• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai di Indonesia"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produk olahan kedelai merupakan salah satu menu penting dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di Pulau Jawa. Hal ini menjadikan kedelai sebagai komoditas penting dan peluang pasar yang besar untuk dikembangkan.

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perdagangan Internasional

  • Teori Klasik
  • Teori Modern

Dua negara masing-masing memproduksi dua jenis bahan mentah dengan hanya satu faktor produksi: tenaga kerja. Teori ini menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut.

Tabel 2.1 Penggunaan tenaga kerja (orang) untuk menghasilkan per unit  output dalam satuan waktu
Tabel 2.1 Penggunaan tenaga kerja (orang) untuk menghasilkan per unit output dalam satuan waktu

Teori Permintaan

  • Teori Permintaan Menurut Para Ahli
  • Beberapa Penentu Permintaan

Adanya mobilitas faktor internasional mampu menggantikan perdagangan internasional sehingga menyebabkan kesetaraan produk dan harga faktor antar negara secara relatif. Teori permintaan menjelaskan hubungan antara jumlah barang yang diminta dan harga serta mengikuti hukum permintaan. Hukum permintaan menjelaskan bahwa jika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang diminta konsumen akan turun atau disebut ceteris paribus.

Sebaliknya, jika harga jatuh, kuantiti diminta akan meningkat dan hukum permintaan akan dikenakan ceteris paribus (faktor lain tidak berubah).

Teori Konsumsi

Ketiga, Keynes berargumentasi bahwa pendapatan merupakan faktor penentu konsumsi dan tingkat suku bunga tidak memainkan peranan penting. Kesimpulannya adalah pengaruh suku bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting. Fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dan pengeluaran konsumen, yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

Pendapatan yang terjadi merupakan pendapatan nasional yang dapat menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi, yaitu pendapatan nasional yang terjadi atau pendapatan nasional saat ini.

Fungsi Impor

Negara yang produksinya melebihi kebutuhan dalam negeri dapat mengekspor kelebihan produksinya ke luar negeri, dan negara yang tidak mampu memproduksi sendiri dapat mengimpornya dari luar negeri. Impor mempunyai sifat yang berkebalikan dengan ekspor, semakin banyak impor digunakan untuk menyediakan barang dan jasa serta kebutuhan penduduk suatu negara, maka akan semakin menghancurkan produk dalam negeri dan yang terpenting dapat mengeringkan pendapatan suatu negara. Impor barang konsumsi, terutama barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan kebutuhan yang tidak mencukupi dari produksi dalam negeri, antara lain makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut non industri, barang tahan lama, barang semi tahan lama dan barang non-industri. barang barang tahan lama.

Impor bahan baku dan barang penolong, antara lain makanan dan minuman untuk industri, bahan baku industri, bahan bakar dan pelumas, serta suku cadang dan peralatan.

Faktor Harga

Impor barang modal meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang, dan alat angkut industri.

Ketersediaan Kedelai

Penelitian Terdahulu

Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia adalah metode analisis linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil survei, volume impor kedelai sangat dipengaruhi oleh harga kedelai dalam negeri, harga kedelai luar negeri, nilai tukar rupee terhadap dolar AS, dan boneka penetapan tarif impor sebesar 10 persen. Andi Facino (2012) dalam penelitiannya mengenai pasokan kedelai global dan permintaan impor kedelai Indonesia dan kebijakan kedelai nasional.

Penelitian ini meliputi kajian penawaran dan permintaan kedelai dunia terhadap kedelai impor Indonesia antar tahun, analisis kebijakan kedelai Indonesia, dan perumusan strategi alternatif pengembangan usaha budidaya kedelai lokal di Indonesia.

Kerangka Konseptual

Sebagai negara agraris, Indonesia mempunyai potensi pertanian yang sangat besar khususnya dalam hal tanaman pangan. Salah satu produk andalan yang mempunyai dampak cukup besar terhadap stabilitas negara adalah kedelai. Ketersediaan kedelai berarti kebutuhan pokok dapat dipenuhi baik dari produksi dalam negeri maupun impor.

Ketersediaan kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas panen, harga kedelai dalam negeri, serta sejauh mana konsumsi dan ketersediaan kedelai dalam negeri.

Hipotesis Penelitian

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Tempat dan Waktu Penelitian

Batasan Operasional

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang nyata antara konsumsi kedelai rumah tangga (X3) terhadap ketersediaan kedelai (Y). 2,101 adalah (a=0,05) yang berarti konsumsi kedelai rumah tangga (X3) tidak signifikan dengan kata lain faktor konsumsi kedelai rumah tangga (X3) tidak signifikan. Sedangkan tingkat elastisitas konsumsi kedelai rumah tangga (X3) terhadap ketersediaan kedelai (Y) lebih kecil dari 1 (inelastis < 1).

Sehingga apabila konsumsi kedelai (X3) dalam negeri meningkat sebesar 1%, hal tersebut akan diimbangi dengan ketersediaan kedelai (Y) sebesar 0,067 ton. Secara parsial variabel luas panen, harga kedelai dalam negeri, konsumsi kedelai dalam negeri berpengaruh nyata terhadap variabel ketersediaan kedelai di Indonesia. Luas panen, harga kedelai dalam negeri, konsumsi kedelai dalam negeri dan ketersediaan kedelai di Indonesia tahun 1993-2012.

Tabel 3.1 Range Statistik Durbin Watson
Tabel 3.1 Range Statistik Durbin Watson

Defenisi Operasional

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara. Data penelitian berasal dari Badan Pusat Statistik Indonesia dan website Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, serta publikasi media cetak dan jurnal penelitian terdahulu. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan data lintas lembaga dan data deret waktu (time-series), yaitu data di Indonesia periode tahun 1993 hingga 2012.

Metode Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Koefisien regresi b akan bernilai positif jika menunjukkan hubungan searah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Artinya peningkatan variabel independen akan menyebabkan peningkatan variabel dependen dan sebaliknya, penurunan variabel independen akan menurunkan variabel dependen. Koefisien regresi b akan bernilai negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara variabel bebas dan variabel terikat.

Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen dan sebaliknya penurunan variabel independen akan meningkatkan variabel dependen.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

  • Uji Multikolinearitas
  • Uji Heteroskedastisitas
  • Koefisien Determinasi (R 2 )
  • Uji Serempak (Uji F-statistik)
  • Uji Parsial (Uji t-statistik)

Nilai R2 yang dihasilkan dari estimasi model empiris sangat tinggi, namun tingkat signifikansi variabel independen berdasarkan uji t-statistik sangat kecil. Sebenarnya tidak ada variabel independen yang signifikan (R2 tinggi namun t rasio signifikan rendah). Jika H0 ditolak maka variance error term setiap observasi berbeda-beda untuk setiap variabel independen. Sebaliknya jika H0 diterima maka variance error term setiap observasi adalah sama untuk semua variabel independen. Kemudian untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah autokorelasi pada setiap persamaan, perlu dilakukan uji autokorelasi dengan menggunakan statistik DW (statistik Durbin-Watson).

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat apakah variabel independen memberikan signifikansi yang cukup untuk menjelaskan variabel dependen.

Ketersediaan Kedelai di Indonesia

Pada tahun 1974 diperkenalkan program INMAS (Intensifikasi Massal) dan BIMAS (Mass Targeting) sehingga meningkatkan rata-rata luas lahan kedelai di PELITA I sebesar 8,16% dan produksi sebesar 9,15%. Pada tahun 1992, produksi kedelai pada PELITA V meningkat rata-rata 5,98%, merupakan luas panen dan produksi kedelai terbesar sepanjang sejarah Indonesia yaitu 1.665.705 ha dan 1.869.710 ton dengan produktivitas 1,12 ton/ha. Keadaan ini tidak berlangsung lama, sejak tahun 1993 dan masuknya PELITA VI, luas panen dan produksi kedelai terus berkurang, meskipun pemerintah membuat program Gema Palagung (Gerakan Mandiri Peningkatan Produksi Padi, Kedelai dan Jagung). pada tahun 1997, yang diberlakukan untuk mencapai swasembada beras dan surplus produksi beras, kedelai, dan jagung pada tahun 2001.

Seperti halnya produksi kedelai, produksi kedelai mengalami penurunan sebesar 1,38 juta ton menjadi 0,723 juta ton pada tahun yang sama, sedangkan produktivitas berfluktuasi dengan laju pertumbuhan sekitar 1,24% per tahun, sedangkan produktivitas meningkat pada tahun 1999 dari 1,2 ton per hektar menjadi 1,28 ton per hektar. hektar. Ha.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kedelai

Namun pada tahun 2005, luas panen kedelai meningkat menjadi 621.541, dengan produksi kedelai pada tahun tersebut mencapai 0,808 juta ton, sedangkan produktivitas meningkat dari 1,28 ton menjadi 1,30 ton, diikuti peningkatan signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Persamaan regresi pengaruh luas panen, harga kedelai dalam negeri, konsumsi dalam negeri dan ketersediaan kedelai tahun lalu terhadap variabel ketersediaan kedelai (Y) pada program review 7.1 diperoleh hasil sebagai berikut :.

Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

  • Koefisien Determinasi (R 2 )
  • Uji Serempak (Uji F-Statistik)
  • Uji Parsial (Uji t-statistik)

Nilai signifikansi thitung sebesar 3,350 lebih besar dari ttabel sebesar 2,101 sebesar (a = 0,05) yang berarti harga kedelai dalam negeri (X2) signifikan, dengan kata lain faktor harga kedelai dalam negeri (X2) mempunyai pengaruh nyata terhadap ketersediaan kedelai. (Y). Dengan demikian, apabila harga kedelai dalam negeri (X2) naik sebesar 1%, maka hal tersebut akan diimbangi dengan peningkatan ketersediaan kedelai (Y) sebesar 0,207 ton. Artinya sesuai dengan hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh positif antara harga kedelai lokal (X2) terhadap ketersediaan kedelai (Y), maka semakin tinggi harga kedelai lokal maka ketersediaan kedelai yang dibutuhkan juga semakin tinggi.

Artinya konsisten dengan hipotesis yang menyatakan terdapat pengaruh positif antara konsumsi kedelai rumah tangga (X3) terhadap ketersediaan kedelai (Y).

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

  • Uji Multikolinearitas
  • Uji Heteroskedastisitas
  • Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel endogen dengan variabel eksogen apakah mempunyai variansi yang sama, oleh karena itu sangat perlu dilakukan uji data dengan menggunakan uji Park dan uji White. Berdasarkan hasil uji Park dan uji White menunjukkan nilai Obs*R-squared atau x2 hitung sebesar 9,381 dan nilai probabilitas sebesar 0,402 (a = 0,05). Oleh karena itu hipotesis H0 menyatakan bahwa jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka hasil estimasi tidak mengalami heteroskedastisitas antar faktor perancu (error term).

Berdasarkan hasil uji LM menunjukkan nilai X2 hitung (Obs *R-squared) = 2,468 lebih kecil dari nilai x2 pada tabel.

Ketergantungan Indonesia Terhadap Impor

Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai negara penghasil tahu dan tempe tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Karena banyaknya kedelai impor yang beredar dibandingkan kedelai dalam negeri, hal ini mengakibatkan harga kedelai eceran dipengaruhi oleh harga kedelai di pasar internasional. Situasi ini sebenarnya menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan kenaikan harga di pasar internasional guna mengembangkan kedelai di dalam negeri sehingga harga kedelai lokal ke depan lebih kompetitif.

Padahal, hal ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan kenaikan harga di pasar internasional untuk mengembangkan kedelai dalam negeri agar harga lebih kompetitif.

Kebijakan Impor yang Dilakukan Pemerintah

Namun dalam hal ini, alih-alih meningkatkan daya saing kedelai lokal, justru menimbulkan ketergantungan. Namun impor kedelai Indonesia hingga saat ini tidak menyebabkan kedelai lokal menjadi lebih kompetitif, melainkan justru mengalami penurunan produksi. Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya meningkatkan efisiensi produksi kedelai lokal dengan fokus pada impor kedelai lokal.

Hingga saat ini petani memilih komoditas lain selain kedelai, karena daya saing kedelai dalam negeri sangat rendah dan tidak memberikan keuntungan yang besar.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai

Ketersediaan kedelai di Indonesia dari tahun 1993-2012 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana ketersediaan kedelai dipengaruhi positif oleh luas panen, harga kedelai dalam negeri, dan ketersediaan kedelai. Perubahan yang terjadi pada Luas Panen (X1), Harga Kedelai Dalam Negeri (X2), Konsumsi Kedelai Dalam Negeri (X3) dan Ketersediaan Kedelai dapat menjelaskan variasi Ketersediaan Kedelai sebesar 99,3%. Dalam hal ini, perlu adanya perbaikan pola bertani di Indonesia agar tanaman pangan khususnya kedelai menjadi makanan pokok yang kaya akan protein dan baik untuk dikonsumsi tubuh.

Food balance statistics”. http://www.foodsecurityportal.org/api/countries/agricultural-land-pe.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari seluruh variabel independen yaitu luas panen dan harga kedelai dalam negeri, secara simultan konsumsi kedelai dalam negeri mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap variabel dependen.

Saran

Kementerian Perdagangan 2013. http://www.kemendag.go.id/id/economicprofile/prices/internatio nal-price-table?year=2013/ diakses 18 Maret 2013. Metode analisis harga pangan. Disajikan dalam Penilaian Sistem Distribusi dan Harga Pangan oleh Badan Ketahanan Pangan Pusat Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian.

Penggunaan Tenaga Kerja untuk Menghasilkan per unit output

Penggunaan Tenaga Kerja untuk Menghasilkan satuan unit

Produksi 10 Orang dalam 1 Minggu

Data Hipotesis Comparative Cost

Range Statistic Durbin Watson

Hasil Uji Multikolinearitas Ketersediaan Kedelai

Hasil Regresi OLS Ketersediaan Kedelai di Indonesia

Hasil Uji Multikolinearitas untuk Variabel Luas Panen

Hasil Uji Multikolinearitas untuk Variabel Harga Kedelai

Hasil Uji Multikolinearitas untuk Variabel Konsumsi

Hasil Uji Heteroskedastisitas Ketersediaan Kedelai

Hasil Estimasi Regresi Uji Park

Hasil Estimasi Regresi Uji White

Hasil Uji Autokorelasi Ketersediaan Kedelai

Hasil Estimasi Regresi Uji Lagrange Multiplier

Gambar

Tabel 2.1 Penggunaan tenaga kerja (orang) untuk menghasilkan per unit  output dalam satuan waktu
Tabel 2.2 Penggunaan tenaga kerja (orang) untuk menghasilkan satuan unit  output per satuan waktu
Gambar 2.1  Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Range Statistik Durbin Watson
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi impor kedelai di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana Data