PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Faedah Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian
- Sifat Penelitian
- Sumber Data
- Alat Pengumpul Data
- Analisis Data
Penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu penelitian memperoleh data dari wawancara di lapangan. Bahan hukum primer dalam penelitian ini adalah Kompilasi Hukum Islam dan juga didasarkan pada ketentuan Al-Qur'an. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yaitu pasal-pasal dan bahan hukum sekunder lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang berbentuk kamus hukum. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan ketua dewan adat yaitu Bapak M. Data diperoleh dari data sekunder dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen atau melakukan penelusuran literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
Data-data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperoleh di lapangan dan melalui tinjauan pustaka, kemudian dilakukan penafsiran melalui asas-asas hukum positif terkait pembahasan tersebut. Kemudian data-data yang disusun secara sistematis dalam bentuk persentase dianalisis guna memperoleh gambaran menyeluruh mengenai gejala dan fakta yang terkandung dalam penerapan pusaka pada Masyarakat Gayo Kabupaten Aceh Tengah.
Defenisi Operasional
Studi Pustaka (Library Research), yaitu pengumpulan data dengan cara mengkaji bahan pustaka berupa dokumen dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum adat pewarisan pada masyarakat Gayo. Kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode induktif sebagai jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Hukum merupakan sistem yang paling penting dalam pelaksanaan sejumlah kekuasaan kelembagaan, hukum juga merupakan suatu aturan yang isinya harus dihormati, siapa pun yang melanggar aturan yang telah ditetapkan akan mendapat sanksi atau ganti rugi sesuai aturan. yang dilanggar.
Adat istiadat adalah adat istiadat masyarakat, kelompok masyarakat mengubah adat istiadat tersebut menjadi adat istiadat yang wajib dipatuhi dan dihormati oleh seluruh anggota masyarakatnya dan menjadikannya “hukum adat”. Hukum adat adalah keseluruhan adat istiadat (yang tidak tertulis) dan ada dalam masyarakat berupa moral, adat istiadat, dan kebiasaan yang mempunyai akibat hukum. Hukum adat Gayo merupakan undang-undang yang dibuat dan disusun oleh ketua dewan hukum adat dan dipatuhi oleh masyarakat setempat khususnya masyarakat Gayo, yang apabila dilanggar akan dikenakan sanksi oleh masyarakat itu sendiri.
Ahli waris ialah orang yang menggantikan kedudukan ahli waris dalam bidang hukum harta, disebabkan kematian ahli waris dan berhak menerima harta ahli waris. Ahli waris pengganti ialah seorang atau lebih anak lelaki dan perempuan yang menggantikan ibu bapanya sebagai ahli waris.
Keaslian Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Hukum Adat Gayo
Ahli waris ialah mereka yang mempunyai hak harta untuk sebahagian daripada harta pusaka si mati. Dalam adat resam, anak lelaki dan perempuan yang berkahwin dengan waris bapa atau ibunya wajib membayar hutang ibu bapanya tanpa..menekankan sama ada orang itu mempunyai harta pusaka yang banyak atau sedikit. Dan jika harta pusaka tidak dibahagi-bahagikan dengan segera, maka ahli waris yang mendapat manfaat daripada harta pusaka itu telah memakan hak ahli waris yang lain.
Selain 25 orang waris yang ditetapkan dalam masyarakat tradisional yang turut merangkumi waris. Namun sekiranya semua waris hadir, hanya anak, bapa, ibu, balu atau duda sahaja yang berhak mendapat harta pusaka. Selain itu, dalam undang-undang adat di Aceh khususnya dalam masyarakat Gayo, tidak ada peraturan penggantian ahli waris.
Ahli waris cucu disebut sebagai ahli waris ashabah karena pengertiannya semuanya laki-laki. Prinsip Individual Artinya dalam hukum waris Islam, harta warisan dapat dibagi di antara para ahli waris untuk dimiliki secara perseorangan. Menurut hukum waris Islam, peralihan harta dari ahli waris ke ahli waris hanya terjadi jika ahli waris tersebut telah meninggal dunia.
Mengenai waktu penyerahan harta warisan kepada ahli waris, yaitu diserahkan setelah anak mencapai umur tertentu. Di sisi lain, penerapan patah titi dalam hukum waris adat Gayo cenderung memutuskan hubungan kekerabatan antar ahli waris, khususnya ahli waris dari garis keturunan paling bawah yaitu cucu. Namun dengan diterapkannya Patah Titi dalam masyarakat Aceh khususnya adat Gayo dimana seorang cucu yang telah ditetapkan sebagai ahli waris pengganti dalam Kompilasi Hukum Islam dan Al-Qur'an serta telah ditentukan besarnya bagian hartanya. akan merasa dirugikan karena tidak mendapatkan warisan yang seharusnya.
Sekiranya waris terdiri daripada seorang anak perempuan dan cucu lelaki, anak perempuan itu mewarisi. Perenggan (1) secara jelas mengiktiraf ahli waris sebagai pengganti, yang merupakan kebaruan bagi hukum kewarisan Islam. Artikel ini secara tersirat mengiktiraf hak cucu untuk mewarisi anak perempuan, yang boleh difahami daripada formula "waris yang mati dahulu".
Ayat (2) menghilangkan kejanggalan dalam penerimaan ahli waris pengganti dengan tetap memperhatikan asas kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tanpa adanya anak, pasal ini mempersulit penggantian ahli waris karena ahli waris pengganti yang semula hanya sesuai dengan sistem Barat yang menempatkan kedudukan laki-laki sejajar dengan anak perempuan. Dalam Kompilasi Hukum Islam, jumlah saham yang diterima ahli waris penerus tidak boleh lebih dari (maksimal sama) dengan saham yang akan digantikan.
Berdasarkan hasil penelitian terkait analisis hukum adat Gayo dan kompilasi hukum Islam tentang ahli waris pengganti dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa.