i
SKRIPSI
ANALISIS HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA
KESUSILAAN VIDEO CALL SEX (VCS) DI KOTA MAKASSAR (Studi Kasus Penanganan Kasus di Polrestabes Makassar)
MUHAMMAD ISRA HD
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bosowa
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan Shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta para keluarga dan Sahabatnya, berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan Skripsi yang berjudul Analisis Hukum Terdahap Tindak Pidana Kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Kota Makassar (Studi Kasus Penanganan Kasus di Polrestabes Makassar) Skripsi ini dilanjutkan sebagai tugas akhir dalam rangka penyelesaian studi sarjana dalam bagian Hukum Pidana program studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Bosowa.
Dengan hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada keluarga, yaitu kedua orang tua Penulis, kepada Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa memberikan dukungan moril atau materil. Dan juga kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini dengan penuh kesabaran meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini. Untuk itu tidak ada kata yang pantas untuk diucapkan hanya trima kasih yang sedalam-dalamnnya kepada:
. Bapak Prof. Dr. Ir. Batara Surya, M.Si, M. Eng Rektor Universitas Bosowa Makassar, dan para Wakil Rektor dan seluruh staffnya;
. Ibu Dr. Yulia A. Hasan, S.H.,M.H selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bosowa, dan para Wakil Dekan dan seluruh staffnya;
vii
. Bapak Dr. Zulkifli Makawaru, S.H., M.H selaku Ketua Prodi Studi Ilmu Hukum Universitas Bosowa;
. Bapak Prof. Dr. Marwan Mas, S.H., M.H selaku Pembimbing I yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
. Dr. Mustawa Nur, S.H., M.H selaku Pembimbing ke II yang selalu memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini;
. Ibu Dr. Andi Tira, S.H., M.H selaku Penasehat Akademik Penulis;
. Sahabat-sahabat Penulis
Akhirnya dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tersayang, keluarga besarku, dan juga kepada kampus Universitas Bosowa Makassar, semoga dapat bermanfaat.
Semoga Allah SWT. Senantiasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua Amin.
Makassar, Agustus
Muhammad Isra HD
viii ABSTRAK
Muhammad Isra HD ( ), Analisis Hukum Terdahap Tindak Pidana Kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Kota Makassar (Studi Kasus Penanganan Kasus di Polrestabes Makassar), Dibimbing oleh Marwan Mas selaku pembimbing I, dan Mustawa Nur selaku pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penanganan hukum tindak pidana Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar dan untuk mengetahui faktor yang menghambat penanganan hukum terhadap tindak pidana Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan di Polrestabes Makassar dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif dan empiris, penelitian normatif menggunakan data sekunder guna menganalisis dan mengkaji melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Untuk data hukum primer dianalisis dan dikaji melalui data kepustakaan wawancara dan dokumen.
Hasil Penelitian ini menemukan bahwa Pelaksanaan penanganan hukum tindak pidana kesusilaan video call sex di Polrestabes Makassar belum berjalan optimal disebabkan pada tahap penyelidikan tidak dapat ditingkatkan ke tahap penyidikan karena tidak terpenuhinya alat bukti dan tidak adanya penegasan penanganan hukum terkait tindak lanjut untuk memproses tindak pidana tersebut tanpa adanya status penanganan tersebut di SP kan atau tidak di SP kan.
Kemudian Faktor yang menjadi penghambat penanganan hukum tidak pidana video call sex di Polrestabes Makassar sehinggga penanganan hukum tidak berjalan optimal dipengaruhi faktor yaitu, faktor internal adalah faktor yang bersumber dari kepolisian antara lain faktor hukum dan faktor SDM. Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari pelaku atau korban yang mempengaruhi penanganan hukum tindak pidana kesusilaan antara lain faktor kesadaran hukum dan faktor budaya.
Kata Kunci : Analisis Hukum, Kesusilaan, Video Call Sex
ix ABSTRACT
Muhammad Isra HD ( ), Legal Analysis of the Preoccupation of Video Call Sex Decency in Makassar City (Case Study of Case Handling at the Makassar Police), Guided by Marwan Mas as supervisor I, and Mustawa Nur as supervisor II.
This study aims to determine the implementation of the legal handling of Video Call Sex (VCS) crimes at the Makassar Police Station and to find out the factors that hinder the legal handling of Video Call Sex (VCS) crimes at the Makassar Police Station
This research was conducted at Polrestabes Makassar using normative and empirical legal research methods, normative research using secondary data to analyze and examine through primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. For primary legal data analyzed and reviewed through library data interviews and documents.
The results of this study found that the implementation of the legal handling of video call sex crimes at the Makassar Polrestabes had not run optimally because at the investigation stage it could not be increased to the investigation stage because evidence was not fulfilled and there was no confirmation of legal handling related to follow-up to process the crime without the status of the handling is in SP right or not in SP right. Then the factors that hinder the legal handling of non-criminal video call sex at the Makassar Polrestabes so that legal handling does not run optimally is influenced by factors, namely, internal factors are factors originating from the police, including legal factors and HR factors. External factors are factors originating from perpetrators or victims that affect the legal handling of decency crimes, including legal awareness factors and cultural factors.
Keywords: Legal Analysis, Morality, Video Call Sex
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... x BAB I PENDAHULUAN ...
A. Latar Belakang Masalah ...
B. Rumusan Masalah ...
C. Tujuan Penelitian ...
D. Manfaat Penelitian ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...
A. Beberapa Pengertian Pokok ...
. Pengertian Kejahatan ...
. Pengertian Kesusilaan...
. Pengertian Video Call Sex (VCS) ...
B. Dasar Kejahatan Kesusilaan ...
. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ...
. Unsur-Unsur Tindak Pidana Kejahatan Asusila ...
. Menurut Undang-Undang Pornografi ...
. Menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik ...
C. Penanganan Kasus di Kepolisian ...
. Laporan ...
. Penyelidikan ...
. Penyidikan ...
BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Lokasi Penelitian ...
B. Tipe Penelitian ...
C. Jenis Sumber Bahan dan Data ...
D. Teknik Pengumpulan data ...
E. Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
xi
A. Pelakasanaan Penanganan Hukum Tindak Pidana Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar ...
B. Faktor Penghambat Penanganan Hukum Terhadap Tindak Pidana Video Call Sex ...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
A. KESIMPULAN ...
B. SARAN ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah Negara Hukum, sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal ayat ( ) UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun . Negara hukum dimaksud adalah negara yang menegakkan Supermasi Hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Artinya semua perbuatan hukum masyarakat harus diatur oleh hukum yang berlaku.1
Mustawa Nur menegaskan demi mengedepankan kepastian hukum, akan menggeser kepentingan yang lebih luas. Apabila kepastian hukum diikuti secara mutlak, maka proses penegakan hukum yang benar dan adil terhadap warga yang belum tentu berselah atas sesuatu yang disangkakan atau dituduhkan kepadanya, maka hukum akan berhuguna bagi hukum itu sendiri, dan juga untuk masyarakat.2
Dari pendapat ini dapat dilihat bahwa hukum harus ditegakkan sesuai dengan hukum yang berlaku. Dengan itu para penegak hukum harus menilai dengan objektif dalam menegakkan hukum agar tidak mencederai rasa keadilan di dalam masyarakat.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang relatif cepat ini telah mempengaruhi perkembangan manusia di dunia. Salah satu produk dari perkembangan tersebut adalah Internet. Seperti yang kita ketahui, Internet memberikan dampak positif yang sangat bagus untuk manusia, antara lain yaitu :
1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun , Pasal
2 Mustawa Nur, S. H. ( ). Hukum Pemberitaan Pers: Sebuah Model Mencegah Kesalahan dalam Berita. Prenada Media.
memudahkan manusia untuk saling berkomunikasi satu sama lain tanpa harus bertemu secara langsung, memudahkan manusia untuk mencari segala informasi yang dia butuhkan tanpa harus membeli buku dan mencari buku ke perpustakaan, bahkan, tidak sedikit dari manusia memanfaatkan internet untuk berbisnis online, berbelanja online, dan sebagainya.
Salah satu pengaruh positif dari penggunaan media elektronik dapat digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan dan kemudahan memperoleh informasi. Dari dampak positif yang sudah diterangkan oleh penulis, tentu ada juga beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh Internet. Salah satunya adalah cyber crime.
Maraknya cyber crime yang terjadi di indonesia tentunya banyak merugikan masyarakat, salah satu bentuk cyber crime adalah kejahatan kesusilaan di dunia maya. Kejahatan kesusilaan adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dimana kesusilaan di sini berkaitan dengan nafsu seksual atau perbuatan mengenai kehidupan seksual yang tidak senonoh serta dapat menyinggung rasa malu seksual seseorang ataupun sekelompok.
Pada dasarnya tindak pidana kesusilaan yang berhubungan dengan modus perbuatan Video call sex (VCS) ini diatur oleh beberapa produk hukum diantaranya adalah KUHP, Undang-Undang ITE dan Undang-Undang Pornografi.
Adapun ketentuan tindak pidana kesusilaan yang berbau pornografi dalam hal hubungannya dengan tindak pidana kejahatan asusila dengan modus operandi video call sex (VCS) diatur dalam KUHP diatur pada Pasal ayat ( ) sampai
( ) yakni:3
( ). Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
( ) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
( ) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
Pasal di atas hanya menjelaskan secara umum tentang kejahatan terhadap kesusilaan. Namun secara konkrit pasal yang menjelaskan perbuatan tindak pidana yang berhubungan dengan video call sex, diatur dalam Pasal KUHP yakni:
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan cabul oleh orang lain dengan orang lain dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.
3 Tim Redaksi, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Kitab Hukum Undang-Undang Pidana, Efata Publishing, Jakarta, hlm
Kemudian menurut penulis Pasal ini dapat dikenakan oleh orang yang dengan sengaja menyedikan jasa video call sex, karena VCS tergolong dengan perbuatan cabul dan jasa VCS dijadikan sebagai mata pencarian. Namun pada pokoknya sebenarnya pasal ini dapat pula dikenakan terhadap mucikari atau germo.
Namun berdasarkan rumusan norma diatas KUHP belum mengakomodir perkembangan teknologi secara utuh, norma kejahatan asusila yang dijelaskan dalam Pasal ini hanya menunjuk gambar-gambar dan alat-alat yang melanggar kesusilaan. Belum mengakomodir gambar-gambar visual yang dapat diakses dengan media elektronik, maka dari itu kejahatan ini diatur secara khusus di Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Dan Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Pornografi.
Jika dilihat ketentuan perbuatan VCS dalam Undang-Undang ITE maka perbuatan ini dapat dilihat dalam Pasal ayat ( ) yakni, “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya infromasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Dan ketentuan pidananya diatur dalam Pasal ayat ( ) UU ITE jo UU yang menerangkan bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau metransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau denda paling banyak Rp miliar.
Kemudian jika dilihat perbuatan video call sex ini juga diatu dalam Pasal
ayat ( ) Undang-Undang Pornografi sebagai berikut:
Larangan bagi setiap orang untuk memproduksi, membuat, memperbanyak, meng adakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit memuat:
a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b. kekerasan seksual;
c. masturbasi atau onani;
d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
e. alat kelamin; atau f. pornografi anak.
Menurut Undang-Undang Pornografi, pornografi yang dimaksud adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.4
Menurut Adami Chazawi pernah menulis dalam bukunya dengan judul Tindak Piana Mengenai Kesopanan pada tahun , mendefinisikan pornografi sebagai berikut:5
“Secara etimologi pornografi berasal dari dua suku kata yakni pornos dan grafis. Pornos artinya suatu perbuatan yang asusila (dalam hal yang berhubungan dengan seksual), atau perbuatan yang bersifat tidak senonoh atau cabul. Sedangkan grafis adalah gambar atau tulisan, yang dalam arti luas termasuk benda benda patung, yang isi atau artinya menunujukan atau menggambarkan sesuatu yang bersifat asusila atau menyerang rasa kesusilaan masyarakat”.
Kemudian definisi yang dikemukakan Catherine Mckinnon seperti dikutip
4 Ruslan Renggong, Hukum Pidana Khusus Memahami delik-delik di luar KUHP, Kencana, Jakarta, , hlm
5 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, , hlm.
oleh Ninuk Merdiana Pambudy dapat dipakai sebagai acuan internasional sebagai berikut:6
“Grafis yang menunjukkan subordinasi seksual perempuan secara eksplisit melalui gambar atau kata-kata termasuk dehumanisasi perempuan sebagai objek sosial, benda, komoditas, penikmat penderitaan, sasaran penghinaan atau pemerkosaan (dengan jalan diikat, disayat, dimutilasi, disiksa atau bentuk-bentuk penyiksaan fisik); menggambarkannya sebagai sasaran pemuas seksual atau perbudakan, dipenetrasi dengan menggunakan benda atau pemuas seksual atau perbudakan secara biadab, cedera, penyiksaan, dipertunjukkan, secara seronok atau tak berdaya, berdarah-darah, tersiksa, atau disakiti dalam konteks dan kondisi seksual semata".
Tindak pidana kesusilaan mengacu pada perbuatan Sex. Sex merupakan suatu kekuatan pendorong hidup yang biasanya disebut dengan insting dan naluri yang dimiliki setiap manusia salah satu bentuk kejahatan Sex adalah Sextortion.
Sextortion adalah jenis kriminal yang berhubungan dengan kegiatan pemerasan seksual, kriminal ini terjadi bila seseorang mengancam orang lain untuk menyebarkan gambar atau vidio porno pada korban.
Tindak pidana kejahatan kesusilaan di kota Makassar yang meresahkan masyarakat seperti kejahatan Cyber Crime salah satunya adalah Video Call Sex (VCS). Video Call Sex (VCS) adalah bentuk penjualan jasa atau penghibur di dunia maya melalui fitur video chat telegram, whatshapp, facebook dan instagram.
6 https://www.erisamdyprayatna.com/ /pengertian-pornografi.html., tanggal Maret , diakses pada pukul .
Merujuk pada ketentuan hukum yang telah penulis uraikan menjadi landasan dalam penanganan kasus pornografi sebagai landasan yuridis untuk menjerat para pelaku, namun kenyataannya apa yang menjadi ketentuan hukum tersebut tidak selamanya terjadi dalam kenyatanyaan seperti yang terungkap dalam kasus yang dilansir dalam berita Makassar terkini dengan judul headline Wanita di Makassar Lapor Polisi Kuasa Hukum: Kesehatannya Terganggu sebagai berikut:
Tindak kejahatan kesusilaan dengan video call sex terjadi Kota Makassar.
Seorang perempuan berinisial YI ( Tahun) melaporkan mantan pacarnya dengan inisial MA ke Polrestabe Makassar atas dugaan telah melakukan tindakan penyebaran video pornografi yang melanggar kesusilaan di media sosial berupa Faceebook dan instagram.7
Selain itu, MA terduga pelaku juga disebut menyebar video itu ke teman dan kerabatnya. Rekaman video call sex tersebut diketahui direkam saat mereka berpacaran dulu. Dugaan awal pelaku nekad melakukan hal itu lantaran sakit hati usai di putuskan oleh korban. Hal ini membuat korban mengalami trauma dengan setiap ditanya korban menangis dan mengalami gangguan kesehatan psikis.8
Contoh kasus lainnya yang terjadi Kota Makassar. Sesuai keterangan pelapor telah terjadi dugaan terjadinya tindak pidana pemerasan dan atau UU ITE dengan kronologis kejadian sebagai berikut. Berawal antara korban berinisial (AA) dengan pelaku inisial (YD) berkenalan melalui Medsos yang selanjutnya melakukan komunikasi secara Video Call dan tanpa sepengetahuan korban (AA),
7 Isak Pasabuan, https://makassar.terkini .id/video call seks disebar mantan wanita makassar lapor polisi kuasa hukum kesehatannya terganggu, diakses pada tanggal Maret , Pukul .
8 Ibid
Pelaku (YD) meminta atau merayu korban (AA) untuk berfose tanpa busana/telanjang dan korban (AA) menurutinya tanpa korban (AA) sadari betul, kemudian pelaku (YD) melakukan Screen Shoot serta merekam Korban (AA) tanpa busana/telanjang, lalu hasil Screen Shoot dan rekaman vidio tersebut digunakan oleh Pelaku (YD) untuk meminta uang sebanyak Rp. . . ,- kepada korban (AA) dan pelaku (YD) mengancam akan menyerbarkan apabila korban (AA) tidak menuruti kemauannya, kemudian korban (AA) merasa sangat dirugikan dan melaporkannya di Polrestabes Makassar.
Berdasarkan permasalahan yang penilis paparkan di atas maka penulis akan melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Hukum Terhadap Tindak Kejahatan Kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Kota Makassar” bagi penulis tertarik untuk meneliti penanganan kasus kejahatan kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar.
B. Rumusan Masalah
. Bagaimanakah Pelaksanaan Penanganan Hukum Tindak Pidana Kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar?
. Faktor apakah yang menghambat penanganan hukum terhadap Tindak Pidana Kesusilaan video call sex (VCS) di Polrestabes Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi hukum ini adalah sebagai berikut:
. . Untuk mengetahui pelaksanaan penanganan hukum tindak pidana kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar.
. Untuk mengetahui faktor apakah yang menghambat penangnan hukum terhadap tindak pidana kesusilaan Video Call Sex (VCS) di Polrestabes Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian tujuan penelitian tersebut di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat berguna dan memberikan manfaat yaitu:
. Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian diharapkan bisa memberikan sumbangan bagi khazana pemikiran dalam menambah wawasan tentang hukum pidana pada umumnya dan khususnya tentang tindak kejahatan kesusilaan Video Call Sex (VCS).
. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi aparat penegak hukum untuk menangani kasus-kasus kejhatan kesusilaan Video Call Sex (VCS). Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya serta dapat menjadi bahan perbandingan bagi penulis lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Beberapa Pengertian Pokok
. Pengertian Kejahatan
. Kejahatan selalu akan ada seperti penyakit dan kematian yang selalu berulah seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ketahun. Menghadapi kejahatan dapat menekan atau mengurangi meningkatnya jumlah kejahatan dan memperbaiki penjahat agar dapat kembali sebagai warga masyarakat yang baik.
Berdasarkan uraian di atas maka kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai perbuatan-perbuatan tertentu sebagai perbuatan jahat. Dengan demikian, maka si pelaku disebut sebagai penjahat.
Pengertian tersebut bersumber dari manusia, sehingga ia memiliki pengertian yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu. Tentang definisi dari kejahatan itu sendiri tidak terdapat kesatuan pendapatdiantara para sarjana, R.Soesilo.9
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pengertian kejahatan menurut beberapa pakar:10
a. J.M. Bemmelem memandang kejahatan sebagai suatu tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian,ketidakpatutan dalam masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan, dan untuk menentramkan masyarakat, negara harus menjatuhkan hukuman
9 A.S Alam & Amir Ilyas, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi, Makassar, , hlm. -
10 Ibid.
kepada penjahat.
b. M.A. Elliot mengatakan bahwa kejahatan adalah suatu problem dalam masyarakat modem atau tingkah laku yang gagal dan melanggar Hukum dapat dijatuhi hukurnan penjara, hukuman mati dan hukuman denda dan seterusnya.
Jika dilihat pengertian kejahatan menurut Kamus Hukum maka pengertian kejahatan adalah kualitas atau keadaan menjadi jahat, atau penyimpangan dari aturan ilahi atau hukum moral, watak atau praktik jahat, amoralitas, kebejatan, kesinan.11
Kemudian dalam KUHP sebenarnya tidak memberikan definisi secara jelas mengenai apa itu kejahatan. KUHP menempatkan kejahatan di dalam Buku II dan pelanggaran dalam Buku III. Namun KUHP menggunakan istilah kejahatan sebagai delik hukum (rechtsdelict) atau pelanggaran hukum yang dirasakan melanggar keadilan dan meresahkan masyarakat. Misalnya perbuatan seperti pembunuhan, melukai orang lain, mencuri, dan sebagainya.
Dari pengertian di atas maka pengertian kejahatan yang penulis rujuk adalah pengertian kejahatan yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sebagai landasan objektif dalam menentukan perbuatan kejahatan atau pelanggaran. Maka KUHP yang menjadi rujukan penulis.
. Pengertian Kesusilaan
Pada dasarnya kesusilaan berasal dari kata susila, artinya beradap atau
11 M. Marwan dan Jimmy,Kamus Hukum, Publishing, surabaya, , hlm.
sopan. Jadi arti kesusilaan adalah perbuatan asusila yang memiliki keterkaitan dengan kesopanan. perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin, misalnya bersetubuh, meraba buah dada perempuan, meraba tempat kemaluan perempuan, memperlihatkan anggota kemaluan, mencium. Kesusilaan adalah tentang sesuatu yang merusak kesopanan, sifat merusak kesusilaan perbuatan- perbuatan tersebut kadang-kadang amat tergantung pada pendapat umum pada waktu dan tempat itu.
Bahwa orang bersetubuh di tengah jalan itu merusak kesopanan (kesusilaan) umum itu jelas merupakan perbuatan merusak kesusilaan, akan tetapi cium-ciuman di tempat umum di kota besar saat ini dilakukan oleh bangsa Indonesia masih harus dipersoalkan apakah ia merusak kesopanan atau tidak. Apabila polisi menjumpai peristiwa semacam ini, maka berhubung dengan adanya bermacam-macam ukuran kesusilaan menurut adat istiadat yang ada, hendaknya menyelidiki terlebih dahulu apakah perbuatan yang telah dilakukan oleh tersangka itu menurut tempat dan keadaan dapat dipandang sebagai perbuatan asusila. Hal penting yang perlu dilihat adalah sejauh mana pelanggaran kesusilaan (perbuatan asusila) itu dilakukan, yakni perlu pengamatan hukum dengan mengacu pada adat istiadat yang ada untuk melihat konteks asusila.12
Roeslan Saleh menyatakan bahwa “pengertian kesusilaan hendaknya tidak dibatasi pada pengertian kesusilaan dalam bidang seksual, tetapi juga meliputi hal-hal yang termasuk dalam penguasaan norma-norma keputusan
12 R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal demi Pasal, Politea, Bogr, , hlm.
bertingkahlaku dalam pergaulan masyarakat.13
Menurut Barda Nawawi Arief, karena nilai-niali kesusilaan dapat dipandang berbeda-beda menurut nilai yang berlaku di masyarakat, maka hukum itu sendiri merupakan nilai-nilai kesusilaan yang minimal. Selanjutnya menurut Hilman Hadikusuma kesalahan kesusilaan adalah semua kesalahan yang menyangkut watak budi pekerti pribadi seseorang yang bernilai buruk dan mengganggu keseimbangan masyarakat. Pendapat berikutnya yang sedikit sempit datang dari R. Soesilo yang menyatakan bahwa kesusilaan berkaitan dengan perasaan malu yang berhubungan dengan kelamin, seperti meraba buah dada perempuan, meraba kemaluan perempuan dan lain-lain.
Namun menurutnya, hal-hal yang dianggap merusak kesusilaan tersebut harus memperhatikan ukuran kesusilaan menurut adat istiadat di tempat dilakukannya perbuatan merusak kesusilaan, karena beda tempat, beda pendapat umumnya. Kemudian menurut Roeslan Saleh kesusilaan adalah hal- hal yang termasuk dalam penguasaan norma-norma keputusan bertingkah laku dalam pergaulan masyarakat. Terakhir Leden Merpaung, menurutnya kesusilaan adalah etika yang ada dalam diri manusia.14
. Pengertian Video call sex (VCS)
Video Call Sex (VCS) adalah jasa layanan seksual daring yang menggunakan gawai dan aplikasi media sosial sebagai sarananya. Aplikasi dengan penawaran VCS video atau yang dikenal juga sebagai VCS real saat ini
13 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, , hlm.
14 Laden Mapaung, Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya, Sinar Grafika, Jakarta, , hlm.
makin banyak bentuknya, seperti layanan VCS Twitter, VCS Instagram, VCS Telegram, VCS Whatsapp (WA), bahkan ada pula yang menawarkan layanan grup VCS WA sebagai medianya.15
Pada dasarnya Video Call Sex tidak hanya berbentuk layanan seksual secara daring, namun ada juga VCS yang berbentuk teror atau dalam artian seseorang yang sedang iseng dan menelfon ke beberapa nomor acak dan langsung memperlihatkan kemaluannya dalam video call tersebut.16
Pelanggaran/kejahatan terhadap nilai susila masyarakat (adat istiadat yang baik,sopan santun, kesopanan dan keadaban) dalam bidang seksual. Demikian juga pelecehan seksual yang diartikan sebagai perbuatan yang memandang rendah atau menghinakan atau mengabaikan hak orang lain dalam bidang seksual. Jadi bisa dikatakan bahwa cakupan kejahatan kesusilaan sebenarnya meliputi kejahatan terhadap kesusilaan dan pelecehan seksual. Perbuatan ini jelas merupakan tindak pidana yaitu kejahatan asusila diatur dalam KUHP, UU Pornografi, UU ITE.17
Adapun bentuk yang di maksud dari aktivitas seksual dalam pornografi adalah hal-hal terkait perilaku seks atau cabul yang dilakukan atau di perlihatkan bisa dengan foto atau video seseorang yang melakukan perilaku asusila. Jadi Video Call Sex adalah telepon layar video yang dilakukan satu orang atau lebih dari satu orang yang melanggar tindakan asusila tersebut atau pertemuan seks secara virtual atau maya antara dua orang atau lebih yang
15 Tim Hukum Online, https://www.hukumonline.com/berita/a/vcs-dan-open-bo-lt ecd , diakses pada tanggal Maret
16 Ibid
17 Ibid.
terhubung melalui jaringan internet.18 B. Dasar Kejahatan Kesusilaan
. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Dalam KUHP ada beberapa bentuk-bentuk tentang kejahatan kesusilaan yang diatur pada BAB XIV Buku II Pasal sampai Pasal KUHP. Jika di uraikan maka kejahatan terhadap kesusilaan ada beberapa bentuk yakni kejahatan kesusilaan secara umum, perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita di bawah umur, percabulan, penghubung pencabulan, pencegahan dan pengguguran kehamilan, tindak pidana terhadap kesopanan.19
Namun penulis hanya akan membahas tentang kejahatan kesusilaan yang berbau pornografi dan perbuatan cabul. Jika dirunut Pasal yang mengatur hal yang berbau pornografi dan perbuatan cabul dalam KUHP yakni:20
a. gambar yang melanggar kesusilaan (Pasal ayat ( ) sampai ( ) KUHP) : ( ) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka
umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.
( ) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun
18 Fredi Yuniantoro. Eksploitasi Seksual Sebagai Bentuk Kejahatan Kesusilaan Dalam Peraturan Perundang-Undangan. Justitia Jurnal Hukum. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya
19ButjeTampi,https://repo.unsrat.ac.id/ /KEJAHATAN_KESUSILAAN_ _PELECEHAN_
SEKSUAL_DLMHUKUM_PIDANA_IND.pdf, diakses pada tanggal Maret , pukul .
20 Tim Redaksi, Op.cit, hlm. -
barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
( ) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak tujuh puluh lima ribu rupiah.
b. menyiarkan gambar atau benda yang dapat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan (Pasal ayat ( ) sampai ( ))
( ) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umumnya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.
( ) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan di muka orang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.
( ) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum dewasa sebagaimana dimaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.
c. Perzinahan (Pasal ayat ( ) sampai ( ))
( ) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal BW berlaku baginya, yaitu pada waktu yang sama, seorang lelaki hanya boleh terikat perkawinan dengan satu orang perempuan saja; dan seorang perempuan hanya dengan satu orang lelaki saja.
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal diketahui bahwa pasal BW berlaku baginya;
c. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;
d. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal BW berlaku baginya.
( ) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah- meja dan ranjang karena alasan itu juga.
( ) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal , , dan .
( ) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.
( ) Jika bagi suami-istri berlaku pasal BW, pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap d. Persetubuhan dengan ancaman kekerasan (Pasal )
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, di hukum, karena memperkosa dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Dengan demikian penulis secara khusus mengklasifikasikan kejahatan asusila dalam KUHP hubungannya dengan perbuatan Video Call Sex dalam hal ini memang belum diatur secara konkret mengenai perbuatan video call sex, namun KUHP mengatur secara umum tentang perbuatan-perbuatan yang termasuk sebagai kejahatan asusila yang berhubungan dengan pornografi dan perbuatan cabul. Hal ini karena untuk perbuatan khusus video call sex diatur secara khusus pula dalam Undang-Undang Informasi Transaksi dan Elektronik.
. Unsur-Unsur Tindak Pidana Kejahatan Asusila
KUHP pada dasarnya menjadi aturan hukum yang bersifat umum untuk peraturan hukum pidana dan aturan huku pidana yang diatur dalam undang- undang sendiri disebut sebagai aturan hukum pidana yang khusus, atau yang biasa kita sebut sebagai Lex Specialis Derogat Legi Generale. Jadi dalam konteks unsur-unsur tindak pidana kejahatan asusila telah dijelaskan dalam KUHP.
Adapun Unsur-Unsur tindak pidana kejahatan asusila yang diatur dalam BAB XIV Buku II Pasal sampai Pasal KUHP sebagai berikut:
a. Unsur Barang siapa
Barang siapa adalah unsur pelaku atau subjek dari tindak pidana (delik).
Dalam pengertian lain artinya pelaku dapat berupa siapa saja. Perlu diingat bahwa dalam sistem KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana hanya manusia saja (natuurlijk person). Dengan demikian, badan hukum (rechtspersoon) juga korporasi (berbadan hukum/tidak berbadan hukum) belum diakui sebagai subjek tindak pidana dalam KUHP
b. Unsur Dengan Sengaja
. sengaja sebagai maksud dimana perbuatan yang dilakukan dan akibat yang terjadi merupakan tujuan pelaku
. sengaja sebagai sadar kepastian/keharusan dimana akibat yang terjadi bukan akibat yang menjadi tujuan pelaku, melainkan untuk mencapai akibat yang benar- benar dituju harus dilakukan perbuatan lain
. sengaja sebagai sadar kemungkinan/bersyarat dimana pelaku sadar kemungkinan terjadinya akibat lain yang sebenarnya tidak dikehendaki,
namun kesadaran tersebut tidak membuat pelaku membatalkan niatnya dan ternyata akibat yang tidak dituju tersebut benar- benar terjadi.
c. Unsur Perbuatan Melanggar Asusila
Perbuatan melanggar kesusilaan adalah perbuatan berkenaan dengan hubungan seksual antara wanita dan pria untuk meningkatkan dan memuaskan nafsu atau gairah, yang dilakukan di muka umum dan dipandang sebagai perbuatan keterlaluan dan apabila orang lain melihat, dapat menimbulkan perasaan tidak senang dan malu.
Jadi dalam konteks unsur-unsur tindak pidana video call sex jika dilihat dari unsur diatas maka Video Call Sex termasuk kejahatan asusila, karena unsur perbuatan melanggar asusila medefinisikan perbuatan yang berkenaan dengan hubungan seksual antara wanita dan pria untuk meningkatkan dan memuaskan nafsu atau gairah, yang dilakukan di muka umum dan dipandang sebagai perbuatan keterlaluan dan apabila orang lain melihat, dapat menimbulkan perasaan tidak senang dan malu.
Kemudian jika dilihat konstruksi Pasal ayat ( ) UU ITE yang dijadikan sebagai dasar hukum untuk menjerat perbuatan video call sex, maka konstruksinya adalah dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan, disebar di khlayak umum. Jadi dalam penafsiran dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan yang dimaksud adalah kesusilaan yang berkaitan dengan pengertian Pasal KUHP sebagai pengertian umum tentang pelanggaran kesusilaan dan unsur-unsur yang ada pada KUHP.
. Menurut Undang-Undang Pornografi
Tindak pidana kesusilaan pornografi adalah perbuatan dengan segala bentuk dan caranya mengenai dan yang berhubungan dengan gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan /atau pertunjukkan di muka umum yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat yang dirumuskan dalam Undang-Undang Pornografi dan diancam pidana bagi siapa yang melakukan perbuatan tersebut.21
Perbuatan yang melanggar kesusilaan dalam Undang-Undang Nomor Tahun didalam Undang-Undang Nomor tahun Tentang Pornografi terdapat dalam Pasal sampai dengan Pasal .
Ada sepuluh Pasal yang merumuskan tindak pidana kesusilaan pornografi,sebagai berikut:22
) Tindak pidana pornografi memproduksi, membuat dan lainnya pornografi ( Pasal jo Pasal Ayat ( )).
) Tindak pidana menyediakan jasa pornografi ( Pasal jo Pasal Ayat( ). ) Tindak pidana meminjamkan atau mengunduh dan lainnya produk pornografi ( Pasal jo Pasal )
21 Adami Chaznawi, Tindak Pidana Pornografi, Cv. Putra Media Nusantara, Surabaya, , hlm,
22 Ibid.
) Tindak pidana memperdengarkan, mempertontonkan dan lainnya produk pornografi ( Pasal jo Pasal )
) Tindak pidana mendanai atau memfasilitasi perbuatan memproduksi, membuat dan lainnya pornografi ( Pasal jo Pasal ).
) Tindak pidana sengaja menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi (Pasal jo Pasal )
) Tindak pidana menjadikan orang lain sebagai objek atau model yang mengandung muatan pornografi ( Pasal jo Pasal ).
) Tindak pidana mempertontonkan diri atau orang lain dalam pertunjukkan atau di muka umum ( Pasal jo Pasal ).
) Tindak pidana melibatkan anak dalam kegiatan dan/atau sebagai objek dalam tindak pidana pornografi (Pasal jo Pasal ).
) Tindak pidana mengajak, membujuk dan lainnya anak dalam menggunakan produk atau jasa pornografi (Pasal jo Pasal ) . Menurut Undang-Undang ITE
Pada dasarnya tindak pidana kesusilaan dalam Undang-Undang Nomor Tahun Tentang ITE diatur bada Bab VII tentang Perbuatan Yang Dilarang UU No. tahun tetang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), tepatnya pada Pasal ayat ( ) ditegaskan bahwa “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan”.
Pasal tersebut adalah larangan bagi pegiat dunia digital, termasuk media sosial, konten kreator pada youtube (youtuber) ataupun masyarakat umum untuk tidak memuat suatu gambar, video, simbol-simbol atau tulisan yang melanggar kesusilaan.
Larangan itu disertai dengan ganjaran diancam pidana penjara selama- lamanya (enam) tahun dan denda sebanyak-banyaknya Rp. Milyar, sebagaimana dimaksud di dalam Pasal ayat ( ) UU No. tahun tentang Perubahan atas UU No. tahun , yakni:
Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat ( ) dipidana dengan pidana penjara paling lama (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp . . . , (satu miliar rupiah).
Kemudian terdapat pemberatan sanksi pidana jika korban pelanggaran kesusilaan atau ekspoloitasi seksual itu masih berstatus anak atau belum dewasa.
Sesuai dengan Pasal ayat ( ) UU No. tahun yang isinya menegaskan:
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat ( ) menyangkut kesusilaan atau eksploitasi seksual terhadap anak dikenakan
pemberatan sepertiga dari pidana pokok.
Atas dasar pasal diatas, bagi pelaku tindak pidana yang korbannya adalah anak dikenakan ancaman hukuman pokok yang dimaksud di dalam Pasal ayat ( ) dengan penambahan sepertiga sebagai pemberatan.
Maksud “melanggar kesusilaan” tidak diterangkan di dalam UU ITE. Kiranya dapat merujuk pendapat SR. Sianturi bahwa “Yang dimaksud dengan “melanggar kesusilaan” disini adalah perbuatan yang melanggar kesopanan di bidang kesusilaan yang (harus) berhubungan dengan kekelaminan dan/atau bagian badan tertentu lainnya yang pada umumnya dapat menimbulkan perasaan malu, perasaan jijik atau terangsangnya nafsu birahi orang lain.23
Pembahasan tentang “melanggar kesusilaan” di dalam UU ITE bertalian dengan Pasal ayat ( ) KUHP, R. Soesilo menerjemahkan Pasal ayat ( ) KUHP itu dengan menggunakan kalimat “merusak kesopanan”. Tetapi dalam penjelasannya Beliau memaknai kesopanan adalah kesusilaan. Hal itu dapat dilihat di dalam bukunya yang berjudul “Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal”.
R. Soesilo juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesopanan yaitu dalam arti kata kesusilaan, perasaan malu yang berhubungan nafsu kelamin misalnya bersetubuh, meraba buah dada perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota kemaluan wanita atau pria, mencium, dan
23 SR. Sianturi, Tindak Pidana di KUHP, Alumni Akademi Hukum Militer-Perguruan Tinggi Hukum Militer, , hlm
sebagainya. Pengrusakan kesopanan ini semuanya dilakukan dengan perbuatan.
Sifat merusak kesusilaan perbuatan-perbuatan tersebut kadang-kadang amat tergantung pada pendapat umum pada waktu dan tempat itu.
Perbuatan-perbuatan kejahatan kesusilaan itu diantaranya:
. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
. kekerasan seksual;
. masturbasi atau onani;
. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
. alat kelamin; atau . pornografi anak
Poinnya, kesusilaan berhubungan dengan nafsu seksual. Konotasi pelanggaran kesusilaan yang dimaksudkan oleh UU ITE adalah dengan ditransmisikan, didistribusikan atau membuat dapat diakses secara umum sehingga dapat tersiar dan diketahui umum. Dengan demikian, dari berbagai dasar hukum yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa tindak pidana kesusilaan video call sex menjadikan pasal ayat ( ) UU ITE sebagai dasar hukum untuk menindak pelaku perbuatan kesusilaan dengan kasus video call sex.
C. Penanganan Kasus di Kepolisian . Laporan
Berdasarkan Pasal angka Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Hukum Acara Pidana memberikan pengertian tentang laporan sebagai berikut:24
24 Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Hukum Acara Pidana Pasal angka
Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajibannya berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadi peristiwa pidana.
Untuk menentukan perbuatan tersebut merupakan tindak pidana atau bukan, diperlukan sebuah tindakan penyelidikan oleh pejabat yang berwenang terlebih dahulu.
Adapun prosedur melaporkan tindak pidana kepada polisi secara umum jika mengalami atau melihat tindak pidana cara melaporkan peristiwa tersebut dengan melaporkan ke kantor polisi terdakat terlebih dahulu. Berdasarkan Pasal ayat ( ) Peraturan Pemerintah Nomor Tahun tentang Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia, terdapat aturan sebagai berikut:25
. Daerah hukum Kepolisian Markas Besar (Mabes) Polri untuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
. Daerah hukum Kepolisian Daerah (Polda) untuk wilayah Provinsi;
. Daerah hukum Kepolisian Resort (Polres) untuk wilayah kabupaten/kota;
. Daerah hukum Kepolisian Sektor (Polsek) untuk wilayah kecamatan.
Terkait hal di atas, sebagai contoh, jika melihat ada tindak pidana di suatu kecamatan, Anda dapat melaporkan hal tersebut ke kepolisian tingkat sektor (Polsek) di mana tindak pidana itu terjadi. Namun, bukan berarti Anda tidak bisa melaporkan hal tersebut kedaerah hukum lain. Anda juga dibenarkan/dibolehkan untuk melaporkan hal tersebut ke wilayah administrasi yang berada di atasnya, misal melapor ke Polres, Polda, atau Mabes Polri.26
Setelah mendatangi kantor polisi, Anda bisa langsung menuju ke bagian SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) yang merupakan unsur pelaksana
25https://www.indonesia.go.id/layanan/kependudukan/sosial/cara-lapor-tindak-pidana-kepada- polisi, diakses pada tanggal Maret , Pukul .
26 Ibid.
tugas pokok di bidang pelayanan kepolisian. Berdasarkan Pasal Ayat ( ) Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor Tahun tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan Kepolisian Sektor, SPKT bertugas memberikan pelayanan kepolisian secara terpadu terhadap laporan atau pengaduan masyarakat, memberikan bantuan dan pertolongan, serta memberikan pelayanan informasi. Selanjutnya, setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik harus memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan kepada yang bersangkutan.27
Setelah itu, dalam Pasal Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor Tahun tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana, ada aturan sebagai berikut:28
Penyidikan terhadap suatu tindak pidana dilaksanakan berdasarkan laporan polisi dan surat perintah penyidikan. Setelah laporan polisi dibuat, terhadap pelapor akan dilakukan pemeriksaan yang dituangkan dalam "Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Saksi Pelapor". Karena itulah, tindak pidana dilaksanakan berdasarkan laporan polisi dan surat perintah penyidikan. Saat melapor suatu tindak pidana, dengan kata lain, kita telah mengurangi tugas kepolisian yang seharusnya menjaga kondisi lingkungan agar tetap dalam keadaan aman. Karena itu, dalam membuat laporan tentang dugaan tindak kejahatan, kita tidak dipungut biaya.
. Penyelidikan
Pada dasarnya kegiatan penyidikan di dahului oleh penyelidikan
27 Ibid
28 Ibid.
Penyelidikan berdasarkan definisi yang diatur di dalam Pasal butir KUHAP adalah:
“Serangkaian tindakan penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tindakannya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur menurut undang- undang ini.”
Definisi dari penyelidikan ini di dalam organisasi kepolisian menggunakan istilah reserse. Tugasnya yaitu berkaitan dengan penerimaan laporan dan pengaturan serta menghentikan orang yang dicurigai untuk diperiksa.
Penyelidikan merupakan tindakan yang mendahului penyidikan. Jika dihubungkan dengan teori hukum acara pidana maka penyelidikan merupakan tahap pertama dari tujuh tahap di dalam hukum acara pidana, yang bertujuan mencari kebenaran.29
Adapun Tahapan menurut SOP agar penyelidikan dapat mencapai hasil yang diharapkan perlu disusun rencana penyelidikan dengan urutan kegiatan sebagai berikut:30
a. Perumusan ”Unsur-Unsur Utama Keterangan” (UUK) UUK merupakan penjabaran daripada kebutuhan Intelijen aktual dari pemakai Intelijen/Kepala (KA) kesatuan atau kepala dari suatu badan.
b. UUK berwujud persoalan-persoalan yang dihadapi oleh KA dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya dan ini harus dijawab atau dipecahkan oleh petugas Intelijen.
29 Andi Hamzah., Hukum Acara Pidana Indonesia., Sinar Grafika, Jakarta, , hlm.
30 https://ntb.polri.go.id/intelkam/wp-content/uplo, diakses pada tanggal Maret , Pukul .
c. UUK adalah titik tolak bagi usaha-usaha dan kegiatan pencarian dan pengumpulan Bahan Keterangan (Baket).
d. UUK ditentukan oleh Perwira Intelijen berdasarkan keinginan/permintaan dari KA yang berwenang dalam pengambilan keputusan.
e. UUK memuat pertanyaan-pertanyaan mengenal hal-hal yang belum diketahui atau belum jelas landasnnya, bagi arah dan pedoman dalam pembuatan rencana penyelidikan Intelkam
f. Analisa Tugas Kegiatan menganalisa dan memperinci bahan-bahan keterangan apa yang harus dicari dan dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk badan-badan pengumpul dan sumber-sumber mana yang paling tepat digunakan menentukan cara melaksanakan penyelidikan yang disesuaikan dengan jenis Baket dan keadaan sasaran, apakah secara tertutup atau terbuka.
Selain itu Analisa Tugas diperlukan untuk menentukan jangka waktu, menentukan tempat penyampaian laporan dan menentukan cara bagaimana menggali Baket sebanyak mungkin dari sasaran atau sumber, dalam rangka menyusun Rencana Penyelidikan.
g. Tahap Pengumpulan Bahan Keterangan atau disebut (Baket) Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan penyelidikan, dimana pelaksana mencari dan mengumpulkan bahan-bahan keterangan atau sumber-sumber bahan keterangan, sesuai dengan pengarahan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, yaitu yang diterima pelaksana sebagai perintah atau permintaan.
Pengumpulan bahan keterangan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, baik bersifat terbuka maupun tertutup, sesuai kondisi sasarannya. Bentuk- bentuk kegiatan pengumpulan bahan keterangan dapat berupa : penelitian, wawancara, interogasi, pengamatan, penggambaran, penjejakan, pembuntutan, pendengaran, penyusupan, penyurupan dan penyadapan
h. Tahap Pengelolaan Bahan Keterangan Pengolahan adalah kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan produk Intelijen dari bahan-bahan keterangan /informasi yang terkumpul. Adapun proses pengolahan melalui tahap-tahap pencatatan, penilaian, penafsiran dan kesimpulan. Uraiannya adalah sebagai berikut:.
Pencatatan Proses pengolahan bahan keterangan dimulai dengan kegiatan pencatatan, yang dilakukan secara sistematis dan kronologis atas bahanbahan keterangan/informasi, agar dapat mudah dan cepat dipelajari untuk disajikan kembali apabila sewaktu-waktu diperlukan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pencatatan adalah :
( ). Sederhana, mudah dimengerti dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota.
( ). Mencakup data siapa, apa, dimana, dengan apa, mengapa, bagaimana dan bila mana,.
( ). Dapat dilakukan menurut urutan kronologis atau menurut urutan pokok permasalahan.
( ). Pencatatan harus dilaksanakan secara tertib untuk memudahkan penyimpanannya.Dalam pencatatan ini harus disediakan saranasarana pencatatan antara lain buku harian, peta situasi dan lembaran kerja. Penilaian Kegiatan berikutnya berupa proses Penilaian, yaitu penentuan ukuran kepercayaan” terhadap sumber informasi. Ukuran kebenaran” dari isi informasi, dengan menggunakan neraca penilaian Penilaian terhadap sumber bahan keterangan/informasi dilakukan dengan jalan membandingkan bahan yang berasal dari sumber yang sama maupun dari sumber lainnya. Pencatatan secara sistematis terhadap semua bahan keterangan yang diterima, akan membantu mempermudah pekerjaan penilaian dan penafsiran atas bahan keterangan.
Dengan pencatatan sistematis tersebut, pekerjaan membandingkan informasi dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pengalaman Perwira Intelijen dalam menilai sumber dan informasi pada waktu-waktu yang lalu, akan mempermudah pekerjaan penilaian atas informasi-informasi yang diterima.
. Penyidikan
Penyidikan merupakan tindakan yang Dalam memproses seseorang yang diduga melakukan tindak pidana, proses hukum dimulai dari tahap penyelidikan, dalam proses penyelidikan orang yang berwenang melakukan hal tersebut adalah penyelidik, tugas dan wewenang dari penyelidik salah satunya adalah menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana sesuai dengan Pasal KUHAP. Penyelidik dalam hal ini polisi sesuai dengan ketentuan Pasal angka KUHAP, atas laporan atau pengaduan tersebut mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan. Selanjutnya setelah
proses penyelidikan selesai, dapat dilakukan penyidikan.31Penyidikan didasarkan pada Pasal butir KUHAP adalah:
“Serangkaian tindakan penyidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya”.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyidikan merupakan suatu proses atau langkah awal yang merupakan suatu proses penyelesaian suatu tindak pidana yang perlu diselidik dan diusut secara tuntas di dalam sistem peradilan pidana, dari pengertian tersebut, maka bagian-bagian dari hukum acara pidana yang menyangkut tentang Penyidikan adalah ketentuan tentang alat- alat bukti, ketentuan tentang terjadinya delik, pemeriksaan di tempat kejadian, pemanggilan tersangka atau terdakwa, penahan sementara, penggeledahan, pemeriksaan dan introgasi, berita acara, penyitaan, penyampingan perkara, pelimpahan perkara kepada penuntut umum dan pengembalian kepada penyidik untuk disempurnakan.
Dalam melakukan proses penyidikan tentunya ada pejabat yang berwenang melakukan penyidikan tersebut. Pejabat tersebut lebih dikenal dengan penyidik.
Menurut Pasal Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ditegaskan bahwa penyidik adalah :
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia
b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
31 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Jakarta, , hlm.
undang-undang.
Penyidik sebagaimana diatur dalam Pasal ayat ( ) huruf a KUHAP karena kewajibanya menurut Pasal KUHAP mempunyai wewenang:32
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka;
d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. Mendengarkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan pemeriksaan perkara;
i. Mengadakan penghentian penyidikan; dan
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat ( ) huruf b KUHAP mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada dibawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal ayat ( ) huruf a KUHAP. Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik wajib menjunjung tinggi
32 Bambang Tri Bawono, Tinjauan Yuridis Hak-Hak Tersangka dalam Pemeriksaan Pendahuluan, Jurnal Ilmu Hukum, Volume , Fakultas Hukum UNISULA, Semarang, Agustus, , hlm.
hukum yang berlaku. Penyidik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal ayat ( ) huruf a KUHAP mempunyai wewenang melakukan tugas masing masing pada umumnya di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah hukum masing-masing dimana ia diangkat sesuai dengan ketentuan undang-undang.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Kepolisan Resor Kota Besar Makassar. Penelitian ini ditetapkan di wilayah hukum kota Makassar yakni Kepolisan Resor Kota Besar Makassar. Pilihan lokasi penelitian ini ditetapkan dengan pertimbangan Makassar adalah salah satu kota besar dan memiliki jumlah penduduk yang besar sehingga perkembangan arus informasi menjadi ramai hingga menimbulkan adanya penyimpangan informasi dan pornografi menjadi salah satu ancaman dari penyimpangan informasi tersebut.
B. Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Penelitian hukum kualitatif digunakan dengan menarik dan membahas asas-asas hukum, memahami sistematika peraturan perundang-undangan, meneliti keterkaitan peraturan perundang- undangan dengan fakta atau kejadian yang terjadi di masyarakat, serta mengkaji konsep dan dogmatik hukum.
C. Jenis Sumber Bahan dan Data
Jenis dan sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan yang didapatkan dari aturan-aturan yang berlaku di Indonesia sebagai bahan hukum primer. Maka bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah:
a. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Peraturan Hukum Pindana
b. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
c. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Peraturan Hukum Acara Pidana
d. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
e. Undang-Undang Nomor Tahun Tentang Pornografi . Bahan Hukum Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil telaah
dokumen-dokumen, buku-buku dan data-data lainnya yang berhubungan dengan hukum utamanya hukum pidana dan hasil wawancara.
. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang diperoleh dari hasil telaah bacaan sebagai abahn pendukung dalam penelitian ini. Bahan ini adalah media massa (internet) dan Kamus Hukum.
D. Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini maka akan dilakukan melalui beberapa metode yaitu:
. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan dilakukan dengan cara membaca literatur-literatur atau buku-buku khusus yang berkaitan dengan objek kajian penelitian penulis.
. Teknik Wawancara (Interview)
Wawancara adalah situasi dimana prbadi bertatap muka ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang sebelumnya untuk memperoleh jawaban yang relevan dalam dengan masalah penelitian kepada responden. Teknik wawancara ini dilakukan dengan cara metode wawancara dengan melakukan proses tanya jawab langsung maupun melalui media elektronik dengan beberapa narasumber yang memiliki kapasitas dan pengalaman mengenai objek penelitian. Adapun yang dipilih sebagai informasi adalah Kanit Tindak Pidana Tertentu (TIPIDTER) yaitu Iptu Amran dan penyidik yang menangani kasus-kasus pornografi yang terjadi di kota Makassar.
. Studi Dokumen
Studi dokumentasi atau yang biasa disebut dengan kajian dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait
objek penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian yakni bahan hukum primer, sekunder, dan tersier kemudian di olah dan di analisis dalam bentuk dekskriptif kualitatif untuk menjawab rumusan masalah pertama dan rumusan masalah kedua.