, from https://www.bi.go.id/id/edukasi- perlindungan/konsumen-edukasi/produk-dan-jasa-sp/fintech/Pages/default.aspx

Beik, Irfan Syauqi. 2009. Analisis Peran Zakat dalam Mengurangi Kemiskinan : Studi Kasus Dompet Dhuafa Republika. Jurnal Pemikiran dan Gagasan-Vol II.

Canggih, Clarashinta, Khusnul Fikriyah & Ach. Yasin. Potensi dan Realisasi Dana Zakat Indonesia. Al- Uqud: Journal of Islamic Economics Volume 1 (1) pp 14 -26.

Chishti, Susanne., dan Janos Barberis. The Financial Technology Handbook for Investor, Entrepreneurs, and Visionaries. Chicester, UK : TJ International LTD. 2016.

Dwiastuti, Rini., Shinta, Agustina., Isaskar, Riyanti. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen. Malang : UB Press.

Eliyani & Handriani, I. 2016. Zakat acceptance system on national level of zakat management organization in Indonesia. Journal Islamic Finance Studies, 2(2), 67-74.

Financial Stability Board. 2017. Financial Stability Implications from Fintech. Retrieved 6 March 2019, 09.28, from http://www.fsb.org/2017/06/financial-stability-implications-from-fintech/.

Financial Stability Board. 2017. Fintech Developments and Potential Financial Stability Implications.

Retrieved 6 March 2019, 09.43, from http://www.fsb.org/2019/02/fsb-report-assesses-fintech- developments-and-potential-financial-stability-implications/.

Friantoro, Dian., dan Khozin Zaki. Do wee need financial technology for collecting zakat?. International Conference of Zakat 2018 Proceedings ISSN: 2655-6251.

Garvey, K. et al. 2017. The 2nd Asia Pacific Region Alternative Finance Industry Report - Cultivating Growth (September). Cambridge Centre for Alternative Finance (CCAF). London : University of Cambridge.

Hafidhuddin, D. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern (Zakah in The Modern Economy). Jakarta:

Gema Insani Press.

Hair, Joseph E, Jr et al. 2014. A Primer on Partial Least Square Structural Equation Modeling (PLS- SEM). SAGE Publications, Inc. California. USA.

He, D., et al. 2017. Fintech and financial services: Initial considerations. IMF Staff Discussion Notes No. 17/05 (June). Washington DC, International Monetary Funds.

Howard, John A., & Jagdish N. Sheth. 1998. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Boston: Irwin/

Mc Graw Hill.

Hussein, Ananda Sabil. 2015. Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan smartPLS 3.0. Malang: Universitas Brawijaya.

Indonesian Ministry of National Development Planning. 2019. The Indonesia Masterplan of Sharia Economy 2019-2024. Jakarta : Indonesian Ministry of National Development Planning.

Karim. Adiwarman A. 2017. Retrieved 10 November 2018, 20.06, from https://karimconsulting.com/fintech-syariah/.

Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2007. Manajemen pemasaran (Edisi 12 jilid 2). Benyamin Molan (penerjemah). Marketing Management. PT. Indeks: Jakarta.

Mohammed, Hazik., dan Ali, Hasnian. 2019. Blockchain, Fintech, and Islamic Finance Building the future in the New Islamic Digital Economy. Deutsche Nationalbibliothek. Berlin.

Nabilah, Siti. Mohd, Shifa. dan Abdul, Mariani. Fintech (Blockchain) Dan Pengurusan Zakat Di Malaysia. Prosiding Persidangan Kebangsaan Ekonomi Malaysia ke 13, 2018.

Nizar, Afdi. 2017. Teknologi fintech : Konsep dan implementasin di Indonesia. Retrieved 24 februari 2019, 18.36, from https://www.researchgate.net/publication/323629323.

Nugroho, Adi. 2002. Perilaku Konsumen. Studia Press. Jakarta.

(16)

Rachman, Aulia. dan Annisa, Nur. The Reinforcement of Zakat Management through Financial Technology Systems. International Journal of Zakat Vol.3 (1) 2018 page 57-69.

Rasjid, Sulaiman. 2018. Fiqh Islam. Bandung : PT. Sinar Baru Algensindo.

Rozalinda. Ekonomi Islam : Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Depok : Rajawali Pers, 2017.

Rusydiana., Slamet., dan Tika Widiastuti. Technological and Efficiency Change on Zakat Organization:

Evidence in Indonesia. International Conference of Zakat 2018 Proceedings ISSN: 2655-6251 Saksonova, Svetlana & Irina KuzminaMerlino. 2017. Fintech as Financial Innovation – The

Possibilities and Problems of Implementation. European Research Studies Journal Volume 20 (3A) pp. 961-973

Setiawan, Wawan. Era Digital dan Tantangannya. Seminar Nasional Pendidikan 2017 e-ISBN 978- 602-50088-0-1

Slamet, Aam., dan Widiastuti, Ika. Technological and Efficiency Change on Zakat Organization:

Evidence in Indonesia. International Conference of Zakat 2018 Proceedings ISSN: 2655-6251 Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta cv.

Sukmadinata, Nana. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Tantriana, Deasy., dan Lilik Rahmawati. The Analysis of Surabaya Muzaki’s Preference for Zakat Payment through Zakat Digital Method. International Conference of Zakat 2018 Proceedings ISSN: 2655-6251.

United Nation Conference on Trade and Development. Digital Economy Report 2019, Implication for Developing Countries. United Nation Publication 2019 e-ISBN: 978-92-1-004216-1.

Yahaya, Hasif., dan Khaliq Ahmad. Financial Inclusion through Efficient Zakat Distribution for Poverty Alleviation in Malaysia: Using Fintech dan Mobile Banking. International Conference on Management and Muamalah 2018 (ICoMM 2018) e-ISBN: 978-967-2122.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian mengenai Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity