PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hukum adat sangat penting bagi masyarakat Ammatoa karena dengan hukum adat maka anggota masyarakat adat Kajang Ammatoa akan sangat berhati-hati dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat adat Kajang Ammatoa yang melanggar aturan adat yang berasal dari Pasang akan dikenakan sanksi yaitu. Oleh karena itu saya mengangkat sistem penyelesaian perkara gelar di Masyarakat Adat Kajang Ammatoa Kabupaten Bulukumba.
Rumusan Masalah
Alasan peneliti menyebutkan judul penelitian ini adalah karena ingin mengetahui bagaimana penyelesaian hukum adat pada masyarakat adat Kajang Ammatoa dan juga apa yang akan dilakukan oleh tokoh adat jika terjadi kasus di daerah atau di desa Tana. Banyak pelanggaran akan terjadi. .
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana peran Ammatoa sebagai tokoh adat dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat adat Kajang Ammatoa di Kab.
Manfaat Penelitian
Definisi Operasional
KAJIAN PUSTAKA
- Kajian Konsep
- Kajian Teori
- Kerangka Pikir
- Penelitian Terdahulu
Oleh karena itu, hukum adat tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, khususnya masyarakat adat Kajang Ammatoa. Amir (2017) dengan judul “Peran Papangkat Sebagai Sumber Hukum Dalam Masyarakat Adat Kajang (Kajian Antropologi Hukum)”. Bedanya, penelitian Disnawati fokus pada makna kehidupan kamasasea masyarakat adat Kajang Ammatoa.
METODE PENELITIAN
- Jenis dan Pendekatan Penelitian
- Lokasi dan Waktu Penelitian
- Informan Penelitian
- Fokus Penelitian
- Jenis dan Sumber Data
- Instrumen Penelitian
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Analisis Data
- Teknik Keabsahan Data
- Etika Penelitian
Fokus penelitian ini mengenai sistem penyelesaian kasus pada masyarakat adat Kajang Ammatoa Kabupaten Bulukumba. Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa sejarah hukum adat di kawasan adat Kajang Ammatoa ada karena adanya pelanggaran. Pelanggaran yang terjadi di dalam kawasan adat Kajang Ammatoa dapat diselesaikan dengan dua cara, yaitu melalui hukum adat dan.
Peran Ammatoa sebagai tokoh adat dalam menyelesaikan kasus masyarakat adat Kajang Ammatoa di Kabupaten Bulukumba. Apabila terjadi pelanggaran di dalam kawasan adat Kajang Ammatoa, maka tindakan yang dilakukan oleh Ammatoa sebagai tokoh adat adalah: Menteri atau pemangku adat bertugas membantu tokoh adat dalam mengambil keputusan mengenai pelanggaran yang terjadi di dalam kawasan adat Kajang. Ammatoa.
Ammatoa, dan jika ingin memasuki kawasan adat Kajang Ammatoa harus mengikuti aturan adat yang ada. Salmawati, S.Pd Banyak terjadi pelanggaran di kawasan adat Kajang Ammatoa yaitu penghinaan. Di Kawasan Adat Kajang Ammatoa, pengambilan keputusan tertinggi dilakukan oleh Pemimpin Adat namun dibantu oleh Pemimpin Adatnya (Galla) atau biasa disebut Menteri.
Tindakan apa yang dilakukan Ammatoa selaku tokoh adat terhadap pelanggaran yang terjadi di wilayah adat Kajang Ammatoa.
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Sejarah Lokasi Penelitian
Secara wilayah Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi di kaki Gunung Bawakaraeng-Lompobattang, pesisir pantai, dataran rendah dan laut lepas. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung paling selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah. Mitologi nama “Bulukumba” konon berasal dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu “Bulu’ku” dan “Mupa” yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunungku atau masih gunungku” artinya.
Peresmian Bulukumba sebagai nama kabupaten diawali dengan terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Sulawesi, dan disusul dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978 tentang Daerah Lambang. Ahmad Mattulada (pakar sejarah dan budaya) kemudian menetapkan hari jadi Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Hari Jadi Kabupaten Bulukumba. Secara hukum formal, Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah Tingkat II setelah lambang daerah Kabupaten Bulukumba ditetapkan oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960, yang dilanjutkan dengan pelantikan bupati pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960. .
Terdapat 7 layar perahu pinisi yang melambangkan jumlah kecamatan di Kabupaten Bulukumba pada saat logo tersebut dibuat, namun kini jumlah kecamatan di Kabupaten Bulukumba bertambah menjadi 10 kecamatan dan hingga saat ini Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1987 tentang Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba belum direvisi. Mali Siparappe, Tallang Sipahua” merupakan gabungan dua dialek yaitu Bugis Makassar yang melambangkan persatuan dan kesatuan dua suku besar di Kabupaten Bulukumba. Sejarah Singkat Desa Tana Toa dan Masyarakat Adat Kajang Ammatoa Masyarakat Adat Kajang Ammatoa merupakan salah satu komunitas adat yang berada di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Mahar (sunrang) perkawinan adalah tanah di kawasan Gallarang Puto', yang merupakan bagian posisi timur possi' tana (pusat tanah) Kajang.
Letak Geografis
Di kawasan adat Kajang Ammatoa terdapat tiga sanksi yaitu poko' ba'bala (sanksi berat), tangngga ba'balak (sanksi sedang), cappa ba'bala (sanksi ringan). Tentunya hal ini akan meningkatkan rasa ketaatan, sehingga perlu kita ketahui sejarah terbentuknya hukum adat di wilayah adat masyarakat adat Kajang Ammatoa. Meski masyarakat adat Kajang Ammatoa memiliki hukum adat yang mengikat, namun pelanggaran masih bisa terjadi di kawasan tersebut.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti mengenai peranan hukum negara dalam proses penyelesaian perkara yang terjadi di kawasan adat Kajang Ammatoa, kecamatan Kajang, kabupaten Bulukumba. Hukum Adat merupakan hukum asli yang dilestarikan karena hukum adat merupakan pedoman bagi masyarakat adat Kajang Ammatoa. Oleh karena itu, pasang surut mempunyai sanksi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran atau penyimpangan yang terjadi di dalam kawasan adat Kajang Ammatoa.
Pemimpin adat masyarakat adat Kajang Ammatoa disebut Ammatoa, Ammatoa merupakan pemimpin tertinggi di wilayah adat Kajang Ammatoa, Ammatoa diangkat berdasarkan petunjuk Turie. Bahtiar Ammatoa sebagai tokoh adat mempunyai menteri yang bertugas membantu pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di kawasan adat Kajang Ammatoa. Sedangkan penelitian ini membahas tentang sistem penyelesaian kasus yang berarti apa yang dilakukan masyarakat adat ketika terjadi pelanggaran atau permasalahan di kawasan adat Kajang Ammatoa.
Masyarakat harus lebih memperhatikan dan lebih menaati ajaran Pasang agar tidak melakukan pelanggaran atau penyimpangan di kawasan adat Kajang Ammatoa.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Meskipun hukum adat sudah ada di kawasan adat Kajang Ammatoa, namun masih saja ada oknum yang melakukan pelanggaran, baik itu pencurian, penghinaan, pencemaran nama baik, dan lain-lain. Terkait hutan keramat di kawasan adat Kajang Ammatoa, ada empat hal yang tidak boleh dilakukan, yaitu Anna'bang kaju (memotong kayu), Anrao doang (mengambil udang), Attunu bani (membakar lebah) dan Annatta uhe ( mengambil rotan). Peneliti dapat menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat adat Kajang Ammatoa pasti berdasarkan pasang dan hukum adat.
Dari data observasi yang dilakukan terlihat bahwa peran Ammatoa sangat penting dalam pengambilan keputusan oleh karena itu sebagai pemimpin adat Ammatoa mengambil tindakan terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di wilayah adat Kajang Ammatoa. Di kawasan adat Kajang Ammatoa, struktur pemerintahannya sama seperti di Indonesia, seperti presiden yang memiliki menteri, begitu juga dengan strukturnya. Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa di kawasan adat Kajang Ammatoa terdapat 26 pemangku adat yang bertugas mengambil keputusan bersama-sama dengan tokoh adat melalui musyawarah.
Di kawasan adat Kajang Ammatoa, segala keputusan diambil melalui proses musyawarah yang dilakukan oleh tokoh adat dan pemangku adat atau menterinya untuk tujuan tersebut. Pemilihan pemimpin adat dilaksanakan di dua tempat yaitu di hutan sebelah timur dan barat kawasan adat Kajang Ammatoa. Namun tokoh adat tidak pernah melarang masyarakatnya untuk hidup modern, namun dengan syarat jika ingin hidup modern harus keluar dari kawasan adat Kajang Ammatoa.
Kesimpulan yang dapat diambil dari wawancara ini adalah masyarakat adat Kajang Ammatoa akan menjaga adat istiadatnya selamanya.
Pembahasan
Dengan diterapkannya sistem perundang-undangan negara (state law), masyarakat adat Kajang Ammatoa masih mempertahankan hukum adat yang berasal dari Pasang. Ammatoa merupakan pemimpin tertinggi di kawasan adat Kajang Ammatoa. Beliau diangkat berdasarkan hasil musyawarah dan berdasarkan hasil pengangkatan Turie 'A'ra'na. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus pada sistem penyelesaian perkara pada masyarakat adat Kajang Ammatoa karena pelanggaran masih terjadi di wilayah adat Kajang Ammatoa meskipun hukum adat sudah ada di wilayah adat tersebut.
Ramlah, S.Ip Dimanapun terjadi pelanggaran, bahkan di kawasan adat Kajang Ammatoa, meskipun ada hukum adat yang mengikat, tetap saja ada oknum yang melakukan pelanggaran. Bentuk penyelesaian permasalahan masyarakat adat Kajang Ammatoa di Kabupaten Bulukumba ada tiga sanksi yang sanksinya diputuskan oleh tokoh adat melalui musyawarah untuk kepentingan bersama. Peran Ammatoa sebagai tokoh adat dalam menyelesaikan kasus masyarakat adat Kajang Ammatoa di Kabupaten Bulukumba, Ammatoa akan tegas dan obyektif, artinya menyelesaikan pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di wilayah adat Kajang Ammatoa tanpa memandang hubungan kekeluargaan, status sosial, kaya atau miskin. , sehingga siapapun yang melakukan pelanggaran akan mendapat sanksi.
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan baik serta menggali lebih banyak sumber dan referensi terkait Sistem Penyelesaian Kasus di Masyarakat Adat Kajang Ammatoa. Peran Papanangkat Sebagai Sumber Hukum Dalam Masyarakat Adat Kajang (Kajian Antologi Hukum), (Peran Papanangkat Sebagai Sumber Hukum.pdf, diakses pada 26 Februari 2021). Penyelesaian delik adat terhadap perusakan dan pencurian hutan di Kawasan Adat Kajang Kabupaten Bulukumba, (file:///C:/Users/HP/Downloads/74-384-1-PB%20(2).pdf, diambil 17 Februari 2021).
Sanksi apa yang dikenakan kepada pelanggar jika melakukan pelanggaran di Kawasan Adat Kajang Ammatoa, Kecamatan Kajang, dan Kabupaten Bulukumba?
KESIMPULAN
Kesimpulan
SARAN
Ekoliterasi: Pendidikan Kontekstual dan Konservasi Lingkungan pada Masyarakat Adat Ammatoa Kajang, (file:///C:/Users/acer/Downloads/S Abstrak.pdf, diakses 20 Juni 2021). Penerapan prinsip hidup Kamase-masea Masyarakat Adat Ammatoa Kajang Bulukumba Sulawesi Selatan dalam pengelolaan sumber daya. Analisis Sistem Tradisional Ammatoa dalam Pelestarian Lingkungan Hidup di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba (Analisis Sistem Pengelolaan Desa Adat Ammatoa dalam Pelestarian Lingkungan Hidup di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.pdf, diakses 30 Maret 2021).
Pelantikan dan Kepemimpinan Ammatoa: Memahami kembali sistem kepemimpinan tradisional masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya hutan di Kajang, Sulawesi Selatan, (http://www.ijil.ui.ac.id/index.php/jai/article/viewFile diakses pada 21 Juni 2021). Peran Ammatoa dalam Memberikan Sanksi Tindak Pidana Pencurian di Kawasan Adat Ammatoa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba (AMIN RAIS.pdf, diakses pada 26 Februari 2021). Kajian Fenomenologi Signifikansi Gunung Ri Kajang dalam Pengelolaan Hutan Masyarakat Adat Ammatoa Bulukumba, Sulawesi Selatan, (http://mulok.library.um.ac.id/index3.php/79984.html, diakses pada 20 Juni 2021 ).
Peran Lembaga Adat Ammatoa dalam Penegakan Adat Kajang di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, (http://stisipm-.sinjai.ac.id/stisippublishing/index.php/JIA/article/view/96/100, diakses pada tanggal 30 Maret 2021). Struktur Kawasan Permukiman Ammatoa Kajang Ditinjau dari Nilai Kearifan Lokal “Pasang Ri Kajang”, (https://eng.unhas.ac.id/pwk/files/58aafd5645b21.pdf, diakses 21 Juni 2021). Bagaimana peran kepolisian sebagai negara hukum atau hukum positif yang berlaku di Indonesia dalam menyelesaikan perkara yang timbul di Kawasan Adat Kajang Ammatoa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.
Adakah Ammatoa sebagai sesepuh di Kawasan Adat Ammatoa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba?