Semakin sering suatu perusahaan mengalami kerugian, maka semakin sering pula harga sahamnya turun sehingga menimbulkan kerugian bagi investor. Earnings Response Coefisien (ERC) merupakan ukuran besar kecilnya abnormal return suatu saham sebagai respons terhadap komponen laba abnormal (unexpected earnings). Earnings Response Coefisien (ERC) merupakan model penilaian yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemungkinan naik dan turunnya harga saham berdasarkan reaksi pasar terhadap informasi pendapatan perusahaan.
Menurut Chaney dan Jeter (1991), metrik yang dapat digunakan untuk mengukur reaksi investor atau respon harga saham terhadap informasi laba akuntansi adalah koefisien respon laba. Peningkatan laba (sebelum bunga) pada perusahaan dengan leverage tinggi berarti kinerja perusahaan lebih baik bagi pemberi pinjaman dibandingkan bagi pemegang saham. Semakin tinggi keinformatifan harga saham maka semakin sedikit kandungan informasi laba akuntansi, oleh karena itu ERC akan semakin rendah jika keinformatifan harga saham meningkat (Scott, 2012).
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu tersebut, penelitian ini mencoba mengembangkan penelitian Mulyani, dkk (2007) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Masalah Penelitian 1. Rumusan Masalah
Dari data yang diperoleh di atas, Industri Pengolahan dengan subsektor Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang harga Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini yang tertinggi pada periode tersebut. Apakah risiko sistematik, struktur modal, kualitas laba, peluang pertumbuhan, ukuran perusahaan dan CSR secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ERC. Batasan masalah yang peneliti lakukan dalam penelitian ini bertujuan agar penelitian yang diteliti tidak terlalu luas dan terfokus pada pokok permasalahan, batasan masalah yang peneliti lakukan dalam penelitian ini antara lain, misalnya:
Objek yang diteliti adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam industri manufaktur khususnya subsektor industri makanan dan minuman serta industri tembakau yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kriteria tertentu. Penulis hanya mengadopsi lima dari enam variabel, antara lain beta, kualitas laba, struktur modal, pertumbuhan peluang, dan informasi harga, dengan menambahkan aspek non finansial berupa tanggung jawab sosial perusahaan.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Sistematika Penulisan
PENDAHULUAN
LANDASAN PEMIKIRAN TEORITIS
METODE PENELITIAN
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN DAN SARAN
LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
Empat pendorong perubahan harga atau koefisien respons pendapatan adalah: persistensi pendapatan, risiko, pertumbuhan, dan suku bunga. Penelitian Collins dan Kothari (1989) menyimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara peluang pertumbuhan dan koefisien respons laba. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi koefisien respon laba, maka kita dapat mengetahui seberapa besar kemungkinan suatu harga saham dalam merespon informasi laba suatu perusahaan.
Hipotesis bahwa harga mendorong keuntungan dan adanya keuntungan sementara nampaknya merupakan penjelasan yang paling dominan mengenai hubungan antara pendapatan dan keuntungan serta besarnya koefisien respons laba yang diamati (Kothari, 2001). Panman dan Zhang (2002) menjelaskan bahwa kualitas laba yang dihasilkan bergantung pada pertumbuhan investasi perusahaan dan kemampuan laba saat ini dalam memprediksi masa depan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koefisien respon laba digunakan untuk mengukur besarnya respon pasar terhadap keuntungan tak terduga yang diberikan perusahaan berdasarkan return saham.
Informasi laba dikatakan baik jika informasi tersebut dapat memprediksi kinerja laba di masa depan. Persistensi laba merupakan revisi laba yang diharapkan di masa depan yang diimplikasikan oleh laba saat ini (Penman, 1982). Apabila semakin besar peluang pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar pula peluang perusahaan untuk memperoleh atau meningkatkan laba perusahaan di masa yang akan datang.
Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis 1. Hubungan Risiko Sistematik Terhadap ERC
Dalam hal ini investor tidak menyukai kejutan keuntungan yang terlalu besar karena dianggap mempunyai risiko. Namun hasil berbeda ditemukan oleh Perdani (2009) yang menyimpulkan bahwa risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC. Bagi perusahaan yang mempunyai saham berisiko rendah maka informasi laba yang dikomunikasikan akan direspon positif oleh pasar, sehingga ERC perusahaannya tinggi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Mulyani (2007) yang menyimpulkan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap ERC. Namun hasil berbeda ditemukan oleh Chandran (2003) dan Jaswadi (2003) yang menyimpulkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh terhadap ERC. Menurut Cho dan Jung (1991), laba yang dipublikasikan dapat menghasilkan respon yang beragam, yang menunjukkan reaksi pasar terhadap informasi laba.
Respon pasar yang kuat terhadap informasi laba tercermin dari tingginya ERC yang menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan berkualitas tinggi. Sebaliknya, lemahnya respon pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan rendah atau berkualitas rendah. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya ERC menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan berkualitas tinggi.
Di sisi lain, lemahnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari rendahnya ERC menunjukkan bahwa laba yang dilaporkan buruk atau berkualitas buruk. Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin besar peluang pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk mencapai atau meningkatkan laba perusahaan di masa yang akan datang. Berdasarkan hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa growth opportunity berhubungan positif dengan ERC, hal ini dikarenakan semakin besar growth opportunity yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang.
Studi ini tidak menunjukkan hasil yang konsisten dengan prediksi mengenai dampak luas dari pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan kepada ERC. Penelitian Sayekti (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan CSR terhadap ERC dan hasilnya membuktikan bahwa investor menilai informasi tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan ini, artinya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memberikan dampak positif bagi perusahaan dan menyimpulkan bahwa Informasi pengungkapan tanggung jawab perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC yang artinya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan dapat meningkatkan reputasi perusahaan.
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
- Populasi dan Sampel
- Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi Variabel
- Metode Pengumpulan Data
- Metode Analisis Data 1. Teknik Pengolahan Data
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif karena hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya dalam penelitian ini telah teruji. CARit = Cumulative abnormal return perusahaan i pada tahun t ARit = Abnormal return saham perusahaan i pada hari t. Dalam penelitian ini, abnormal return dihitung dengan menggunakan model market-adjusted, yang mengasumsikan bahwa ukuran terbaik dari ekspektasi return saham adalah pasar. indeks return (Pincus, 1993, dalam Sayekti dan Wondabio, 2008).
Untuk mendapatkan data abnormal return, cari dulu real return perusahaan i pada hari t, yaitu sebagai berikut. Rit= return saham perusahaan i pada hari t Pit = harga penutupan saham i pada hari t Pit-1= harga penutupan saham i pada hari t-5. CARit = Cumulative abnormal return perusahaan i pada waktu t UEit = hasil yang tidak diharapkan perusahaan i pada periode t Rit = return tahunan perusahaan i pada periode t.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah risiko sistematis, struktur modal, kualitas laba, peluang pertumbuhan, ukuran perusahaan dan CSRI. Penelitian ini menggunakan nilai pasar saham sebagai ukuran ukuran perusahaan (Collins dan Kothari; Easton dan Zmijewski dalam Palupi, 2006). Nilai pasar ekuitas suatu perusahaan pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan harga saham perusahaan tersebut dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun.
Ukuran dalam penelitian ini diperoleh dari nilai penyesuaian total aset masing-masing perusahaan pada tahun t yang terdapat dalam ICMD Corporate Social Responsibility Index (CSRI). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan tahunan perusahaan yang diukur dengan indeks tanggung jawab sosial perusahaan (CSRI). CSRIit = Indeks pengungkapan CSR perusahaan i pada tahun t nit = Jumlah item perusahaan i pada tahun t, nj ≤ 79.
Dalam penelitian ini variabel penelitian yaitu koefisien respon laba, risiko sistematis, struktur modal, kualitas laba, peluang pertumbuhan, ukuran perusahaan dan tanggung jawab sosial perusahaan akan dijelaskan menggunakan statistik minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Untuk mengetahui apakah data dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak digunakan uji Jarque-Bera (Gujarati, 2011).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Analisis Hasil Penelitian
- Analisis Statistik Deskriptif
- Uji Normalitas
- Penentuan Model Regresi Data Panel
- Uji Asumsi Klasik
- Uji Multikolinearitas
- Uji Autokorelasi
- Uji Heteroskedastisitas
- Analisis Regresi Berganda
- Pengujian Hipotesis 1.Uji-F
- Koefisien Determinasi
- Uji-t
- Pembahasan dan Implikasi Manajerial 1. Pengaruh risiko sistematik terhadap ERC
- Kesimpulan
- Keterbatasan Penelitian
- Saran
Nilai koefisien regresi risiko sistematis sebesar 0,063526 yang berarti dengan asumsi variabel struktur modal (SM), kualitas laba (KL), peluang pertumbuhan (MB), ukuran perusahaan (UP), Indeks CSR (CSRI) adalah konstan, maka jika risiko sistematis (BETA) meningkat sebesar Rp 1 maka akan meningkatkan nilai ERC sebesar 6,3%. Nilai koefisien regresi struktur modal sebesar -0,017894 yang berarti dengan asumsi variabel risiko sistematis (BETA), kualitas laba (KL), peluang pertumbuhan (MB), ukuran perusahaan (UP), Indeks CSR (CSRI) adalah tetap ( konstan) maka jika struktur modal (SM) meningkat sebesar 1 IDR maka akan menurunkan nilai ERC sebesar 1,7%. Nilai koefisien regresi kualitas laba sebesar 0,045723 yang berarti dengan asumsi variabel risiko sistematis (BETA), struktur modal (SM), peluang pertumbuhan (MB), ukuran perusahaan (UP), Indeks CSR (CSRI) adalah konstan , maka jika kualitas laba (KL) meningkat sebesar Rp. 1 yang akan menurunkan nilai ERC sebesar 4,5%.
Nilai koefisien regresi growth opportunity sebesar -5.86E-05 yang berarti dengan asumsi variabel risiko sistematik (BETA), struktur modal (SM), kualitas laba (KL), ukuran perusahaan (UP), indeks CSR (CSRI) adalah konstan, maka jika growth opportunity ( MB) meningkat sebesar Rp 1 maka akan menurunkan nilai ERC sebesar 58,6%. Nilai koefisien regresi ukuran perusahaan sebesar -0.063430 yang berarti dengan asumsi variabel risiko sistematis (BETA), struktur modal (SM), kualitas laba (KL), peluang pertumbuhan (MB), indeks CSR (CSRI) adalah tetap (konstan) kemudian jika ukuran perusahaan (UP) bertambah satu satuan maka akan menurunkan nilai ERC sebesar 6,3%. Nilai koefisien regresi indeks CSR sebesar 0,941732 yang berarti dengan asumsi variabel risiko sistematis (BETA), struktur modal (SM), kualitas laba (KL), ukuran perusahaan (UP), peluang pertumbuhan (MB) adalah konstan, maka jika Indeks CSR (CSRI ) naik satu satuan maka akan menurunkan nilai ERC sebesar 9,4%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chandrarin (2003) yang menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Diantara kualitas laba terdapat pengaruh yang signifikan terhadap ERC yang dibuktikan dengan t-score sebesar 2,087314 dan tingkat signifikansi sebesar 0,0440. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyani (2007) yang menunjukkan bahwa persistensi laba berpengaruh positif signifikan terhadap ERC.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2006) yang menunjukkan bahwa growth opportunity tidak berpengaruh signifikan terhadap ERC. Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tiolemba dan Ekawati (2008) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap ERC. Risiko sistematis berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC, artinya jika risiko sistematis meningkat maka akan menurunkan ERC.
Struktur modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ERC yang artinya jika struktur modal meningkat maka akan menurunkan ERC. Kualitas laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap ERC, artinya jika kualitas laba meningkat maka ERC akan meningkat. Growth opportunity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ERC, artinya jika growth opportunity meningkat maka akan menurunkan ERC.