• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT MUSLIM ADAT GAYO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN PADA MASYARAKAT MUSLIM ADAT GAYO"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Faedah Penelitian

Tujuan Penelitian

Menurut hukum adat, dua jalur utama digunakan untuk menentukan siapa yang menjadi pewaris, iaitu: 39. Berbeza dengan masyarakat di Sumatera Barat (Minangkabau) yang berpegang kepada sistem kekerabatan matrilineal, ahli waris ialah anak lelaki dan perempuan dari harta pusaka ibu. Ahli waris yang menerima 1/8 (satu per lapan) daripada harta pusaka, hanya isteri (zaujah), seorang atau lebih.

Kelompok ahli waris yang menerima 2/3 (dua pertiga) bagian dari harta warisan ada 4 (empat) kelompok, yaitu: 105. Anak, baik laki-laki maupun perempuan, atau ahli waris yang menggantikan kedudukan anak yang meninggal; Nasir selaku wakil ketua Majelis Adat Gayo, yang mengenai tidak dilaksanakannya penggantian ahli waris menurut adat Gayo adalah sebagai berikut;136.

Nasir selaku Wakil Ketua Dewan Adat Gayo menjelaskan bagaimana adat Gayo menyikapi tidak adanya ahli waris pengganti dalam ketentuan hukum adat sebagai berikut; 140. Pembagian harta warisan menurut adat suku Gayo tidak mengenal adanya ahli waris pengganti, hal ini bertentangan dengan syariat Islam, karena ahli waris pengganti diakui dan mempunyai hak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal.

Defenisi Operasional

Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran di lapangan serta media literatur dan internet, penulis berpendapat bahwa telah banyak penelitian yang menyelidiki pelaksanaan pembagian warisan pada masyarakat adat Islam, namun dari penelusuran di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Utara Universitas Sumatera dan lainnya, baik melalui pencarian di internet, penulis tidak menemukan adanya penelitian yang sama dengan tema dan pembahasan utama yang penulis teliti. Penulis berpendapat bahwa penelitian mengenai pelaksanaan pembagian warisan merupakan hal yang patut diketahui oleh para pencari keadilan. Tesis Muhammad Syairi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi Jambi 2018 dengan judul “Pembagian harta warisan menurut adat desa Gelanggang kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin ditinjau dari hukum Islam”. Tesis ini merupakan penelitian. dilakukan untuk mengetahui pembagian aset warisan adat desa Gelnggang kecamatan Sungai Manau kabupaten Merangin yang mempunyai hukum adat tersendiri mengenai pewarisan dengan sistem kekerabatan.

Tesis Suci Atmidasari di Fakultas Tarbiyah dan Pendidikan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Lampung 2017 yang berjudul “Kajian Etnomatematika Pembagian Warisan Masyarakat Lampung dalam Sudut Pandang Tradisional”. menurut adat, dimana pembagian harta warisan menurut tradisi lampung mengutamakan anak sulung dalam proses pembagiannya. Berdasarkan penjelasan mengenai perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa lain, terlihat jelas bahwa penelitian dalam skripsi ini belum pernah dilakukan, sehingga asli dari segi judul, bahan penelitian dan pembahasan dan tidak mengandung unsur plagiarisme.

Metode Penelitian

  • Jenis dan Pendekatan Penelitian
  • Sifat Penelitian
  • Sumber Data
  • Alat Pengumpul Data
  • Analisis Data

Pada dasarnya jenis penelitian hukum dapat dibedakan dengan 2 (dua) pendekatan, yang terdiri atas: penelitian hukum normatif (hukum normatif), dan penelitian hukum sosiologis (hukum empiris). Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian doktrinal, dimana hukum dikonsepkan sebagai sesuatu yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books), dan penelitian terhadap sistematika hukum dapat dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan tertentu atau hukum tertulis. Metodologi Penelitian Hukum Normatif untuk Membenarkan Teori Hukum.. halaman1. . adalah data sekunder) dengan data primer yang diperoleh di lapangan. 19 Penelitian ini menggunakan penelitian hukum empiris (hukum empiris).

Penelitian hukum bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan keadaan mengenai apa dan bagaimana norma hukum itu ada serta bagaimana norma hukum itu bekerja dalam masyarakat. Sifat ilmu hukum tidak lain adalah normatif, sehingga setiap penelitian hukum pasti mempunyai sifat normatif. Analisis data menggambarkan bagaimana data yang dikumpulkan dapat digunakan untuk memecahkan masalah penelitian.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum biasanya dilakukan melalui analisis kualitatif tergantung pada jenis dan tujuan penelitian.23. Data-data yang diperoleh melalui penelitian ini selanjutnya akan dianalisis melalui analisis kualitatif, yaitu melalui penafsiran terhadap data-data yang diperoleh di lapangan dan melalui tinjauan pustaka, kemudian diberikan penafsiran melalui asas-asas hukum positif yang berkaitan dengan pembahasan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan pengaruh sistem kekerabatan dalam hukum adat yang berlaku di masyarakat, ahli waris berbeda-beda di setiap daerah. Asas solidaritas dalam hukum adat berarti bahwa hukum adat tidak mengenal unsur-unsur tertentu bagi ahli waris dalam sistem pembagiannya.62. Hal ini tidak ada konsekuensinya, karena hukum adat tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan hal tersebut. Apalagi dalam pembagian harta warisan, cara dan cara pembagian harta warisan itu terserah kepada ahli warisnya.”

Oleh sebab itu, ahli waris berhak mencuba menggunakan atau mendapatkan hasil daripada harta pusaka. Ahli waris menurut al-Quran atau mereka yang telah ditentukan dalam al-Quran disebut dzul faraa'idh. Bahagian mereka yang disebut terakhir ialah bakinya selepas hak waris dzul faraa'idh dicabut.

Ahli waris laki-laki adalah ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman, kakek, dan suami. Calon ahli waris sebagai ahli waris pengganti antara lain keponakan laki-laki atau perempuan. Penjelasan ahli waris menurut Rangkuman Hukum Islam dapat disimpulkan bahwa syarat menjadi ahli waris adalah; untuk menjalin hubungan.

Ketentuan hukum adat Gayo tidak mengenal istilah ahli waris penerus, artinya apabila bapak meninggal sebelum kakek sebagai ahli waris, maka anak tersebut tidak mewarisi dan tidak mendapat hak sama sekali karena dianggap putusnya hubungan tersebut. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat adat Gayo tidak mengenal istilah ahli waris penerus sebagaimana dimaksud dalam hukum Islam, yang artinya hak tersebut hilang setelah ayah meninggal sebelum kakek. Bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi bagian ahli waris yang sekarang.

Pasal ini secara implisit mengakui hak waris cucu melalui anak perempuan, yang dibaca dari rumusan “ahli waris yang meninggal terlebih dahulu”. Ketentuan ayat (2) menghilangkan penyimpangan dalam penerimaan ahli waris pengganti, dengan tetap menghormati prinsip pembagian yang setara antara laki-laki dan perempuan. Dalam Kompilasi Hukum Islam, jumlah saham yang akan diterima oleh ahli waris pengganti tidak boleh melebihi (maksimal sama) dengan jumlah saham yang akan digantikan.

Hal ini tidak ada konsekuensinya, karena hukum adat tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan hal tersebut. Apalagi dalam pembagian harta warisan, cara dan cara pembagian harta warisan terserah pada ahli warisnya. Ketentuan hukum adat Gayo tidak mengenal istilah ahli waris-waris, artinya apabila bapaknya meninggal sebelum kakeknya menjadi ahli waris, maka anak tersebut tidak mendapat warisan dan tidak mendapat hak sama sekali karena hubungan tersebut dianggap putus.

Referensi

Dokumen terkait

Maksud dari pepatah tersebut dahwa dalam suatu perbuatan harus dimulai dari awal pekerjaan, dalam adat perkawinan masyarakat Gayo dimulai dari munginte, pada saat

Peranan Ammatoa Sebagai Pemimpin Adat Dalam Menyelesaikan Kasus Masyarakat Adat Kajang Ammatoa di Kabupaten Bulukumba yaitu Ammatoa selaku Ketua Adat akan bertindak tegas bagi pelaku